Tugas Keluarga Dengan Lansia Terakhir [PDF]

  • Author / Uploaded
  • HANIM
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA



ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN PJK DAN HERNIA



Disusun oleh : Kelompok 4



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2007



ANGGOTA KELOMPOK 4 1.



Indah Kusuma W



(010410703



B) 2.



Rizky Erwanto



(010410705 B)



3.



Iqlima Dwi Kurnia



(010410706 B)



4.



Inda Rian P.



(010410712 B)



5.



Ratri Ismiwiranti



(010410715



B) 6.



Effita Piscesiana



(010410721 B)



7.



Makhmudiyah IC



(010410748 B)



8.



Praba Diyan R



(010410813 B)



9.



Ganda Ardiansyah



(010410746 B)



10.



Fanny Okviasanti



(010410743 B)



11.



Aprillia C



(010410740 B)



12.



Heni Ekawati



(010410766 B)



13.



Dewi Baririt B



(010410780 B)



14.



Ida Aulia T.



(010410738 B)



15.



Prandayu Lia H



(010410806 B)



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia “ tepat pada waktumya. Kami ucapkan terima kasih khususnya kepada Ibu Retno Indarti, Skep, Ns yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-taman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya rekan-rekan calon perawat.



Surabaya, Nopember 2007



Penulis



DAFTAR ISI



Kata Pengantar……………………………………………………………………. Daftar Isi………………………………………………………………………….. BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………... 1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1.2 Tujuan………………………………………………………………… 1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 2.1 Definisi ……………………………………………………………….. 2.2 Peran dan tugas Perkembangan Keluarga berkaitan dengan lansia ….. 2.2.1 Peran Keluarga dalam keperawatan lansia .……………………. 2.2.2 Tugas Perkembangan Keluarga berkaitan dengan lansia ……… 2.3 Alasan lansia perlu dirawat dilingkungan keluarga …......…………… 2.4 Perubahan yang terjadi pada Lansia akibat proses menua …………… 2.4.1 Perubahan fisik penuaan normal 2.4.2 Perubahan psikososial 2.4.3 Perubahan Spiritual 2.4.4 Perubahan kondisi mental 2.4.5 Perubahan kognitif 2.5 Masalah – Masalah Kesehatan yang dapat Muncul pada keluarga dengan lansia 2.6 Peran Perawat dalam tiga tingkat Pencegahan Pada Lansia 2.7 Masalah yang ditemukan pada Tuan A 2.8 Proses Keperawatan BAB 3 TINJAUAN KASUS ……….……………………………………………. 3.1 Identitas Umum Keluarga …………………………………………….



3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 3.3 Pengkajian Lingkungan ………….…………………………………... 3.4 Struktur Keluarga 3.5 Fungsi Keluarga 3.6 Stres dan Koping Keluarga 3.7 Keadaan Gizi Keluarga 3.8 Pemeriksaan Fisik 3.9 Harapan Keluarga Format Pemeriksaan Fisik Analisa Data Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Intervensi Keperawatan BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………... 4.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 4.2 Saran………………………………………………………………….. KEPUSTAKAAN…………………………………………………………………



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Menurut survey di Indonesia



pada tahun 2000 diperkirakan



jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari seluruh jumlah penduduk ( 22.277.700 ) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. ( Nugroho, 2000 ). Dari sini dapat dilihat bahwa penuaan di dalam masyarakat merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Banyak yang berpandangan bahwa lanjut usia adalah masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan penyakit yang menyertai proses menua dan dianggap sebagai semacam penyakit. Pada keluarga dikaji oleh kelompok kami, didapatkan beberapa masalah yang terjadi pada Tn. A, diantaranya PJK dan Hernia. Dari tahun ke tahun proporsi PJK mengalami peningkatan sebagai penyebab kematian. Kematian akibat PJK pada tahun 1975, 1981, 1986 dan 1995 meningkat secara signifikan masing-masing 5,9 persen; 9,1 persen, 16 persen dan 19 persen. Data terkini menunjukkan PJK berada pada urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Sedangkan angka kejadian hernia belum diketahui secara pasti tetapi didapatkan bahwa kejadian hernia lebih banyak terjadi pada laki – laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4 : 1. Pada



Lansia,



PJK



seringkali



dikarenakan



tertimbunnya



kolesterol berlemak di intima arteri besar. Hal ini akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat pembuluh darah. Penyumbatan ini dapat menyebabkan tromboemboli yang merupakan komplikasi tersering jantung koroner. Sedangkan Hernia pada lansia, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya yang paling sering pada lansia yaitu akibat tekanan rongga perut yang berlebihan. Tekanan rongga perut dapat berupa batuk kronis, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites, dan obesitas.



Konsep solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalah keluarga dengan lansia yang memiliki penyakit hernia dan PJK seperti yang terjadi pada keluarga Tn. A diperlukan peranan perawat untuk memberikan intervensi yang spesifik diantaranya melakukan kolaborasi dengan pihak medis untuk melakukan operasi hernia dan pendidikan kesehatan dengan melibatkan keluarga. Karena dukungan keluarga sangat berperan dalam membantu mempertahankan status kesehatan lansia.



1.2



Rumusan Masalah 1.



Bagaimana Pengkajian Keperawatan Keluarga dengan Lansia ?



2.



Diagnosa apa saja yang dapat muncul pada Keluarga dengan Lansia ?



3.



Intervensi apa saja yang dapat diberikan pada Keluarga dengan Lansia berdasarkan masalah yang terjadi ?



4.



Bagaimana Implementasi keperawatan yang dapat diberikan pada Keluarga dengan Lansia ?



5.



Bagaimana Evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan pada Keluarga dengan Lansia ?



1.3



Tujuan



1.3.1



Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan dapat memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia dengan baik dan benar.



1.3.2 Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan mampu untuk: 1. Melakukan pengkajian keperawatan kepada keluarga dengan lansia secara baik dan benar. 2. Menentukan diagnosa yang tepat pada keluarga dengan lansia. 3. Merencanakan intervensi yang tepat untuk keluarga dengan lansia sesuai dengan masalah yang ditemukan. 4. Memberikan asuhan kepeearawatan sesuai masalah pada keluarga dengan lansia secara benar. 5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan baik dan benar.



1.4



Manfaat



1.4 1 Manfaat Teoritis Untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan, khususnya Ilmu Keperawatan Keluarga yang berfokus pada usaha peningkatan kesehatan keluarga dengan lansia menggunakan pendekatan Asuhan Keperawatan yang baik dan benar. 1.4.2 Manfaat Praktek 1.



Dapat digunakan oleh perawat sebagai acuan dalam pemberian



2.



Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Lansia. Dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh perawat secara mandiri untuk meningkatkan status kesehatan keluarga.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Definisi 1. Menurut UU 23 tahun 1992 (pasal 19) : “Manusia lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktid sesuai dnegan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. “ 2. Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. (BKKKBN, 1995) 3. Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang didalamnya terdapat penduduk lanjut usia atau anggota keluarga seluruhnya berusia lanjut usia. 4. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk pelayaanan keperawatan yang komprehendif yang diberikan kepada lansia



dan



keluarga



dnegan



tujuan



meningkatkan



kesehatan,



rehabilitasi kesehatan, memaksimalkan kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan dampak proses penuaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia dengan pendekatan proses keperawatan keluarga. 2.2



Peran dan tugas Perkembangan Keluarga berkaitan dengan lansia



2.2.1



Peran Keluarga dalam keperawatan lansia a. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap dalam keadaan optimal atau produktif



b. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia c. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonoi pada lansia d. Memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dengan demikian dapat menigkatkan ketakwaann lansia pada Tuhan YME e. Menghormati dan menghargai lansia sebagai sesepuh f. Berusaha menyediaakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian lansia g. Mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya. h. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia) 2.2.2



Tugas Perkembangan Keluarga berkaitan dengan lansia a. Mengenal masalah kesehatan lansia b. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan lansia c. Merawat anggota keluarga lansia d. Memodifikasi lingkungan fisik sehingga lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan tersebut e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia.



2.3



Alasan lansia perlu dirawat dilingkungan keluarga 1.



Keluarga merupakan unit pelayanan keprawatan dasar



2.



Tempat tinggal keluaga merupakan lingkungan atau tempat alamiah dan damai bagi lansia, apabial keluarga tersebut harmonis.



3.



Kesejahteraaan



keluarga



dan



kemampuan



keluarga



untuk



menentukan diri sendiri merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada penbgambilan keputusan. 4.



Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga merupakan proses aktif, merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanankesehatan .



5.



Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan kesehatan utama kepada keluarga untuk mempertahankan dna meningkatkan kesehatan.



6.



Pelayaana kesehatan sekunder dan tertier dilakkukan apabila perawatan kesehatan dilakukan oleh keluarga dengan bimbingan tenaga kesehatan.



7.



Proses keperawatan dapat memfasilitasi keputusan yang terkait dengan kesehatan.



8.



Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan keperawatan merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan.



9.



Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara untuk mengarahkan interaksi keluarga dan perawat.



10.



Pelayanan keperawatan yang dilakukan dirumah oleh keluarga atau lansia, dengan perawat ahli di dalam keperawatan lansia sebagai : pemberi pelayanan, konselor, pendidik, pengelola, fasilitator dan koordinator pelayanan kepada lansia.



2.4 1.



Perubahan yang terjadi pada Lansia akibat proses menua : Perubahan fisik penuaan normal a. Sistem Integumen -



Warna kulit : pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang terpajan sinar matahari, pucat meskipun tidak ada anemia.



-



Kelembapan : kering, kondisi bersisik



-



Suhu : ekstremitas lebih dingin, penurunan perspirasi



-



Tekstur : penurunan elastisitas; kerutan, kondisi berlipat dan kendur



-



Distribusi lemak : penurunan jumlah lemak pada ekstremitas, peningkatan lemak pada abdomen



-



Rambut : penipisan dan beruban pada kulit kepala, sering kali penurunan jumlah rambut aksila dan pubis serta rambut pada ekstremitas, penurunan rambut wajah pada pria, kemungkinan rambut dagu dan diatas bibir pada wanita.



-



Kuku : penurunan laju pertumbuhan



b.



Kepala dan Leher



-



Tulang nasal dan wajah menajam dan angular, hilangnya rambut alis mata pada wanita, alis mata tebal pada pria.



-



Mata : penurunan ketajaman penglihatan, penurunan akomodati, penurunan adaptasi dalam gelap, sensitivitas terhadap cahaya yang menyilaukan.



-



Telinga : penurunan membedakan nada, berkurangnya reflek ringan, berkurangnya ketajaman pendengaran.



-



Hidung dan sinus : peningkatan rambut nasal, penurunan indera pengecapan, atrofi papila ujung lateral lidah.



-



Mulut dan faring : penggunaan jembatan atau gigi palsu, penurunan indera pengecap, atrofi papila ujung lateral lidah.



-



Leher : kelenjar limfoit nodular, defiasi trakea ringan akibat atrofi otot.



c.



Dada



-



Thorak dan paru-paru : meningkatkan diameter antero posterior, peningkatan regiditas dada, peningkatan frekuensi pernafasan dengan penurunan ekspansi paru, peningkatan resistensi jalan nafas.



-



Jantung dan vaskuler : peningkatan signifikasi pada tekanan sistolik dengan peningkatan ringan pada tekanan diastolik; biasanya terjadi perubahan yang tidak signifikan pada denyut jantung saat istirahat; murmur diastolic umum ; nadi perifer mudah di palpasi; nadi kaki lebih lemah dan ekstremitas bawah lebih dingin terutama malam hari.



-



Payudara : Berkurangnya jaringan payudara; kondisi menggantung dan kendur.



d. Sistem Gastrointestinal -



Penurunan sekresi saliva, yang dapat menyebabkan amenelan lebih sulit ; penurunan peristaltic; penurunan produksi enzim digestive termasuk asam hidroklorit, pepsin dan enzim pankreatik; konstipasi; penurunan motilitas.



e.



Sistem Reproduksi



-



Wanita : Penurunan esterogen ; penurunan ukuran uterus; penurunan sekresi; atropi linea epitel vagina.



-



Pria : Penurunan kadar testoteron; Penurunan jumlah sperma; Penurunan ukuran testis.



f. Sistem Perkemihan Penurunan filtrasi renal dan efisiensi renal; hilangnya protein terus menerus dari ginjal; nokturia; penurunan kapasitas kandung kemih; peningkatan inkontinensia. -



Wanita : Inkontinensia urgensi dan stress akibat penurunan tonus perineal.



-



Pria : Sering berkemih dan retensi urine akibat pembesaran prostat.



g.



Sistem Muskuloskeletal Penurunan massa dan kekuatan otot; demineralisasi tulang ( lebih jelas pada



wanita);



Pemendekan



fosa



akibat



penyempitan



rongga



intravertebral; penurunan mobilitas sendi; penurunan rentang gerak sendi; tonjolan tulang lebih meninggi ( terlihat ) h.



Sistem Neurologis Penurunan laju reflek atau atomatik volunteer; penurunan kemampuan berespon terhadap stimulus ganda; periode tidur lebih singkat.



2.



Perubahan psikososial a. Pensiun : Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangankehilangan antara lain: 



Kehilangan finansialn(income berkurang)







Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).







Kehilangan teman/kenalan atau relasi.







Kehilangan pekerjaan/kegiatan.



b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality) c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu jika memasuki rumah perawatan, pergerakan mereka lebih sempit. d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation). e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan. f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan. g. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian. h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan temanteman dan family. j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. 3.



Perubahan Spiritual a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970). b. Lansia makinmatur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970). c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.



4.



Perubahan kondisi mental Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulny perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, perasaan terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut di telantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri



serat



cenderung



bersifat



ekstrovert.



Faktor-faktor



mempengaruhi perubahan kondisi mental : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kesehatan umum



yang



c. Tingkat pendidikan d. Keturunan ( hereditas) e. Lingkungan f. Gangguan syraf panca indra, timbulnya kebutaan dan ketulian g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabtan h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehialangan hubungan dengan teman dan famili i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambarab diri, perubahan konsep diri. 5.



Perubahan kognitif Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah ; a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang membutuhkan memori jangka pendek b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran c. Kemampuan verbal dalam bidang vokabular ( kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.



2.5



Masalah – Masalah Kesehatan yang dapat Muncul pada keluarga dengan lansia 1. Ancaman kesehatan a. resiko terjadinya cedera / bahaya fisik b. resiko terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi 2. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat Lansia dalam keluarga yang mengalami penyakit : a.



Diabetes meilitus



b.



Hipertensi



c.



Arthritis



d.



Penyakit jantung



e.



Kanker



f.



Penyakit ginjal



g.



Penyakit paru Obsttruktif menahun



h.



Penyakit kulit



i.



Kasus fraktur atau luka



j.



Lansia dengan menarik diri atau isolasi sosial



k.



Kasus depresi



l.



Koping yang tidak efektif



3. Krisis a. lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pkerjaan . b. kesepian karena ditinggal pasangan hidup c. kesepian karena anak sudah berkeluarga 2.6



Peran Perawat dalam tiga tingkat Pencegahan Pada Lansia 1. Pencegahan Primer a. Meningkatkan kesehatan melalaui kontak di klinik dan di rumah b. Memberikan informasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan c. Membuat klien dan keluarga sadar akan pilihan dan sumber-sumber yang ada d. Melibatkan klien dalam perkulpulan di masyarakat e. Mengajarkan klien untuk bertanggungjawab atas dirinya dalam kesehatan . 2. Pencegahan sekunder a. Melaporkan penemuan kasus dan melakukan pendekatan untuk merujuk b. mengkaji respon terhadap sakit dan kesesuainnya terhadap terapi c. memberikan informasi tentang obat-obatan dan terapi d. memberikan nasihat pad aklien dan anggota keluarga. e. mengidentifikasi adanya atau ancaman penyakit 3. Pencegahan tersier a. Memulai dengan strategi rehabilitasi selama fase sakit b. Mempertahankan komunikasi dengan jaringan kemasyarakatan c. Membantu dnegan pelayanan tidak lanjut (follow up) d. Memberikan program konsultasi dan pendidikan sebagai tanggung jawabnya terhadap perawatan pada lansia. e. Memberikan dukungan legislasi dan kebijaksanaan yang dapat memberi dampak terhadap lansia.



2.7.



Masalah yang ditemukan pada Tuan A



1.



Hernia Inguinalis



Definisi Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis (www.medicastore.com). Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus kedalam anulus inguinalis diatas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kengenital (Cecily L Bets&Linda A Sowden, 2002). Etiologi a. Faktor Kongenital 1. Pada Laki-Laki Hernia inguinalis terjadi karena kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi testis / canalis inguinalis. Ketika di dalam kandungan, testis turun dari bagian perut ke bawah dan berhenti di skrotum. Hal ini dimulai pada saat bayi masih di dalam kandungan dimana testis turun bersama dengan selaput dari perut membentuk kantung atau lubang pada canalis inguinalis yang kemudian pada perjalanannnya ligamentum atau jaringan ikat tidak bisa sempurna sehingga kanalis tidak bisa tertutup. 2. Perempuan Sama halnya dengan laki-laki namun bukan ovarium yang keluar dari rongga perut. Tetapi bagian dari tubernakulum. Bagian kranial berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii dan bagian inferior menjadi ligamentum teres uteri yang masuk melalui cincin dalam kedalam labia mayora melalui kanalis inguinalis. Namun terjadi kegagalan penutupan juga seperti halnya pada laki-laki. b. Faktor Didapat Faktor yang berperan adalah terbukanya proccesus vaginalis, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut, tekanan rongga perut yang tinggi secara kronis dapat berupa batuk kronis dapat berupa batuk kronis, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites, obesitas.



Faktor ini juga merupakan kelanjutan dari faktor kongenital, yaitu karena bentuknya kantung atau lubang pada kanalis inguinalis, sehingga jika terjadi tekanan pada rongga perut yang tinggi, isi perut atau usus dapat masuk ke dalam lubang / kantung ini. Manifestasi Klinis 1. Terjadi benjolan didaerah inguinal (lipatan paha) yang muncul pada waktu batuk/bersin/ berdiri/mengedan/menangis dan hilang setelah berbaring. 2. Penebalan funikulus spermatikus disertai tanda “sutra” 3. Muntah, perut kembung, konstipasi 4. Bila telah timbul inkarserasi atau strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual muntah. Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringannya hernia: a.



Reponible : Benjolan didaerah lipat paha tampak keluar masuk (kadangkadang nenonjol, kadang tidak). Bagian lipat paha akan terasa besar sebelah pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah.



b.



Incarcerata : Keadaan klinis bayi mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar dan tidak mau makan.



c.



Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit dimana gejala klinisnya yaitu demam, dehidrasi dan jika didiamkan lama-lama akan terjadi penimbunan racun sehingga dapat terjadi sepsis.



Patofisiologi Hernia inguinalis bisa terjadi karena faktor kongenital dan factor didapat.Faktor kelainan kongenital terjadi karena adanya kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi testis, Proses penutupan hingga menjadi ligamentum (jaringan ikat) tidak berjalan sempurna yang akhirnya menyisakan lubang,Lubang inilah yang dapat menimbulkan herniasi.Sedangkan faktor yang didapat bisa berupa peningkatan tekanan dalam rongga abdomen,yang secara kronis dapat berupa batuk kronis,hipertrofi prostat,konstipasi dan acites,serta adanya kelemahan otot dinding perut.Dua faktor penyebab hernia inguinalis diatas dapat menimbulkan terbukanya kanalis inguinalais,sehingga organ dalam peritonium terutama usus



dapat turun dan membentuk tonjolan pada daerah lipatan paha,tonjolan akan semakin bertambah karena mengejan,batuk,menangis dan bersin(bila terjadi peningkatan tekanan intra abdomen). Tonjolan hernia inguinalis tersebut tampak keluar-masuk(kadang-kadang terlihat menonjol,kadang-kadang tidak),ini adalah tanda yang paling sederhana yang disebut reponible.bila tonjolan hernia tersebut semakin membesar,yang disebabkan oleh meningkatnya usus atau isi peritonium,maka pintu kantong hernia akan semakin menyempit dan tebentuk cicin,tanda ini penonjolan kantongnya tidak dapat keluar masuk lagi fase ini disebut inkarserata,Bila penonjolan



semakin



lama



semakin



besar,cincin



akan



semakin



menyempit,sehingga pembuluh darah dapat terjepit,fase ini merupakan tingkat hernia yang paling parah yang disebut Strngulata. Pemeriksaan Diagnostik Penebalan funikulus spermatikus dengan di sertai tanda “sutra”.Tanda sutra ini didapat dengan meraba funikulus spermatikus di atas tuberkulum pubis.Dua lapisan peritonium yang melekat satu sama lain akan terasa seperti sutra,Tanda sutra ini dengan anamnesis yang baik dapat membantu dalam mendiagnosis hernia inguinalis. Terapi Pengelolaannya bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif berupa operasi. 1. Konservatif Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera. Cara ini hanya bersifat menunjang dan tidak memperbaiki atau menyembuhkan hernia dan diperuntukkan bagi penderita yang menolak operasi atau, karena keadaan yang tidak memungkinkan, tidak dapat dioperasi. Namun, untuk penderita yang menolak operasi, perlu dijelaskan bahwa keadaan penyakitnya dapat berlanjut dan akhirnya tetap diperlukan operasi.



Pada keadaan lanjut itu, operasi akan menjadi lebih sulit, apalagi kalau sampai isi hernia tidak bisa dikembalikan ke tempat asalnya atau membusuk. 2. Operasi Operasi ini harus dilakukan secara elektif segera setelah diagnosis karena resiko tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari. Selain tindakan bedah konvensional, kini juga ada terapi dengan teknik bedah laparoskopi. Keuntungan teknik ini antara lain, luka operasinya kecil sehingga penyembuhannyapun lebih cepat. Namun, teknik ini lebih rumit dan lebih mahal.serta hasil yang diperoleh tidak begitu maksimal. 2. Jantung Koroner Definisi Kondisi patologi arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormality atau bahan lemak dan jaringan-jaringan fibrosya yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan arteri darah ke jantung. Faktor Resiko 



Faktor resiko modifiable: 1.



Kolesterol darah tinggi



2.



Tekanan darah tinggi



3.



Merokok



4.



Gula darah tinggi (Diabetes MEilitus)



5.



Obesitas



6.



Inaktifitas fisik



7.



Stress



8.



Penggunaan kontrasepsi oral



9.



Kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.



10. Geografi, insiden lebih tinggi pada daerah industri 



Faktor resiko non Modifiable 1.



Riwayat keluarga positif



2.



Penigkatan usia



3.



Jenis kelamin, terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita



4.



Ras, insiden lebih tinggi pada penduduk amerika keturunan afrika dibanding dengan Kaukasia



Manifestasi Klinis PJK menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung . Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. Manifestasi klinis lain penyakit jantung koroner dapat berupa perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak. Patofisiologi Jantung koroner dimulai dengan tertimbunnya kolesterol berlemak di intima arteri besar. Timbunan ini akan menganggu absorbsi nutrien oleh selsel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah diikuti oleh penyakit tromboemboli yang merupakan komplikasi tersering jantung koroner. Pencegahan 1. Mengontrol kadar kolesterol dengan: a. Diet: menghindari makanan yang berlemak,banyak makan makanan yang berserat b. Latihan c. Obat-obatan 2. pola perilaku dengan cara menghindari stress dan perilaku yang diyakini mempengaruhi patogenesis penyakit jantung koroner



2.7



PROSES KEPERAWATAN



A. Pengkajian 1. Pengkajian Umum a. Identitas Umum Identitas kepala keluarga (Nama, umur, agama , suku, pendidikan, pekerjaan, alamat), komposisi keluarga (nama, seks, umur, hub keluarga, pekerjaan, pendidikan), genogram b. Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai janis atau tipe keluarga. Untuk menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya. c. Suku bangsa Mengkaji asal atau suku bangsa keluarga, dapat digunakan untuk mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga. d. Agama Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga. e. Status Sosial Ekonomi Keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga (orang tua maupun anak yang telah bekerja dan membantunya). Status sosial ekonomi juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan barang yang dimiliki oleh keluarga. f. Aktivitas rekreasi Keluarga Yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya bepergian keluar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi, tetapi kesempatan berkumpul di rumah untuk menikmati hiburan radio atau TV bersama juga bercengkrama. 2



Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a.Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti. Misalnya : Keluarga Bapak A mempunyai tiga orang



anak dengan anak tertua berumur 17 tahun. Dalam keluarga tersebut juga tinggal ibu dari bapak A yang berumur 65 tahun. Maka, tahap perkembangan keluarga Bapak A berada pada tahap keluarga dengan anak remaja. b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan



kendala



yang



dihadapi



oleh



keluarga.



Juga



dilakukan



pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya. c.Riwayat Kesehatan Keluarga Inti Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing



anggota



keluarga,



perhatian



terhadap



upaya



pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya (Generasi diatasnya) Menjelaskan riwayat kesehatan generasi sebelumnya tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut dalam menanggulangi penyakit, serta upaya mempertahankan kesehatan sampai saat ini. 3. Data Lingkungan a.Karakteristik Rumah Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan denah rumah. b. Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal. Hal ini meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. Contohnya: Keluarga Bapak A hidup di lingkungan yang



masih menganut kepercayaan dari nenek moyang yang mempengaruhi kesehatan keluarga dan lansia , seperti masih percaya pada dukun untuk menyembuhkan penyakit. c.Mobilitas Geografis Keluarga Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina. d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Dalam melakukan kegiatan kumpul bersama keluarga hendaknya melibatkan semua anggota keluarga termasuk lansia. e.Sistem Pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (Askes, Jamsostek, Kartu Sehat, Asuransi, dll). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada disekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan. 4. Struktur Keluarga a. Struktur Peran Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga atau masyarakat. b. Nilai atau Norma Keluarga Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. c. Pola Komunikasi Keluarga Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang mempengaruhi komunikasi keluarga.



d. Struktur Kekuatan Keluarga Menjelaskan



kemampuan



keluarga



untuk



mempengaruhi



dan



mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. 5. Fungsi Keluarga a. Fungsi Ekonomi Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Juga diuraikan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya. b. Fungsi Sosialisasi Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. c. Fungsi Pemenuhan (Perawatan/pemeliharaan) Kesehatan Tujuan pengkajian yang berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan: 1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan. Hal ini meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, faktor yang mempengaruhi dan persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga. 2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Hal-hal yang perlu di kaji : -



Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.



-



Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?



-



Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?



-



Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga (lansia) ?



-



Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (Negatif) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?



-



Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan?



-



Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?



-



Apakah keluarga telah memperoleh informasi kesehatan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan?



3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Hal-hal yang perlu dikaji : -



Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatannya).



-



Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga.



-



Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.



-



Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab,



sumber



keuangan/finansial,



fasilitas



fisik



dan



dukungan psikososial). -



Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan kesehatan.



4) Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan aman bagi lansia. Hal-hal yang perlu dikaji : -



Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan rumah.



-



Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.



-



Pengetahuan dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang higienis sesuai syarat kesehatan.



-



Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga.



-



Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.



-



Kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan lansia misalnya: a. Penerangan yang adekuat di tangga, jalan masuk dan pada malam hari. b. Jalan bersih dan bebas dari keset yang terkoyak dan kabel listrik . c. Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat. d. Alas kaki stabil dan antislip. e. Kursi dan furnitur lain dengan penopang yang cukup dan tinggi sesuai untuk duduk dan bangkit berdiri. f. Kain anti-licin atau keset pada bathup atau shower. g. Pegangan kokoh pada tangga dan kamar mandi.



5) Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, perlu dikaji tentang : -



Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau keluarga.



-



Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.



-



Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.



-



Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.



-



Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak apa penyebabnya



d. Fungsi Reproduksi Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan upaya pengendalian



jumlah



anggota



keluarga.



Perlu juga



diuraikan



bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks dini secara benar kepada anggota keluarganya. e. Fungsi Afeksi Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 6. Stres dan Koping Keluarga a. Stresor jangka pendek dan panjang Stresor jangka pendek adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan. Stresor jangka panjang adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. b. Kemampuan



keluarga



berespon



terhadap



stresor,



menjelaskan



bagaimana keluarga berespon terhadap stresor yang ada. c. Strategi koping yang digunakan, menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan) terhadap stresor yang ada. d. Disfungsi strategi adaptasi, menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adaptif ketika mempunyai masalah. 7. Keadaan Gizi Keluarga Pemenuhan gizi pada keluarga juga perlu dikaji untuk mengetahui status kesehatan anggota keluarga. Untuk lansia, pemenuhan gizi juga harus tetap diperhatikan. Serta upaya lain yang dilakukan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga. 8. Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit),



meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik (secara head to toe), dan pemeriksaan penunjang yang perlu. (format terlampir) 9. Harapan Keluarga Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. Pertanyaan yang dapat membantu untuk mengkaji secara fokus yang berhubungan dengan keluarga dengan lansia : 1. Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya? 2. Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah? 3. Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaiman frekuensi, dan berapa frekuensi kunjungan anak? 4. Adakah orang yang menemani setiap hari? 5. Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua? 6. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga? B.



Diagnosis dan intervensi keperawatan Setelah



pengkajian,



perawat



mengklasifikasikan



data



untuk



merumuskan diagnosis keperawatan. Pada asuhan keperawatan keluarga, diagnosis keperawatan yang muncul dapat dua sifat, yaitu yang berhubungan dengan lansia bertujuan agar lansia dapat mandiri ; dan yang berhubungan dengan keluarga dengan penyebab (etiologi) berpedoman pada lima tugas keluarga di bidang kesehatan yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi kebutuhan lansia. Masalah dalam diagnosis keperawatan merupakan kebutuhan dasar klien (manusia) yang tidak terpenuhi. Dalam merumuskan masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu: 1. Ancaman kesehatan a. resiko terjadinya cerera / bahaya fisik b. resiko terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi 2. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat Lansia dalam keluarga yang mengalami penyakit : a.



Diabetes meilitus



b.



Hipertensi



c.



Arthritis



d.



Penyakit jantung



e.



Kanker



f.



Penyakit ginjal



g.



Penyakit paru Obsttruktif menahun



h.



Penyakit kulit



i.



Kasus fraktur atau luka



j.



Lansia dengan menarik diri atau isolasi sosial



k.



Kasus depresi



l.



Koping yang tidak efektif



3. Krisis a. lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pkerjaan . b. kesepian karena ditinggal pasangan hidup c. kesepian karena anak sudah berkeluarga 1. Rencana Keperawatan Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. 2. Pelaksanaan Perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang didikusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapatkan informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu dipersiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan fisik dan psikis pada saat implementasi.



3. Evaluasi Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan keluarga untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan.



sesuai



BAB 3 TINJAUAN KASUS KASUS Tuan A berusia 67 tahun, bertempat tinggal di Surabaya. Tuan A mempunyai 5 orang anak, anak ketiga meninggal dunia karena menderita GGK, semua anaknya sudah menikah dan anak yang terakhir masih tinggal bersama tuan A. Tuan A sudah tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari istri tuan A berjualan kue dengan penghasilan setiap harinya ( Rp. 9000 – Rp. 12.000. Tuan A pernah menjalani operasi Hernia sebelah kanan pada tahun 1992, dan 8 tahun yang lalu didiagnosa menderita Penyakit Jantung Koroner. Sampai saat ini tuan A masih rutin kontrol penyakitnya ke dokter. Keluhan Utama : Saat ini tuan A merasa tidak nyaman karena adanya benjolan di lipatan paha sebelah kiri (inguinal). PENGKAJIAN I.



IDENTITAS UMUM KELUARGA a. Identitas Kepala Keluarga:



Nama



: Tn. A



Pendidikan



: ST (setara SMP 4th)



Umur



: 69 th



Pekerjaan



: - (dulu karyawan)



Agama



: Islam



Alamat



: Kedung Sroko, Sby



Suku



: Jawa



Nomor Telp



:-



b. Komposisi Keluarga: No Nama 1. Tn. A



L/P L



Umur 69 th



Hub. Klg Suami



Pekerjaan -



Pendidikan ST



2.



Ny. G



P



56 th



Istri



Wirasawasta



-



3.



Tn. SA



L



27 th



Anak



Wiraswasta



SMA



4.



Ny. D



P



23 th



Menantu



-



SMA



c. Genogram:



Tn. A



d. Type Keluarga: a) Jenis type keluarga: Pararel b) Masalah yang terjadi dg type tersebut: Tidak ada masalah e. Suku Bangsa: a) Asal suku bangsa: Jawa b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Jika Tn. A sakit, maka berobat ke RS, tetapi pada saat anak keempat mengalami GGK dan harus cuci darah, keluarga menolak dan lebih memilih pengobatan alternatif. f.



Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Percaya bahwa segala sesuatu, seperti penyakit dan kematian diatur oleh Tuhan YME.



g. Status Sosial Ekonomi Keluarga: a) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Istri b) Penghasilan: Rp 9.000,00 – Rp 12.000,00/hari c) Upaya lain: anak berjualan pulsa d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll): TV, kipas angin, kursi, meja, sepeda motor, dll. e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: belum terkaji h. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Tn. A bersama istri pergi untuk kegiatan pengajian dan menonton televise bersama anggota keluarga. II.



RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua): Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya: Tidak ada



c. Riwayat kesehatan keluarga ini: a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini: Sebelum pensiun, Tn. A adalah karyawan di sebuah pabrik yang bertugas mengangkut barang – barang berat. Setelah pensiun, Tn. A pada tahun 2002 menjalani operasi hernia sebelah kanan. Empat bulan terakhir Tn. A mengeluh adanya benjolan di lipatan paha sebelah kiri dan didiagnosis oleh dokter dengan hernia. b) Riwayat penyakit keturunan: Kakak Tn. A ada yang menderita DM. c) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga: d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: Tn. A pergi ke RS setiap kali ada keluhan yang berkaitan dengan kesehatannya sampai sekarang. Tn. A juga rutin chek up setiap bulan untuk memeriksakan penyakitnya, sampai saat ini masih mengkonsumsi obat – obatan. d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: Tn. A mengeluh pusing dan sering pingsan secara tiba – tiba sehingga mengakibatkan jatuh (10 tahun yang lalu) dan didiagnosis PJK oleh dokter. III.



PENGKAJIAN LINGKUNGAN a. Karakteristik Rumah a) Luas rumah: 4,5 x 9 m2 b) Type rumah: permanen c) Kepemilikan: milik sendiri d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: belum terkaji e) Ventilasi/jendela: ventilasi ada tapi kurang berfungsi dengan baik f) Pemanfaatan ruangan: ruang tamu sekaligus tempat yang digunakan untuk berjualan, ruang makan kurang stategis karena berada di sepanjang lorong rumah, penataan itu dikarenakan luas rumah yang sempit. g) Septic tank: ada/tidak



letak (belum terkaji)



h) Sumber air minum: AQUA dan PDAM i)



Kamar mandi/WC: bersih



j)



Sampah: diangkut tukang sampah



limbah RT: di depan rumah



(dialirkan lewat selokan) k) Kebersihan lingkungan: halaman depan bersih dan terawat



b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW a) Kebiasaan: Keluarga Tuan A mengikuti pengkajian rutin setiap hari kamis b) Aturan/kesepakatan: Masyarakat RT saling bantu membantu, hal itu dibuktikan dengan adanya kegiatan arisan, kerjabakti, dan jika ada yang meninggal banyak tetangga yang ikut melayat. c) Budaya: Seluruh anggota masyarakat rukun dan memecahkan masalah dengan musyawarah. c. Mobilitas Geografis Keluarga: Keluarga Tn. A mulai lahir sampai sekarang tetap tinggal di Kedung Sroko, Surabaya. d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Tn. A dan Ny. G aktif mengikuti acara pengajian. e. System Pendukung Keluarga Rumah keluarga Tn. A dekat dengan pelayanan kesehatan, seperti RS Soetomo, klinik kesehatan dan Puskesmas. IV.



STRUKTUR KELUARGA a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: Bahasa yang digunakan sehari – hari bahasa Jawa. b. Struktur Kekuatan Keluarga: Keluarga Tn. A saling membantu dan memperhatikan, hal ini dibuktikan dengan istri dan anak – anak Tn. A yang selalu menemani Tn. A saat berobat dan chek up ke rumah sakit. c. Struktur Peran (peran masing – masing anggota keluarga) Tn. A saat ini tidak bekerja. Perannya untuk mencari nafkah keluarga digantikan oleh istrinya dengan berjualan kue. Selain itu, peran tersebut juga dibantu oleh anak terakhirnya dengan berjualan pulsa. Ny. G juga berperan sebagai seorang nenek yang merawat cucu dari anaknya yang ketiga. d. Nilai dan Norma Keluarga Keluarga Tn. A menerapkan nilai – nilai Islam.



V.



FUNGSI KELUARGA a. Fungsi Afektif Semua anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Anak terakhir masih tinggal bersama dengan Tn. A dan Ny G. Anak – anaknya yang lain sering mengunjungi, sehingga Tn. A dan Ny. G tidak merasa kesepian. b. Fungsi Sosialisasi a) Kerukunan hidup dalam keluarga: Semua anggota keluarga hidup rukun



b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: Hubungan antar anggota keluarga baik dan harmonis c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: Tn. A d) Kegiatan keluarga waktu senggang: Nonton TV, duduk – duduk santai. e) Partisipasi dalam kegiatan social: Keluarga Tn. A sering mengikuti kegiatan social, seperti : kerja bakti, arisan, dll. c. Fungsi Perawatan Kesehatan a. Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarganya: Keluarga Tn. A mengetahui penyakit yang diderita Tn. A yaitu Hernia dan Penyakit Jantung Koroner, akan tetapi belum terlalu paham tentang penyakitnya. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat: Jika ada masalah pada Tn. A keluarga selalu memutuskan untuk segera membawa ke pusat pelayanan kesehatan. c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit: Ny. G dan anak – anaknya selalu merawat Tn. A dengan baik serta memfasilitasi segala keperluan Tn. A. d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat: Rumah Tn. A terlihat bersih tetapi karena luas rumah yang sempit, penataan ruang menjadi kurang ideal. e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat: Tn. A dan keluarga sering memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. d. Fungsi Reproduksi a) Perencanaan jumlah anak: b) Akseptor: Ya -



yang digunakan -



c) Akseptor: Belum -



lamanya –



, alasannya –



d) Keterangan lain: e. Fungsi Ekonomi a) Upaya pemenuhan sandang pangan: Tn. A sudah tidak bekerja, sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga dipenuhi oleh Ny. G dan dibantu oleh anak – anaknya. Ny. G bekerja sebagai pembuat kue dan makanan. b) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Belum terkaji



VI.



STRES DAN KOPING KELUARGA a. Stressor jangka pendek: Pasien mengatakan sedikit cemas dengan operasi yang akan dilakukan, tetapi klien pernah mengalami operasi sebelumnya dengan penyakit yang sama sehingga kecemasan tersebut dapat diatasi b. Stressor jangka panjang: Keluarga sedikit cemas dengan hasil operasi Tn. A karena takut hal yang sama terjadi lagi c. Respon keluarga terhadap stressor: Belum terkaji d. Strategi koping: Jika ada masalah seluruh keluarga saling membantu e. Strategi adaptasi disfungsional: Tidak ada



VII. KEADAAN GIZI KELUARGA Pemenuhan gizi: Kebutuhan gizi Tn. A dan keluarga tercukupi dengan baik. Pola makan 3x/hari. Untuk Tn. A tidak mengkonsumsi ayam dan telur karena alergi terhadap makanan tersebut. Upaya lain: Untuk menghindari alergi lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, sayur dan kadang – kadang daging sapi. VIII. PEMERIKSAAN FISIK a.



b.



Identitas Nama



: Tn. A



Umur



: 69 tahun



L/P



:L



Pendidikan



: ST (setara SMP)



Pekerjaan



: - (dulu karyawan pabrik)



Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini Sebelum pensiun, Tn. A adalah karyawan di sebuah pabrik yang bertugas mengangkut barang – barang berat. Setelah pensiun, Tn. A pada tahun 2002 menjalani operasi hernia di lipatan paha sebelah kanan. Empat bulan terakhir Tn. A mengeluh adanya benjolan di lipatan paha sebelah kiri dan didiagnosis oleh dokter dengan hernia.



c.



Riwayat Penyakit Sebelumnya Tn. A mengeluh pusing dan sering pingsan secara tiba – tiba sehingga mengakibatkan jatuh (10 tahun yang lalu) dan didiagnosis PJK oleh dokter.



d.



Tanda – tanda vital: TD: 140/80, Nadi: 92, Suhu: 36,60C, GDP (30 Nov 2007) = 143 2JPP =183



e.



System Cardio Vascular Tuan A didiagnosis menderita penyakit Jantung Koroner



f.



System Respirasi Suara nafas Tn. A vesikuler. Tidak ada keluhan sesak nafas. Pasien tidak merokok.



g.



System Gastrointestinal (GI Tract) Abdomen supel. BAB lancar, 1x/hari.



h.



System Persyarafan GCS : 456, kesadaran composmentis, tidak ada keluhan pusing.



i.



System Muskuloskeletal Penurunan turgor kulit , 2 minggu yang lalu Tn. A terjatuh.



j.



System Genetalia Adanya benjolan di daerah inguinal sebelah kiri.



h. Obat – obatan yang dipakai : Trombo aliens IX.



HARAPAN KELUARGA a. Terhadap masalah kesehatannya: Tn. A dan Ny. G berharap tetap sehat dengan kondisinya yang sudah lanjut. b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Belum terkaji



FORMAT PEMERIKSAAN FISIK No. Pemeriksaan 1 Kepala 2



TTV



Tn. A Normal



Ny. G Normal



TD: 140/80



TD: 160/100



N: 80, T:36



N: 92, T:36



3



BB, TB, PB



4



Mata



Isokor



Isokor



5



Hidung



Normal



Normal



6



Mulut



Normal



Normal



7



Leher



Normal



Normal



8



Dada



Normal



Normal



9



Perut



Normal



Normal



10



Tangan



Normal



Normal



11



Kaki



Normal



Normal



Tn. SA



Ny. D



INDEKS KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)



================================================= ======= Nama Klien : Tn. A Tanggal : 29 November 2007 Jenis Kelamin : L / P Umur : 68 tahun TB / BB: Cm / - Kg Agama



: Islam



Suku : Jawa



Tahun Pendidikan : …………SD, …….….PT Alamat



………..SLTP,



Gol Darah : ………..SLTA,



: Jln. Kedung Sroko Surabaya Skore



Kriteria Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke



A A



kamar kecil, berpakaian dan mandi. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,



B



kecuali satu dari fungsi tersebut. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,



C



kecuali mandi dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,



D



kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,



E



kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,



F



kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.



G Lain-Lain



Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut. Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.



SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ ) (Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.) ================================================= =======



Nama Klien : Tn. A November 2007 Jenis Kelamin : L / P - Kg Agama



: Islam



Tanggal : 29 Umur



………..SLTP,



Gol Darah : ………..SLTA,



: Jln. Kedung Sroko Surabaya



Nama Pewawancara Skore + + + + -



TB / BB: - Cm /



Suku : Jawa



Tahun Pendidikan : …………SD, …….….PT Alamat



: 68 tahun



No. 1. 2. 3. 4.



: Kelompok 4 Keluarga



Pertanyaan Tanggal berapa hari ini? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Berapa nomor telepon Anda ?



Hari



Jawaban Tgl



Kedung Sroko -



4.a. Dimana alamat Anda ? + + + + +



5. 6. 7. 8. 9. 10.



(tanyakan bila tidak memiliki telepon) Berapa umur Anda ? Kapan Anda lahir ? Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden sebelumnya ? Siapa nama kecil ibu Anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap



68 SBY Megawati S



pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun ? Jumlah kesalahan total



Keterangan : 1. Kesalahan 0 – 2 2. Kesalahan 3 – 4 3. Kesalahan 5 – 7



= Fungsi intelektual utuh = Kerusakan intelektual Ringan = Kerusakan intelektual Sedang



8



Th.



4. Kesalahan 8 – 10



= Kerusakan intelektual Berat



Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan sekolah dasar. Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan di atas sekolah menengah atas. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang sama. Dari Pfeiffer E ( 1975 )



MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE ) (Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental) ==========================================================



Nilai Maksimum Orientasi 5



Pasien 5



Pertanyaan (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?



5



5



Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -sakit) (lantai) ?



Registrasi 3



3



Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan : ………..



Perhatian dan Kalkulasi 5



3



Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang.



Mengingat 3



3



Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poinuntuk setiap kebenaran.



Bahasa 9



9



Nama pensil dan melihat ( 2 poin ) Mengulang hal berikut : “Tak ada jika, dan, atau tetapi” ( 1poin ) Nilai Total



Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum : Composmentis Apatis Sumnolen Suporus Coma Keterangan : Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.



INVENTARIS DEPRESI BECK Untuk Mengetahui Tingkat Depresi Manula Dari Beck & Deck (1972) ================================================= ======= Nama Klien : Tn. A November 2007 Jenis Kelamin : L / P - Kg Agama



: Islam



Tanggal : 29 Umur



Skore



TB / BB: - Cm /



Suku : Jawa



Tahun Pendidikan : …………SD, …….….PT Alamat



: 68 tahun



………..SLTP,



Gol Darah : ………..SLTA,



: Jln. Kedung Sroko Surabaya Uraian



A. Kesedihan 3 Saya sangat sedih /tidak bahagia dimana saya takdapat menghadapinya. 2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya. 1 Saya merasa sedih atau galau. 00 Saya tidak merasa sedih. B. Pesimisme 3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik. 2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan. 1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan. 00 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan. C. Rasa Kegagalan 3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai sebagai orang tua.(suami/istri) 2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan. 11 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya. 0 Saya tidak merasa gagal.



D. Ketidak Puasan 3 Saya tidak puas dengan segalanya. 2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun. 1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan. 00 Saya tidak merasa tidak puas. E. Rasa Bersalah 3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga. 2 Saya merasa sangat bersalah. 1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik. 00 Saya tidak merasa benar-benar bersalah. F. Tidak Menyukai Diri Sendiri 3 Saya benci diri saya sendiri. 2 Saya muak dengan diri saya sendiri. 1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri. 00 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri. G. Membahayakan Diri Sendiri 3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan. 2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri. 1 Saya merasa lebih baik mati. 00 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri. H. Menarik Diri dari Sosial 3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada mereka semuanya. 2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka. 1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya. 00 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain I. Keragu-raguan 3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali. 2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan. 1 Saya berusaha mengambil keputusan. 00 Saya membuat keputusan yang baik.



J. Perubahan Gambaran Diri 3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan. 2 Saya merasa bahwa aada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik. 1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik. 00 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya. K. Kesulitan Kerja 3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali. 2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu. 11 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu. 0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya. L. Keletihan 3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu. 2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu. 1 Saya merasa lelah dari yang biasanya. 00 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya. M. Anoreksia 3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali. 2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang. 1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya. 00 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.



0–4 5–7



Penilaian Depresi tidak ada atau minimal. Depresi ringan



8 – 15 Depresi sedang. 16 + Depresi berat. Dari Beck AT, Beck RW : Screening depresed patients in family practice (1972)



APGAR KELUARGA Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial =================================================



Nama Klien : Tn. A November 2007 Jenis Kelamin



:L / P



Agama



: Islam



Tanggal : 29 Umur : 68 tahun TB / BB: - Cm / - Kg Suku : Jawa



Gol Darah :



Tahun Pendidikan : …….SD, …….SLTP, ………SLTA, …….PT Alamat : Jln. Kedung Sroko Surabaya No 1. 2. 3. 4.



5.



Uraian Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya. Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru. Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai. Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama. Penilaian : Pertanyaan – pertanyaan yang dijawab ;  Selalu : skore 2  Kadang – kadang : skore 1  Hampir tidak pernah : skore 0 Dari : Smilkstein G : 1982



Fungsi



Skore



Adaptation



2



Partnership



2



Growth



2



Affection



2



Resolve



2



Total



10



ANALISA DATA No Data 1 Data Subjektif :  Tn.A mengatakan penyakitnya (hernia) dapat menggangu aktivitasnya sehingga takut untuk melakukan aktivitas  Tn.A mengeluh tidak dapat berjalan jauh  Keluarga Tn. A menyarankan untuk membatasi melakukan aktivitas Data Objektif :  Tn. A terlihat tidak nyaman saat berjalan  Keluarga terlihat takut dan khawatir ketika membiarkan tuan A berjalan jauh.



Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik pada Tn.A



Etiologi Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga



2



Potensial peningkatan status kesehatan pada Tn.A



Kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan



Data Subjektif :  Keluarga mengatakan selalu memberi dukungan kepada Tn.A untuk selalu menjaga kesehatan  Keluarga mengatakan hubungan antar anggota keluarga baik & harmonis  Keluarga mengatakan selalu memperhatikan dan memutuskan segera membawa ke pelayanan kesehatan jika ada masalah kesehatan pada Tn.A Data Objektif :  Rumah keluarga Tn.A dekat dengan pelayanan kesehatan seperti : Rumah sakit Dr.Sutomo, klinik, puskesmas



PAGE ᄉ 59 ᄃ



SKORING DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA 1.



Diagnosa Keperawatan : Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik pada Tn.A berhubungan dengan Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga : No Kriteria Nilai Bobot Skoring Pembenaran 1 Sifat masalah : ancaman kesehatan 2 1 2/3 x 1 =2/3 Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan menganggu kenyamanan Tn.A 2



Kemungkinan masalah diubah : mudah



2



2



2/2 x 2 =2



Penyediaan sarana kesehatan seperti : Rumah sakit, klinik, puskesmas



3



Potensial masalah untuk dicegah : cukup



2



1



2/3 x 1 =2/3



Keluarga memberikan nasehat agar Tn.A menjaga kesehatan, karena keluarga merasa bertanggung jawab untuk merawat Tn.A



4



Menonjolnya masalah : ada masalah tetapi tidak perlu ditangani



1



1



1/2 x 1 =1/2



Keluarga menyadari bahwa keadaan yang terjadi pada Tn.A dapat menggangu aktvitasnya tetapi mereka menggangap masalah itu biasa saja selama tidak memperberat keadaan Tn.A



Total scoring



23/6



PAGE ᄉ 59 ᄃ



Diagnosa keperawatan : Potensial peningkatan status kesehatan pada Tn.A berhubungan dengan kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan No Kriteria Nilai Bobot Skoring Pembenaran 1 Sifat masalah : 1 1 1/3 x 1 =1/3 Keluarga menganggap keadaan sejahtera kesehatan adalah masalah yang penting & mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anggota keluarganya jika ada yang sakit 2



Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah



2



2



2/2 x 2 =2



Keluarga dapat memberikan bantuan dana dan terdapatnya fasilitas kesehatan yang dapat selalu dimanfaatkan oleh keluarga



3



Potensial masalah untuk dicegah : tinggi



3



1



3/3 x 1 =1



4



Menonjolnya masalah : masalah berat harus segera ditangani



2



1



2/2 x1 =1



Pengetahuan keluarga yang cukup dan dukungan moril pada Tn.A untuk selalu menjaga kesehatannya Keluarga menyadari akan pentingnya kesehatan karena kesehatan sangat mahal harganya.Jadi jika ada anggota yang sakit keluarga merasa keadaan tersebut perlu segera ditangani



Total scoring



13/3



Intervensi Keperawatan : 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik pada Tn.A berhubungan dengan Ketidakmampun mengenal masalah kesehatan keluarga. Tujuan : Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan (hernia)men tuan A. Kriteria hasil :  Keluarga mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan Tn. A  Keluarga menyatakan pentingnya kebutuhan aktivitas fisik pada Tn. A



PAGE ᄉ 59 ᄃ



INTERVENSI 1. Bersama keluarga mendiskusikan mengenai pentingnya aktivitas fisik bagi lansia 2. Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai :  Pengertian dan penyebab hernia  Cara perawatan hernia :  Memakai korset  Membatasi aktivitas berat (mengangkat beban, dll)  Batuk dan mengejan yang terlalu keras 3. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menyebutkan kembali informasi yang telah diberikan 4. Memberikan penguatan kepada keluarga atas jawabanya Potensial peningkatan status kesehatan pada Tn.A berhubungan dengan kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan Tujuan : Keluarga mampu mempertahankan status kesehatan Tn. A Kriteria Hasil : 1.



Tidak terjadi komplikasi penyakit yang diderita Tn. A



2.



Tidak terjadi kekambuhan penyakit pada Tn. A



3.



Penyakit yang diderita tidak bertambah parah



Intervensi : 1.



Bersama keluarga mendiskusikan cara untuk mempertahankan status kesehatan Tuan A



2.



Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat penyembuhan



3.



Memberikan penguatan dan pujian pada keluarga atas kemampuan keluarga dalam mempertahankan status kesehatan Tuan A.



PAGE ᄉ 59 ᄃ



EVALUASI Tanggal No. & Diag. Evaluasi Waktu Kep 29 Nov 1 S: Keluarga Tn. A mengatakan setuju dann mendukung 2007 pentingnya aktivitas fisik ringan untuk Tn. A 09.00 Tuan A mengatakan setelah memakai korset merasa sedikit nyaman, Tn A mengatakan memakai korset jika melakukan aktivitas yang berat. O: Ekspresi wajah keluarga Tn. A tampak mengerti dan memahami apa yang dijelaskan. Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang definisi, makanan yang boleh dan tidak boleh, aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tn. A memakai korset A: Intervensi yang dilakukan kelompok berhasil sebagian, karena Tn. A menyanggupi untuk memakai korset untuk aktivitas – aktivitas tertentu. P: melanjutkan intervensi no 2 (mempertahankan kepada keluarga mengenai memakai korset dengan metode demostrasi). 2.



S : Tn. A sekeluarga mengatakan mendukung dan mengerti penjelasan kelompok mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan dan cara-cara mempertahankan status kesehatan pada Tn.A O : Tn A dan keluarga menunjukkan ekspresi mengerti akan penjelasan yang diberikan kelompok dan mempu mengulangi kembali penjelasan tersebut. A : Intervensi yang dilakukan kelompok berhasil karena Tn. A dan keluarga mampu menyanggupi untuk melaksanakan saran atau cara mempertahankan status kesehatan yang diberikan kelompok. P : Intervensi berhasil



PAGE ᄉ 59 ᄃ



BAB 4 PEMBAHASAN Dari tinjauan pustaka diketahui bahwa masalah-masalah yang sering timbul pada keluarga dengan lansia antara lain: 1. Ancaman kesehatan a. resiko terjadinya cedera / bahaya fisik b. resiko terjadinya kekurangan atau kelebihan nutrisi 2. Keadaan kurang sehat atau tidak sehat Lansia dalam keluarga yang mengalami penyakit : Diabetes meilitus, Hipertensi, Arthritis, Penyakit jantung, Kanker, Penyakit ginjal, Penyakit paru Obsttruktif menahun, Penyakit kulit, Kasus fraktur atau luka, Lansia dengan menarik diri atau isolasi sosial, Kasus depresi , Koping yang tidak efektif 3. Krisis a. Lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pkerjaan . b. Kesepian karena ditinggal pasangan hidup c. Kesepian karena anak sudah berkeluarga Berdasarkan kasus yang kami dapatkan dari keluarga Tn. A, masalah-masalah diatas tidak terjadi. Tn. A menderita PJK dan Hernia inguinalis. Meskipun demikian keadaan Tn. A sangat baik. Tn. A masih tetap melakukan tugas dan fungsinya dengan baik, meskipun tidak maksimal. Keluarga Tn. A telah memenuhi semua tugas perkembangan keluarga dengan lansia. Hal ini tidak terlepas dari dukungan yang diberikan oleh seluruh anggota keluarga Tn. A. Berdasarkan beberapa teori didapatkan bahwa dukungan dari keluarga merupakan sumber dukungan social yang paling penting. Dukungan sosial diartikan sebagai informasi atau nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tidak yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Barts, 1994). Selain itu juga keluarga menurut (Sayekti, 1994) merupakan suatu ikatan atau persatuan hidup atas dasar perkawinan orang dewasa yang berlainan jenis untuk hidup bersama atau seorang perempuan yang PAGE ᄉ 59 ᄃ



sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004). Bentuk-bentuk dukungan keluarga yang bisadiberikan menurut House dibedakan menjadi 4 (Smet B., 1994): a. Dukungan emosial: mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap yang bersangkutan. b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasan individu. c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung (memberi pinjaman uang, atau menolong memberi pekerjaan). d. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik. Keluarga Tn. A memberikan semua dukungan diatas, baik emosi, penghargaan, instrumental, dan imformatif. Hal ini dapat dilihat pada kesungguhan seluruh anggota keluarga dalam merawat kesehatan Tn. A. Misalnya, Ny. A selalu rutin mengantarkan Tn. A untuk kontrol ke dokter. Jika Tn. A mengungkapkan keluhan, keluarga dengan cepat mengambil keputusan untuk membawa Tn. A ke pelayanan kesehatan.



BAB 5



PAGE ᄉ 59 ᄃ



KESIMPULAN 1.



Peran Keluarga dalam keperawatan lansia antara lain : a.



Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia



b.



Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia



c.



Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonoi pada lansia



d.



Memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual



e.



Menghormati dan menghargai lansia sebagai sesepuh



f.



Berusaha menyediaakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian lansia



g.



Mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah



h.



Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan harmonis



2.



Perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua meliputi : perubahan fisik, psikososial, kognitif, spiritual dan mental.



3.



Masalah kesehatan yang dapat muncul pada keluarga dengan lansia diantaranya ancaman kesehatan, keadaan kurang sehat atau tidak sehat, dan krisis.



4.



Masalah kesehatan pada Tn. A adalah PJK dan hernia inguinalis reponible.



5.



Diagnosis keperawatan yang dapat diangkat dari masalah yang terjadi pada Tn. A adalah gangguang pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik pada Tn. A berhubungan dengan ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga dan potensial peningkatan status kesehatan pada Tn. A berhubungan dengan kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan



6.



Intervensi yang telah diberikan yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang hernia, serta mendiskusikan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta cara – cara untuk mempertahankan kesehatan.



7.



Keluarga Tn. A mengerti dan memahami informasi yang telah diberikan. Hal ini dibuktikan dengan respon positif dari keluarga. Keluarga juga bersedia untuk mengikuti dan menjalankan intervensi yang telah diberikan.



PAGE ᄉ 59 ᄃ



SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN )



Pokok Pembahasan : Penatalaksanaan pada Hernia Sasaran



: Seluruh anggota keluarga Tn. A



Hari/ tanggal



: Kamis / 29 November 2007



Tempat



: Rumah Tn. A



Waktu



: 09.00 WIB



I. Analisis Situasional Penyuluh



: Penyuluh adalah mahasiswa PSIK FK UNAIR Angkatan 2004 yang sedang melakukan



Peserta



: Seluruh anggota keuarga Tn. A



II. Analisa Tujuan dan Karakteristik Isi 1. Tujuan Umum Setelah diberikan penyuluhan tentang Hernia diharapkan seluruh anggota keluarga Tn. A dapat mengetahui tentang Hernia dan dapat mengatasi masalah yang ditimbulkan dari Hernia tersebut. 2. Tujuan Khusus 1. Anggota keluarga dapat menjelaskan pengertian dari Hernia 2. Anggota keluarga dapat menyebutkan letak terjadinya Hernia 3. Anggota keluarga dapat menyebutkan gejala dari Hernia 5. Anggota keluarga dapat menyebutkan jenis dari Hernia



PAGE ᄉ 59 ᄃ



6. Anggota keluarga dapat menyebutkan siapa saja yang dapat terkena Hernia 7. Anggota keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang dapat memperparah Hernia 8. Anggota keluarga dapat menyebutkan pengobatan yang dilakukan pada Hernia



3. Lingkup Materi 1. Definisi dari Hernia 2. Letak Hernia 3. Gejala pada Hernia 4. Jenis dari Hernia 5. Faktor resiko Hernia 6. Hal-hal yang dapat memperparah 7. Pengobatan Hernia III. Strategi Penyampaian 1. Metode : Ceramah dan diskusi 2. Media : Leaflet IV. Penetapan Strategi Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan :



No 1.



TAHAP Pendahuluan



KEGIATAN PENYULUH 1. Mengucapkan salam



PESERTA 1. Menjawab salam



Pembuka 2. Menanyakan Kabar anggota keluarga 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan



2. Menyatakan keadaan secara umum 3. Memperhatikan penyuluhan



PAGE ᄉ 59 ᄃ



2.



Kegiatan inti



1. Menyerahkan pamflet



1. Menerima pamflet



2. Menjelaskan tentang



2. Memperhatikan materi



pengertian, letak, gejala,



penyuluhan



jenis, faktor resiko, hal-hal yang dapat memperparah, dan pengobatan dari Hernia 3. Memberikan kesempatan



3. Memberikan pertanyaan



pada anggota keluarga



mengenai masalah PJK



untuk bertanya tentang hal -



yang belum dimengerti.



hal yang belum dimengerti 4. Menjawab pertanyaan anggota keluarga



4. Memperhatikan dan mengerti apa yang telah dijelaskan



3.



Penutup



1. Menanyakan kembali kepada



1. Mampu menjelaskan kembali



anggota keluarga tentang



dari awal sampai akhir secara



pengertian, letak, gejala, jenis,



umum tentang apa yang sudah



faktor resiko, hal-hal yang



dijelaskan oleh mahasiswa



dapat memperparah, dan



sebelumnya



pengobatan dari Hernia 2. Penyaji menegaskan kembali



2. Memperhatikan penyaji dan



kesimpulan dari topik yang



mengerti apa yang telah



sudah dibahas sebelumnya



dijelaskan



3. Mengucapkan terima kasih atas



3. Mengucapkan terima kasih



waktu dan perhatian seluruh



kembali kepada mahasiswa



anggota keluarga



yang telah memberikan penyuluhan



4. Salam penutup



4. Menjawab salam



V. Pengorganisasian Kelompok Penanggung jawab



: Iqlima Dwi K PAGE ᄉ 59 ᄃ



Penyaji



: Ratri Ismi Wiranti Dewi Baririt B



Moderator



: Ganda A



Observer



: Makhmudiyah I C Indah Kusuma W



Fasilitator



: Fani Okviasanti Ida Aulia T Rizky Erwanto Prandayu Lia H Effita P Praba Dian Aprilia C N Inda Rian P



VI. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan melalui : 1. Evaluasi Struktur 



Penyuluh hadir di tempat penyuluhan







Persiapan dilakukan 2 hari sebelum acara







Alat – alat yang mendukung pelaksanaan penyuluhan tersedia dan dapat berfungsi dengan baik dalam proses kegiatan penyuluhan







Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan dan informasi yang dapat dimengerti dan dipahami oleh seluruh anggota keluarga



2. Evaluasi Proses 



Kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai







Masing – masing mahasiswa bekerja sesuai tugas







Anggota keluarga dapat mengikuti proses penyuluhan dengan baik dari awal sampai akhir



PAGE ᄉ 59 ᄃ







Anggota keluarga antusias terhadap materi penyuluhan ditunjukkan dengan aktif mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa apabila tidak dimengerti



3. Evaluasi Hasil 



Penyuluhan berjalan dengan baik







Anggota keluarga ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi dan menyebutkan penjalasan yang telah diberikan



MATERI PENYULUHAN PADA PASIEN HERNIA 1. Definisi Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis (HYPERLINK "http://www.medicastore.com"ᄉ www.medicastore.com ᄃ). Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus kedalam anulus inguinalis diatas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kengenital (Cecily L Bets&Linda A Sowden, 2002). 2. Etiologi a. Faktor Kongenital 1. Pada Laki-Laki Hernia inguinalis terjadi karena kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi testis/canalis inguinalis. Ketika di dalam kandungan, testis turun dari bagian perut ke bawah dan berhenti di skrotum. Hal ini dimulai pada saat bayi masih di dalam kandungan dimana testis turun bersama dengan selaput dari perut membentuk kantung atau lubang pada canalis inguinalis yang kemudian pada perjalanannnya ligamentum atau jaringan ikat tidak bisa sempurna sehingga kanalis tidak bisa tertutup. 2. Perempuan Sama halnya dengan laki-laki namun bukan ovarium yang keluar dari rongga perut. Tetapi bagian dari tubernakulum. Bagian kranial berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii dan bagian inferior menjadi ligamentum teres uteri yang masuk melalui cincin dalam kedalam labia mayora melalui kanalis



PAGE ᄉ 59 ᄃ



inguinalis. Namun terjadi kegagalan penutupan juga seperti halnya pada lakilaki. b. Faktor Didapat Faktor yang berperan adalah terbukanya proccesus vaginalis, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut, tekanan rongga perut yang tinggi secara kronis dapat berupa batuk kronis dapat berupa batuk kronis, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites, obesitas. Faktor ini juga merupakan kelanjutan dari faktor kongenital, yaitu karena bentuknya kantung atau lubang pada kanalis inguinalis, sehingga jika terjadi tekanan pada rongga perut yang tinggi, isi perut atau usus dapat masuk ke dalam lubang / kantung ini. 3. Manifestasi Klinis a. Terjadi benjolan didaerah inguinal (lipatan paha) yang muncul pada waktu batuk/bersin/ berdiri/mengedan/menangis dan hilang setelah berbaring. b. Penebalan funikulus spermatikus disertai tanda “sutra” c. Muntah, perut kembung, konstipasi d. Bila telah timbul inkarserasi atau strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual muntah. 4. Jenis Hernia Menurut letaknya ( seperti nampak pada gambar ), yaitu :  Hernia epigastrica  Hernia umbilical  Hernia semilunar  Hernia incisional Menurut sifatnya Hernia terbagi menjadi : d. Reponible : Benjolan didaerah lipat paha tampak keluar masuk (kadang-kadang nenonjol, kadang tidak). Bagian lipat paha akan terasa besar sebelah pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah. e. Incarcerata : Keadaan klinis bayi mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar dan tidak mau makan. PAGE ᄉ 59 ᄃ



f. Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit dimana gejala klinisnya yaitu demam, dehidrasi dan jika didiamkan lama-lama akan terjadi penimbunan racun sehingga dapat terjadi sepsis.



5. Faktor Resiko Hernia tidak hanya terjadi pada usia lanjut tapi dapat juga terjadi pada anak-anak. semua kalangan, semua umur dan semua jenis kelamin. Lebih sering dialami laki-laki dibandingkan perempuan. Ini terjadi karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. 6. Hal-hal yang dapat Memperparah Hernia Kondisi menjadi lebih parah bila ada dorongan akibat peningkatan tekanan di dalam rongga perut. Misalnya, akibat mengejan ketika :  buang air besar (pada penderita ambein/wasir),  buang air kecil (pada penderita hipertrofi/pembesaran prostate)  batuk-batuk,  atau pekerjaan sering mengangkat beban berat. 7. Pengobatan untuk Hernia  Pengobatannya adalah dengan pembedahan yang dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat bagian yang lemah. Otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada.  Pembedahan dapat dilakukan terencana, tidak harus segera.  Khusus untuk hernia inkarserata dan strangulata, tindakan operasi harus segera dilakukan. Bila tidak, bagian isi hernia yang terjepit lalu membusuk dan bisa menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus (peritonitis).  Bagi penderita pascaoperasi saat ini telah tersedia jala sintetis yang dikenal dengan mesh digunakan untuk mengurangi keluhan nyeri. Penggunaannya



PAGE ᄉ 59 ᄃ



menguntungkan, karena otot perutnya tidak lagi ditarik, sehingga penderita tidak akan merasa nyeri.  Selain tindakan bedah konvensional, kini juga ada terapi dengan teknik bedah laparoskopi. Keuntungan teknik ini antara lain, luka operasinya kecil sehingga penyembuhannya pun lebih cepat. Namun, teknik ini lebih rumit dan lebih mahal.



PAGE ᄉ 59 ᄃ



DAFTAR PUSTAKA



Brunner dan Suddarth, 2002.Keperawatan Medikal Bedah vol 2.EGC:Jakarata Friedman, Marylin. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta : EGC. Lismidar. 1990. Proses Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia. Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika Suprayitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. ________, 2006. Obrolan tentang Hernia. http://lakshminawasasi.blogspot.com. 22 November 2007. 08.40 ________, 2007. Hernia. http://www.republika.co.id. 22 November 2007. 08.43 ________, 2007. Abdominal Hernia. http://www.direct-healthcare.com. 22 November 2007. 08.45 ________, 2007. Hernia. http://www.pbennett.com. 22 November 2007. 08.47 ________, 2007. Hernia. http://www.nurseminerva.co.uk. 22 November 2007. 08.50 Nada, 2007. Hernia Inguinalis. medlinux.blogspot.com. 19 November 2007. 11.06 Hasuki Irfan, 2006. Waspadai Benjolan Di Lipatan Paha dan Pusar. . 19 November 2007. 10.2 _________, 2006. Pencegahan dan Pengobatan. "http://www.conectique.com". 19 november 2007. 10.33 Dr. Basuni Radi, SpJP,2007. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Utama Penyakit Jantung. http://www.pjnhk.go.id3.htm . 22 november 2007. 16. 47



PAGE ᄉ 59 ᄃ