TUGAS 1 Hidrografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SURVEY HIDROGRAFI – RG141332



PENDAHULUAN SURVEY HIDRO : PENGERTIAN, PERALATAN, DAN SOFTWARE DALAM SURVEI HIDROGRAFI



HANA WIDYATARI



03311540000082



JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018



1. DEFINISI HIDROGRAFI Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-parameter yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut secara tepat, hubungan geografisnya dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik dan dinamika-dinamika lautan (International Hydrographic Organization (IHO)). Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air. Sedangkan menurut sekelompok Ahli dari PBB pada tahun 1979, Hidrografi adalah suatu ilmu yang melakukan pengukuran, menguraikan, dan mengembangkan tentang :   



Sifat-sifat dan Konfigurasi dasar laut yang dihasilkan oleh kegiatan survey bathimetrik, geologi dan geofisika. Hubungan geografis ( antara laut, perairan) dengan daratan terdekat yang dihasilkan dengan kegiatan positioning garis pantai. Sifat dan dinamika air laut, yang dihasilkan lewat pengukuran/pengamatan pasang surut, arus laut, gelombang dan sifat fisik air laut.



Menurut Definisi Ilmu Hidrografi Lama (tradisional) pada tahun 1960 hanya terbatas pada pengertian survey dan pemetaan batimetrik, disertai penentuan posisi yang berkaitan dengan pemetaan batimetri itu sendiri. Maka dari seluruh definisi diatas ,ahli hidrografi,ahli oceanografi,ahli geofisika,ahli geologi mengelompokkan kegiatan hidrografi kedalam 3 kegiatan, yaitu: 1. Pantai (coastal) Pengembangan Pelabuhan, masalah erosi pantai, penggunaan jasa pelabuhan, pemeliharaan keamanan lalulintas pelayaran pantai (coastal waters). 2. Lepas Pantai (offshore) Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai (coastalzone) s/d kedalaman 200m, pertambangan sumber daya alam mineral termasuk hidrokarbon (crude oil) dan pengadaan data dan informasi utk. Manajemen perikanan. 3. Lautan Bebas (oceanic) Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup pengadaan data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan geomorfologi dasar laut.



2. KEGUNAAN SURVEY HIDROGRAFI 2.1 MONITORING ALUR PELAYARAN Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut. Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian. Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS memakai metode differensial real time kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan memakai peralatan yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya. Penggunaan metoda differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan survey. Metode tersebut diantaranya adalah : 1. Busur sextan Pengukuran dengan metode ini memilik tingkat akurasi sekitar 4 – 7meter, pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang sangat lama, untuk survey kolam pelabuhan + 200 M2 saja, membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, hal ini disebabkan karena pelaksanaannya membutuhkan waktu dengan perbandingan 50:50 (50% untuk pelaksanaan survey dan 50% untuk pemrosesan data survey). 2. GPS Navigasi Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian busur sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir sama pada pemrosesan dengan metode sextan karena pelaksanaan survey ini masih dikategorikan semi digital. Untuk survey kolam pelabuhan membutuhkan waktu kurang lebih 20 hari dengan perbandingan 30:70 (30% untuk pelaksanaan survey dan 70% untuk pemrosesan data hasil survey). 3. GPS realtime kinematik



Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai peralatan yang koputerisasi, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data). Seiring perkembangan jaman, metode terakhir sudah dirasa cukup cepat dan tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat untuk penggunaan metode ini memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari pemrosesan data akhirnya. Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain dari alur pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas (minimum ships maneuver activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi perencana untuk memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan dengan besar jari – jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti palabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman dangkal. 2.2 PERENCANAAN PENGERUKAN Pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara berkala, perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan dasar laut untuk dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey hydrografi sangat penting peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa data-data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta. Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hidrografi ini adalah:



1. Survey pendahuluan Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di lokasi survey yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :  Identifikasi tugu / BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan BPN.  Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut disekitar lokasi survey.  Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.  Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi titik BM dan stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-informasi lainnya yang dianggap penting. 2. Penyediaan titik kontrol horizontal Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik referensi bagi kegiatan pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem koordinat. Agar sistem koordinat ini terikat pada sistem kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal yang telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan datum yang mengacu pada datum Internasional WGS-84. 3. Pengamatan pasang surut Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari permukaan laut yang terjadi secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat kedalaman suatu titik berubah-ubah setiap waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi perlu ditetapkan suatu bidang acuan kedalaman laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum. Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk menentukan koreksi hasil ukuran kedalaman.



Gambar 2.1. Pengamatan Pasut (Sumber : https://www.materipendidikan.info/2017/10/ilmu-hidrografipengertian-kelompok-dan.html.)



Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai berikut : rt= (Tt-Ho+Zo) Dengan : rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada –t Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada waktu –t Ho = keadaan permukaan laut rata-rata Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL 4. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial real time kinematik Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan menghasilkan koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station melalui antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan hidrografi.



Gambar 2.2. Penentuan Posisi dengan RTK (Sumber : https://www.materipendidikan.info/2017/10/ilmu-hidrografipengertian-kelompok-dan.html.) 5. Penentuan Garis Pantai Penentuan posisi garis pantai adalah penentuan posisi tanda permukaan air laut tertinggi (High Water Mark) di pantai. Pada daerah yang cukup terbuka, pengukuran dilakukan menggunakan GPS dengan metode stop and go dan untuk daerah yang relatif tertutup oleh tumbuhan (hutan bakau) pengukuran dilakukan menggunakan total station.



Ada 3 (tiga) kriteria dalam penetapan garis pantai untuk acuan pengukuran yaitu :  Untuk daerah pantai yang landai maka garis pantai ditetapkan sebagai posisi air pada kondisi pasang tertinggi.  Untuk daerah pantai yang mempunyai hutan bakau garis pantai ditetapkan pada ujung terluar dari hutan bakau tersebut.  Untuk daerah pantai berbentuk tebing garis pantai diambil pada garis batas tebing tersebut. Kerapatan pengukuran untuk garis pantai adalah maksimum 50 m untuk pantai yang relatif lurus (teratur) dan lebih rapat untuk bentuk garis pantai yang tidak teratur. Selain posisi, keterangan mengenai kondisi pantai juga merupakan hal penting yang akan direkam. Pengolahan data dilakukan dengan cara post processing dan selanjutnya data posisi dan keterangan obyek akan menjadi input pada proses penggambaran final. 6. Pemrosesan Data Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian pekerjaan survey hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan data kedalaman yang benar. Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi akibat kesalahankesalahan sebagai berikut: 1. Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat) 2. Kesalahan akibat draft tranduser 3. Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara 4. Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan. Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan matematika koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Do = Du + Dkgs D1 = Do + Dsss D2 = D1 + Dsr Dimana : Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara Dsss = koreksi sarat tranduser Dsr = koreksi surutan



7. Koreksi Surutan



Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh data ukuran kedalaman kedalam suatu bidang acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam hal ini didefinisikan sebagai Low Water Spring (LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini diperoleh dari hasil analisa pasut seperti dijelaskan di atas. Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack, pemberian koreksi syarat tranduser, sattlement dan squat serta pengaruh perbedaan kecepatan gelombang suara secara otomatis dikerjakan pada waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan, sehingga data ukuran yang diperoleh sudah terbebas dari pengaruh kesalahan-kesalahan tersebut. Jadi pada tahap pemrosesan, data-data yang diperoleh tinggal direduksi ke bidang acuan kedalaman/chart datum. Setelah data hasil ukuran kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut yaitu data posisi dan waktu akan disimpan kedalam format ASCII dengan format bujur, lintang, kedalaman(m), dan waktu. 8. Penyajian Data Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital dengan format B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke dalam format drawing menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil adalah berupa point, deskripsi, elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer berbeda. Kemudian dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam software tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing, conturing dan interpolasi. Produk akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri digital dalam format DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan. Unsur-unsur yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :  Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta  Kontur kedalaman  Garis pantai dan sungai  Tanda atau sarana navigasi  Informasi dasar laut, dll Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan sistem Transver Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat grid yang akan dipakai adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik (Lintang, Bujur, Kedalaman).



2.3 SURVEY BATHIMETRI



Gambar 2.3. Survey Bathimetri (Sumber : http://www.jasasurveypemetaan.com/survey-bathimetri-sonarsubbottom/) Survey bathimetri merupakan salah satu survey dibidang hidrografi yang dilakukan untuk mengetahui topografi dasar laut maupun daerah perairan yang lain. Alat yang digunakan untuk mengetahui toporafi permukaan dasar laut yaitu echosounder. Echosounder bekerja dengan prinsip gelombang suara. Geolombang yang dipancarkan akan diterima oleh receiver dengan fungsi matematis menghitung jarak menggunakan kecepatan gelombang suara dan waktu yang dibutuhkan. Ada dua jenis echosounder, yaitu single beam dan multibeam. Single beam hanya memancarkan satu buah gelombang pada satu kali pancaran. Sedangkan multibeam memancarkan banyak gelombang dengan sudut tertentu sekali pancaran. Kami menyediakan jasa pemetaan bathimetri dengan produk berupa peta batimetri dengan skala sesuai permintaan dan keperluan pekerjaan. 2.4 SURVEY SIDE SCAN SONAR



Gambar 2.4. Survey Side Scan Sonar (Sumber : http://www.jasasurveypemetaan.com/survey-bathimetri-sonarsubbottom/)



Tidak hanya survey bathimetri saja dalam survey hidrografi. Untuk mengetahui kondisi dasar laut secara real perlu dilakukan survey side scan sonar. Side scan sonar memberikan gambaran secara real yang ada dibawah laut. Hal ini sangat membantu beberapa pekerjaan terkait dengan offshore, diantaranya perencanaan kabel bawah laut, pipa bawah laut, RIG minyak, dll. Kami menyediakan jasa survey side scan sonar menggunakan teknologi terbaru dengan hasil yang maksima 2.5 SURVEY SUB BOTTOM PROFILER



Gambar 2.5. Survey Sub Bottom Profiler (Sumber : http://www.jasasurveypemetaan.com/survey-bathimetri-sonarsubbottom/) Survey Sub Bottom Profiler merupakan survey investigasi terkait lapisan batuan yang terletak dibawah dasar laut. Dari survey ini dapat dilihat lapisan yang ada dibawah dasar laut, apakah hanya pasir, lumpur, atau batuan keras. Dengan demikian dapat dilakukan pengambilan keputusan terkait pekerjaan offshore yang akan dilakukan. 3. ALAT DAN SOFTWARE SURVEY HIDROGRAFI 3.1 ALAT SURVEY HIDROGRAFI Adapun alat yang digunakan pada survey hidrografi adalah single-beam echosounder, sidescan sonar,sub-bottom profiling, dan muti-beam echosounder. a)



Sidescan Sonar Sonar merupakan teknik yang menggunakan perambatan gelombang suara di bawah air digunakan untuk penunjuk arah, komunikasi atau mendeteksi kapal-kapal laut. Sistem sonar dapat diartikan sebagai penentuan posisi dengan metode akustik (acoustic location). Penggunaan posisi dengan metode akustik telah digunakan jauh sebelum adanya teknologi radar. Sidescan sonar merupakan alat untuk mendapatkan gambaran permukaan dasar perairan dengan menggunakan gelombang bunyi. Sistem sidescan mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver dan merekam



amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh sensor. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m ke tiap sisi) dari dasar laut dipetakan. Tiap pergerakn kapal, lajur ke lajur dipetakan. Pada dasar laut yang datar sempurna semua energi dipantulkan dari sesor sonar dan tidak ada sinyal yang terekam. Dalam faktanya, dasar laut tidak rata sempurna. Ketidakteraturan seperti bebatuan dan riak-riak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik, dan sistem dapat menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut.



Gambar 3.1. Sidescan Sonar Dual Frequency (Sumber : https://www.km.kongsberg.com/ks/web/nokbg0240.nsf/AllWeb/2D0C8EA035 ABC7C6C12574C500512571?OpenDocument) b) Sub-Bottom Profiling Merupakan suatu sistem pengidentifikasi dan pegukur variasi dari lapisanlapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sistem akustik yang digunakan dalam penentuan sub-bottom profiling hampir sama dengan alat pada echosounder. Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri air dan reciever memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik (acoustic impedance = rintangan akustik). Sistem menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen bawah air). Rintangan akustik berhubungan dengan tingkat kekentalan atau berat jenis (densitas) dari kandungan material dan tingkat kecepatan suara menelusuri material. Ketika terjadi perubahan rintangan akustik, seperti tampilan muka sedimen bawah air, bagian suara yang diteruskan kemudian dipantulkan kembali. Dari pancaran gelombang suara yang terhalang akan dikembalikan/dipantulkan kembali ke receiver berupa data yang menunjukkan profil dari permukaan dasar laut/penghalang tesebut mengingat permukaan dasar laut tidak rata. Dari beberapa energi suara yang menembus sampai batas dan kedalam lapisan sedimen. Energi ini dipantulkan ketika menembus batas



antara lapisan sedimen yang lebih dalam yang memiliki rintangan akustik yang berbeda-beda. Sistem ini menggunakan energi yang dipantulkan oleh lapisanlapisan untuk membentuk penampang daribagian sub-bottom lapisan-lapisan sedimen. Beberapa parameter-parameter dari sonar (tenaga keluaran, frekuensi dari sinyal, dan panjang gelombang pulsa yang dipancarkan) mempengaruhi performa dari alat yang digunakan.



Gambar 3.2. 3100: Portable Sub-Bottom Profiling (Sumber : https://www.edgetech.com/products/sub-bottom-profiling/3100portable-sub-bottom-profiler/) c)



Single-Beam Echosounder Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung.



Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.



Gambar 3.3. Single-Beam Echosounder (Sumber : http://www.ceehydrosystems.com/products/single-beam-echosounders/cee-echo/) d) Multi-Beam Echosounder



Gambar 3.4. Multi-Beam Echosounder (Sumber : https://subseaworldnews.com/2012/01/09/usa-teledyne-odomhydrographic-launches-new-multibeam-echo-sounder//) Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan



penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya). 3.2 SOFTWARE SURVEY HIDROGRAFI Adapun software yang digunakan pada survey hidrografi adalah HydroPro,Tidal Model Driver (TMD), dan lain-lain. a) HydroPro



Gambar 3.5. Software HydroPro (Sumber : https://www.koordinat.id/2015/06/tentang-softwarehydropro.html.) Software HydroPro adalah sebuah paket software yang dirancang untuk pekerjaan hidrografi yang berguna untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan dan terdapat solusi untuk berbagai aplikasi survei, termasuk survei batimetri untuk pelabuhan, daerah aliran sungai, sedimentasi, studi erosi, penelitian lingkungan, studi monitoring perhitungan volume untuk pekerjaan pengerukan, dan survei untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi lepas pantai (Trimble,2001). Selain itu, software hidrografi ini mempunyai rangkaian komponen yang lengkap untuk proses pengolahan data navigasi secara real time. Komponen utama software hydropro adalah sebagai berikut:  Navigasi Software ini menyediakan fasilitas untuk mengkonfigurasi semua elemen yang diperlukan untuk navigasi secara real time / terus menerus dalam memperoleh data di lapangan. Termasuk didalamnya dapat dipakai untuk mendesain bentuk model, pengaturan peralatan survei, sistem koordinat, dan perekaman objek data langsung dilapangan secara terus menerus. Semuanya



dapat di overlay pada format raster atau gambar vektor dari area survei.  NavEdit Visualisasi data grafik dan koreksi alat yang didalamnya mempunyai fungsi mengedit data yang lebih teliti seperti kedalaman pemeruman, gelombang, dan pasang surut. Hal ini berhubungan antara navigasi dan komponen software pengolahannya.  Processing Proses pengolahan yang menyajikan data dan fungsi analisis. Di dalam fungsi ini disediakan fitur pengeditan pengolahan data standar, pelaporan, dan perencanaan pengolahan dimana didalamnya terdiri dari beberapa elemen modular yang berintegrasi dengan database dan lembar kerja grafis. Modul pengolahannya meliputi : - Edit - Profile - Volume - Contour/DTM - Digitasi b) TIDAL MODEL DRIVER (TMD) Tidal Model Driver (TMD) adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan pemodelan pasang surut laut yaitumengakses konstituen harmonik dan melakukan ramalan(prediksi) ketinggian pasut di permukaan bumi dari model pasang surut denganplatform MATLAB. Model pasut yang dipakai adalah solusi model yang disediakan oleh OTIS (OSU Tidal Inversion Software). TMD dikembangkan pada tahun 2003 di Oregon State University.Secara global, TMD menggunakan konstanta-konstanta pasut yang telah dikombinasikan dari berbagai sumber (Padman, 2005). TMD terdiri dari dua komponen, yaitu: 1. Tampilan grafis (Graphic User Interface / GUI) untuk menjelajah serta menentukan medan pasang surut (tidal field)dan menentukan titik-titik dan rentang waktu prediksi untuk variabel yang spesifik. Contoh tampilan GUI dapat dilihat pada Gambar 3.6. 2. Serangkaian script untuk mengakses daerah pasang surut dan membuat prediksi elevasi pasang surut laut.



Gambar 3.6. GUI Pemodelan Pasang Surut (Sumber : http://www.esr.org/polar_tide_models/Model_TPXO71.html.) 4. PETA LAUT



Gambar 4.1. Peta Laut (Nautical Chart) (Sumber : NOAA) Peta navigasi laut atau nautical chart merupakan peta topografi di daerah maritim dan wilayah pesisir disekitarnya. Peta ini memuat informasi-informasi yang ditemukan di daerah maritim seperti kedalaman laut, tinggi tanah, fitur alami seperti seabed, detil garis pesisir, informasi pasut dan arus, detil medan magnet lokal dan hasil buatan manusia seperti mercusuar, jembatan dan pelabuhan. Peta navigasi penting digunakan dalam pelayaran karena sangat bermanfaat untuk mengarahkan kapal ke pelabuhan atau ke dermaga tujuan. Selain itu, karena peta ini juga memuat topografi dasar laut dan karang-karang maka peta ini dapat membantu kapal untuk menghindari karang agar kapal tidak karam. Peta navigasi laut dibuat berwarna untuk dapat memudahkan penggunaan. Perbedaan warna diberikan pada fitur-fitur buatan manusia, daratan, seabed yang terlihat saat laut surut, seabed yang selalu di bawah air dan juga kedalaman air. Kedalaman dihitung dari chart datum sesuai standar IHO. Biasanya digunakan LAT (Lowest Astronomical Tide), yaitu pasut terendah yang diprediksi pada siklus pasut penuh. Namun, pada wilayah yang tidak mengalami pasut biasanya menggunakan MSL (Mean Sea Level).



DAFTAR PUSTAKA CEE



Hydro System. 2015 .Single-Beam Echosounder. http://www.ceehydrosystems.com/products/single-beam-echo-sounders/cee-echo/.( Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). Edge Tech. 2018 . 3100: Portable Sub-bottom Profiler. https://www.edgetech.com/products/sub-bottom-profiling/3100-portable-sub-bottomprofiler/. (Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). ESR. 2018. POLAR TIDE MODELS : TPXO71. http://www.esr.org/polar_tide_models/Model_TPXO71.html. ( Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). GEO SURVEY PERSADA. 2016. PETA NAVIGASI DARAT, LAUT, DAN UDARA. http://www.jasasurveypemetaan.com/peta-navigasi-darat-laut-dan-udara/.(Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). GEO SURVEY PERSADA. 2016. SURVEY BATHIMETRI: SONAR SUB-BOTTOM. http://www.jasasurveypemetaan.com/survey-bathimetri-sonar-subbottom/.(Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). Kongsberg Maritime. 2018. SIDE SCAN SONAR : DUAL FREQUENCY. https://www.km.kongsberg.com/ks/web/nokbg0240.nsf/AllWeb/2D0C8EA035ABC7C 6C12574C500512571?OpenDocument. ( Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). Menteri Pendidikan.2017. ILMU HIDROGRAFI : PENGERTIAN, KELOMPOK, DAN KEGUNAANYA LENGKAP.https://www.materipendidikan.info/2017/10/ilmuhidrografi-pengertian-kelompok-dan.html. ( Diakses pada tanggal 10 Februari 2018). MGS .2015. Hydrographic Equipment. www.MGS.com. (Diakses 10 Februari 2018). Padman. 2005. Komponen Tidal Model Driver (TMD). Sunsea World News. 2012 . USA: Teledyne Odom Hydrographic Launches New Multibeam Echo Sounder. https://subseaworldnews.com/2012/01/09/usa-teledyne-odomhydrographic-launches-new-multibeam-echo-sounder/. (Diakses 10 Februari 2018). Wibowo,Arief.2015. Tentang Software HydroPro. https://www.koordinat.id/2015/06/tentangsoftware-hydropro.html. (Diakses 10 Februari 2018).