14 0 95 KB
TERM OF REFERENCE ( T O R )
PROGRAM KESLING
D I S U S U N
O L E H
PENGELOLA PROGRAM KESLING KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2020
KERANGKA ACUAN STBM PEMICUAN STBM I.
PENDAHULUAN Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis. Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
II.
LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi yang buruk dan ketersedian air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berkontribusi terhadap berbagai kasus penyakit berbasis lingkungan,seperi diare,kecacingan. Hal ini terlihat dari angka kejadian penyakit diare pada tahun 2006 sebesar 423 per 1.000 penduduk pada semua umur, Pada tahun yang sama terjadi wabah /KLB diare di 16 provinsi dengan case fatality rate sebesar 2,52. Salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarat terhadap layanan sanitasi serta upaya mengendalikan penyakit diare, penyakit kecacingan dan penyakit berbasis lingkungan lainnya adalah kegiatan terpadu melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat,dan hal yang perlu dilakukan meningkatkan berbagai upaya peningkatan cakupan jamban melalui berbagai proyek dan pendekatan top-down yang selama ini dilakukan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan yang dianut dalam program Pamsimas, dalam rangka meningkatkan PHBS, khususnya untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga, sehingga terwujud target yang ingin dicapai
dalam Pamsimas, yaitu persentase penduduk yang akses terhadap jamban keluarga, serta kondisi cuci tangan pakai sabun (CTPS) dimasyarakat secara keseluruhan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merupakan suatu hal yang sangat penting dan menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat di pedesan. Hal tersebut disebabkan karena sarana untuk PHBS dimasyarakat masih sangat terbatas, disamping kesadaran mereka akan hidup sehat yang masih kurang dan perlu ditingkatkan. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu dirumuskan STATEGY yang tepat,yang dapat merupakan ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan STBM. III.
TUJUAN a. Tujuan Umum : Tidak berperilaku membuang air besar sembarang ,serta perilaku lain sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan. b. Tujuan Khusus : 1) Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat 2) Untuk mengetahui jumlah KK yang memiliki jamban 3) Untuk mengetahui jumlah rumah yang memiliki SPAL sesuai standar kesehatan. 4) Untuk mengetahui jumlah rumah yang memiliki jamban dan tidak memiliki jamban.
IV.
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Bina suasana Perkenalkan diri dari seorang fasilitator adalah merupakan upaya pembukan pintu masuk untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Fase perkenalan merupakan fase sensitif ,karena pada fase ini masyarakat sudah tertarik, sudah percaya akan kedatangan seorang fasilitator, maka mereka akan terhipnotis untuk selalu berperan aktif dalam setiap tahap proses pemicuan. Untuk menghidupkan suasana awal, maka perlu dikembangkan adanya proses ‘’ice breaking’’ lebih dalam,yaitu melalui permainan (game) atau bentuk –bentuk roll playing lainya.
2. Pemetaan perilaku PHBS a. Pemicuan melalui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta wilayah RT/RW didukung masyarakat sendiri, kemudian peserta di minta menggambar sungai, mesjid, sekolah, dll yang merupakan sarana umum tersebut. b. Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah masing-masing, sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat ini mereka buang air besar.Beri
kode simbol atau gambar rumah dengan warna kuning yang BAB sembarang ,dan warna hijau untuk rumah yang BAB di jamban. 3. Transek walk Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah dalam suatu RT/RW untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga setempat buang air besar sembarang. Semua peserta yang hadir dalam proses pemicuan diajak untuk jalan bersama melihat kondisi tersebut. Bila peserta transek melewati suatu lokasi BABS kepada mereka dilarang untuk menutup hidung,sehingga peserta merasakan betapa bau yang timbul akibat tinja berada diruangan terbuka sembarangan. ingat,dilarang menutup hidung saat transek walk dan tetap berhenti ditempat sekejap untuk diskusi. Ajak peserta mendiskusikan keadan tersebut, baik dari aspek keindahan dan kebersihan lingkungan dari aspek penyebaran penyakit, dari aspek keselamatan dll, tanyakan pada warga yang BABS, bagaimana perasaan sekarang setelah orang lain menderita akibat bau menyengat. Pemicuan dengan melalui transect walk ini menyentuh ego seseorang, dengan timbulnya rasa jijik seseorang apalagi melihat tinja yang berserakan ditanah terbuka. 4. Pemicuan melalui sentuhan aspek Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitanya dengan air dan sanitasi.untuk itu masyarakat diajak melihat bagai mana tinja kotoran manusia dapat dimakan masuk ke mulut manusia itu sendiri dan bahkan masyarakat untuk membuat alur kontaminasi ORAL FECAL,kemudian kembangkan pertanyaan yang bersifat memicu perasaan takut atau rasa lainnya,seperti; a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah sakit diare atau sakit lainya yang berkaitan kesehatan lingkungan. b. Apakah yang sakit punya jamban atau tidak. c. Penderita dari warga miskin atau kaya d. Bagai mana perasaan ibu/bapak ketika melihat anaknya sakit di RS. e. Adakah anak atau anggota keluarga yang mati akibat penyakit. f. Bagaimana perasaan mereka saat tahu anak atau anggota keluarga mati. V.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Penciptaan lingkungan yang kondusif dimaksudkan agar setiap stake holder atau pemangku kepentingan yang terkait,baik ditingkat kabupaten, kecamatan dan khususnya ditingkat desa memberi support yang optimal dalam kegiatan STBM di level masyarakat , sehingga terwujud lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk itu seorang fasilitator harus secara proaktif melalukan koordinasi, advokasi,
sosialisasi baik pada instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat dan swasta yang ada diwilayah kerjanya. 2. Gerakan masyarakat, kapanpun dan dimanapun, akan meninbulkan atau menciptakan suatu timbulan energy yang besaranya tak terhingga. Untuk itu dalam program pamsimas, khusus pemberdayaan untuk perubahan perilaku dan peningkatan layanan akses sarana sanitasi /jamban gerakan masyarakat perlu diungkit dan dirangsang untuk timbul. Kegiatan seperti kerja bakti ,gotong royong dan saling membantu dalam pembuatan jamban keluarga misalnya akan lebih efektif demi tercapainya ODF pada suatu komunitas . gerakan masyarakat pada hakekatnya adalah gerakan untuk ‘’mau saling memberi’’dari setiap individu dalam masyarakat entah itu dalam bentuk materi atu tenanga. 3. Pemicuan terfokus adalah kegiatan sifatnya diharapkan akan menimbulkan effek yang besar dan berakumulatif. untuk itu pemicuan harus terfokus dan didasari oleh sesuatu yang memang akan mampu untuk menjadi besar dan meluas,dengan demikian diutamakan bahwa dalam pemicuan dipilih daerah yang ada potensinya untuk berkembang. Karena akhirnya daerah tersebut akan dijadikan ‘’acuan’’bagai daerah lain untuk mengaplikasi.pada suatu wilayah yang besarannya tidak terlalu luas (misalnya suatu wilayah dusun atau RW)sehingga relative mudah discover dan dimonitor.daerah tersebut jelas masalahnya dan dianalisis kemungkinan dan sumber dayanya. pemicuan tidak harus dilakukan pada seluruh dusun atau rw dalam suatu wilayah desa. pemicuan yang difokuskan dalam satu atau dua dusun/RW ,dan berhasil,kelak akan menjadi bahan replikasi
dan dijadikan acuan, contoh bagi
dusun/RW dalam desa yang bersangkutan ,dan bahkan desa lainnya. 4. Fasilitator merupakan ujung tombak dilapangan, yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang sangat variatif tingkat sosialnya,dari yang tinggi sampai yang rendah sekalipun. disini seorang fasilitator diharapkan sebagai ‘’change agent’’ dari yang tadinya hal-hal yang tidak mungkin menjadi segalanya bisa mungkin. Disamping itu fasilitator juga kadang-kadang ‘’power full dan auntouchable’’ agar mampu berkoordinasi dan berkomunikasi tersebut dengan kepercayaan diri yang optimal,maka kepada fasilitator perlu dibekali berbagai ilmu dan keterampilan baik yang bersifat materi subtansi teknis,maupun
yang bersifat non-teknis,seperti
pengembangan diri. 5. Reward system adalah suatu bentuk penghargaan kepada pihak lainya, baik itu dalam bentuk materi maupun non-materi,dan hal ini sangat perlu diterapkan dalam proses pemicuan STBM.memberi applaus tepuk tangan kepada orang yang baru selesai memberikan pendapat adalah suatu bentuk reward. Memberi tepuk tangan kepada orang yang menyatakan sikap telah siap akan bentuk membagun jamban dalam suatu kurun waktu tertentu adalah suatu bentuk reward. Kehadiran seorang dokter puskesmas, seorang camat atau ibu camat ,apa bila seorang kepala puskesmas atau
bahkan bupati ke suatu desa adalah sebentuk reward bagi desa tersebut yang tinggi nilainya. 6. Pemicuan merupakan suatu upaya untuk menimbulkan suatu ‘’energi lebih’’ dalam diri sesorang atau kelompok ,sehingga terjadi suatu mata rantai gerakan yang exponensial (menggelora, menggelegar bagai ombak samudra). Pemicuan kepada masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan pemicuan dan tahap pasca pemicuan. Pentahapan
tersebut tidak berarti ada
pembagian atau pembatasan waktu yang rigid, tetap merupakan suatu proses yang mengalir dengan teratur dan berkesinambungan,sebagai suatu kesatuan proses yang mengalir dengan teratur dan berkesinambungan, sebagai kesatuan proses yang utuh dan dinamis. 7. Sebelum melaksanakan pemicuan, fasilitator harus sudah melakukan kontak dengan lain yang terkait, terutama puskesmas setempat, agar unik tersebut dapat berdampingan dengan fasilitator dalam pelaksanaan pemicuan. Untuk itu seorang fasilitator harus sudah memberi informasi kepada puskesmas kapan dan dimana proses pemicuan akan dilakukan. Selain unsur dari puskesmas unit lain yang seyogyanya
ikut
bergabung
dalam
masyarakat
setempat
(missal
took
agama,pemuda,dll). Dengan bergabungnya petugas puskesmas diharapkan proses pemicuan akan lebih terarah dan tepat sasaran, karena petugas puskesmas akan mampuh
memberikan
bantuan
informasi/penyuluhan
tentang
maslah-maslah
kesehatan yang dihadapi masyarkat khususnya terkait penyakit berbasis air dan sanitasi.adanya petugas puskesmas juga diharapkan untuk pendampingan saat pasca pemicuan dapat berjalan dengan lebih baik. Dengan diajaknya petugas puskesmas dari awal, maka mereka akan lebih mempunyai rasa untuk mensuskseskan pemicuan STOP BABS dalam mewujudkan lingkungan yang sehat tersebut lebih komit. 8. Peran masyarakat sekolah dapat jadikan objek vital sekaligus subjek dalam penerapan STBM dalam lingkup sekolah, rantai pemicuan akan berlangsung secara berjenjang dan berkesinambungan, yaitu dari guru ke murid dan kemudian murid dapat berperan ganda dalam proses pemicuan lanjutan, sebagai suatu group pressure.effek pemicuan dapat diharapkan lebih dahsyat, meningat anak anak usia sekolah pada umumnya lebih antusias dalam mengadopsi ide-ide baru.guru dapat melakukan absensi jamban dan CTPS setiap minggu atau setiap bulan, dengan cara menanyakan kemana pagi ini BAB. Tanyakan secara terus menerus terkait kebiasan PHBS, sehingga hal itu akan memicu murid untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan kaidah kesehatan. VI.
SASARAN 1. Individu 2. Masyarakat 3. Anak sekolah
4. Rumah dan sarana sanitasi VII.
VIII. IX.
JADWAL PELAKSANAAN Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Setiap bulan EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan Pemicuan dengan memonitoring langsung ke rumah sasaran. Hasil – hasil yang dicapai dilaporkan pada bulan tersebut.
I.
PENCATATAN, PELAPORAN KEGIATAN 1. Pencatatan dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan dan dilaporkan
setiap triwulan. X. XI.
1.
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PROGRAM KESLING KEGIATAN STBM KEGIATAN
TUJUAN
SASARAN
VOLUME KEGIATAN
JADWAL
RINCIAN PELAKSANAAN
LOKASI PELAKSANAAN
BIAYA
Belanja Bahan Pelengkap kegiatan
Mendukung proses kegiatan pemicuan
Datok dan perangkat Desa, masyarakat
3 paket
Januari s/d Oktober
Bahan kelengkapan pendukung kegiatan pemicuan
3 Desa
RP.600.000
Belanja Makanan dan Minuman
Untuk memberikan snack pada kegiatan pertemuan
Datok dan perangkat Desa
30x 3x 1
Januari
Makan dan snack kegiatan advokasi desa (kegiatan Pra Pemicuan )
3 Desa
RP. 450.000
Cetak spanduk
Mendukung kegiatan verifikasi desa ODF
Masyarakat
November
Fotocopy blanko penilaian dan spanduk
3 Desa
Rp. 450.000
Fotocopy blanko dan penilaian
Mendukung kegiatan verifikasi desa ODF
Masyarakat dan perangkat desa
November
Fotocopy blanko penilaian
3 Desa
Rp. 550.000
Transport petugas dalam melakukan kegiatan STBM
Tercapainya desa yang bebas buang air basar sembarangan serta mampu untuk mendeklarasikan desanya sebagai desa ODF
Datok dan perangkat Desa, masyarakat
Januari s/d Desember
Pertemuan advokasi desa ( Pra Pemicuan), Pertemuan Pemicuan Desa, Pertemuan Pemicuan level dusun,Pertemuan Inmas dan analisa situasi, Monitoring Pasca Pemicuan, Kampanye CTPS desa, Kampanye hiegiene sanitasi sekolah, Verifikasi desa ODF
3 Desa
RP. 20.450.000
TOTAL
Rp. 22.500.000
I.
OUTPUT KUANTITATIF YANG DIHARAPKAN Dengan mengacunya kepada kerangka acuan seluruh kegiatan program STBM dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh petugas kesling Puskesmas Kejuruan Muda dan dapat dibuktikan dengan : Laporan pelaksanaan kegiatan yang dilampiri foto – foto kegiatan Pertanggung jawaban keuangan Surat tugas / SPPD K. HASIL ( OUT – COME ) KUANTITATIF YANG DIHARAPKAN Dengan diselenggaranya kegiatan Kesling secara efektif dan efisien di harapkan dapat meningkatkan kinerja yang tinggi serta dapat terus bersinegri dengan program – program lain di puskesmas Kejuruan Muda yang pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal, serta Kesling dapat berjalan dengan maksimal dan bermanfaat sebesar – besarnya untuk masyarakat. L. LOKASI PELAKSANAAN Kegiatan ini dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas di 3 ( tiga ) desa wilayah kerja puskesmas Kejuruan Muda M.RENCANA RINCI KEGIATAN Secara rinci progrram kerja Kesling ( STBM ) Puskesmas Kejuruan Muda adalah sebagai berikut : Penyusunan KAK dan RAB Penyusunan jadwal kegiatan STBM Pelaksanaan kegiatan STBM Pencatatan dan pelaporan N. DURASI DAN WAKTU Durasi : Januari sampai Desember Jadwal : diselenggarakan setiap bulan sesuai jenis kegiatan O. DOKUMEN PENDUKUNG Dokumen pendukung penyelenggaraan program STBM di puskesmas Kejuruan muda adalah : - SK Kepala Puskesmas Kejuruan Muda - Catatan dan pelaporan, setiap bulan - SOP Kegiatan
P. PENUTUP Demikian TOR ( term of referrence ) kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Dalam dan di Luar Gedung Puskesmas Kejuruan Muda tahun anggaran 2020 dibuat. Semoga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Progran Kesehatan Lingkungan di Dalam dan di Luar Gedung Puskesmas Kejuruan Muda. Sungai Liput, 07 Oktober 2019 Mengetahui: Kepala Puskesmas Kejuruan Muda
MAHLIL,SKM Nip.19760315 200604 1 003
Penanggung jawab Program
IRMA WAHYULI, ST