Tugas Kelompok Ilmu Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK ILMU KOMUNIKASI TRADISI RETORIKA



Oleh:



1. I Gusti Ayu Sri Wulandari 2. I Ketut Dwi Putra Widianthara



(18122107) (18122108)



KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM 2020



Tradisi Retoris A. Definisi Tradisi Retoris Craig menngambarkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan tradisi menurutnya; merupakan Something handed down from past, but no living tradition is statis. Tradition are constantly changing. Adalah sesuatu yang sudah kita miliki sejak dulu ( waktu sebelumnya ), yang tidak statis tetapi terus berkembang sesuai jaman. Every tradition is characterized by a history of argument about belief and values that are important to the tradition. Ini lebih menjelaskan bahwa dalam memelihara suatu tradisi peran nilai-nilai yang sudah ada menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Gagasan utama dari tradisi retorika adalah penemuan, penyusunan, gaya penyampaian, dan daya ingat dimana kesemua itu adalah elemen-elemen dalam mempersiapkan sebuah pidato. Perkembangan tradisi ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dimana tradisi ini tumbuh dan berkembang. Periode tersebut menjadi pijakan penting dalam pengembangan tradisi ini yang dimulai dari periode; klasik, pertengahan, Reneaissance, pencerahan, kontemporer (Littlejhon, 2009:74). Menurut Robert Craig, tradisi retoris merupakan tradisi yang melihat komunikasi sebagai suatu seni praktikal (practical art). Dan juga komunikasi speaker, media producer, dan writers mempersepsikan sebuah problem. Jadi titik fokus tradisi retorika melihat komunikasi sebagai seni. Sedangkan, menurut Griffin, tradisi retorika merupakan tradisi komunikasi yang mengandalkan kemampuan artikulasi berbicara di depan umum. argumentasi yang ditonjolkan adalah persuasi dan keindahan bahasa dalam mengubah opini. Tradisi retorika merupakan tradisi yang membahas mengenai kemampuan berkomunikasi tetapi, memahami tradisi ini mampu memberikan pembaca kompetensi untuk mengembangkan diri dalam berargumen dan berdebat. Berikut tradisi retorika dan beberapa tradisi lainnya dari buku Littlejohn dan Foss (2014). Tradisi pemikiran dalam tradisi retorika.  Teori-teori dalam tradisi ini memahami komunikasi sebagai seni praktis (practical art).  Komunikator (speakers, media producers, writers) memahami persoalan sebagai hal yang perlu diatasi melalui pesan-pesan yang dirancang secara cermat.  Komunikator mengembangkan strategi, sering memakai pendekatan-pendekatan umum (daya tarik logis dan emosional) untuk mengarahkan khalayak.  Tradisi ini melihat karya komunikator diatur oleh seni dan metoda; bergantung pada perasaan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan, informasi berguna untuk membuat penilaian, dan komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki.  Teori-teori retorika sering menentang pandangan yang menegaskan bahwa kata-kata bukanlah tindakan, penampakan bukanlah realitas, gaya bukanlah hal yang pokok dan opini bukanlah kebenaran.



B. Tokoh Yang Berperan  Georgias (dari kaum sofisme) Dia yang mengatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan. Georgias ini merupakan guru retorika yang pertama. Ia membuka sekolah retorika yang mengajarkan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu (berbicara tanpa persiapan).  Protagoras Dia menyatakan bahwa kemahiran berbicara bukan untuk kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.  Sokrates Dia menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Dialog adalah tekniknya, karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya. Teknik dialog Sokrates mengikuti jalan deduksi, yaitu menarik kesimpulan-kesimpulan untuk halhal yang khusus setelah menyelidiki hal-hal yang berlaku pada umumnya.  Isokrates Beliau mendirikan sekolah retorika dengan menitikberatkan pendidikannya pada pidato-pidato politik. Isokrates percaya bahwa retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat, retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Isokrates mendirikan sekolah retorika tahun 391 SM dengan penekanan pada penggunaan kata-kata dalam susunan yang jernih tapi tidak berlebihan, rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan yang lancar.  Plato Bagi Plato, retorika memegang peranan penting bagi persiapan untuk menjadi pemimpin. Retorika penting sebagai model pendidikan, sarana mencapai kedudukan dalam pemerintahan, dan mempengaruhi rakyat. Retorika memberi kemampuan penggunaan bahasa yang sempurna.  Aristoteles Dia mengatakan bahwa retorika sebagai filsafat, sedang tokoh yang lain menekankan sebagai seni. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian. Ini terdapat pada logika. Keindahan bahasa hanya digunakan untuk membenarkan, memerintah, mendorong, dan mempertahankan sesuatu. Ia menulis tiga jilid buku berjudul De Arte Rhetorica, yang diantaranya berisi lima tahap penyusunan suatu pidato. Tahapan itu dikenal dengan lima hukum retorika atau The five canons of rhetoric.  Marcus Tulius Cicero dari Romawi Cicero merupakan orator ulung pertama dari kalangan bangsa Romawi dengan bukunya berjudul “de orate”, Buku yang ditulisnya memberi penekanan pada keindahan komposisi dan penyampaian, inti dari pidato harus mencerminkan kebenaran dan kesusilaan, seorang orator harus bisa meyakinkan pendengarnya. Untuk mencapai semua di atas, Cicero menyarankan bahwa seorang orator harus mencari bahan-bahan yang akan dibahas, menyusun dengan sistematis bahan-bahan itu, mencoba menghafal isinya, dan mengemukakan persoalan itu dengan baik.































Plutarch (46-120 SM) Dia adalah seorang tokoh sejarah Romawi yang berpendapat bahwa pidato yang disampaikan harus meyakinkan. Keadaan meyakinkan ini dapat dicapai dengan keyakinan pembicara, menguasai bahasanya, percaya akan diri sendiri, dan teknik bahasa yang digunakan merupakan peningkatan, aliterasi, mempunyai susunan kalimat yang baik. Tacitus (55-116 sesudah masehi) Tacitus menyatakan bahwa retorika akan hilang nilainya dengan berkurangnya demokrasi. Tacitus memberi alternatif, ketika kemerdekaan berbicara dikuasai retorika palsu, maka lelucon dan syair menjadi tandingannya. Tacitus juga melukiskan kemungkinan bahaya retorika yang seperti itu adalah adanya pengaruh tanpa kecakapan atau pengetahuan, adanya pengaruh yang membenarkan yang salah. Perkembangan pemakaian jenis retorika tergantung zamannya, retorika kasar yang biasanya terdapat pada gerakan bawah tanah, retorika halus yang banyak terdapat di negara aman dan damai. Roger Bacon (Reinessans) Dia menekankan retorika pada penggunaan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik. Rasio, imajinasi, dan kemauan merupakan kajian psikologis yang mendapat perhatian dari ahli retorika modern. George Campbell (Reinessans) Menjelaskan perilaku manusia dalam empat tataran, yakni pemahaman, memori, imajinasi, perasaan, dan kemauan. Retorika diarahkan pada upaya mencerahkan pemahaman, menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan. Richard Whately Memusatkan perhatian pada argumentasi sebagai fokus retorika. Baginya, retorika harus mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan mengorganisasikannya secara baik. Oleh karena itu, menelaah proses berpikir khalayak sangat penting. Hugh Blair Ia menghubungkan antara retorika, sastra, dan kritik sehingga memunculkan kajian cita rasa (taste) yakni kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apapun yang indah. Citarasa ini akan mencapai kesempurnaan ketika kenikmatan indrawi dipadukan dengan rasio. Rasiolah yang menjelaskan sumbersumber kenikmatan. Gilbert Austin Ia memberi petunjuk praktis penyampaian pidato, yaitu pembicara tidak boleh melantur, mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan mengeluarkan suaranya sedikit saja. Hal ini perlu dilakukan untuk mendiamkan gumaman orang dan untuk menarik perhatian mereka.















James A Winans Menggunakan psikologi modern dalam pidatonya. Ia menyarankan pentingnya membangkitkan emosi melalui motif-motif psikologis pada khalayak seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial, dan kewajiban agama. Winans menekankan pada cara berpidato yang bersifat percakapan dan pemahaman terhadap teknik-teknik penyampaian pidato. Charles Henry Woolbert Memandang speech communication sebagai ilmu tingkah laku. Proses penyusunan pidato adalah kegiatan pengorganisasian. Pandangan Woolbert tentang pidato adalah bahwa pidato merupakan ungkapan kepribadian; logika adalah dasar utama persuasi; penyusunan persiapan pidato harus teliti tujuannya, mengetahui khalayak dan situasinya, menentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut, memilih kalimat-kalimat yang dihubungkan secara logis. William Norwood Brigance Menekankan pada faktor keinginan sebagai dasar persuasi. Ada empat unsur persuasi yang mendapat perhatiannya, yaitu rebut perhatian pendengar, usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, pikirkan keinginan audiens, kembangkanlah setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.



C. Asumsi Dalam Tradisi Retoris Asumsi teori retorika adalah landasan berfikir yang dapat digunakan dalam menggunakan retorika, asumsi teori retorika terdiri atas: 1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak. Asumsi ini menekankan bahwa hubungan antara pembicara-khalayak harus dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan sebuah gagasan atau pidato dengan seni berbahasa yang dimilikinya tanpa mempertimbangkan atau memperhatikan khalayak, tetapi harus berpusat pada khalayak. Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai sekelompok besar orang yang memiliki motivasi, keputusan, pilihan dan bukan sebagai sekelompok besar orang yang memiliki watak yang sama dan serupa. Asumsi ini menggarisbawahi definisi retorika atau komunikasi sebagai sebuah proses transaksional. Agar suatu pidato efektif harus dilakukan analisis khalayak (audience analysis), yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar belakangnya serta menyusun pidato sedemikian rupa sehingga para pendengar memberikan respon sebagaimana yang diharapkan pembicara. 2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi. Asumsi ini berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan penyampaian gagasan atau pidato mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu: ethos, pathos dan logos. Ethos adalah karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argument dan bukti dalam sebuah pidato.



Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.



D. Teori Komunikasi Yang Menganut Tradisi Retoris Sebagaimana proses komunikasi efektif pada umumnya yang melibatkan komponenkomponen komunikasi, proses retorika juga melibatkan elemen-elemen retorika seperti retor atau pengguna simbol yakni orang yang menciptakan teks atau artefak yang ditujukan untuk khalayak tertentu. Dengan demikian, teori komunikasi dalam tradisi retorika lebih banyak berkaitan dengan elemen-elemen proses retorika seperti retor atau komunikator atau pengguna simbol, pesan, dan khalayak. 1. Teori Kebenaran dan Retorika Teori kebenaran dan retorika adalah salah satu contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika yang dikembangkan oleh Richard Weaver. Teori ini adalah salah satu teori tentang komunikator yang didasarkan atas konsep-konsep tentang manusia, kebenaran, dan peran retorika dalam mengkomunikasikan kebenaran. Bagi Weaver, manusia memiliki cara tersendiri untuk mengkomunikasikan ide-ide yang mencerminkan diri mereka sebagai seorang manusia. Retorika, dalam hal ini, merupakan jendela dimana manusia dapat dikenali oleh manusia lainnya. 2. Teori Invitational Rhetoric Dalam tradisi retorika, teori invitational rhetoric adalah salah satu teori yang menekankan pada percakapan. Teori invitational rhetoric dikembangkan oleh Sonja K. Foss dan Cindy L. Griffin pada tahun 1955. Teori ini didefinisikan sebagai sebuah invitasi untuk memahami perspektif orang lain sebagai cara untuk menciptakan sebuah hubungan yang didasarkan atas persamaan, nilai-nilai, dan penentuan nasib sendiri. 3. Teori Identifikasi Teori identifikasi adalah salah satu teori produksi pesan sekaligus contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika yang menekankan pada pesan. Teori identifikasi pertama kali dikemukakan oleh Kenneth Burke. Identifikasi adalah istilah yang digunakan Burke untuk membahas retorika. Ia menggunakan istilah identifikasi untuk mengevaluasi persepsi tradisional retorika sebagai persuasi. Ia menyarankan bahwa kapanpun seseorang berusaha untuk mempersuasi orang lain, terjadilah identifikasi. Agar terjadi persuasi, salah satu pihak harus mengidentifikasi dengan pihak lainnya. Karena itu, seseorang yang terpersuasi melihat salah satu pihak seperti yang lainnya. 4. Teori Critical Rhetoric Teori ini digagas oleh Michael McGee dan Raymie McKerrow. Teori ini mengkritisi praktek retorika tradisional utamanya kewenangan untuk mengawasi siapa yang dapat berbicara dan waktu yang tepat untuk berbicara. Teori critical rhetoric juga berusaha untuk mengkritisi dominasi dan kebebasan dalam praktek retorika tradisional. 5. Teori Equipment for Living Teori equipment for living adalah teori komunikasi dalam tradisi retorika yang berusaha untuk menjelaskan media sebagai bentuk retorika. Adalah Kenneth Burke, sang penggagas teori dramatisme dalam teori komunikasi, yang mencetuskan teori ini. Bagi



Burke, selain untuk menciptakan identifikasi, fungsi retorika lainnya adalah untuk mendefinisikan situasi. Setiap bagian diskursus adalah cara untuk memasuki dan merespon situasi. Retorika tidak hanya menyuguhkan nama untuk situasi melainkan juga menawarkan beberapa strategi untuk menghadapi situasi atau mengatasi permasalahan yang terjadi. Daftar Referensi 1. Dr, MA. Hasrullah,2013. Beragam Perspektif ILM komunikasi . Jakarta 2. Dr, Nurhadi Fachrul Nurhadi. Maret, 2015 Teori-teori Komuikasi, Bogor 3. Prahastiwi Utar,2011. Jurnal Komunikasi massa vol.4. Surakarta 4. Craig. Robert T DAN Heidi L.Muller,2007, Theorizing Communication Reading Across Traditions (Ed), Sage Publication California. 5. Griffin EM, (2009), A First Look at Communication Theory, Seventh Ed, McGraw- Hill: Boston 6. Littlejohn, Stephen W,, (2008), Theories of Human Commnucation, Ninth Ed, Wadworth: Albuquerque, New Mexico.