TPB (Kisah para Rasul) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS AKHIR SEMESTER TEOLOGI PERJANJIAN BARU



“ KISAH PARA RASUL ”



Oleh : KELOMPOK III  Marsel C. S. Laisbuke  Martha K. Tangawola  Samuel A. Suni



Semester/kelas: IV/B Dosen Pengasuh



: Pdt. Anika Chatarina Takene, M. Th.



UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA FAKULTAS TEOLOGI 2020



PENDAHULUAN Puji dan Syukur Kelompok panjatkan kepada Tuhan sebagai pemilik kehidupan, sebab atas tuntunan Tuhan melalui Roh Kudus kelompok dimampukan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kelompok juga mungucapkan limpah terima kasih banyak kepada dosen pengasuh mata kuliah Teologi Perjanjian Baru dan kepada semua saudara/i yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam mengerjakan tugas akhir ini sehingga terselesaikan dengan baik. Dalam penulisan tugas akhir ini, kelompok mendapatkan kesempatan untuk mengali Teologi dari kitab Kisah Para Rasul. Kelompok juga menemukan sejumlah wawasan bagi pembaca dan penulis mengenai Tuntunan dari Roh Kudus yang menuntun Gereja untuk berpikir dan bertindak dalam menanggapi kondisi pandemic ini. Dalam penulisan tugas ini juga Kelompok tidak lupa memaparkan Latar belakang, Inti Teologi dan Implikasi untuk konteks masa kini dari kita Kisah Para Rasul. Dan yang terakhir, kelompok menghubungkan pandangan tentang keberadaan Allah serta menekankan Kehendak yang Allah Kehendaki dalam situasi Pandemik yang menjadi pergumulan isi dunia. Oleh sebab itu, Kelompok sadar bahwa tugas ini sangat jauh dari kata sempurna, sehingga kelompok selalu membuka ruang kepada pembaca dan kelompok senantiasa menerima saran serta kritikan yang di lontarkan oleh pembaca demi penyempurnaan Tugas ini. Semoga tulisan dari kelompok ini bermanfaat dan menjadi berkat kepada pembaca.



1



HAL-HAL PEMBIMBING a. Penulis Kitab Kisah Para Rasul merupakan kitab yang berkaitan erat dengan Injil Lukas karena pastinya penulisnya sama yaitu penulis Injil ketiga (Lukas). Kisah para Rasul dipersembahkan kepada tokoh yang sama, bernama Teofilus (Kis 1:1 & Luk 1:1). Kis 1:1 juga berkata tentang “buku pertama” yang ditulis oleh pengarang Kisah Para Rasul. Tentunya buku pertama ini tidak lain kecuali Injil Lukas. Ada sejumlah ahli tafsir yang mempertahankan bahwa Luk - Kisah para Rasul mula-mula adalah satu karya. Karya itu kemudian (waktu dimasukkan ke dalam daftar kitab suci) dipotong menjadi dua, dan pada waktu itu pun ditambahkan Luk 24:50-53 dan Kis 1:1-5. Tetapi ada keberatan akan hal ini karena tidak ada petunjuk dalam tradisi atau bekasnya bahwa Luk dan Kisah para Rasul pernah satu karya. Rupanya Lukas oleh umat Kristen diterima sebagai kitab suci sebelum Kisah para Rasul dan secara terpisah. Hal ini tidak mungkin terjadi kalau Luk – Kisah para Rasul dikenal sebagai satu karya.1 Jadi sudah pasti, kami kelompok sepakat bahwa penulis kitab Kisah para Rasul sama dengan penulis Injil ketiga (Injil Lukas), baik Injil yang menceritakan kehidupan bagaiman pekerjaan Yesus telah berkembang menjadi gerakan Kristen di seluruh dunia dan banyak bukti menunjukkan pada Lukas, dokter bukan-Yahudi yang menemani Paulus dalam beberapa perjalanan.2 b. Penerima Kisah Para Rasul bertujuan untuk menunjukan perkembangan sejarah institusi gereja lokal sebagai praktek Amanat Agung (Kis. 1:8). Catatan Lukas tentang pergerakan gereja juga dapat dilihat sebagai suatu apologetik3 bagi Kekristenan. Lukas penulis Kisah Para Rasul bertujuan untuk memberikan suatu catatatan dari asal mula dan perkembangan dari gereja di bawah kuasa dan bimbingan Roh Kudus; tema ini dimulai di Kisah Para Rasul 1:8 dan dilanjutkan keseluruh buku. Kisah para Rasul juga ditulis untuk mendukung dan membina iman kepercayaan, pertamatama iman kepercayaan orang Kristen. Kisah para Rasul juga bertujuan untuk bersaksi, untuk Dr. C. Groenen OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: PT Kanisius. 1983. Hlm. 177-178. John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Hlm. 275. 3 Apologetik “Pembelaan Ilmiah akan kepercayaan Kristen” 1 2



2



meyakinkan, khususnya orang yang bukan Yahudi. Bahwa pekerjaan yang telah dimulai oleh Yesus Kristus, yakni penanaman dan perluasan kerjaan Allah yang adil-benar, dilanjutkan melalui Roh-Nya sampai ke ujung bumi. Hal ini dapat kita lihat bersama di dalam kitab Kisah para Rasul 2:8, bahwa “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”4 Intinya ialah Kisah Para Rasul dilukiskan bagaimana Juruslamat yang dimuliakan itu dan Roh Kudus bekerja dengan perantaraan para rasul dan jemaat-jemaat Kristen yang muda sedemikian rupa, hingga Injil itu dengan penuh kemenangan di bawah sampai ke Roma dan juga suatu tulisan penuh dengan pedoman-pedoman bagi Gereja Yesus Kristus di segala abad. Kabar terakhir kitab ini, yakni bahwa Injil Kerajaan Allah diberitakan dan bekerja terus “tanpa dirintangi”, merupakan nubuat bagi Gereja yang berjuang di segala abad. Nubuat, bahwa perjuangannya tidak sia-sia, tetapi bahwa perjuangan ini akan membawa Gereja kepada kemenangan. Oleh sebab Yesus Kristus telah menang.5 c. Konteks Pergumulan Penulis mengenal keadaan sosial politik kekaisaran Romawi secara baik, serta mengetahui banyak mengenai sejarah gereja purba. Tetapi penulis tidak bermaksud menulis kitab ini sebagai kitab sejarah Gereja, sehingga bahan-bahan yang diketahui oleh penulis itu dipakai untuk menyampaikan maksudnya tersendiri. Maksud utama dari penulis ialah hendak menghadirkan Gereja sebagai kenyataan yang baru di dalam kekaisaran Romawi, dan menyatakan bahwa kenyataan baru itu tidak dapat dibendung, dihalangi atau dihapuskan. Gereja sebagai kenyataan persekutuan yang baru akan tersebar terus, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung dunia.6 Salah satu alasan Lukas menuliskan Kisah Para Rasul juga ialah merekomendasikan Kekristenan pada pemerintahan Romawi. Lukas berupaya keras memperlihatkan bahwa orangorang Kristen adalah warga Negara yang baik dan dapat dipercaya, dan mereka selalu dianggap demikian. Lukas menulis pada masa orang Kristen tidak disukai dan dianiaya; dan Lukas menceritakan kisah ini sedemikian rupa untuk memperlihatkan bahwa para pejabat Romawi selalu bertindak adil terhadap Kekristenan, dan bahwa mereka tidak pernah menganggap orangorang Kristen sebagai orang jahat, nyatanya suatu sasaran telah dibuat, yaitu bahwa Kisah ini Dr. C. Groenen OFM, op.cit. Hlm. 183. Ds. H. V. D. Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, Jakarta:BPk Gunung Mulia, 2012. hlm 12. 6 Prof. S. Wismoady Wahono, Ph.D, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013. hlm. 453. 4 5



3



tidak lain merupakan suatu laporan singkat yang dipersiapkan bagi Paulus ketika Ia berdiri di pengadilan, dihadapan kaisar Romawi. Salah satu tujuan lain yang ditonjolkan Lukas ialah Kekristenan itu untuk semua manusia di setiap Negara. Orang Yahudi berpendapat bahwa merekalah umat pilihan Allah dan bahwa Allah tidak memakai bangsa lain. Lukas membuktikan bahwa hal itu tidak benar. Dalam Kisah 15, Lukas menunjukan gereja yang membuat keputusan penting untuk menerima orang-orang bukan Yahudi sederajat dengan orang-orang Yahudi.7 Dari tulisan-tulisan non-Kristen tidak banyak kita memperoleh keterangan tentang gereja purba. Hal itu disebabkan karena tulisan-tulisan non-Kristen pada waktu itu lebih banyak bersifat Yunani-helenistis yang didominasi oleh kebudayaan Yunani-helenistis sendiri. Sebab yang lebih utama adalah bahwa jumlah orang dan gereja Kristen purba itu tidak banyak jika dibandingkan dengan jumlah orang-orang non-Kristen, dan jumlah yang sedikit itu tidak menonjolkan diri. Karena kegiatan dan kebaktian-kebaktian orang Kristen itu lebih banyak bersifat rumah tangga, tidak terbuka dan bahkan dibeberapa tempat bersifat rahasia. Mereka memang kurang menyukai popularitas, tetapi banyak bergerak secara pribadi ke pribadi.8 Perhatian Lukas tidak hanya ditujukan pada kronologi waktu, meskipun dibandingkan dengan para penulis Perjanjian Baru lainnya Lukas lebih banyak memberikan perhatian pada bagian-bagian kecil semacam itu. Kisah Para Rasul menekankan kemunduran bertahap Gereja Yahudi dan kebangkitan agama Kristen di antara bangsa-bangsa lain. 9 Seperti yang telah nyata dalam pembicaraan kitab Injil, maka sangatlah penting untuk orang kristen mula-mula bahwa mereka, selaku hamba Allah, nyata tidak bersalah, nyata benar: bukan saja dihadapan Tuhan, melainkan juga dihadapan pemerintah. Hal ini juga sering dibicarakan dalam Kis 16:39; 18:14, dst. Sederhananya, beralaskan hukum Romawi yang membedakan agama-agama yang diakui dan terlarang (Religio licita et illicita). Agama Yahudi telah diakui oleh Romawi, tetapi waktu Gereja (orang Kristen mula-mula) keluar dari naungan agama Yahudi, maka statusnya terancam: sebab itu adalah penting untuk membuktikan bahwa Orang Kristen tidak bersalah.10



7



William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Kisah Para Rasul, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007. hlm. 4-7. 8 Prof. S. Wismoady Wahono, Ph.D, op.cit, hlm. 451-452. 9 Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas, 2013. hlm. 289. 10 Drs. M. E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017. hlm. 77.



4



INTI TEOLOGI Ada beberapa tema Teologis dalam Kisah Para Rasul, Yakni : 



Pemberitaan Injil kepada Dunia Bangsa-bangsa11



Kisah Para Rasul merupakan lanjutan Injil Lukas. Mulai dari Luk 9:51, penulis menceritakan perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Kisah Parah Rasul manyambung cerita dari Yerusalem (kenaikan Yesus ke sorga, band. Kis. 1:1) dan cerita itu berakhir di Roma (Kis. 28:30, 31). Tahap-tahap perjalanan itu ditunjukan oleh penulis dengan mengatakan “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi “ (Kis 1:8). Pemberitaan Injil di bawah bimbingan Roh kudus, secara jelas disampaikan oleh Lukas dalam suatu perspektif geografis. Sesudah kata-kata pendahuluan dalam Kisah Para Rasul 1:1-14, Lukas menyajikan cerita tentang proklamasi Injil oleh Rasul dalam lingkungan jemaat perdana. Penulis Kisah Para Rasul, memusatkan perhatiannya kepada Paulus. Penulis memberikan gambaran tentang proses pertumbuhan gereja dari Yerusalem ke Roma. Dalam tulisan Lukas ini, Yerusalem ditempatkan sebagai penyemangat bagi Israel. Dengan demikian Yerusalem menggambarkan kesinambungan antara Israel dan geraja. Namun di Yerusalem juga para pemimpin Israel secara kuat menolak pemberitaan komunitas Kristen. Akibatnya orang Kristen mengalami penganiyaan termasuk Paulus. Meskipun demikian, Lukas menegaskan bahwa dalam situasi tersebut Allah tidak mengikat gereja-Nya di Yerusalem. Melalui pimpinan Kuasa Roh Kudus gereja terus berkembang keluar dari Yerusalem dan memasuki dunia bukan Yahudi.12 Tetapi bergerak dari sumber lain kita juga tahu bahwa Injil tersebar kemana-mana, termaksud ke Mesir, Arab, Siria, dan Mesapotamia. Ada sejumlah tulisan kuno yang ditemukan di Mesir, berasal dari tahun 100 Masehi. Dan kota Alexandria di Mesir telah lama menjadi salah satu koloni orang-orang Kristen. Ada juga di Pompei tepatnya di Kirencester ditemukan sisa-sisa tulisan Kristen berbahasa Latin dan berisi 2 kata pertama dalam doa “Bapa Kami”. Masih banyak



11



Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya,



Jakatra: BPK Gunung Mulia, 2019, hlm. 229-301. 12



Ibid,hlm.302



5



lagi bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Injil terjadi kemana-mana, dan tidak hanya menurut satu jalur Yerusalem-Roma.13 



Parousia



Parousia menjadi suatu persoalan tersendiri dalam Kisah Para Rasul. Pertanyaan tentang kapan Parousia itu tiba (Kis. 1:7). Sebaliknya, Yasus menubuatkan bahwa murid-murid akan memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus ke seluruh dunia (Kis. 1:8). Nubuat untuk menjadi saksi itu dapat dipanandang sebagai jawaban tentang tundanya Parousia (kedatangan kembali) itu. Yesus, menurut Injil Lukas, menyatakan bahwa Parousia itu akan tiba, tetapi belum segera (Luk. 21:9). Dalam masa antara itu, jemaat harus tetap setia dalam iman kepada Tuhan.14 Tema tentang kembalinya Kristus diperkenalkan pada permulaan kitab Kisah Para Rasul, sebagai janji yang diberikan oleh dua makhluk sorgawi pada saat kenaikan Yesus ke surga, yang ditulis pada Kisah 1:11 (“Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga”). Tetapi apakah petunjuk yang mula-mula mengenai kedatangan yang kedua kali ini mempengaruhi jemaat yang sedang berkembang itu ? Dalam Pikiran mereka tidak terdapat pertentangan antara dua hal, bahwa mereka hidup pada hari-hari terakhir tetapi masih tetap menantikan kedatangan Tuhan kembali pada masa yang akan datang. Pada waktu Petrus menubuatkan bawha “Tuhan akan mendatangkan waktu kelegaan” (Kis. 3:19 dst.), ia mengakui bahwa surga harus menerima Yesus “sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang Kudus di zaman dahulu”. Meskipun tidak disebutkan secara khusus mengenai kedatangan Kristus kembali, namun hal itu tercakup di dalamnya. Sekali lagi nampaknya yang dimaksudkan adalah kedua aspek dari kedatangan Yesus, yaitu aspek masa sekarang dan aspek masa yang akan datang. Kisah Para Rasul terlalu banyak membicarakan mengenai perkembangan sehari-hari yang terjadi dalam jemaat dari pada mencatat banyak hal mengenai pengharapan-pengharapan orangorang Kristen mula-mula akan masa yang akan datang. Meskipun demikian cukup beralasan untuk percaya bahwa pada mulanya mereka menganggap kedatangan Kristus yang kedua kali 13 14



Prof. S. Wismoady Wahono, Ph.D, op.cit, hlm. 458. Dr. Samuel Benyamin Hakh, op.cit, hlm.300-301.



6



akan terjadi dalam waktu yang dekat dan mungkin bahwa cara hidup jemaat yang mula-mula (“segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama”) telah mendorong sampai tingkat tertentu orang kepercayaan itu. Tetapi benarlah bila dikatakan bahwa yang menjadi pusat perhatian orang-orang Kristen adalah pemberitaan Injil pada masa mereka.15 



Roh Kudus sebagai penggerak misi



Setelah Yesus naik ke sorga, yang menjadi penggerak misi adalah Roh Kudus. Roh itu di janjikan kepada murid-murid dan diturunkan di atas mereka pada hari Pentakosta. Misi itu ditunjukan pertama-tama kepada orang Yahudi. Akan tetapi, ketika orang Yahudi menolak, maka misi itu dutunjukan kepada bangsa-bangsa lain dengan pimpinan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membuka semua rintangan kepada bangsa-bangsa lain. Ia pula yang menuntun para Rasul dan pemberita lainnya dalam misi Pakabaran Injil. Dikatakan bahwa Petrus, (4:8), Paulus (13:9), Stefanus (6:3), dan Barnabas (11:24), “penuh dengan Roh Kudus.” Artinya, mereka digerakkan oleh Roh Kudus dalam misi Pekabaran Injil itu ke seluruh dunia. Pesan Kisah Para Rasul itu tetap bermakna bagi gereja pada masa kini bahwa Roh Kudus selalu menyertai gereja-Nya hingga kini dan memasuki masa depan. Roh itu memungkinkan gereja pada masa kini untuk melaksankan misi-Nya di seluruh dunia.16 Menurut Lukas orang-orang Kristen yang ditinggalkan Paulus dan Barnabas di Anthiokia “Penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus” (Kis 13:52). Karena hal ini terjadi tatkala mereka menghadapi perlawanan hebat dari orang-orang Yahudi dan orang-orang lain yang telah mereka himbau, maka ini merupakan kesaksian yang kuat tentang realitas yang berkelanjutan dari kepenuhan Roh dalam diri orang-orang percaya. Ciri lain dari pekerjaan Roh dalam misi kepada orang bukan Yahudi ialah bimbingan-Nya, yang terlihat dengan jelas dari Kisah 16:6. Lukas menegaskan bahwa Paulus dan rombongannya dilarang Roh Kudus untuk menyampaikan firman di Asia dan juga dilarang masuk ke daerah Bitinia (ay 7). Lukas tidak menceritakan bagaimana para penginjil itu tahu bahwa mereka dilarang, tetapi penuturannya memastikan itu pekerjaan Roh. Karena Lukas bergabung dengan rombongan Paulus segera sesudah peristiwa itu, maka adalah masuk akal untuk menduga bahwa ia mengetahui dari tangan pertama bahwa Paulus sendiri sama yakinnya. Lagi pula, larangan itu segera mendahului visi tentang suatu misi ke 15 16



Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016. hlm. 143-145. Dr. Samuel Benyamin Hakh, op.cit, hlm. 301.



7



Yunani, dan kita dapat menerima pandangan bahwa inilah aspek positif dari pimpinan Roh. Dalam Kisa 16:7 Roh itu dinamakan “Roh Yesus”, yang menyatakan bahwa Yesus yang telah bangkit itu terus bekerja mrlalui Roh-Nya. Roh mewakili Yesus.17 



Sejarah Keselamatan



Ketika menjawab pertanyaan dalam Kisah Para Rasul 1:6, Yesus, menurut penulis, memberikan respons dengan memberikan gambaran tentang pekerjaan Roh Kudus yang akan membentuk gereja sabagai suatu persekutuan umat Allah yang tidak hanya terdiri dari orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Karena itu, tugas para rasul adalah memberitakan Injil dan membuka jemaat baru di seluruh dunia. Pembabtisan sida-sida dari Ethiopia (Kis. 8:26-40), beralihnya Paulus dari Farisi yang fanatik menjadi orang Kristen yang taat (Kis. 9:1-22; 22:321;26:9-20), dan pembaptisan Kornelius (Kis. 10:1-11:18), tidak hanya memberikan gambaran tentang menyebakan Injil dan masuknya orang-orang menjadi Kristen, tetapi juga tentang masuknya orang-orang dari bangsa-bangsa lain ke dalam persekutuan umat Allah itu, sebab mereka pun memperoleh karunia-karunia Roh Kudus (Kis. 10:44). Masuknya orang-orang dari dunia bangsa-bangsa merupakan suatu langkah yang menentukan dalam rencana penyelamatan Allah, yang tidak hanya mencakup orang Yahudi tatapi juga orang-orang dari bangsa-bangsa lain. Mereka (orang dari bangsa lain) disambut dengan gembira oleh orang-orang Kristen asal Yahudi di Yerusalem dan menerima kenyataan bahwa keselamatan juga diterima oleh orang bukan Yahudi (Kis. 11:18).18



17 18



Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016. hlm. 180 Dr. Samuel Benyamin Hakh, op.cit, hlm. 301-302.



8



KONTEKS PERGUMULAN MASA KINI “Coronavirus, Kehendak Allah dan Keberadaan Allah” Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Hal ini membuat beberapa negara di luar negeri menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus juga dapat menyababkan kematian bagi orang yang positif terinfeksi virus ini. Dalam kondisi ini tentu orang Kristen dalam iman kepercayaannya mempertanyakan keberadaan Allah dalam situasi ini. Bukan saja pertanyakaan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa coronavirus ini atas ijin atau kehendak Allah. Pertanyaan tentang “Dimanakah Allah?” sering menyita pikiran sejuta orang percaya, yang meratap dengan angka kematian yang terus meningkat dalam kehidupan setiap hari. Bukan saja pertanyaan demikian tetapi ada sejumlah orang yang berpendapat bahwa Corona Virus ini terjadi atas kehendak atau ijin Allah. Coronavirus diijinkan oleh Allah dan Dimanakah Allah dalam Coronavirus adalah dua hal yang berbeda. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa salah satu sisi memperkuat iman kepada sesama dengan pernyataan bahwa Allah mengijinkan dan dari sisi lain mempertanyakan Keberadaan Allah dalam situasi pandemic. Hal ini bukan sebuah halusinasi atau mimpi, tapi ini adalah nyata dalam kehidupan orang Kristen. Pemikiran semacam ini tidak salah, namum muncul peryanyaan besar di lingkungan 9



kehidupan orang percaya “jika Allah mengijinkan, apakah Allah pembunuh ?” bukan hanya itu, namun mempertanyakan keberadaan Allah lebih kejam daripada bertanya bahwa apakah Allah Pembunuh. Sebab mempertanyakan keberadaan Allah sama dengan menyangkal penyertaan Allah dalam kehidupan setiap hari. Menanggapi konteks kehidupan pada masa kini, bagaimana pandangan Gereja terhadap pemikiran iman orang Kristen semacam ini ?



10



IMPLIKASI Dalam menanggapi konteks masa kini mengenai pemikiran tentang Keberadaan Allah dan coronavirus sebagai ijin Allah, peran gereja sangat dibutuhkan untuk menanggapi. Oleh sebab itu sebelum beranjak pada pandangan gereja, tentunya kelompok menggunakan salah satu Teologi dari Kisah Para Rasul sebagai titik tolak untuk melangkah menjawab konteks tersebut dengan Teologi Kisah Para Rasul mengenai Roh Kudus Sebagai Penggerak Misi. Dalam tulisan Thomas Jay Oord Tentang Kehendak Allah dalam Coronavirus yang diterjemahkan oleh pendeta Joas Adiprasetya, Oord tidak percaya bahwa coronavirus adalah kehendak Allah, sebab Allah tidak menyebabkan sebuah pandemic yang membunuh sebagian orang, membuat banyak orang sengsara, dan mengakibatkan dampak yang buruk pada masyarakat. Oord berpandangan bahwa Allah tidak menjadi asal dari kejahatan! Ia juga berpendapat bahwa Tidaklah mungkin satu Allah yang pengasih yang akan merancang rencana sedemikian! Contoh yang Oord pakai adalah jika Ia memiliki dua orang anak, kemudian anak yang satu mencekik leher anak yang satu, Oord sebagai ayah bisa menghentikan kekerasan tersebut, namun Ia mengijinkannya dan anak yang dicekik mati kemudian Oord berkata “Saya tidak menyababkan kematian ini, jadi jangan salahkan saya!” Dengan demikian tak seorang pun akan memandang Oord sebagai ayah yang mengasihi, jika Oord dapat menghalangi kejahatan yang sebenarnya dapat Ia cegah. Dari contoh yang Oord paparkan ini, Ia menyimpulkan bahwa Para ayah yang mengijinkan anak-anak mereka saling mencekik bukan ayah yang mengasihi. Contoh ini tentunya Oord ingin menjelaskan tentang Kasih Allah terhadap manusia yang dikasihi-Nya. Kesimpulannya, satu Allah yang penyayang tidak membiarkan satu virus dengan liar menyebabkan kematian dan penghancuran. Beranjak dari tulisan Oord ini, pendeta Joas Adiprasetya juga menerjemahkan tulisan James Martin mengenai Dimanakah Allah dalam sebuah pandemic? Dalam tulisan James Matrin, Ia berpendapat bahwa Pandemic ini merupakan sebuah misteri, sehingga Allah tidak tinggal diam atau bersembunyi, namun Allah bertindak melalui cara yang tidak dipahami oleh manusia, sehingga manusia tidak dapat mengatakan Allah hanya berdiam diri atau hanya membiarkan penderitaan terjadi kepada isi dunia. Dalam pandangan Martin ini dapat disimpulkan bahwa 11



ketika berada dalam situasi atau keadaan yang terkekang, manusia lebih baik melakukan Kehendak Allah bukan mempertanyakan keberadaan Allah. Berikutnya, bagaimana dengan peran gereja melihat pemikiran semacam ini. Lukas dengan tidak ragu-ragu menyatakan bahwa Jemaat Kristen muncul sebagai hasil pekerjaan Roh. Roh itu adalah Roh yang sama dalam pelayanan Yesus. Kisah Para Rasul menuturkan bahwa pekerjaan-pekerjaan Roh dianggap sebagai pemenuhan janji Yesus sendiri. Dengan demikian, apa yang Yesus katakana ada kaitannya dengan peristiwa yang dialami oleh Jemaat mula-mula. Pencurahan Roh ditengah-tengah orang percaya dimulai dari hari Pentakosta (Kis. 2:41-47). Pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus terlihat dalam pembelaan mula-mula terhadap Injil, ketika jemaat meluas kepada orang-orang bukan Yahudi. Pesan Kisah Para Rasul itu tetap bermakna bagi gereja pada masa kini bahwa Roh Kudus selalu menyertai gereja-Nya hingga kini dan memasuki masa depan. Roh itu memungkinkan gereja pada masa kini untuk melaksankan misi-Nya di seluruh dunia. Gereja yang digerakan oleh Roh kudus haruslah menjadi gereja yang harus bertumbuh dan makin bertambah-tambah di dalam kedewasaan, yaitu kedewasaan Iman dan pengetahuan tentang Yesus Kristus. Dengan demikian dalam kedewasaan Iman, pandangan gereja mengenai coronavirus tidak terpaku, melainkan selalu berpikir ke depan. Roh Kudus memampukan gereja untuk lebih kepada menampakkan Kasih Kristen di tengah masyarakat yang sedang tertekan dengan situasi. Bukan hanya itu saja, melainkan Roh Kudus senantiasa menampakkan Pribadi Allah yang mau berjuang bersama-sama dengan manusia untuk melawan coronavirus dengan cara melakukan Kasih. Hematnya, Tujuan Roh Kudus sebagai pengerak Misi terlihat nyata melalui tuntunan Roh kepada gereja untuk melakukan Kasih kepada manusia dalam situasi dan keadaan pandemic ini baik itu kepada orang Kriten maupun orang-orang bukan Kristen. Bergeser dari peran Roh Kudus sebagai penggerak misi, penulis mencoba memberi pemahaman tentang kehidupan yang dituntun oleh Roh Kudus pada gereja mula-mula. Dalam buku Prof. Dr. J. H. Bavinck, Ia menguraikan beberapa pemahaman tentang jemaat mula-mula yang hidup dalam persekutuan suci dengan tuntun oleh pekerjaan Roh Kudus; a. Mereka setia kepada imannya, dengan penuh perhatian mereka setia kepada pengajaran yang diberikan oleh rasul-rasul. Jika dihubungkan dengan kehidupan dan konteks 12



sekarang ini, jemaat dituntun untuk setia dengan pengajaran yang diberikan. Akan terkesan harmoni, jika jemaat Kristen sekarang selalu setia dengan ajaran para pemimpin mengenai social distancing dan sebagainya. Dengan demikian penyebaran coronavirus dihentikan oleh karena jemaat yang setia dengan pengajaran para pemimpin. b. Mereka sehati dalam persekutuan, mereka terikat dengan kasih yang erat. kehidupan persekutuan jemaat mula-mula selalu membuat mereka erat dengan makan bersama (memecah-mecahkan roti) dan juga berdoa bersama-sama. Hal ini juga mesti menjadi acuan bagi jemaat masa kini, supaya selalu sehati dalam persekutuan agar terikat kasih yang erat. Dalam pandemic ini jemaat mestinya sehati dalam persekutuan, saling mendoakan bukan menjatuhkan. Yang berkecukupan saling berbagi, sehingga persekutuan dengan sesama menjadi dampak yang positif. c. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, Perasaan seperti ini tidak ada dalam mereka sedikitpun. Mereka tidak mengejar kekayaan untuk diri sendiri, tetapi mereka hidup bersama-sama, sesuai dengan keperluan masing-masing. Keadaan seperti inilah yang mestinya patut dijadikan acuan untuk jemaat pada masa kini. Dalam pandemic ini, kehidupan orang percaya mesti mengambil contoh dari jemaat mula-mula, jemaat masa kini dituntut agar tidak mementingkan diri sendiri, saling berbagi, saling memberi bagi mereka yang membutuhkan dan masih banyak lagi.19 Persekutuan jemaat mula-mula tidak terjadi secara terpaksa, tetapi oleh tuntunan Roh Kudus sepenuhnya. Sejak saat itu Roh Kudus menjadi kenyataan yang dominan didalam kehidupan jemaat mula-mula. Roh Kudus adalah sumber untuk semua bimbingan, semua pemimpin jemaat adalah di pimpin oleh Roh, dan Roh Kudus juga adalah sumber kuasa dan keberanian setiap hari. Dengan demikian ukuran Roh kudus yang dapat dimiliki seseorang ditentukan oleh sifat orang itu sendiri. Artinya, Orang yang secara jujur melakukan kehendak Allah akan mengalami lebih banyak keajaiban Roh Kudus.



19



Prof. Dr. J. H. Bavinck,Sejarah Kerajaan Allah 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. hlm 686-869.



13



PENUTUP Dari pembahasan kelompok mengenai Teologi Kisah Para Rasul ini, kelompok menarik kesimpulan bahwa : 1. Teologi Kitab Kisah Para Rasul yang secara khusus berbicara tentang Roh Kudus sebagai Penggerak Misi itu tetap bermakna bagi gereja pada masa kini bahwa Roh Kudus selalu menyertai gereja-Nya hingga kini dan memasuki masa depan. Roh itu memungkinkan gereja pada masa kini untuk melaksankan misi-Nya di seluruh dunia. 2. Kitab Kisah Para Rasul yang memaparkan sejarah agama Kristen mula-mula yang digerakan oleh Roh kudus haruslah menjadi gereja yang harus bertumbuh dan makin bertambah-tambah di dalam kedewasaan, yaitu kedewasaan Iman dan pengetahuan tentang Yesus Kristus. 3. Kitab Kisah Para Rasul juga memperkenalkan Tujuan Roh Kudus sebagai pengerak Misi terlihat nyata melalui tuntunan Roh kepada gereja untuk melakukan Kasih kepada manusia dalam situasi dan keadaan pandemic ini baik itu kepada orang Kriten maupun orang-orang bukan Kristen. Hemat kami, dalam pemahaman tentang Teologi Kisah Para Rasul yang kelompok kerjakan ini kiranya memperluas wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai karya dan peranan Roh Kudus yang luar biasa dalam Gereja maupun masyarakat. Bukan saja itu, namun penyertaan Roh kepada Gereja untuk melakukan Kasih sebenarnya akan nyata jika tiap-tiap pribadi mau membuka diri untuk dituntun oleh Roh Kudus agar melakukan Kehendak Allah sehingga Misi Kerajaan Allah semakin tampak dalam dunia.



14



DAFTAR PUSTAKA



ALKITAB 2017



Alkitab dengan Kidung Jemaat, Jakarta: LAI



2014



Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI



BUKU-BUKU C. Groenen OFM., Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: PT Kanisius. 1983. Drane John., Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2011. Brink H. V. D., Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, Jakarta:BPk Gunung Mulia, 2012. Wahono Wismoady., Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013. Barclay William., Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Kisah Para Rasul, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007. Tenney Merrill., Survei Perjanjian Baru, Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas, 2013. Duyverman M. E., Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017. 15



Hakh Samuel., Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya, Jakatra: BPK Gunung Mulia, 2019. Guthrie Donald., Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018. Guthrie Donald., Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016. Guthrie Donald., Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016. Bavinck J. H., Sejarah Kerajaan Allah 2 Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.



16