7 0 141 KB
TEORI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL YANG MEMPENGARUHI SEKOLAH DAN PRESTASI SISWA
Disusun Oleh : Aprizan Edi Yuversa Dosen Pembimbing Prof. Dr. Aprizal Lukman.
PROGRAM STUDI DOKTOR KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2021
A. Latar Belakang Pendidikan memiliki
peranan
yang
sangat
penting
bagi
perkembangan pengetahuan seseorang. Keberhasilan pendidikan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bakat dan kecerdasan anak, ekonomi, sosial budaya anak tersebut, kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, Pendidikan merupakan kegiatan yang mengatur perkembangan manusia secara terarah untuk
menjadi
manusia
yang baik
dan
berguna.
ukuran keberhasilan pendidikan adalah prestasi
Salah
akademik
satu siswa,
prestasi akademik berhubungan dengan bagaimana anak didik mempunyai
kepercayaan
diri
atas kemampuannya untuk
menentukan dan melaksanankan berbagai macam tugas serta menampilkan
bisa
performa.
Hamalik (2002:82) mengatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap masalahmasalah sosial, realita kehidupan dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberi pengalaman kepada anak dan menimbulkan perbedaan dalam minat, apresiasi sikap dan pemahaman ekonomis, perbendaharaan bahasa, abilitas berkomunikasi dengan orang lain, motif dengan
berfikir, kebiasaan berbicara dan pola hubungan kerjasama orang
lain.
Perbedaan-perbedaan
ini
akan
sangat
berpengaruh dalam tingkah laku dan perbuatan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Keterbatasan dana, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap masalah-masalah sosial, realita kehidupan yang dimiliki oleh orang tua siswa kemungkinan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
B. Worldview Dalam berbagai
penelitian disebutkan
bahwa status sosial
ekonomi dan budaya merupakan hal penting yang berjalan seiring dengan prestasi
belajar
siswa.
Akhmad Suyono (2012) menemukan
Sebagaimana hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap fasilitas belajar siswa. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh
Henry Eryanto dan Darm Rika (2013) Menjelaskan bahwa modal budaya berkontribusi
paling
besar
dalam mempengaruhi
prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil studi diatas menunjukkan sosial budaya dan ekonomi menjadi komponen
bahwa penting
factor yang
menjadikan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mendukung prestasi belajar siswa. Pasalnya Latar belakang sosial ekonomi orang tua dapat berperan melalui fasilitas belajar karena orang tua merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhlus sosial di dalam hubungan interaksi dengan lingkungannya.
Segala
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
anak
merupakan cerminan dari apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya. fasilitas belajar dan budaya dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan pentingnya latar belakang sosial, ekonomi dan budaya terhadap prestasi belajar siswa.
C.
Peran sekolah terhadap pendidikan multikultur Sekolah disamping sebagai tempat untuk mengembangkan
kompetensi
juga
untuk
mengembangkan
kepekaan
sosial
di
lingkunganya agar interaksi dilingkunganya berjalan dengan baik. Karakter siswa bisa dilihat dan dinilai ketika seseorang tersebut berinteraksi dengan orang lain, Salah satu sifat manusia selain sebagai makhluk individual adalah juga sebagai makhluk sosial. Dengan demikian kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. (Mulyasa : 2005 : 40) Manusia sebagai makhluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau manusia mempunyai dorongan sosial. Sebagai makhluk sosial, maka manusia adalah makhluk yang tak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain karena manusia harus mampu berinteraksi dalam masyarakat secara luas. Sebagaimana yang dikemukakan Buchari Alma kompetensi sosial adalah kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. (Wibowo dan Hamrin : 2012 : 124). Iwan Supardi menyebutkan enam asumsi dasar mengapa pendidikan multikultural perlu dikembangkan disekolah, yaitu: 1. Perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai 2. Sekolah
harus
menjadi
model
penyampaian
HAM
dan
penghormatan terhadap perbedaan-perbedaan budaya. 3. Keadilan dan kesetaraan bagi semua di sekolah harus menjadi perhatian penting dalam rancangan dan pelaksanaan kurikulum.
4. Perilaku dan nilai yang perlu untuk kelangsungan masyarakat demokratis dapat dipromosikan di sekolah. 5. Lembaga sekolah dapat sebagai tempat untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nilai, perilaku, dan komitmen untuk membantu siswa dari berbagai kelompok yang beragam. 6. Kerjasama guru dengan pihak keluarga dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung multikulturalisme. (Iwan Supardi : 2014 : 119). Konsep multikulturalisme menekankan pentingnya memandang dunia dari bingkai referensi budaya yang berbeda, dan mengenal serta manghargai kekayaan ragam budaya di dalam Negara dan di dalam komunitas global. Multikulturakisme menegaskan perlunya menciptakan perbedaan yang berkaitan dengan ras, etnis, gender, orientasi seksual, keterbatasan, dan kelas sosial diakui dan seluruh siswa dipandang sebagai sumber yang berharga untuk memperkaya proses belajar mengajar.(A. Hidayatulloh Al Arifin : 2012). D.
Prestasi Belajar Prestasi
akademik
adalah
hasil pelajaran
yang
diperoleh
dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang kognitif
dan biasanya ditentukan
melalui
pengukuran
bersifat dan
penilaian. Keberhasilan prestasi siswa selama mengikuti pendidikan di dan
sekolah dilakukan diantaranya penilaian akhir tahun akademik penilaian
akhir
program studi.
Menurut
Sobur
(2006)
prestasi belajar merupakan perubahan dalam hal
kecakapan
tingkah
bertambah
selama
laku,
ataupun kemampuan
beberapa
waktu
dan
yang
dapat
tidak
disebabkan proses
pertumbuhan, tetapi adanya bentuk
proses
hasil
situasi
belajar
belajar.
Perwujudan
tersebut dapat berupa pemecahan
lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan langsung
dapat diukur
atau
dinilai
dengan
masalah
tes
yang
terstandar. Selanjutnya menurut Suryabrata (2006)
prestasi
akademik
adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi biasanya
dinyatakan
dalam bentuk
akademik siswa
angka
atau
simbol
tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan
dapat
mengetahui
sejauhmana
prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah
merupakan
bentuk
lain
dari besarnya
penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa
dijadikan hasil
belajar
terakhir
dari penguasaan pelajaran
tersebut. E.
Teori Reproduksi Ekonomi dan Sosial Status diartikan secara abstrak sebagai suatu posisi dalam
pola tertentu, berhubungan dengan individu yang mendudukinya, dan dalam pengertian sederhana tanpa dihubungkan dengan individu yang mendudukinya adalah kumpulan hak-hak dan kewajiban. (Ary H Gunawan, 2000: 40) Status dalam konteks ini, selain menunjuk pada posisi dalam pola tertentu, juga menyangkut kumpulan sejumlah hak dan kewajiban. Status sosial orang tua adalah kedudukan keluarga di dalam suatu lapisan yang diketahui dan diakui
oleh
masyarakat
menurut
ukuran-ukuran
kekayaan
(material), kekuasaan (jabatan), kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
Abu Ahmadi, (1985:27) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial orang tua di dalam masyarakat,
diantaranya
tingkat
pendapatan,
dan
pemilikan
kekayaan atau fasilitas. Ekonomi selalu berkaitan dengan rumah tangga, bahkan ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy yang berasal dari kata oikonomike dalam bahasa Yunani yang berarti pengelolaan rumah tangga, yaitu suatu usaha dalam pembuatan keputusan
dan
pelaksanaannya
yang
berhubungan
dengan
pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masingmasing anggotanya. Suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada pengelolaan sumber daya yang terbatas melalui suatu pengembilan dan pelaksanaan suatu keputusan. Tingkat kepemilikin ekonomi yang dimiliki seseoarang akan menentukan
status
atau
kedudukan
seseorang
ditengah
masyarakatnya. Selain itu kepemilikan kekayaan atau kemampuan ekonomi yang memadai akan mempengaruhi tingkat pendidikan keluarga dan prestasi anak. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa status sosial dan ekonomi sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seperti apa yang dijelaskan oleh Slameto(1995: 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga merupakan faktor eksternal yang erat hubungannya dengan belajar anak, sebab anak membutuhkan fasilitas belajar yang hanya dapat dipenuhi oleh keluarga yang berkecukupan. Jelaslah, bahwa tingkat ekonomi orang tua berkaitan erat
dengan
merupakan
prestasi pembentuk
belajar gaya
peserta hidup
didik.
Status
ekonomi
keluarga.
Selanjutnya
(Syahruddin Usman, 2014:250) menjelaskan bahwa
Pendapatan
keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang anak, sebab pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan semua kebutuhan anak, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan skunder dapat menjadikan anak yang berprestasi. Artinya, anak dapat
berprestasi
apabila
kebutuhan
belajarnya
terpenuhi,
sedangkan kebutuhan anak dapat terpenuhi apabila tingkat ekonomi keluarga memadai. Selain itu Hasan (2014) yang mengutip pendapat Coteman, bahwa di beberapa Negara berkembang banyak menyoroti masalah perbedaan tingkat pencapaian hasil belajar antara sekolah, yakni perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan sosial kultural anak didik, mendorong pada perkembangan sekolah untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kondisi tersebut dapat menghambat pada sebagian orang tua untuk berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Jumlah pendapatan orang tua secara keseluruhan sangat mempengaruhi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, terutama tanggung jawab orang tua terhadap kelangsungan pendidikan anaknya. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak, karena anak yang sedang belajar selain
harus
terpenuhi
kebutuhan
pokoknya,
seperti
makan,
pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar, seperti meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku, dan lain-lain yang hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup biaya. F.
Teori Inkompatibilitas Budaya Perbedaan budaya akan mempengaruhi perilaku individu.
Adanya pengaruh faktor budaya terhadap perilaku motivasi belajar
memungkinkan adanya perbedaan motivasi belajar siswa dalam latar belakang budaya yang berbeda. Hal itu disebabkan oleh berbedanya nilai-nilai yang dianut dalam suatu kelompok masyarakat budaya tertentu. Nilai berfungsi sebagai pedoman atau tolak ukur bagi seseorang untuk menilai baik buruknya, bermakna atau tidak bermaknanya suatu stimulus bagi dirinya. Apa yang dianggap baik oleh seseorang akan didudukkan dalam sistem nilainya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa perbedaan budaya juga bisa menunjukan perbedaan prestasi belajar. Sekolah,
seharusnya
benar-benar
memperhatikan
kondisi
budaya asal siswa. Proses belajar yang dilakukannya seharusnya menjadikan mereka memahami budaya mereka sendiri dengan lebih baik sehingga sekolah nantinya dapat membuat mereka dapat beradaptasi dan membangun masyarakatnya menjadi lebih baik. Gerakan pendidikan didasari oleh kenyataan mengenai banyaknya sekolah yang menerapkan proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan
budaya
siswa.
Tidak
membuat
anak-anak
memahami
kehidupan mereka sendiri. Sehingga semakin tinggi sekolah semakin seseorang terasing dari masyarakatnya Perbedaan budaya antara satu daerah dengan daerah lain, dan antara satu etnis dengan etnis lainnya dalam menyelenggarakan berbagai tradisi, akan mempengaruhi perilaku individu dan dapat menjadi sumber permasalahan individu, sebagaimana dijelaskan oleh Mc Daniel (2010: 26) mengemukakan bahwa “Budaya mempengaruhi cara seseorang berhubungan dengan orang lain, bertingkah laku dan memandang dunia ini”. Menurut Djamarah (2013: 53) memaparkan “Adat istiadat suatu suku bangsa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap cara mendidik anak yang diterapkan oleh orang
tua suatu suku bangsa”. Sebagai mana bisa kita lihat, bangsa jepang dengan budaya disiplin dan kerja kerasnya, mampu melahirkan siswa yang berprestasi dibandingkan di Indonesia yang pada umumnya budaya itu berbeda, sehingga kualitas dan prestasi belajar siswa di Indonesia masih berada dibawah Negara jepang. G.
Teori Resistensi Prestasi belajar dapat berpengaruh oleh motivasi diri sendiri,
motivasi orang lain, keluarga dan budaya. motivasi belajar dapat dilihat dari kesuksesan seseorang dalam berprestasi baik itu dalam cara belajar dan cara seseorang bergaul dalam lingkungan budaya yang berbeda, itu penyebab akan menjadikan perbedaan dalam motivasi belajar seseorang dalam belajar. Dalam hal ini siswa harus perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Penelitian Navarrate, B, dkk (2007) dalam penelitian yang berjudul Culture and Motivation in Latino and Anglo American High School Students in the USA, menemukan bahwa aspek budaya berpengaruh pada motivasi belajar
siswa Latino dan Anglo di Amerika Serikat.
Senada dengan hal tersebut, Santrock (2007: 535) mengemukakan siswa yang berlatar belakang kebudayaan berbeda, memiliki motivasi belajar yang berbeda. Selanjutnya hasil penelitian Febrina sari anjani. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara motivasi belajar siswa berlatar belakang Budaya Minangkabau dan Budaya Jawa, dimana motivasi belajar siswa yang berlatar belakang Budaya Minangkabau lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar siswa Budaya Jawa. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dilihat dari kategori penilaian yaitu ketahanan dalam belajar dan bertanggung jawab secara
personal dalam belajar berada dalam kategori rendah, sedangkan inovatif dalam belajar berdada dalam kategori tinggi.
Daftar Pustaka Abu Ahmadi. 1985. Sosiologi dan Antropologi (Program Ilmu-ilmu Sosial dan Pengetahuan Budaya. Bandung: Armico. Ahmad Suyono. Pengaruh Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Yang Dimediasi Oleh Fasilitas Belajar. Fkip Universitas Islam Riau Ary, H. Gunawan.2000. Sosiologi pendidikan : suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah. (2013), Motivasi Masyarakat. Jakarta: Persada Hamalik, Omar. 2002. Bandung: Tarsito
Metode
Belajar
dan
kesulitan
Belajar.
Henry Eryanto. Pengaruh modal budaya, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat pendapatan orang tua terhadap prestasi akademik pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas negeri jakarta. Jurnal pendidikan ekonomi dan bisnis vol.1 no. 1 maret 2013 issn: 2302 – 2663 Mc Danil. (2010). Pendidikan Matrilineal. Padang: PPMI Sumatra Barat. Navarret. (2007). Ilmu Sosial Budaya. Jakarta: Persada. Samtrock. 2007. Nilai-Nilai Budaya Jakarta: Penerbit UNP Press
pada
Kaba
Minangkabau.
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta. Sobur, 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Suryabrata,S., 2006. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Syahruddin Usman, 2014. Hak Anak Terhadap Pendidikan, Auladuna 1, no. 2.