Tugas Akhir La Ode Irfan Sanjaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



ANALISIS KELAS MASSA BATUAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING PADA PT.DIAMOND ALFA PROPETINDO DI PIT A MAWASANGKA TENGAH BUTON TENGAH



TUGAS AKHIR



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pertambangan Pada Fakultas Teknik Universitas Dayanu Ikhsanuddin



Oleh: LA ODE IRFAN SANJAYA 17660005



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU 2023



2



LEMBAR PERSETUJUAN



TUGAS AKHIR ANALISIS KELAS MASSA BATUAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING PADA PT. DIAMOND ALFA PROPERTINDO DI PIT A MAWASANGKA TENGAH BUTON TENGAH Disusun Oleh : LA ODE IRFAN SANJAYA NIM Program Studi



: 17 660 005 : Teknik Pertambangan



Telah Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Utama,



Dosen Pembimbing Pendamping,



L.M. Hilman Kurnia, S.T., M.T NIDN.0916019003



La Ode Muh. Yazid Amsah, S.Si., M.T NIDN. 0905049004



Mengetahui : Ketua Program Studi Teknik Pertambangan



Sarman, S.T., M.T. NIDN. 0927047701



ii



3



ABSTRAK



PT. Diamond Alfa Propertindo berdiri pada tahun 2012 dan mulai beroperasi pada tahun 2020 dimana merupakan salah satu perusahaan dalam bidang pertambangan produksi batu gamping yang berlokasi di Desa Gundugundu, Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten Buton Tengah. Pada penelitian ini menggunakan metode RMR, yang dimaana dalam kegiatan ini data yang di peroleh ialah UCS, RQD, kondisi bidang kekar, serta kondisi air tanah. Dari hasil pengukuran scane line pada stasiun A dan B, didapatkan kondisi bidang diskontinu pada stasiun A terdapat 6 kekar, rata-rata jarak kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4 ,rata-rata Panjang kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4,bukaan kekar >5 mm, kekasaran kekar rough, isian kekar none, dan pelapukan



slightly weathered dan stasiun B didapatkan



kondisi bidang diskontinu pada stasiun A terdapat 4 kekar, rata-rata jarak kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4,Panjang kekar 1-3 meter ,bukaan kekar >5 mm, kekasaran kekar rough, isian kekar none, dan pelapukan slightly weathered. Dari hasil perhitungan kelas massa batuan menggunakan metode Rock Mass Ratting didapatkan bobot dengan nilai 75 dimana nilai ini dikategorikan batuan baik. Kata kunci : Batu Gamping, RMR, Kualitas Massa Batuan.



iii



4



ABSTRACT



PT. Diamond Alfa Propertindo was established in 2012 and began operating in 2020 which is a company in the mining sector of limestone production located in Gundu-gundu Village, Mawasangka Tengah District, Central Buton Regency. In this study, the RMR method was used, where in this activity the data obtained were UCS, RQD, joint area conditions, and groundwater conditions. From the results of scane line measurements at stations A and B, it was found that the condition of the discontinuous area at station A contained 6 joints, the average joint distance was 1-3 meters with a weight value of 4, the average joint length was 1-3 meters with a weight value of 4, joint opening >5 mm, rough joint roughness, none stocking, and slightly weathered weathering and station B obtained discontinuous field conditions at station A there are 4 joints, average joint distance 1-3 meters with a weight value of 4, joint length 1- 3 meters, open >5 mm, rough rough, none filled, and slightly weathered. From the results of rock mass class calculations using the Rock Mass Ratting method, a weight with a value of 75 is obtained which is categorized as good rock. Keywords : Limestone, RMR, Rock Mass Quality.



iv



5



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis menyelesaikan penulisan proposal pwnwlitian ini. Shalawat dan salam kita hanturkan kepada junjungan kita kepada seorang yang paling mulia, sang revolusioner sejati, Nabi akhir zaman Nabi Allah, Nabi Muhammad SAW yang telan mengantarkan kita dari zaman jahilia, zaman kegelapan, zaman kebobrokan moral menuju zaman yang terang-menderang yang kaya akan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini. Tugas Akhir ini sengaja ditulis dengan tujuan untuk diseminarkan dan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Dayanu Ikhsanuddin. Adapun judul proposal penelitian ini berjudul “Analisis Kelas Massa Batuan Menggunakan Metode Rock Mass Ratting Pada PT. Diamond Alfa Propertindo Di Mawasangka Tengah Buton Tengah”. Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian ini, terkhususnya orang tua penulis, Bapak La Ode Mini Almarhumah Ibu Wa Ode Nasiha dan Ke enam Saudara-(i) tercinta Wa Ode Sary Wahyumi, Wa Ode Nurul Hayawan, Wa Ode Sri Yulanti, La Ode Gian Pratama, La Ode Ferdianto Saputra dan L.M.Syawal Noviar penulis mengucapkan terimakasih atas segala bentuk dukungan yang sangat luar biasa untuk keberhasilan penulisan ini. Dalam penulisan proposal ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Yang Terhormat : 1. Bapak Ir.H.LM Sjamsul Qamar, MT.,IPU, selaku Rektor Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau. 2. Bapak Hilda Sulaiman Nur, S.T.,M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik.. 3. Bapak Sarman S.T.,M.T, selaku Kepala Program Studi Teknik Pertambangan.



v



4. Bapak La Ode Muh. Yazid Amsah, S.Si., M.T, selaku Dosen Pembimbing Utama yang selalu sabar memberikan masukan dan arahan kepada penulis sejak awal pembuatan Proposal Tugas Akhir sampai terselesaikan Proposal Tugas Akhir ini. 5. Bapak L.M Hilman Kurnia S.T.,M.T selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan banyak memberikan dorongan kepada penulis sejak awal pembuatan Tugas Akhir sampai terselesaiakan Tugas Akhir ini. 6. Bapak Sarman S.T.,M.T, selaku Ketua Penguji, Bapak Asrim, S.Si., M.Eng, dan Ibu Surianti, S.T.,M.Eng selaku Dosen Penguji Pendamping yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. 7. Bapak Ibu Dosen dan staf program studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Dayanu Ikhsanuddin yang telah memberikan ilmu dan wawasan dalam proses perkuliahan. 8. Sahabat-sahabat penulis Wanti Ayu Gustrisni, Muhammad Agung Dermawan, La Ode Risawal.,S.H C.PM, Ardin Wali, Adhy Fitrah dan Zulkiflin yang sangat luar biasa memberikan bantuan dan semangat positif yang luar biasa. 9. Keluarga besar HMTP Universitas Dayanu Ikhsanuddin memberikan peluang menjadi sorang kakak dalam berhimpunan dan ber-Mahasiswa. 10. Keluarga Besar BEM-Teknik Universitas Dayanu Ikhsanuddin telah membentuk karakter dan kepribadian Mahasiswa sejati. Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tetap saja masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Baubau,



Penulis vi



2023



6



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...............................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii KATA PENGANTAR..........................................................................................iii DAFTAR ISI........................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix DAFTAR TABEL..................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.....................................................................................3



1.3



Batasan Masalah........................................................................................3



1.4



Tujuan Penelitian.......................................................................................3



1.5



Manfaat Penelitian.....................................................................................3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4 2.1



Profil Perusahaan.......................................................................................4



2.2



Topografi...................................................................................................5



2.3



Genesa Batu Gamping...............................................................................6



2.4



Rock Mass Ratting....................................................................................7



2.5



Metode Scanline........................................................................................9



2.6



Kekuatan batuan utuh................................................................................9



2.7



Klasifikasi Kekrasan Batuan.....................................................................9



2.8



RQD.........................................................................................................10



2.9



Spasi bidang kekar...................................................................................11



2.10 Kondisi bidang kekar...............................................................................11 2.11 Pengaruh Klasifikasi Rock Mass Ratting................................................14 vii



2.12 Bobot Isi..................................................................................................15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................16 3.1



Peta Kesampaian Daerah.........................................................................16



3.2



Metode Penelitian....................................................................................17



3.3



Tahapan Pendahuluan..............................................................................17



3.4



Tahap Pengolahan Data...........................................................................17



3.5



Tahap Pengumpulan Data.......................................................................17



3.6



Tahap Analisis Data................................................................................17



3.7



Bagan Alir Penelitian..............................................................................18



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19 4.1



Pengumpulan Data Rock Mass Ratting...................................................20



4.2



Pengolahan Data......................................................................................19



4.3



Bobot Isi Batuan......................................................................................20



BAB V PENUTUP................................................................................................28 5.1



Kesimpulan..............................................................................................28



5.2



Saran........................................................................................................28



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29 LAMPIRAN 1.......................................................................................................30 LAMPIRAN 2.......................................................................................................34



viii



7



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Peta Adminstrasi Buton Tengah 2022................................................4 Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Lembar Buton ( Sikumbang 1995)................5 Gambar 2.3 Batu Gamping.....................................................................................7 Gambar 2.4 Profil kekasaran muka bidang kekar (ISRM 1981)..........................13 Gambar 4.1 Lokasi Stasuin A dan Stasiun B.......................................................20 Gambar 4.2 Pengujian Kuat Tekan Batuan..........................................................21 Gambar 4.3 Pengamatan Kekar............................................................................22 Gambar 4.4 Pengukuran Jarak Antara Kekar.......................................................23 Gambar 4.5 Kondisi kekar....................................................................................25



ix



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Parameter dan Pembobotan Rock Mass Rating....................7 Tabel 2.2 Klasifikasi Bidang Kekar........................................................................8 Tabel 2.3 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total............................................9 Tabel 2.4 Pemberian batuan berdasar kuat tekan....................................................9 Tabel 2.5 klasifikasi kekuatan batuan menggunakan skala mohs.........................10 Tabel 2.6.Hubungan nilai RQD dengan kualitas batuan.......................................11 Tabel 2.7 Diskripsi spasi bidang kekar.................................................................11 Tabel 2.8 Diskripsi kualitas massa batuan dengan panjang kekar.......................12 Tabel 4.1 Pembobotan Total.................................................................................19 Tabel 4.2 Deskripsi Massa Batuan Berdasarkan Bobot Total Rock Mass Rating 19 Tabel 4.3 Kuat Tekan Batuan................................................................................21 Tabel 4.4Data Pengukuran Kekar Stasiun A.........................................................22 Tabel 4.5Data Pengukuran Kekar Stasiun B.........................................................23 Tabel 4.6 Jarak Kekar Stasiun A...........................................................................24 Tabel 4.7 Jarak Kekar Stasiun B...........................................................................24 Tabel 4.8 Pengamatan Kondisi Kekar Stasiun A..................................................25 Tabel 4.9 Pengamatan Kondisi Kekar Stasiun B..................................................26 Tabel 4.10 Kondisi Air Tanah...............................................................................26



x



1



xi



2 BAB I PENDAHULUAN



2.1



Latar Belakang Batu gamping merupakan salah satu mineral industri yang digunakan oleh sektor



industri dan pertanian, bangunan, penstabil jalan raya, pengapuran, pertanian, bahan keramik, industri kaca, pembuatan karbit, untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas pulp dan karet dan juga industri semen. Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang 2 kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan. Batuan yang terdapat pada daerah Cangap Kerabangen disusun oleh mineral kalsit (40%-75%), lumpur karbonat (13%-22%), bioklas Arthropoda (15%), bioklas Brachiopoda (10%), bioklas koral (4%-8%), bioklas Ooids (6%-7%), bioklas Echinodermata (4%-5%) dan opak (2%-3%). Adapun nama dan klasifikasi batu gamping di daerah Cangap Kerabangen ialah Batu Gamping Kerangka (Boundstone) dan Batu Gamping Lumpur Karbonat (Mudstone) setelah dilakukan proses sayatan tipis pada batu gamping ( Sigiro, 2014). Rock Mass Rating (RMR) adalah salah satu metode klasifikasi massa batuan yang dipakai untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas suatu massa batuan . Rock Mass Rating (RMR) diciptakan pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi beberapa kali (terakhir 1989). Komoditas tambang yang dapat diusahakan dalam bidang industri pertambangan adalah batu gamping. Batu gamping adalah batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa makhluk hidup laut yang mengandung unsur CaCO 3 sebagai penyusun utamanya. Dalam kegiatan industri, batu gamping ini dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan semen, pasta gigi, industri pengolahan baja dan lain nya.(Sukma,2018). Untuk dapat memanfaatkan bahan galian yang ada, dibutuhkan operasi penambangan. Dan untuk mendapatkan hasil penambangan yang sesuai dengan nilai ekonomi serta memiliki tingkat keamanan yang memadai, penambangan harus dilakukan sesuai dengan karakteristik dari bahan galian tersebut. Salah satunya yaitu batu gamping. 1



Di daerah Buton Tengah terdapat beberapa jenis bahan galian yang dapat dimanfaatkan menurut jenis dari bahan galian tersebut. Sehingga dengan adanya otonomi daerah, pengusahaan dari bahan galian tersebut dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah bahan galian tersebut. Sistem penambangan batu gamping menggunakan system tambang terbuka dengan menggunkan metode tambang quarry. Quarry merupakan system penambangan terbuka yang biasanya diaplikasikan untuk menambang bahan galian seperti batu gamping, marmer, granit, andesit dll. Kedalaman tanah penutup yang tidak terlalu tebal dan penyebaran batu gamping yang relative merata sehingga metode quarry paling sering digunakan dalam penambangan batu gamping. Ditinjau dari segi rekayasa, massa batuan dapat dipandang sebagai bahan konstruksi yang terdiri atas fragmen – fragmen dan blok – blok dengan bebagai macanm ukuran. Namun tidak seperti beton dan baja, massa batuan selalu menjadi masalah yang unik ( tidak pernah ditemui lebih dari satu kali ) baik di bidang teknik sipil maupun pertambangan, karena batuan ternyata adalah suatu material yang kompleks dengan perbedaan tipe dan sifat yang sangat bervariasi. Diskripsi kualitatif saat ini tidak lagi mempunyai arti dalam perhitungan rancangan. Sehingga agar dapat dievaluasi dan digunakan untuk perhitungan – perhitungan dalam rancangan, seluruh karakter material batuan dan ketidak menerusan geologis tersebut harus dinyatakan dalam bentuk bobot. Ini tidak lain bearti bahwa semua data masukan harusnya dinyatakan secara kuantitatif agar dapat dimasukkan ke dalam perhitungan.Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi dengan judul “ANALISIS KELAS MASSA BATUAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING PADA PT.DIAMOND ALFA PROPETINDO DI PIT A”



2



2.2



Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut :



1. Bagaimana kondisi bidang diskontinu pada pit A 2. Menentukan kelas massa batuan menggunakan metode Rock Mass Ratting pada pit A 2.3



Batasan Masalah Agar penelitian ini bisa lebih fokus, maka penulis membatasi penelitian terhadap



beberapa variabel, yakni pada data kualitas batuan yang dijumpai pada pit A berdasarkan geomekanik Rock Mass Rating (RMR). 2.4



Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 3.1



Untuk mengetahui kondisi bidang diskontinu pada pit A



3.2



Untuk mengetahui kelas massa batuan menggunakan metode Rock Mass Rating pada pit A.



2.5



Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:



1.



Mahasiswa Penelitian ini memberikan manfaat berupa kemampuan untuk menganalisis kelas massa batuan dengan baik.



2.



Perusahaan Dari penelitian yang dilakukan dapat menjadi masukan positif bagi perusahaan dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelas massa batuan berkategori baik hingga yang sangat buruk.



3



3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA



3.1



Profil Perusahaan PT. Diamond Alfa Propertindo berdiri pada tahun 2012 dan mulai beroperasi pada



tahun 2020 dimana merupakan salah satu perusahaan dalam bidang pertambangan produksi batu gamping yang berlokasi di Desa Gundu-gundu, Kecamatan Mawasangka Tengah kabupaten Buton Tengah. Dalam kegiatan penambangan batu gamping, PT. Diamond Alfa Propertindo menggunakan metode penambangan quarry (tambang terbuka) dengan target produksinya 35.000 Bcm perbulan. Pada PT. Diamond Alfa Propertindo kegiatan utamanya berupa peledakan Proses pemborannya menggunakan alat bor Furukawa Rock Drill dengan pola pemboran zig-zag. Bahan peledak yang digunakan adalah Anfo.



Gambar 2.1 Peta Adminstrasi Buton Tengah 2022. 3.2 Geologi Regional Pada Kabupaten Buton Tengah tampak adanya gejala pengangkatan dari bukti adanya undak-undak terumbu karang seperti yang tampak pada unit satuan Litostratigrafi dari Formasi Wapulaka, tetapi lapisan batuan sedimen pada umumnya horizontal tidak ada kemiringan lapisan batuan sedimen. Walaupun demikian sekalipun terjadi peningkatan pada Kuarter Awal atau diakhir Tersier yang tidak melibatkan perlipatan batuan, tetapi berdasarkan unsur geografi seperti yang di atas, terdapat pola kelurusan topografi dari Selat Baruta sebagai bagian dari Selat Buton yang paling sempit, Teluk Lasongko dan Teluk 4



Wambuloli mencerminkan adanya kontrol struktur geologi. Berdasarkan dengan deduksi tersebut maka diketahui pola struktur geologi Kabupaten Buton Tengah seperti diuraikan berikut ini. 1. Pola Utara – Selatan yang diperlihatkan oleh arah Teluk Lasongko dan Teluk Wambuloli dari arah Pantai Selatan Kabupaten Buton Tengah. Arah kelurusan ini sama dengan arah perlipatan dan Sesar Anjak di daratan Pulau Buton yaitu arah Sesar Anjak Lambusango dan Sesar Anjak Teluk Sampolawa. 2. Timur laut – Barat daya dari pembelokan Teluk Lasongko yang membelok di Wongko menuju ka arah Lasongko adalah searah dengan Selat Baruta Patahan Bungi – Langkoromi di Pulau Buton maupun Patahan Suandala yang mengarah ke Teluk Lawele. 3. Timur – Barat yang ditunjukkan oleh pembelokan Teluk Wambuloli di Katukobari yang mengarah ke Timur sama dengan struktur geologi Patahan Normal Pasarwajo serta Patahan Gunung Wani di Buton Utara. Berdasarkan kemiripan tersebut dapat disimpulkan bahwa Litostratigrafi yang berumur Tertsier Akhir dan Kwarter Awal di Kabupaten Buton Tengah berada diatas bidang patahan (struktur geologi) yang berumur Miosen Tengah ke atas, sehingga pada saat terjadi pengangkatan maka bidang lemah yang diakibatkan oleh patahan sebelumnya menjadi tampak pada unsur geografis seperti yang diuraikan sebelumnya (Ford dan Wiliams,2007).



Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Lembar Buton ( Sikumbang 1995).



5



3.3



Topografi Topografi daerah penelitian yang terletak di Desa gumanano, Kecamatan



mawasangaka, Kabupaten buton tengah memiliki kenampakan topografi dengan kontur yang cukup rapat, ketinggian pada daerah penelitian berkisar antara 100 sampai 250 mdpl. Ditinjau dari aspek kelerengan daerah penelitian memliki kelerengan 4 - 10% dan dikategorikan sebagai daerah yang cukup landai. 3.4



Genesa Batu Gamping Batu gamping adalah batuan sedimen yang sebagian besar disusun oleh kalsium



karbonat yang berasal dari sisa- sisa organisme laut seperti kerang, siput laut, dan koral yang sudah mati. Batu gamping terbentuk secara organik, secara mekanik maupun secara kimia. Batu gamping yang terjadi secara organik di alam yang merupakan pengendapan cangkang ataupun siput dan ganggang yang berasal dari kerangka koral. Batu gamping yang terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda dengan jenis batu gamping yang terbentuk secara organik, perbedaannya yang terjadi diantara keduanya adalah terjadinya perombakan bahan batu gamping yang kemudian terbawa arus dan biasanya mengendap tidak jauh dari tempat semula. Batu gamping yang terjadi secara kimia merupakan jenis dari batu gamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan dalam suasana lingkungan tertentu. Batugamping (batukapur) dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu, batugamping kualitas tinggi (high grade limestone) dengan kadar CaO (>48 %) dan batugamping kualitas rendah (low grade limestone) dengan kadar CaO ( 10 10-4



4-2



2-1



>250



50-100



25-50



100250



15 90-100 20 >2 m



12 7 75-90 50-75 17 13 0,6-2 0,2-0,6 M m 20 15 10 Selang Nilai Sangat Agak kasar, tidak kasa.pemi menerus, sahan 5 mm



1 Soft filling < 5 mm 2 Highly weathered 1



1 Descomposed 0



Setelah dilakukan pembobotan orientasi kekar, selanjutnya menganalisis kelas massa batuan menurut bobot total batuan. Untuk menganalisis kelas massa batuan dengan bobot total batuan dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total (Bieniawski,1973) Bobot 100-81 80-61 No. Kleas I II Description Batuan Batuan sangat baik baik



60-41 III Batuan sedang



8



40-21 IV Batuan buruk



200



Kuarsit, Dolerit, Gabro, Basalt



Klasifikasi Kekerasan Batuan Klasifikasi Kekerasan BatuanKekerasan batuan dilakukan klasifikasi berdasarkan



skala Mohs yang dibagi berdasarkan alat uji yang digunakan (Mukherje, 2012), yaitu : 1. 1 ≤ x ≤ 2,5 : Tergores kuku. 2. 2,5 < x < 5,5 : Tergores Logam 3. 5,5 ≤ x ≤ 7 : Menggores kaca kemudian dari pengujian kekerasan batuan berdasarkan skala Mohs dihubungkan dengan pengujian kekuatan batuan (MPa) sehingga didapatkan klasifikasi kekuatan batuan menurut Jukka Naapuri dan Tamrock (1988) seperti tabel sebagai berikut. Tabel 2.5 klasifikasi kekuatan batuan menggunakan skala mohs. klasifikasi kekuatan batuan



kekerasan (skala mohs)



9



kekuatan batuan (Mpa)



keras



Luna k



3.9



sangat keras



>7



>200



keras



6-7



120 - 200



keras sedang



4,5 - 6



60 - 120



cukup lunak



3 - 4 ,5



30 – 60



lunak



2-3



10 -30



sangat lunak



1-2



10 cm x 100 %............................................(2.1) panjang kemajuan pemboran



Jika tidak dilakukan pengeboran inti karena keterbatasan biaya maka dapat digunakan pendekatan Priest dan Hudson (1983) dalam perhitungannya sebagai berikut : RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ……………………………………………………………………(2.2) Dimana : ƛ = jumlah keterdapatan kekar/meter e = Eksponensial



Tabel 2.6.Hubungan nilai RQD dengan kualitas batuan. RQD %



Kualitas batuan



90 – 100



Sangat baik



75 – 90



Baik



50 –75



Biasa 10



25 – 50



Buruk



< 25



Sangat Buruk



3.10 Spasi bidang kekar Spasi bidang kekar adalah jarak yang diukur tegak lurus antara dua bidang kekar. Spasi bidang kekar ini sangat penting untuk diketahui karena mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya bidang kekar pada suatu batuan akan mengurangi kekuatan dari batuan tersebut (Bieniawski,1973). Tabel 2.7 Diskripsi spasi bidang kekar. Diskripsi



3.11



Spasi bidang kekar



Keterangan



Sangat lebar



>3m



Padat



Lebar



1,0 – 3 m



Masif



Cukup dekat



0,3 – 1,0 m



Blocky / seamy



Dekat



50 – 300 mm



Pecah – pecah



Sangat dekat



< 50 mm



Hancur dan tesebar



Kondisi bidang kekar Bieniawski,(1973) menentukan kondisi bidang kekar sebagai berikut :



1. Kekasaran. Kekasaran pada bidang kekar adalah komponen penting dari kekuatan gesernya, terutama dalam hal kekar yang tidak berpindah. Karena akan dapat mencegah bergesernya batuan.



2. Separation Separation merupakan jarak dua permukaan bidang kekar yang berdekatan dan diisi oleh material pengisi. Dengan pembagian sebagai berikut : 1. Sangat rapat



: < 0,1 mm



2. Rapat



: 0,1 – 0,5 mm



3. Cukup terbuka



: 0,5 – 2,5 mm 11



4. Terbuka



: 2,5 – 10 mm



5. Sangat lebar



: 10 – 25 mm



Dan untuk separation dengan jarak lebih dari 25 mm digolongkan dalam kekar utama. 3. Persistensi Persistensi merupakan panjang kekar pada massa batuan. Persistensi ini merupakan hal yang sangat penting tetapi sangat sulit dalam pengukuran. Tabel 2.8 Diskripsi kualitas massa batuan dengan panjang kekar. Deskripsi



Panjang kekar (m)



Sangat rendah



20



4. Pelapukan Pelapukan yang terjadi pada batuan dapat disebabkan oleh pelapukan secara kimia maupun fisik. Pelapukan secara fisik terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang lebih kecil tanpa terjadi perubahan secara kimiawi. Sedangkan pelapukan kimiawi yaitu pelapikan yang disebabkan oleh reaksi kimia terhadap batuan dan mineral – mineral yang ada didalamnya sehingga terjadi perubahan komposisi mineral dan dapat mengakibatkan batuan akan mudah lapuk.



12



Gambar 2.4 Profil kekasaran muka bidang kekar (ISRM 1981). Kondisi Pelapukan Dinding batuan Pelapukan dinding batuan atau pada permukaan diskontinuitas yang terbentuk pada batuan oleh ISRM (1981) diklsifikasikan menjadi sebagai berikut. a. Tidak lapuk atau segar ( Fresh Rock). Tidak terlihat tanda-tanda .pelapukan, batuan segar, kristalnya terang. b. Pelapukan Ringan ( Slightly Weathered ). Ketidakmenerusan ternoda atau luntur dan dapat terisi oleh isian tipis hasil dari alterasi material. Lunturan tadi dapat meluas dari permukaan ketidakmenerusan sampai kedalam batuan dengan jarak sampai 20% dari pada spasi ketidakmenerusan. c. Pelapukan Sedang (Moderately Weathered). Lunturan meluas dari bidang ketidakmenerusan lebih besar 20% dari pada spasi ketidakmenerusan. Ketidakmenerusan dapat terisi oleh hasil alterasi material. Mungkin dapat ditemukan batas butiran yang terbuka. d. Pelapukan kuat (Highly Weathered ). Lunturan meluas melalui batuan dan terdapat bagian material batuan yang gembur. Tekstur asli batuan tetap terjaga, tetapi didapatkan pemisahan butiran.



13



e. Sangat lapuk ( Decomposed). Batuan terdekomposisi seluruhnya, dan dalam kondisi gembur. Kenampakan luar adalah tanah. 5.



Material pengisi Secara umum material pengisi cacat batuan dikenal sebagai alterasi yang dapat terdiri dari material lunak sampai keras. Contoh material pengisi adalah lmpung, kaolin, mika, pasir, dan kursa. Ketika nilai RMR > 40, kestabilan lereng ditentukan oleh orientasi dan kekuatan diskontinuitas. Dan ketika nilai RMR < 30, failure bisa terjadi melalui massa batuan dengan berbagai orientasi, dan kekuatan massa batuan diperkirakan dari korelasi bobot kekuatan massa batuan. Berdasar kenyataan di lapangan bahwa kestabilan lereng diatur oleh perilaku diskontinuiatas. Modifikasi RMRS termasuk usulan terbaru untuk memasukkan factor pengaturan untuk orientasi diskontinuitas dan penambahan sebuah factor pengaturan baru untuk metode penggalian. Pendekatan ini sesuai untuk pemasukkan pendahuluan kemantapan lereng pada batuan, termasuk batuan sangat lunak maupun batuan dengan joint yang sangat banyak.



3.12



Pengaruh Klasifikasi Rock Mass Rating Sistem klasifikasi masssa batuan dilakukan dengan tujuan untuk



mengelompokan massa batuan berdasarkan perbedaan karakteristik massa batuan. Dari pengklasifikasian massa batuan sangat mempengaruhi terhadap kekuatan batuan terhadap suatu lereng dimana nilai RMR rendah akan menghasilkan faktor keamanan yang rendah pada suatu material dilereng. Klasifikasi massa batuan sudah dikembangkan lebih dari 100 tahun lalu, sejak Ritter (1879) mencoba melakukan pendekatan empiris untuk perancangan terowongan, khususnya penentuan kebutuhan penyangga.



14



3.13



Bobot Isi Bobot isi merupakan perbandingan antara massa batuan dengan volume



batuan. Bobot isi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara massa batuan asli dengan volume batuan. 2. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara massa batuan jenuh dengan volume batuan. 3. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara massa batuan kering dengan volume



batuan, Irwandi Arif (2016).



15



4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN



4.1



Peta Kesampaian Daerah Untuk dapat sampai ke wilayah yang dimaksud dapat ditempuh dengan



transportasi umum ataupun pribadi dari Kota Baubau menyeberang menuju pelabuhan ferry dengan menggunakan kapal ferry dengan tujuan Wamengkoli dengan waktu tempuh kurang lebih dari 30 menit. Selanjutnya dari Pelabuhan Wamengkoli perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan roda dua atau empat menuju lokasi penelitian yang bertempat di Desa Gundu-gundu dengan jarak tempuh kurang lebih 65 km menggunakan dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.



16



Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Diamond Alfa Propetindo 4.2



Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode



kuantitatif yaitu penelitian yang didalamnya menggunakan banyak angka, mulai dari proses pengumpulan data hingga penafsiranya. 4.3



Tahapan Pendahuluan Tahap pendahuluan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stuudi



literatur. Studi literatur yaitu berupa data perusahaan perpustakaan dan media internet. 4.4 1.



Tahap Pengolahan Data Pengukuran bidang diskontinu Melakukan pengukuran kekar yaitu persentesis, pemisahan bukaan (aperture), kekasaran ,isian (gouge) dan pelapukan



2.



Klasifikasi massa batuan menggunkan metode Rock MassRrating Pembobotan parameter Rock Mass Ratting.



4.5



Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data sekunder dan



data primer. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan literatur dari berbagaii referensi terkait dengan penelitian ini atau merupakan data yang sudah ada di perusahaan dan jurnal-jurnal penelitian yang sudah ada. Sedangkan data primer merupakan data yang dapat dari hasil pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan oleh penulis. 4.6



Tahap Analisis Data Mendapatkan kelas massa batuan dengan menggunakan metode Rock Mass



Rating yang didapatkan dari pengukuran bidang diskontinu secara langsung,data yang diperoleh dari pengukuran tersebut yaitu UCS, RQD,jarak antara kekar,



17



kondisi bidang kekar, serta kondisi air tanah .Setelah mendapatkan kelima parameter tersebut kemudian melakukan pembobotan terhadap parameter tersebut. 4.7



Bagan Alir Penelitian



ANALISIS KELAS MASSA BATUAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MA



Studi Literatur



Data primere yaitu , data kekar (banyak kekar orientasi kekar.RQD Dan jenis batuan).



Data sekunder yaitu profil perusahaan dan peta geologi .



Pengolahan dan Analisis Data Menentukan klasifikasi batuan menggunkan metode rock mass rating dari data sekunder dan pengukuran bidang diskontinu yang dilakukan pengukuran secara langsung dilapangan dengan bentangan scanline. F



Pembahasan Pembobotan Rock Mass Rating dan pengklasifikasian



Massa Batuan Menggunakan Metode Rock Mass Rating 18



5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan analisa terhadap analisis kelas massa batuan, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data rock mass rating . 5.1 Pengolahan Data Setelah bobot kelima parameter rock mass rating didapatkan, selanjutnya dilakukan pembobotan total dari seluruh parameter. Hasil pembobotan total parameter rock mass rating dapat dilihat pada tabel 4.1 dan deskripsi massa batuan menurut pembobotan total rock mass rating dapat dlihat pada tabel 4.2: Tabel 4.9 Pembobotan Total. No



Litelogi



UCS



RQD



Jarak



Kondisi



Kondisi



Bobot



Kekar



Kekar



Air



Total



Tanah 1



Stasiun A



12



20



4



20



15



75



2



Stasiun B



12



20



4



20



15



75



Setelah diperoleh seluruh parameter yang ada maka di jumlahkan seluruh nilai bobot yang ada maka diperoleh nilai dari RMR, dan dari total nilai pembobotan yang diperolehdari RMR maka bisa di dapat deskripsi batuan seperti tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Deskripsi Massa Batuan Berdasarkan Bobot Total Rock Mass Rating. No 1



Stasiun Stasiun A



Bobot



Kelas



Deskripsi



II



Baik



Total 75



19



2



Stasiun B



75



II



Baik



Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas di peroleh nilai RMR yang sama yaitu 75 dari perhitungan stasiun A dan B termasuk batuan dengan golongan baik. 5.2 Pengumpulan Data Rock Mass Rating a.



Daerah penelitian



Pada daerah penelitian terdapat dua stasiun yaitu stasiun A dan B dimana dapat dilihat pada gambar 4.1.



Gambar 4.5 Lokasi Stasuin A dan Stasiun B. Berikut adalah data geometri lereng yang didapatkan dari hasil pengukuran dilapangan. b.



Uniaxial compressive strength Data UCS diperoleh dari uji kuat tekan batuan menurut data uniaxial



compressive strength diperoleh berdasarkan klasifikasi Berikut data hasil uji kuat tekan batuan berdasarkan Jukka Naapuri dan Tamrock (1988), hasil pengujian berdasarkan kalsifikasi tersebut menggunakan kaca dan digoreskan pada sampel dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan hasil pengujian tersebut terdapat pada tabel 4.1



20



Gambar 4.6 Pengujian Kuat Tekan Batuan stasiun A dan B. Berikut data hasil uji kuat tekan batuan berdasarkan Jukka Naapuri dan Tamrock (1988) Tabel 4.11 Kuat Tekan Batuan. Stasiu n



Hasil pengujiuan



Bobo



Deskripsi



t



UCS (Mpa) Stasiun A



100-250



12



Dapat digores dengan kaca



Stasiun B



100-250



12



Dapat digores dengan kaca



21



c.



Rock Quality Designation Data rock quality designation diperoleh dari keterdapatan jumlah



kekar pada bentangan scanline pada stasiun A dan B sepanjang 11 meter dan 10 meter seperti yang terlihat pada gambar4.3 dibawah ini.



Gambar 4.7 Pengamatan Kekar stasiun A dan B. Data hasil pengukuran kekar yang didapat dari pengamatan dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.12 Data Pengukuran Kekar Stasiun A. Pengukuran Kekar



Jumlah Kekar



RQD



0-1 meter



0



100%



1-2 meter



1



99,58%



2-3 meter



1



99,58%



3-4 meter



0



100%



4-5 meter



1



99,58%



5-6 meter



1



99,58%



6-7 meter



0



100%



7-8 meter



1



99,58%



8-9 meter



0



100%



9-10 meter



1



99,58%



10-11 meter



0



100%



Bobot



20



22



Rata – rata



99%



Tabel 4.13 Data Pengukuran Kekar Stasiun B. Pengukuran Kekar



Jumlah Kekar



RQD



0-1 meter



0



100%



1-2 meter



1



99,58%



2-3 meter



0



100



3-4 meter



1



99,58%



4-5 meter



0



100



5-6 meter



1



99,58%



6-7 meter



0



100%



7-8 meter



0



100



8-9 meter



0



100%



9-10 meter



1



99,58%



Bobot d.



Rata – rata



100%



20



Jarak antara kekar Data jarak antara kekar diperoleh dengan melakukan pengukuran



langsung yang terdapat pada bentangan scanline dengan menggunkan meteran seperti yang terlihat pada gambar 4.4.



Gambar 4.8 Pengukuran Jarak Antara Kekar.



23



Data jarak antar kekar yang didapat dari pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 Tabel 4.14 Jarak Kekar Stasiun A. Kekar



Jarak antar kekar



1 ke 2



0,90 meter



2 ke 3



2,5 meter



3 ke 4



1,7 meter



4 ke 5



1,6 meter



5 ke 6



2,1 meter



Rata -rata



1-3 meter



Bobot



4



Dari kedua tabel ini menunjukan keterdapatan jarak antar kekar satu dan lainya dengan panjang bervariasi dengan rata-rata panjangnya 1-3 meter dengan nilai bobot 4. Tabel 4.15 Jarak Kekar Stasiun B. Kekar



Jarak antar kekar



1 ke 2



1,4 meter



2 ke 3



1,9 meter



3 ke 4



4,6 meter



Rata -rata



1-3 meter



Bobot



4



24



e.



Kondisi kekar Data kondisi kekar diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung pada



kekar yang terdapat pada bentangan scanline yang terlihat pada gambar 4.5 dibawah .



Gambar 4.9 Kondisi Kekar. Berikut data hasil dari pengamatan kekar dilapangan pada tabel 4.8 dan 4.9 dibawah ini : Tabel 4.16 Pengamatan Kondisi Kekar Stasiun A. No



Kondisi Kekar Panjang



Bukaan



Kekasaran



Isian



Pelapukan



Kekar



Kekar



Kekar



Kekar



Kekar



1



1.21 m



8 mm



Rough



None



Slightly Weathered



2



0,95 m



12 mm



Rough



None



Slightly Weathered



3



2,01 m



13 mm



Rough



None



Slightly Weathered



4



1,47 m



10 mm



Rough



None



Slightly Weathered



5



1,15 m



9 mm



Rough



None



Slightly Weathered



6



1,69 m



14 mm



Rough



None



Slightly Weathered



Kekar



Rata - rata



1-3 m



>5 mm



Rough



None



Slightly Weathered



Bobot



4



0



5



6



5



Dari hasil pengamatan kekar di daerah penelitan, di temukan 6 kekar dengan panjang bervariasi, jika rata-rata dari Panjang kekar 1-3 meter maka bobotnya adalah 4, kemudian dari kekerasan kekarnya yaitu Rought dengan bobot 5, dari isian kekarnya None atau tidak ada dengan nilai bobotnya ialah 6 dan pelapukan kekar yang di jumpai di daerah penelitan slightly weathered dengan nilai bobot 5. 25



Tabel 4.17 Pengamatan Kondisi Kekar Stasiun B. Kondisi Kekar



No



Panjang



Bukaan



Kekasaran



Isian



Pelapukan



Kekar



Kekar



Kekar



Kekar



Kekar



1



2m



7 mm



Rough



None



Slightly Weathered



2



1,3 m



9 mm



Rough



None



Slightly Weathered



3



1,7 m



8 mm



Rough



None



Slightly Weathered



4



1,1 m



11mm



Rough



None



Slightly Weathered



Rata - rata



1-3 m



>5



Rough



None



Slightly Weathered



4



0



5



6



5



Kekar



Bobot



Dari hasil pengamatan kekar di daerah penelitan, di temukan 6 kekar dengan panjang bervariasi, jika rata-rata dari Panjang kekar 1-3 meter maka bobotnya adalah 4, kemudian dari kekerasan kekarnya yaitu Rought dengan bobot 5, dari isian kekarnya None atau tidak ada dengan nilai bobotnya ialah 6 dan pelapukan kekar yang di jumpai di daerah penelitan slightly weathered dengan nilai bobot 5. f.



Kondisi air tanah Data kondisi air tanah diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap dinding



disekitar lereng umumnya adalah kering, dan tidak terdapat aliran air tanah yang keluar dari dinding lereng. Tabel 4.18 Kondisi Air Tanah.



5.3



Stasiun



Kondisi Ait Tanah



Bobot



Stasiun A



Kering



15



Stasiun B



Kering



15



Bobot Isi Batuan 1. Sampel stasiun A



Diketahui : Massa batu



= 507gr 26



Diameter/jari-jari = 6,5 cm Tinggi = 3,125 cm Ditanyakan : 1. V = ? 2. Bobot isi = ? Penyelsaian : Menggunakan rumus Archimendhes yaitu : a.



V = π × jari-jari² × tinggi = 3,14 × (0,065)² × 0,03125 = 3,14 × 0,004225 × 0,03125 = 0,00415 kg/m³



b. * Bobot isi asli yaitu massa batu actual di bagi dengan volume 0,0507 = 0,000415 = 122,216 kg/m³



*Bobot isi kering = *Bobot isi jenuh =



0,0501 = 122,072 kg/m³ 0,000415



0,0519 = 122,506 kg/m³ 0,000415



2. Sampel stasiun B Diketahui : Massa batu = 186 gr Diameter/jari-jari = 5,25 cm Tinggi = 1,5 cm Ditanyakan : 1. V = ? 2. Bobot isi = ? Penyelsaian : Menggunakan rumus Archimendhes yaitu : 1.



V = π × jari-jari² × tinggi = 3,14 × (0,0525)² × 0,015 = 3,14 × 0,00275 × 0,015 = 0,000129 kg/m³



4



*Bobot isi asli yaitu massa batu actual di bagi dengan volume 0,0186 = 0,000129 = 144,18 kg/m³



*Bobot isi kering =



0,0181 = 140,31 kg/m³ 0,000129 27



*Bobot isi jenuh =



0,0190 = 147,28 kg/m³. 0,000129



6



BAB V



KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yakni sebagai berikut: 5.1



Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data, maka dapat ditarik



kesimpulan sebagai berikut: 1.



Dari hasil pengukuran scane line pada stasiun A dan B, didapatkan kondisi bidang diskontinu pada stasiun A terdapat 6 kekar, rata-rata jarak kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4 ,rata-rata Panjang kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4,bukaan kekar >5 mm, kekasaran kekar rough, isian kekar none, dan pelapukan slightly weathered dan stasiun B didapatkan kondisi bidang diskontinu pada stasiun A terdapat 4 kekar, rata-rata jarak kekar 1-3 meter dengan nilai bobot 4,Panjang kekar 1-3 meter ,bukaan kekar >5 mm, kekasaran kekar rough, isian kekar none, dan pelapukan slightly weathered.



2.



Dari hasil perhitungan kelas massa batuan menggunakan metode Rock Mass Ratting didapatkan bobot dengan nilai 75 dimana nilai ini dikategorikan batuan baik.



5.2



Saran



1.



Penelitian lanjutan pada pit A PT Diamond Alfa Propetindo dianjurkan untuk melengkapi data yang sudah ada dengan alat yang memadai serta lebih mengutamakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).



28



7



DAFTAR PUSTAKA



Bieniawski, Z. T.(1973), Engineering Classifications of Jointed Rock Masses, Trans S. Afr. Inst. Civ. Engrs. Brady, B.H.G., dan Brown, E.T., 2004 Rock Mechanis For Underground Mining Third Edition. Kluwer Academic Publishers : Boston, USA . Deere, D. U. dan Deere, D. W. 1988 The Rock Quality Designation (RQD) Index in Practice. Rock Classification Systems for Engineering Purposes,Kirkaldie, L. (Ed.). American Society for Testing and Material: Philadelphia. Hal. 91-101. Ford dan Wiliams, (2007), Karst Hydrogeology and Geomorphology, 1st ed. John Wiley & Sons Ltd,West Sussex. Irwandi Arif, 2016. “Geoteknik Tambang”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama International Society of Rock Mechanics (ISRM). 1981. ISRM suggested Methods:Rock Characterization, Testing, and Monitoring. ET Brown (Ed.) Pergamon Press. Jamaludin, A dan Adiantoro, D., 2012, Analisis Kerusakan X-Ray Fluoresence (XRF). Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Banten. Naapuri, Jukka., Tamrock. 1988. “Surface Drilling and Blasting”. Tampere, Finland. Priest, S.D., dan J. A. Hudson., 1983. Discountinuity Spacing in Rock . Int. J. Rock Mech. Min. Sci. 13. pp. 135-148. Ritter, W (1879) Die Statik der Tunnelgwölbe. Berlin: springer. Sigiro Sovian, (2014),



Penentuan Struktur Penyebaran Batu Gamping dengan



Menggunakan Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Daerah Cangap Kerabangen Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan. Sikumbang,N., Sanyoto, P., Supandjono ., R. J. B. dan Gafoer , S., (1995) Peta Geologi Lembar Buton, Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000 Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi Sukma A.M. (2018) Perhitungan Sumberdaya Batu Gamping dengan Menggunakan Metode Garis Kontur IUP Operasi Produksi PT. Yuanda putra YLM, Kabupaten Solok, Provinsi Smatera Barat. STTIND Padang 29



8



LAMPIRAN 1



PENGOLAHAN DATA RQD Perhitungan nilai RQD pada stasuiun A RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ Keterangan : ƛ = jumlah keterdapatan kekar/meter e = Eksponensial 1. RQD 0 – 1 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 2. RQD 1 – 2 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 99,58 % 3. RQD 2 – 3 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 99,58 % 4. RQD 3 – 4 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 5. RQD 4 – 5 RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(0) RQD = 99,58 % 30



6. RQD 5 – 6 meter



31



RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(1) RQD = 99,58 % 7. RQD 6 – 7 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(1) RQD = 100 % 8. RQD 7 – 8 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(1) RQD = 99,58 % 9. RQD 8 – 9 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 10. RQD 9 – 10 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(0) RQD = 99,58 % 11. RQD 10 – 11 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(0) RQD = 100 %



32



Perhitungan nilai RQD pada stasuiun B RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ Keterangan : ƛ = jumlah keterdapatan kekar/meter e = Eksponensial 1.RQD 0 – 1 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 2. RQD 1 – 2 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 99,58 % 3. RQD 2 – 3 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 4. RQD 3 – 4 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 99,58 % 5. RQD 4 – 5 RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(0) RQD = 100 % 6. RQD 5 – 6 meter



33



RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(1) RQD = 99,58 % 7. RQD 6 – 7 meter RQD = 100 (0,1ƛ+1)𝑒−0,1ƛ RQD=100 (0,1(0)+1)𝑒−0,1(1) RQD = 100 % 8.



RQD 7 – 8 meter



RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(1) RQD = 100 % 9. RQD 8 – 9 meter RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(0) + 1)𝑒−0,1(2) RQD = 100 % 10.



RQD 9 – 10 meter



RQD = 100 (0,1ƛ + 1)𝑒−0,1ƛ RQD = 100 (0,1(1) + 1)𝑒−0,1(0) RQD = = 99,58 %



34



9



LAMPIRAN 2 DOKUMNTASI



1. pengukuran massa batuan aktual sampel



2. pembakaran sampel menggunakan oven guna mengetahui berat kering batuan



35



3. pengukuran tinggi dan diameter sampel



4. pengukuran berat kering sampel



5. pengukuran berat jenuh sampel



36



6. perendaman sampel selama 24 jam



37