Tugas Fisiologi Sistem Panca Indera - SURATMI - 6411420028 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS



SISTEM PANCA INDERA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi,



Disusun oleh: SURATMI (6411420028)



JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tahun ajaran 2021



Soal : 1. Jelaskan lokasi, jenis dan fungsi reseptor yang memediasi sensasi sentuhan, suhu dan rasa sakit ! 2. Bagaimana jalur kita bisa sampai merasakan rasa yang kita makan! 3. Bagaimana jalur kita bisa membaui sesuatu! 4. Jelaskan fungsi masing-masing bagian pada mata! 5. Jelaskan fungsi telinga eksternal, tengah, dan dalam. 6. Jelaskan peran membran timpani, tulang pendengaran pendengaran (malleus, incus, dan stapes), dan scala vestibule dalam transmisi suara



Jawaban : 1. Reseptor-reseptor yang terdapat pada kulit terdiri dari : a. Reseptor Sentuhan Reseptor sentuhan, yang disebut korpuskulus/badan meisner, terletak di bagian bawah lapisan epidermis. Letak reseptor ini tidak sama seperti yang ditemukan pada lidah atau ujung jari. Reseptor sentuhan dapat merasakan rangsang berupa tekanan ringan pada kulit sehingga impuls yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan berupa pesan untuk membedakan rasa halus, kasar, lunak, dan keras. Reseptor sentuhan tersebar tidak merata pada kulit sehingga ada bagian yang sangat peka terhadap rangsang sentuhan, ada pula bagian yang kurang begitu peka. Reseptor sentuhan banyak terdapat pada bagian ujung jari tangan dan kaki, serta pada bagian telapak tangan dan kaki. b. Reseptor Rasa Sakit Reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan rasa sakit terdapat pada lapisan epidermis dan dermis. Reseptor ini tersebar tidak merata pada bagian kulit tubuh manusia sehingga ada bagian kulit yang kurang peka terhadap rasa sakit. Reseptor ini sangat berguna untuk sistem pertahanan tubuh, karena dapat memberikan pesan apabila terjadi rangsangan berupa rasa sakit yang merusak organ tubuh. c. Reseptor Suhu Pada kulit tubuh manusia juga ditemukan reseptor untuk menerima pesan berupa rasa panas dan dingin. Reseptor ini disebut juga termoreseptor. Kemampuan termoreseptor untuk menerima rangsang bersifat kualitatif sehingga anda tidak mungkin membedakan secara pasti suhu yang dirasakan. Reseptor ini terdiri atas korspukulus badan ruffini yang merasakan rasa panas dan ujung saraf krause yang merasakan suhu dingin. Kemampuan cepat dan lambatnya reseptor juga sangat dipengaruhi ketika menerima atau melepaskan panas. Suasana panas baru dapat dirasakan



apabila reseptor berpindah dari kondisi dingin, sedangkan suasana dingin baru dapat dirasakan apabila baru berpindah dari kondisi yang panas.



2. Mekanisme Kerja Lidah Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Setelah itu rangsangan tersebut diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Lalu otak menanggapi rangsang tersebut sehingga manusia dapat merasakan rasa makanan atau minuman tersebut Dalam bahasa lain Mekanisme kerja lidah yaitu: Benda atau makanan yang memiliki rasa masuk kedalam mulut menuju papila kemudian diteruskan menuju saraf gustatori selanjutnya menuju medula oblongata kemudian diteruskan kembali menuju talamus dan yang terakhir diteruskan menuju otak 3. Cara Kerja Hidung Rangsangan berupa bau yang diterima lubang hidung diteruskan menuju ke epitelium olfaktori yang kemudian diteruskan kembali ke mukosa olfaktori lalu ke saraf olfaktori kemudian menuju ke talamus dan diteruskan lagi menuju hipotalamus hingga pada akhirnya diteruskan menuju otak Reseptor penciuman sebagai sistem kunci yang akan merespon terhadap jenis bau. Hanya molekul tertentu sesuai dengan reseptor tertentu dapat kita rasakan sebagai bau. Ketika molekul yang tepat datang dan hinggap pada reseptor yang cocok, maka akan terjadi gerakkan sebuah koreografi yang rumit dari reaksi biokimia dalam hidung. Kemudian meneruskan sinyal lewat saraf yang dikirim ke otak, yang kita anggap sebagai bau. 4. Bagian-bagian mata dan fungsinya 1). Alat Tambahan pada Mata Alat tambahan pada mata terdiri dari alis, palpebra atau kelopak mata, bulu mata dan aparatus lakrimalis. a. Alis mata, adalah rambut kasar yang terdapat di atas matasecara melintang dan tersusun rapi, alis mata ini berfungsi untuk memperindah dan melindungi mata dari keringat. b. Kelopak mata, adalah bagian mata yang dapat digerakkan untuk membuka dan menutup mata. c. Bulu mata, ialah bulu yang terletak pada ujung kelopak mata yang berfungsi untuk memperindah mata. d. Aparatus lakrimalis, adalah saluran yang mengalirkan air mata menuju konjuktiva kelopak mata atas. Air mata ini berfungsi untuk membasahi dan membersihkan bola mata, kedipan mata pun dapat membantu penyebaran air mata. Sebagian air mata akan menguap dan sebagian lagi masuk ke dalam punkta lakrimalis di kelopak mata atas dan bawah di sudut dalam mata. Air mata ini mengalir ke kanalis lakrimalis dan bermuara di rongga hidung, maka apabila seseorang sedang menangis akan mengeluarkan cairan dari hidung. 2). Bola Mata



Bola mata manusia berbentuk bulat dan agak pipih dari atas kebawah. Bola mata ini dapat bergerak ke kiri, ke kanan, dan kebawah. Gerakan ini dilakukan oleh otot mata. Bola mata ini terdiri dari dua lengkung lingkaran : a. Lengkung lingkaran bahagian depan yang disebut kornea, bersifat transparan (bening) dan tembus cahaya. b. Lengkung lingkaran bahagian belakang yang disebut jaringan pengikat atau padat tidak tembus cahaya dan berfungsi untuk penyokong bola mata yang disebut dengan sclera. Bola mata dibagi dua oleh suatu sumbu yang disebut sumbu Anatomis (Anatomical Axis). Bila suatu cahaya masuk ke bola mata,cahaya tersebut tidak mengikuti sumbu anatomis, melainkan mengikuti suatu sumbu yang jatuh tepat pada bintik kuning. Bagian Bola mata itu adalah : a. Selaput tanduk (kornea) yaitu selaput bening di bagian depan bola mata yang berguna untuk melewatkan cahaya yang masuk dari luar. b. Selaput pelangi (iris) adalah bagian mata yang mengandung zat warna (hitam, cokelat, hijau, atau biru). c. Anak mata (pupil) yaitu lubang pada bagian tengah iris yang berguna dalam mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk. d. Lensa mata, dapat menjadi cembung atau pipih berguna dalam mengatur pembentukan bayangan. e. Selaput keras (sklera) yaitu bagian terluar dari bola mata yang berguna untuk melindungi bagian dalam bola mata. f. Selaput koroid yaitu bagian tengah bola mata yang berupa selaput tipis, di dalamnya terdapat banyak saluran darah. Berwarna cokelat karena banyak mengandung zat warna (pigmen) Selaput jala (retina) yaitu bagian terdalam dari bola mata,berguna untuk menangkap bayangan. g. Bintik kuning yaitu daerah yang sangat mudah menerima cahaya yang masuk.



3). Dinding Bola Mata Terdiri dari tiga lapisan, yaitu : a. Tunica Vibrosa (lapisan Bagian luar), adalah merupakansuatu jaringan pengikat, terdiri dari 2 bahagian yaitu : 1)bagian depan disebut Cornea yang tembus cahaya, dan 2) bahagian belakang disebut sclera yang tidak tembus cahaya. Keduanya merupakan pelindung bola mata serta membentuk bola mata. b. Tunica Vasculosa ( Lapisan bahagian tengah) Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah. Bahagian belakang disebut koroid yang banyak mengandung pigmen.Ke arah depan koroid melanjutkan diri sebagai iris dan korpus siliare yang mengandung otot polos dinamakan muskulus ciliaris. Kedua ujung iris membatasi lubang yang dinamakan pupil yang berfungsi sebagai diafragma pada alat kamera untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Dari korpus siliaris kita dapatkan batang jaringan ikat yang dinamakan zonula zoonii yang berfungsi untuk mengikat lensa mata. c. Tunica nervosa (Lapisan bahagian dalam) Merupakan lapisan yang terpenting terdiri dari jaringan saraf. Didalamnya ada reseptor



penglihatan yaitu : sel batang (bacili) yang berfungsi melihat senja/gelap dan sel kerucut (conii) berfungsi untuk melihat terang/warna. Kedua ini terletak dalam suatu lapisan yang dinamakan Retina. Lapisan retina terbentang dari bahagian depan tepat pada corpus ciliares yang dinamakan ota serata dan ke arah belakang akan keluar dari bola mata melalui papila nervopici sebaga nervus opticus. Pada bagian retina ini ada dua yang terpenting, yaitu : 1) Bintik kuning (vovea centralis) Bahagian ini merupakan yang paling peka terhadapkemampuan melihat atau kemampuan menerima reaksi penglihatan paling cepat. 2) Bintik buta (blind spot) Disebut demikian karena bahagian ini tidak mengandung reseptor penglihatan baik sel batang maupun sel kerucut sehingga tidak berfungsi untuk melihat. Nama lain dari bintik buta adalah papila nervus optice yaitu tempat keluarnya nervus opticus. 4). Cairan Bola Mata Ada 2 macam cairan, yaitu : a. Cairan yang terletak di depan lensa Cairan ini jernih dan encer seperti air disebut juga dengan “humor aqueus atau AH” yang selama produksinya selalu konstan. Bila suatu hal produksi dari sekresi ini terganggu maka HA akan tertimbun dalam bola mata mengakibatkan tekanan intra okuler meninggi. Kelainan ini disebut “Gloucoma”. b. Cairan yang terletak di belakang lensa Cairan yang disebut corpus vitreum ini jernih tapi konsistensinya atau kepekatannya seperti agaragar. Agar cahaya atau benda yang dilihat dapat sampai ke retina (bintik kuning) maka cahaya tadi harus melalui : “Cornea – humor aqueus – lensa - corpus citreum -Bintik kuning”. Instrumen tersebut harus bening dan tembus cahaya. Media yang bening tembus cahaya ini disebut media refraksi. Humor aqueus atau cairan yang terletak di depan lensa diproduksi oleh corvus coliare, dibuang melalui “Cannal of schleman”. 5). Saraf penglihatan (nervus opticus) Nervus opticus dari mata kanan dan mata kiri setelah keluar dari bola mata akan saling bersilangan pada suatu tempat yang dinamakan “Chiasma Opticus”. Persilangannya bersifat parsial Crossing, hanya nervus opticus bagian tengah yang saling menyilang, sedangkan nervus opticus bagian tepi tidak menyilang. Dari Chiasma Opticus, saraf optikus (saraf penglihatan) melanjutkan diri sebagai traktus opticus. Secara anatomi fisiologi, traktus opticus berbeda dengan nervus opticus. Kalau nervus opticus unsur-unsur sarafnya hanya berasal dari satu bola mata bila ini mengalami kerusakan, maka hanya satu bola mata yang mengalami kerusakan. Sedangkan tractus opticus unsur- unsur sarafnya berasal dari kedua bola mata. Bila ini mengalami gangguan maka kedua bola mata akan mengalami kerusakan.



5. Anatomi Telinga Terdiri dari tiga bagian, yaitu : a) Telinga bagian luar b) Telinga bagian tengah c) Telinga bagian dalam.



a. Telinga bagian luar (Auris Eksterna) Bagian ini terdiri dari daun telinga yang disebut juga dengan “Auricula” yang berfungsi menentukan arah bunyi yang didengar, dan memperkuat suara-suara yang diterima. Fungsi ini dilakukan karena daun telinga punya bentuk seperti corong dan terdapat tonjolan-tonjolan yang terdiri dari tulang rawan dilapisi kulit. Telinga luar ini juga terdiri dari liang telinga luar (meatus acusticus eksternus) yang berfungsi menghantarkan getaran suara dan mempertahankan kelembaban suhu dari udara yang masuk. Dalam liang telinga terdapat bulu-bulu dan sejumlah kelenjar yang mengeluarkan kotoran telinga (cerumen), berfungsi untuk melindungi telinga supaya tidak kemasukan barang atau serangga. b) Telinga bagian tengah (Auris Media) Telinga tengah berupa rongga kecil yang berisi udara,terletak di dalam tulang temporal dan dindingnya dilapisi sel epitel. Antara Auris Eksterna dan Auris Media dibatasi oleh gendang pendengaran dinamakan membran tympani. Membran tympani ini membatasi suatu ruangan bagian tengah yang disebut cavum tympani, dan di dalamnya terdapat tulang pendengaran (ossicula auditiva) yang terdiri dari : Maleus (tulang martil), Incus ( tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan, sehingga getaran- getaran bunyi dapat dihantarkan dari gendang pendengaran ke telinga bagian dalam. Fungsinya adalah : (a) Sebagai penyalur getaran suara (b) Memperkuat suara (c) Melindungi alat pada telinga bagian dalam Di dalam telinga bagian tengah terdapat otot, yaitu otot gendang pendengaran (tensor tympani), otot sanggurdi (stapedius). Tensor tympani berkaitan dengan martil,stapedius berkaitan dengan kepala sanggurdi. Ujung lain dari kedua otot itu berkaitan pada dinding rongga telinga bagian tengah. Kedua otot ini berfungsi untuk:Memperkuat rantai tulang pendengaran, Meredam bunyi yang terlalu keras, Melindungi telinga bagian dalam. c). Telinga Bagian Dalam Telinga bagian dalam (Labyrin) itu merupakan bagian terpenting dari telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe dan letaknya di tulang pelipis yang berfungsi melindungi bagian dalam. Dilihat dari segi anatomi, telinga bagian dalam terdapat serambi (vertibule), saluran-saluran gelung (canalis semi curcularis), rumah siput (cochlea). Serambi ini berhubungan dengan saluran-saluran gelung dan dengan cochlea, saluran-saluran gelung ini merupakan alat keseimbangan, sedangkan cochlea merupakan bagian dari indra pendengaran. Dalam dalam telinga bagian dalam yang terpenting adalah organ corti. Organ corti ini merupakan



suatu reseptor pendengaran yang terletak di dalam cochlea bagian scala media tepatnya di atas membran basilaris. 6. Peran membran timpani, tulang pendengaran pendengaran (malleus, incus, dan stapes), dan scala vestibule dalam transmisi suara. Ada tiga tulang pendengaran yang menyusun telinga tengah dan berfungsi untuk menghantarkan getaran suara, yaitu maleus, incus, dan stapes. Proses mendengar diawali dengan suara yang ada di sekitar, berupa getaran atau gelombang, ditangkap oleh telinga bagian luar. Kemudian getaran diteruskan ke saluran telinga sehingga memberi tekanan atau pukulan pada gendang telinga (membran timpani). Ketika gendang telinga bergetar, maka getarannya akan diteruskan ke tulang pendengaran. Proses transmisi suara diawali dengan adanya stimulus berupa gelombang suara. Gelombang suara akan ditangkap oleh daun telinga dan ditransmisikan ke dalam meatus auditorius eksternus (liang telinga). Gelombang suara ini menyebabkan vibrasi membrana timpani. Membrana timpani dapat dengan mudah bergetar karena tekanan pada kedua sisinya bersifat atmosferik. Ujung faring tuba eustachius akan terbuka saat menelan, bersin dan menguap. Membrana timpani tidak akan bergetar dengan baik bila tuba tersumbat dan tekanan pada kedua sisi tidak sama. Amplitudo getaran membran proporsional dengan intensitas bunyi. Membran sangat teredam, yaitu berhenti bergetar segera setelah bunyi berhenti. Membrana timpani selanjutnya akan mentransmisikan suara ke telinga dalam melalui jembatan mekanis berupa tulang-tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Getaran gendang telinga menggerakkan tulang pertama, yang selanjutnya menggerakkan tulang kedua, dan akhirnya tulang ketiga. Tulang ketiga selanjutnya menggetarkan foramen ovale. Sistem transduksi suara diawali ketika vibrasi foramen ovale menyebabkan gelombang tekanan dalam perilimf telinga dalam. Gelombang berjalan ke atas pada perilimf dalam skala vestibuli dan ke bawah pada perilimf dalam skala timpani. Ketiga gelombang mencapai fenestrum rotundum pada bagian dasar, membran menutup fenestrum tersebut dan menyebabkan pembenjolan kecil ke dalam telinga tengah. Bila tidak terjadi, gelombang tidak dapat melewati koklea. Gelombang yang berjalan naik turun di dalam koklea akan menggetarkan membrana basilaris. Gerakan membrana basilaris ini akan menarik sel-sel rambut dan mengeksitasinya sehingga mentransmisikan impuls ke dalam serat nervus koklearis yang terletak di sekitar dasar sel rambut. Melalui proses yang kompleks ini, gelombang suara ditransduksikan menjadi impuls listrik. Neuron yang bersinaps dengan sel rambut meiliki akson yang panjang yang membentuk bagian dari saraf akustikus. Sebagian besar dari neuron auditorik itu berhubungan dengan satu sel rambut. Jalur auditorius dari masing-masing telinga menuju kedua sisi otak dan memiliki sinaps di beberapa nucleus sebelum mencapai korteks auditorik. Pada akhirnya, sensasi tersebut diinterpretasikan di dalam pars auditorius lobus temporalis.



References 



























https://www.google.com/url? sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/15869/8/Bab %25205.pdf&ved=2ahUKEwi969us1o_wAhXDR30KHdqPApAQFjAEegQIGhAC&usg =AOvVaw3TNL3Lb0bnJ9yfEY5TdPFw Masyog. 2019. Lima Jenis Reseptor pada Kulit Manusia. Masyog.com. https://www.masyog.com/2019/05/5-jenis-reseptor-pada-kulit-manusia.html?m=1 [diakses pada 21 April 2021] Suprihatin, Irchin; Djohar Maknun; Ina RL. 2013. Profil kemampuan Generik Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Subpokok Bahasan Sistem Indera Kelas XI di MAN Karangampel. Jurnal Scientiae Eduvatia. Vol:2. Edisi:2 Penjelasan Bagaimana Kita Bisa Mencium Bau dan Cara Kerja Reseptor Penciuman. 4muda. 2015. https://www.google.com/amp/s/www.4muda.com/penjelasan-bagaimanakita-bisa-mencium-bau-dan-cara-kerja-reseptor-penciuman/amp/ [diakses pada 21 April 2021] Mashudi. 2013. PENGEMBANGAN MEDIA MODEL MATA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP OPTIK. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol: 1. Page:93-101 Iswari, Mega and Nurhastuti, Nurhastuti (2018) Anatomi, Fisiologi dan Genetik. In: Anatomi, Fisiologi dan Genetik. Goresan Pena, Kuningan, pp. 1-176. ISBN 978-602-364425-4 Nugroho, PS; HMS Wiyadi. 2009. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer. Jurnal THT. Vol:2. Page:76-85