Tugas Kelompok Teksung Cisadane [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH TEKNIK SUNGAI ANALISA DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE



Disusun Oleh : Catharine Putri Saraswati Niken Sahara Rifky Hanantyo Shahnaz Adibah Handoko Salma Azzahra Liswandani



[ 21010119130054 – D ] [ 21010119130054 – D ] [ 21010119130054 – D ] [ 21010119130054 – D ] [ 21010119130054 – D ]



DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2021



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3 1.1.



Latar Belakang Masalah ................................................................................. 3



1.2.



Masalah .......................................................................................................... 3



1.3.



Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 4



BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5 2.1.



Karakteristik Sungai ....................................................................................... 5



2.2.



Bangunan Air dan Pemanfaataan Air Sungai Cisadane ............................... 10



2.3.



Permasalahan Serta Usaha Pemecahannya ................................................... 13



2.4.



Kelembagaan Sungai Cisadane .................................................................... 17



2.5.



Kesehatan sungai .......................................................................................... 24



BAB III PENUTUP .................................................................................................... 31 3.1.



Kesimpulanan Reservoir Cipaku .................................................................. 31



3.2.



Saran ............................................................................................................. 32



SUMBER REFERENSI .............................................................................................. 33



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sungai sebagai urat nadi kehidupan di bumi memiliki peran yang sangat vital. Sungai bergerak dari hulu ke hilir, hingga berakhir di laut. Sungai dalam alirannya bisa memiliki bagian-bagian yang disebut dengan anak-anak sungai. Aliran air dari anak-anak sungai akan bertemu di sungai utama sebelum nantinya bermuara ke lautan. Sungai utama dan anak-anak sungai membentuk satu kesatuan yang disebut daerah aliran sungai atau DAS. Daerah aliran sungai atau DAS memiliki banyak manfaat bagi manusia, daerah aliran sungai berfungsi untuk menampung, menyimpan, mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami. Air dari DAS tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah/irigasi dan juga untuk sumber air minum ataupun untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Selain bagi manusia, DAS juga sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup lainnya. Dalam keberadaannya, DAS juga memiliki permasalahan-permasalahan yang dapat timbul akibat perbuatan manusia ataupun karena hal alamiah. Sungai dapat tercemar polusi akibat kegiatan manusia, mengakibatkan turunnya kualitas air sungai. Selain itu, dapat juga terjadi erosi atau pendangkalan sungai akibat hal-hal alamiah. Sebagai salah satu makhluk hidup yang mengandalkan air dari sungai dalam kehidupan sehari-harinya, manusia memiliki tanggung jawab untuk turut menjaga kesehatan dari DAS agar kualitas sungai dapat tetap terjaga dengan baik. Selain kualitas dari airnya sendiri, apabila DAS tidak kita rawat dengan baik, dapat menciptakan bencana banjir, khususnya di daerah hilir dari DAS tersebut. Maka harus direncanakan perawatan dan pengendalian dari aliran air DAS agar fungsi sungai bisa berjalan dengan optimal dan aman bagi masyarakat di sekitar DAS tersebut. DAS Cisadane adalah salah satu daerah aliran sungai yang cukup terkenal. Selain menjadi aliran air yang diandalkan oleh masyarakat sekitarnya, DAS Cisadane juga terkenal karena sering menyumbang banjir di bagian hilirnya. 1.2. Masalah 1. Apa karakteristik dari DAS Cisadane? 2. Apa saja bangunan air yang dibangun sepanjang DAS Cisadane beserta pemanfaatan air sungainya?



3. Apa permasalahan yang terdapat di sepanjang DAS Cisadane? 4. Apa saja kelembagaan yang bertanggung jawab dan berwenang atas pengelolaan DAS Cisadane? 5. Apa kondisi kesehatan DAS Cisadane? 1.3. Tujuan Pembahasan 1. Memahami karakteristik dari DAS Cisadane. 2. Mengetahui berbagai bangunan air yang terdapat di sepanjang DAS Cisadane beserta pemanfaatan air sungainya. 3. Mengetahui permasalahan yang terdapat di sepanjang DAS Cisadane. 4. Mengetahui kelembagaan yang bertanggung jawab dan berwenang atas pengelolaan DAS Cisadane. 5. Memahami kondisi kesehatan DAS Cisadane.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Karakteristik Sungai Daerah Aliran Sungai Cisadane memiliki luas 1.372,3 km2, memiliki panjang sungai utama 292,71 km dan terletak pada 6°72’ sampai 6°76’ Lintang Selatan dan 106°58’ sampai 106°51’ Bujur Timur. Bedasarkan batas administrasi, DAS Cisadane mencakup 518 desa yang tersebar di 44 kecamatan di 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (BPDAS Citarum dan Ciliwung, 2012). Dapat dilihat pada Gambar 2.1.1 mengenai batas peta administrasi dan Gambar 2.1.2 serta Tabel 2.1.1 meninjukan peta penggunaan lahan DAS Cisadane. DAS Cisadane dapat dibagi menjadi 3 segmen atau bagian, yaitu, bagian hulu, tengah, dan hilir DAS Cisadane. Bagian hulu DAS Cisadane memiliki luas 112.093,05 Ha yang termasuk kedalam Kabupaten Bogor dan sebagian kecil Kota Bogor serta sebagaian kecil Kabupaten Sukabumi. Bagian Hulu juga dibagi dua menjadi Cisandane Hulu dan Cianten. Bagian tengah DAS Cisadane memiliki luas 20.264,68 Ha termasuk wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang. Bagian hilir DAS Cisadane memiliki luas 16.324,50 Ha yang termasuk kedalam Kabupaten Tangerang.



Gambar 2.1.1 Peta Administrasi DAS Cisadane



Gambar 2.1.2 Peta Penggunaan lahan DAS Cisadane Tabel 2.1.1 Luasan Penggunaan Lahan



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Ladang/Tegalan Lahan Terbuka Pasir Pemukiman Kota Sawah Semak Belukar Tambak Jumlah



Luas HA 33.452,6 6.743,1 73.597,4 1.570,7 127,5 27.649,2 7.839,3 570,8 4.992,6 156.043,0



% 21,4 4,0 47,2 1,0 0,1 17,7 5,0 0,4 3,2 100,4



Gambar 2.1.3 Contoh Cross Section Sungai Cisadane



Gambar 2.1.4 Contoh Long Section Sungai Cisadane



Sungai Cisadane dengan daerah tangkapan seluas 151.808 ha, sebagai salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa barat memiliki fluktuasi aliran sungai yang sangat bergantung kepada curah hujan di daerah tangkapannya (cathment area). Aliran tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Debit normal Sungai Cisadane sebesar 70 m3/detik. Bedasarkan pengamatan yang dilakukan di stasiun pengamat Serpong antara tahun 1971 hingga 1997, aliran terendah yang pernah terjadi sebesar 2,93 m3/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik di tahun 1997. Bedasarkan catatan antara tahun 1981 dan 1997, aliran minimum terjadi antara bulan Juli dan September dengan rata-rata aliran di bawah 25 m3/detik (PPE Jawa Kementrian Lingkungan Hidup). Debit Cisadane pada musim kemarau dan musim hujan mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Hal terserbut dapat diketahui bedasarkan data debit bulanan Cisadane dari pemantauan BPSDA debit bulanan Batubeulah, Serpong dan Kali Baru memiluku kecenderungan dabit yang naik turun secara tajam. Hal tersebut berkaitan dengan alih fungsi atau guna lahan. Penurunan luas daerah hijau mengakibatkan penurunan laju infiltrasi, aliran bawah permukaan (sub surface run off). Dan transpirasi sehingga hasil presipitasi sebagian besar menjadi limpasan permukaan (surface run off). Kenaikan dan penurunan debit tergantung pada jumlah presipitasi yang jatuh di permukaan DAS Cisadane. Semakin tinggi jumlah presipitasi maka semain tinggi pula debit aliran yang terjadi, dan begitu pula sebaliknya (PPE Jawa Kementrian Lingkungan Hidup). Berikut Tabel menunjukan curah hujan tahunan wilayan dan Tabel menunjukan rataan jumlah hari hujan wilayah serta Tabel yang menunjukan rataan curah hujan harian maksimum. Tabel 2.1.2 Rataan Jumlah Curah Hujan Tahunan Wilayah (mm)



No



Sub DAS



1 2 3 4



Cianten Cisadane Hulu Cisadane Tengah Cisadane Hilir



Rata-Rata Jumlah Curah Hujan Tahunan Rata Min Maks St. Dev 2696 962 3419 477 3502 2983 4116 213 2518 1076 3548 542 1644 1294 2239 130



Rataan jumlah curah hujan tahunan di DAS Cisadane adalah 2,590 mm (962 – 3,548 mm). Sebaran yang tinggi di sekitar Cisadane Hulu. Ke arah Cianten bagian Barat dan muara, jumlah curah hujan semakin menurun.



Tabel 2.1.3 Rataan Jumlah Hari Hujan Wilayah



No



Sub DAS



1 2 3 4



Cianten Cisadane Hulu Cisadane Tengah Cisadane Hilir



Rata-Rata Jumlah Curah Hujan Tahunan Rata Min Maks St. Dev 132 54 161 22 164 138 187 10 113 58 165 23 76 51 98 9



Rataan jumlah hari hujan di DAS Cisadane adalah 121 hari (54-187). Sebaran yang tinggi di sekitar Cisadane Hulu (St. Cihideung dan Empang). Ke arah Cianten bagian Barat dan muara, jumlah curah hujan semakin menurun. Tabel 2.1.4 Rataan Curah Hujan Harian Maksimum (mm)



No



Sub DAS



Musim Hujan



Musim Kemarau Rata 48



Min 21



Maks 58



Rata 53



Min 21



Maks 64



1



Cianten



2



Cisadane Hulu



61



54



72



64



59



68



3



Cisadane Tengah



45



21



62



59



23



78



4



Cisadane Hilir



33



21



45



62



56



70



Rata-rata curah hujan harian maksimum di DAS Cisadane pada musim hujan adalah 47 mm dan 60 mm pada musim kemarau.



2.2. Bangunan Air dan Pemanfaataan Air Sungai Cisadane Bangunan air adalah bangunan yang memiliki tujuan untuk memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai ataupun danau. Bangunan air memiliki ragam bentuk dan ukuran, tergantung dari kebutuhan, kapasitas maksimum sungai dan sifat hidrolik sungai. Bangunan air dapat berupa bendung, bendungan, waduk, dll. Dengan adanya bangunan air, diharapkan pengendalian dan pemanfaatan air sungai atau danau dapat lebih maksimal, sehingga kita bisa mengendalikan banjir, selain itu juga dapat memanfaatkan air untuk kepentingan-kepentingan lain seperti pembangkit listrik (PLTA) dan irigasi. Bangunan air juga dapat kita manfaatkan sebagai tempat rekreasi bagi warga sekitar bangunan air tersebut. DAS Cisadane mencakup 518 desa yang tersebar di 44 kecamatan di 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (BPDAS Citarum dan Ciliwung 2012). DAS Cisadane memiliki peran yang sangat penting bagi penduduk di sekitarnya dengan fungsinya sebagai kawasan resapan air, kawasan konservasi tanah dan air, kawasan perlindungan setempat, serta fungsi hidrologisnya. Namun, seiring dengan tingginya curah hujan di daerah hulu DAS Cisadane dan perubahan fungsi lahan di sekitar DAS tersebut, membuat daerah sekitar DAS Cisadane menjadi rawan banjir. Maka dari itu diperlukan bangunan air untuk membantu DAS Cisadane dalam menjalankan fungsinya serta sebagai pengendali banjir. Beberapa bangunan air yang terdapat di sepanjang DAS Cisadane: 1. Bendungan Pasar Baru/Pintu Air Sepuluh Bendungan Pasar Baru biasa juga disebut dengan Pintu Air Sepuluh, karena bendungan ini memiliki 10 pintu air dengan lebar masing-masing pintu air 10 meter. Bendungan yang membentang sepanjang 110 meter di sungai Cisadane ini dibangun pada tahun 1925 hingga 1931 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan fungsi mengatur aliran Sungai Cisadane dengan harapan menjadikan Tangerang sebagai kawasan pertanian. Bendungan ini sekarang dikelola oleh Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Cisadane-Ciujung, Kota Tangerang. Bendungan Pasar Baru memiliki batas ketinggian air normal setinggi 12,5 meter.



Keberadaan bendungan ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Bendungan ini sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk irigasi, selain itu air dari bendungan ini juga dimanfaatkan oleh industri dan PDAM untuk diolah menjadi air minum. Bendungan Pasar Baru juga dimanfaatkan warga sekitar ataupun pengunjung untuk wisata atau rekreasi, seperti memancing, atau sekedar menikmati pemandangan bendungan.



Gambar 2.2.1 Bendungan Pasar Baru 2. Bendungan Gintung Bendungan Gintung terletak di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Bendungan ini dibangun pada tahun 1923 hingga 1933 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan untuk mengaliri are persawahan warga. Bendungan ini memiliki volume tampungan sebesar kurang lebih 720.000 m3. Awalnya bendungan ini memiliki nama Situ Gintung, namun diubah sejak Desember 2009 karena dirasa penamaan ‘situ’ kurang tepat, karena sumber air di Gintung terus mengalir, beda halnya dengan situ yang airnya terus tergenang. Bendungan ini berfungsi sebagai pengendali banjir di daerah hilir DAS Cisadane, penyedia air baku daerah Ciputat Timur dan Tangerang Selatan, tempat rekreasi/wisata, perikanan darat, serta konservasi air tanah.



Gambar 2.2.2 Bendungan Gintung 3. Bendung Empang Bendung Empang berada di kawasan Empang, Bogor Selatan. Bendung Empang adalah peninggalan masa penjajahan Belanda, yang dibangun pada tahun 1872. Bendung ini memiliki 6 pintu air yang fungsinya untuk mengatur aliran air dari Sungai Cisadane. Bendung ini menerima aliran air 14 sub sungai yang melintasi wilayahnya. Bendung Empang menyediakan dan mengatur air bagi persawahan yang ada di Bogor dan Depok.



Gambar 2.2.3 Bendung Empang



4. Reservoir Cipaku Setelah kemerdekaan, reservoir Cipaku dibangun dengan jumlah dua reservoir dengan kapasitas 4.000 m3 dan 9.000 m3. Lalu dipasang pipa distribusi sepanjang 125.242 m di dalam Kota Bogor. Tahun 1990, bengkel meter air, pusat informasi dan laboratorium dibangun PDAM pada lokasi komplek reservoir Cipaku Bogor.



Gambar 2.2.4 Reservoir Cipaku 2.3. Permasalahan Serta Usaha Pemecahannya DAS Cisadane adalah salah satu dari 15 DAS Prioritas yang ditangani oleh Kementerian LHK sampai tahun 2019. DAS Cisadane merupakan salah satu DAS di Provinsi Banten dan Jawa Barat dengan daerah tangkapan seluas 1.411 km2. Daerah tangkapan yang luas dan konversi lahan yang tinggi menyebabkan potensi munculnya berbagai permasalahan di wilayah DAS Cisadane. Permasalahan yang berpengaruh pada kualitas air di Sungai Cisadane berasal dari zat polutan cair. Hal ini terjadi akibat sistem buangan air limbah yang tergolong buruk.Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), serta kepemilikan jamban pada masyarakat sekitar sungai Cisadane yang kurang memadai. Padahal masyarakat yang tinggal disekitar aliran sungai Cisadane terpaksa menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.



Polutan padat juga menjadi permasalahan penting pada DAS Cisadane. Tak hanya sampah buangan rumah tangga, akhir-akhir ini limbah medis diduga bekas penanganan Covid-19 ditemukan di sungai Cisadane. Volume sampah dari 29 kecamatan sebanyak 1.200 hingga 1.500 ton setiap hari. Permasalahan polutan ini membawa berbagai efek domino salah satunya banjir. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak berdampak negatif bagi manusia, maka perlu dilakukan usaha untuk pengendalian pencemaran sungai antara lain : 1. Regulasi limbah-limbah industri sebelum dibuang kesungai harus dinetralkan dahulu sehingga tidak lagi mengandung unsur-unsur yang mencemari perairan. 2. Melarang membuang sampah ke sungai, sampah harus dibuang ditempattempat yang telah ditentukan. 3. Pengerukan sampah dengan back-hoe amfibi 4. Mengurangi penggunaan pestisida dalam membasmi hama tanaman. Akan tetapi peranan masyarakat juga sangat penting terhadap pencemaran lingkungan karena kurangnya kesadaran akan dampak negatif karena pencemaran air sungai. Pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan usaha untuk pengendalian pencemaran sungai Cisadane Kota Tangerang.



Gambar 2.3.1



Gambar2. 3.1



Gambar 2.3.3 Permasalahan lain yang ada pada DAS Cisadane adalah adanya banjir genangan pada bagian hilir. Banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan harian maksimum (>150 mm) di Kabupaten Bogor, sampah, penutupan lahan berupa pemukiman, sedimentasi lumpur, sawah dan lahan kering yang dominan di Kabupaten dan Kodya Tangerang, luasnya lahan dengan kemiringan < 2% serta bentuk DAS yang menyempit di daerah hilir. Selain dari sungai Cisadane, Kodya Tangerang juga menerima limpahan aliran dari sub DAS-Sub DAS di sekitarya. Akibatnya pada saat hujan deras limpahan aliran sungai dari sub DAS tersebut tidak dapat masuk ke sungai utama (Sungai Cisadane) sehingga menyebabkan banjir di sekitarnya. Sebagai daerah pemasok banjir, daerah di hulu DAS Cisadane pada dasarnya mempunyai curah hujan harian maksimum >150 mm (sangat tinggi). Untuk itu maka pasokan air yang banyak tersebut harus diusahakan sebanyak mungkin dimasukkan ke dalam tanah. Selain memperbaiki penutupan lahan, kegiatan penyimpanan air juga perlu dilakukan. Pada penutupan lahan seperti pertanian lahan kering, pertanian lahan kering bercampur semak belukar dan hutan lahan kering sekunder dapat dibuat rorak atau embung untuk menyimpan air hujan. Pembuatan rorak dan embung perlu memperhatikan kondisi keadaan tanah dan kemiringan lereng, karena untuk tanah-tanah yang rentan longsor pembuatan rorak atau embung akan mempercepat terjadinya longsor. Sedangkan untuk areal pemukiman dapat membuat sumur resapan. Untuk menagani permasalahan banjir pada daerah hilir, kapasitas debit air sungai perlu diubah dengan melakukan normalisasi sungai disertai dengan pelebaran penampang sungai dan pembangunan tanggul dengan struktur dinding penahan tanah sehingga dimensi sungai dapat menampung debit banjir rencana. Saat ini, Kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat telah melaksanakan konstruksi Sungai Cisadane di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Dengan melakukan normalisasi, lebar sungai menjadi 100 meter di sisi



hilir dan 80 meter di daerah perkotaan. Panjang sungai yang dinormalisasi mencapai 7,5 kilometer, terdiri atas 5 km di Kota Tangerang dan 2,5 km di Kota Tangerang Selatan.



Gambar 2.3.4



Gambar 2.3.5 Permasalahan lain yang melibatkan kerusakan badan sungai adalah adanya bangunan liar di sepanjang 2,5 km pinggiran Sungai Cisadane atau lebih tepatnya di RW 05 dan 06 Kelurahan Mekarsari. Keberadaan bangunan liar sangat mengganggu daerah resapan air karena didirikan pada sisi sungai dan banyak sampah menutupi permukaan air. Bahkan penduduk bangunan liar secara sengaja membuang sampah ke sungai dan menyebabkan polusi. Tak hanya mengganggu, keberadaan bangunan liar juga sebenarnya berbahaya karena berada bpada daerah rawan longsor.



Upaya penanganannya adalah dengan diberikan regulasi dan diturap. Dalam melaksanakan kebijakannya, pemerintah Kota Tangerang menggunakan pendekatan melalui aspek legal hukum. Pemerintah Kota Tangerang menghimbau kepada masyarakat yang menempati sempadan sungai untuk mengsongkan daerah tersebut, karena mereka telah menyalahi aturan.



Gambar 2.3.6



Gambar 2.3.7



2.4. Kelembagaan Sungai Cisadane Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai yang vital di Provinsi Banten Indonesia. Air sungai Cisadane dimanfaatkan sebagai sumber baku air PDAM, Pertanian, perikanan, dan perindustrian. Akan tetapi, tingkta pencemaran air yang terjadi di Sungai Cisadane masih tinggi sehingga diperlukannya peran baik di Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi Banten, Tingkat Kota Tangerang, maupun masyarakat setempat. Efektivitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air dapat tercapai apabila ada kerjasama yang baik antar lintas sektor lembaga yang menangani. Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 pasal 1 ayat 36 tentang pengelolaan sumber daya air dijelaskan bahwa wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air adalah institusi tempat segenap pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air melakukan koordinasi dalam rangka mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Beberapa masalah yang terjadi pada sistem kelembagaan pengelola kualitas air sungai yaitu seberapa besar tingkat efektivitas dalam implementasi kebijakan kelembagaan terhadap pengelolaan kualitas air sungai Cisadane Kota Tangerang? Dan bagaimana pola koordinasi antar kelembagaan terkait dengan pola pengelolaan



Menurut Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2011 Pasal 36 Ayat 1 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 20102030 dijelaskan bahwa rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan untuk mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan dan sumber air tanah. Untuk terwujudnya tujuan tersebut maka upaya pengelolaan kualits air sungai harus melibatkan banyak pihak atau pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya air dengan kepentingan dan tujuannya masing- masing. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak terkait yang terdiri dari unsur pemerintah dan bukan pemerintah yang berkepentingan dan patut diperhitungkan dalam upaya pengelolaan DAS. Pihak-pihak terkait terdiri dari unsur pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha/swasta, akademisi dan tentunya masyarakat sendiri. Sehingga diperlukannya interaksi antar kelembagaan baik dari pemerintah dan peran masyarakat sehingga terjadilah koordinasi yang efektif. Agar terciptanya koordinasi tersebut perlu adanya upaya penyediaan dan penyebarluasan informas kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi, desiminasi, kampanye, dan penyuluhan.



Tabel 2.4.1 Peran Lembaga terkait dalam pengelolaan kualitas air sungai Cisadane



Tabel 2.4.2 Resume FGD Lembaga terkait pengelolaan kualitas air sungai Cisadane



Analisis SWOT yang berkaitan dengan Instansi atau Lembaga dalam pengelolaan Sungai Cisadane Tabel 2.4.3 Analisis kekuatan ( strengths )



Tabel 2.4.4 Analisis kelemahan ( weaknesses)



Tabel 2.4.5 Analisis peluang ( opportunities )



Tabel 2.4.6 Analisis ancaman ( threats )



Berdasarkan informasi tersebut masih adanya tumpeng tindih peraturan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menimbulkan kebingungan. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai kebijakan dan aturan dalam pemanfaatan air Sungai Cisadane. Oleh karena itu, keberadaan BBWS Ciliwung Cisadane dalam mengelola kualitas air sungai Cisdane harus lebih ditingkatkan lagi, sumber daya manusia untuk pengelola kualitasnya harus dimaksimalkan sehingga perlu adanya perbaikan kualitas SDM, pelaksanaan pengelolaan kualitas air sungai Cisadane lebih baik satu sungai satu lembaga yang menangani agara lebih efektif dalam pengelolaannya. 2.5. Kesehatan sungai Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia, begitu pula dengan Sungai Cisadane yang melintasi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Sungai ini memiliki fungsi dan nilai yang sangat tinggi bagi kehidupan manusia dan kehidupan liar. Sayangnya, kegiatan manusia dapat berdampak pada penurunan kualitas air sungai yang pada akhirnya akan menurunkan fungsi dan nilai ekosistem sungai, baik bagi manusia maupun mahluk hidup yang ada di dalamnya. Selanjutnya akan dibahas penelitian mengenai analisis kualitas air Sungai Cisadane berdasarkan faktor fisika dan faktor kimia.



Penelitian dilakukan di sembilan (9) titik di sepanjang Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yang melintasi Provinsi Jawa Barat dan Banten (Gambar 1) pada Agustus - November 2011. Data merupakan data primer yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan di laboratorium. Gambar 2.5.1 Lokasi Penelitian



Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat yang biasa digunakan untuk pengamatan kualitas air. Alat yang digunakan misalnya keping Secchi, stopwatch, gabus, botol PEP 1L, termometer Hg, cool box, botol winkler, kertas pH, alat dan bahan titrasi. Untuk Pengambilan sampel air dilakukan komposit pada Agustus – November 2011. Pengukuran faktor fisik dan kimia air permukaan sungai dilakukan sesaat baik secara in situ dan ex situ. Pengamatan dan pengukuran faktor suhu, kecepatan arus, pH, kekeruhan dan DO dilakukan di lapangan (in situ). Pengukuran TSS, BOD, COD, Ntotal, Ptotal dilakukan di Lab. Proling, IPB. Air sampel dimasukkan dalam botol PEP 1 L dan disimpan di coolbox selama perjalanan ke laboratorium. Kualitas air Sungai Cisadane diketahui berdasarkan faktor fisik dan kimia dan dianalisis secara deskriptif. Analisis kualitas dengan membandingkan kualitas air terhadap ambang baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah (PP No.82/2001). Selain itu, kualitas juga dibahas berdasarkan konsentrasi DO (oksigen terlarut) yang dikemukakan Miller (2007). Klasifikasi kualitas air menurut Miller (2007) yaitu: baik (8-9 mg/L), sedikit tercemar (6,78 mg/L), tercemar ringan (4,5-6,7 mg/L), tercemar berat (6 yaitu 6,3 pada musim kemarau dan 6,7 pada musim hujan. Konsentrasi DO dapat menjadi indikator adanya pencemaran organik (Tontowi & Sofia 2002). Sesuai klasifikasi Miller (2007), kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yaitu tercemar ringan (Stasiun 1-6) dan tercemar parah di Stasiun 7- 9 yang berada di bagian hilir.



Gambar 2.5.4 Konsentrasi Nt dan Pt air S.Cisadane



(Ket : K:kemarau; H:hujan)



Gambar 2.5.5 Konsentrasi BOD dan COD air S.Cisadane



(Ket : K:kemarau; H:hujan) Secara umum, kualitas air Sungai Cisadane semakin ke hilir semakin menurun dengan tingkat pencemaran semakin tinggi. Sumber pencemaran dari berbagai aktivitas di DAS Cisadane dari rumahtangga, pertanian dan industri. Sungai Cisadane mengalir membelah wilayah pemukiman yang padat penduduk seperti Kota Bogor dan Kota Serpong. Hasil aktivitas manusia yang tidak dimanfaatkan dibuang ke Sungai Cisadane dan anak-anak Sungai Cisadane. Atmodjo (1995) mengatakan tingkat pencemaran paling parah pada sungai yang melewati kota besar.



Gambar 2.5.6 Konsentrasi DO air S.Cisadane



(Ket : K:kemarau; H:hujan) Sehingga dapat disimpulkan bahwa air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir telah tercemar. Kualitas air Sungai Cisadane dari hulu ke hilir semakin menurun. Sesuai klasifikasi Miller, kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yaitu tercemar ringan (Stasiun 1-6) dan tercemar parah di Stasiun 7-8 yang berada di bagian hilir. Secara umum, kualitas air sungai dibagian hulu dan tengah masih dapat digunakan sebagai air untuk peruntukan Kelas 2. Namun, air Sungai Cisadane dibagian hilir hanya diperuntukan untuk Kelas 3 dan 4.



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulanan Reservoir Cipaku Daerah Aliran Sungai Cisadane memiliki luas 1.372,3 km2, memiliki panjang sungai utama 292,71 km dan mencakup 518 desa yang tersebar di 44 kecamatan di 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. DAS Cisadane dapat dibagi menjadi 3 segmen atau bagian, yaitu, bagian hulu, tengah, dan hilir DAS Cisadane. Tingginya curah hujan menyebabkan diperlukannya bangunan air untuk membantu DAS Cisadane dalam menjalankan fungsinya serta sebagai pengendali banjir. Bangunan tersebut di antaranya Bendungan Pasar Baru/Pintu Air Sepuluh, Bendungan Gintung, Bendung Empang, dan Reservoir Cipaku. Daerah tangkapan yang luas dan konversi lahan yang tinggi menyebabkan potensi munculnya berbagai permasalahan di wilayah DAS Cisadane. Mulai dari pencemaran dan polusi air, banjir, dan bangunan liar. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanganan permasalahan seperti pengerukan sampah, normalisasi sungai, dan berbagai regulasi. Namun upaya tersebut tidak bisa optimal tanpa peran serta masyarakat Untuk mewujudkan pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan untuk mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan dan sumber air tanah, upaya pengelolaan kualits air sungai harus melibatkan banyak pihak atau pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya air dengan kepentingan dan tujuannya masing- masing. Namun berdasarkan hasil studi, masih adanya tumpeng tindih peraturan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menimbulkan kebingungan. Meninjau kualitas air, air di Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir telah tercemar. Kualitas air Sungai Cisadane dari hulu ke hilir semakin menurun. Sesuai klasifikasi Miller, kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yaitu tercemar ringan (Stasiun 1-6) dan tercemar parah di Stasiun 7-8 yang berada di bagian hilir. Secara umum, kualitas air sungai dibagian hulu dan tengah masih dapat digunakan sebagai air untuk peruntukan Kelas 2. Namun, air Sungai Cisadane dibagian hilir hanya diperuntukan untuk Kelas 3 dan 4.



3.2.



Saran Pada penelitian selanjutnya diharapkan dalam menganalisis banjir juga melakukan analisis terhadap sedimentasi sungai dan untuk mengAnalisis hidrograf banjir dapat menggunakan software lain seperti HEC-HMS. Solusi penanganan banjir tidak hanya secara Civil Engineering saja tetapi juga secara Eko-Hidraulik sepanjang sungai dari hulu sampai hilir dan dilakukan dengan konsep satu sungai satu perencanaan dan satu manajemen (One River, One Plan and One Integrated Management).



SUMBER REFERENSI Anonim, “Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang, Alirkan Kemakmuran”. Beritasatu.com. 15 Juli 2012. https://www.beritasatu.com/megapolitan/60093/bendungan-pintu-air-sepuluhtangerang-alirkan-kemakmuran Ardyanto, Anton. “Bendung Cisadane Empang Lebih dari 1 Abad Mengabdi”. Lovelybogor.com. 2015. https://lovelybogor.com/bendung-cisadane-empang-lebihdari-1-abad-mengabdi/ Dawud, M., Namara, I., Chayati, N. and LT, F.M., 2016. Analisis sistem pengendalian pencemaran air Sungai Cisadane Kota Tangerang berbasis masyarakat. Prosiding Semnastek. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. “Bendungan Gintung”, sda.pu.go.id, 22 Agustus 2016, http://sda.pu.go.id/publikasi/detail_foto/Bendungan_Gintung Ikhsan, Afdhalul. 2020. “Pencemaran Sungai Ciliwung dan Cisaddane Sudah Melebihi Batas”. Regional.kompas.com 06 November 2020. https://regional.kompas.com/read/2020/11/06/16045431/ipb-pencemaran-sungaiciliwung-dan-cisadane-sudah-melebihi-batas?page=all Kinanti, Krisia Putri. 2019. BBWS Ciliwung Cisadane Tetap Lanjutkan Normalisasi Sungai. Ekonomi.bisnis.com. 17 Oktober 2019. https://ekonomi.bisnis.com/read/20191017/45/1160052/bbws-ciliwung-cisadanetetap-lanjutkan-normalisasi-sungai Lestari, E. and Hidayawanti, R., 2016. Perencanaan Pengelolaan Das Terpadu Dalam Mengatasi Ketidakseimbangan Kebutuhan Air Bersih Dan Permasalahan Banjir (Kajian Daerah Aliran Sungai Cisadane). Jurnal Forum Mekanika (Vol. 5, No. 2, pp. 75-82). Perusahaan Umum Daerah Tirta Pakuan Kota Bogor. https://www.tirtapakuan.co.id/about.html Purba, Prihardani. 2020. Temuan Limbah Medis Sungai Cisadane Mengkhawatirkan. Dw.com. 2 Oktober 2020. https://www.dw.com/id/temuan-limbahmedis-sungai-cisadane-yang-mengkhawatirkan/a-55134959 Purnama, A. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Tugas Akhir. Institut Pertanian Bogor. Ramadhan, Bilal. “Bangunan Liar di Pinggir Sungai Cisadane Akan Ditertibkan”. Republika.co.id. 23 September 2015.



https://republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/09/23/nv43p0330bangunan-liar-di-pinggir-sungai-cisadane-akan-ditertibkan Rasyid, M. 2017. Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai Cisadane Ruas Hulu. Tugas Akhir. Universitas Trisakti. Ricka. “Situ Gintung Berubah Nama Jadi Bendungan Gintung”. Antaranews.com. 18 Desember 2009. https://www.antaranews.com/berita/166337/situ-gintung-berubah-nama-jadibendungan-gintung Sasongko, Agung. “Bendungan Bersejarah Penahan Sungai Cisadane”. Republika.co.id. 27 Mei 2012. https://republika.co.id/berita/event/jalan-bareng-abahalwi/12/05/27/m4nyq7-bendungan-bersejarah-penahan-sungai-cisadane Haidir, Moh. Didi. Idi Namara, Nurul Chayati, Fadhila Muhammad. 2016. MANAJEMEN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE DARI ASPEK KELEMBAGAAN (Studi Kasus Kota Tangerang). Tangerang. Salampessy, Massalina L, dan Ina Lidiawati. 2017. POTENSI KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus di Desa Cemplang, sub Das Ciaten Hulu Timur DAS Cisadane). Bogor. Vol. 5 No. 2, Edisi Juli 2017. Siahaan, Ratna, Andry Indrawan, Dedi Soedharma, Lilik B.Prasetyo. 2011. KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE, JAWA BARAT – BANTEN (Water Quality of Cisadane River, West Java – Banten). Vol. 11 No. 2. 268 – 272. Sulistia, S., 2018. KONSENTRASI LOGAM BERAT DARI DAERAH PERMUKIMAN DI SUNGAI CISADANE. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 11(2). Sundra IK. 2001. Studi kualitas perairan Sungai Nyuling di Karangasem ditijnjau dari aspek fisik kimia dan mikrobiologi. J Biologi 5 (1):9-20. Trimarmanti, T. K. E. 2014. Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Di Daerah Aliran Sungai Cisadane Kabupaten Bogor. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 2(1), 55-72.