Tugas Klmpok 3 Kimia Medisinal - Paracetamol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KIMIA MEDISINAL



NAMA KELOMPOK 3 1. EVI WARDANI (190501009) 2. LALU KHILAL RAMADANI 3. JULIA APRIZA 4. UQNUTI LIRROBIKI 5. LULUK QURATUN AINI 6. AMELIA 7. M.HERRY HARTONO 8. MAUTHIA ULFA TANESHA FITRIA



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HAMZANWADI 2021



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol atau asetaminofen adalah salah satu antipiretik dan analgetik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Parasetamol biasa digunakan untuk mengatasi nyeri ringan dan sedang seperti sakit kepala, mialgia dan nyeri postpartum (Katzung, 2012). Selain itu parasetamol menjadi pilihan untuk pasien yang tidak dapat diobati dengan obat anti inflamasi non steroid seperti penderita asma bronkial, penyakit ulkus peptikum, hemofilia, alergi salisilat, perempuan hamil atau menyusui (Bebenista dan Nowak, 2014). Parasetamol di Indonesia telah menggantikan penggunaan salisilat sebagai penghilang nyeri (Wilmana dan Gan, 2007). Parasetamol ditoleransi dengan baik bila digunakan dalam dosis yang benar, namun jika dosis berlebihan bisa menimbulkan kerusakan pada hepar (Dandan dan Brunton, 2013). Overdosis parasetamol adalah overdosis obat yang paling sering di seluruh dunia (McGill et al., 2012). Overdosis parasetamol merupakan penyebab kerusakan hepar akibat obat terbanyak di Amerika Serikat dengan 60.000 kasus yang dilaporkan setiap tahun. Sebagian besar kasus adalah usaha bunuh diri (Bari dan Fontana, 2014). Parasetamol adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter atau dikenal juga dengan obat bebas (over the counter). Beberapa studi menunjukkan bahwa banyak orang dewasa salah dalam menafsirkan petunjuk pemakaian obat bebas sehingga overdosis parasetamol sering terjadi (Wolf, 2012). Wolf (2012) melakukan penelitian terhadap 500 orang yang mencari pengobatan primer di Chicago dan Atlanta, untuk menilai pola dalam mengonsumsi obat bebas. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa 23,8% mengonsumsi parasetamol melebihi dosis maksimal, yaitu empat gram selama 24 jam. Sekitar 5,2 % membuat kesalahan serius dengan mengonsumsi parasetamol lebih dari enam gram serta 45,6 % mengalami overdosis akibat mengonsumsi dua obat yang mengandung parasetamol secara bersamaan (Wolf, 2012). Selain itu, dengan adanya kemudahan mendapatkan parasetamol, maka risiko untuk terjadinya penyalahgunaan dan kejadian keracunan parasetamol di dunia menjadi lebih besar (Moynihan, 2002). Parasetamol dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan melalui urin. Metabolisme parasetamol melalui tiga jalur, yaitu glukoronidasi, sulfasi dan melalui mekanisme



oksidatif enzim sitokrom P450. Sebagian besar parasetamol dimetabolisme melalui jalur glukuronidasi dan sulfasi, hanya sekitar 5% yang dimetabolisme melalui mekanisme oksidatif. Melalui mekanisme oksidatif, parasetamol dikonversi menjadi metabolit reaktif N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) (Malar dan Bai, 2012; Nambiar, 2012). Pada dosis terapi, NAPQI dikonjugasi oleh glutathione menghasilkan asam merkapturat dan sistein yang kemudian disekresikan lewat urin. Namun pada kondisi overdosis parasetamol, jumlah metabolit reaktif meningkat sedangkan cadangan glutathione di hepar berkurang. Hepatotoksik terjadi jika cadangan glutathione berkurang hingga 30% dari jumlah normal. NAPQI yang terakumulasi akan membentuk ikatan kovalen dengan protein atau asam nukleat hepatosit sehingga menyebabkan nekrosis (Malar dan Bai, 2012; Nambiar, 2012). Manifestasi klinis awal overdosis parasetamol dapat berupa anoreksia, mual, dan muntah. Pada kondisi lanjut dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin dan gangguan pembekuan darah (Forte, 2002). Pemberian parasetamol dosis berlebihan juga dapat menimbulkan kerusakan pada hepar hewan. Farina (2007) melakukan penelitian untuk menilai pengaruh pemberian parasetamol dosis bertingkat terhadap tikus. Pada penelitian tersebut dosis ditetapkan berdasarkan dosis letal parasetamol tikus. Tingkat kerusakan hepar tikus dinilai menurut gambaran histopatologinya. Dari penelitian tersebut ditemukan perubahan sel hepatosit tikus berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis sel hepar baik karioreksis dan kariolisis (Farina, 2007).. 1.2 Metabolisme Absorpsi Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi paracetamol Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama. [2] Distribusi



Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam. Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam darah diikat oleh protein. Metabolisme Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI). Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut. Eliminasi Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan gangguan ginjal. Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat diekskresikan dengan hemodialisa. 1.3 Biotransformasi Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.5 Pengikatan obat ini pada protein plasma beragam, hanya 20%-50% yang mungkin terikat pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksikasi akut. Setelah dosis terapeutik, 90%-100% obat ini ditemukan dalam urin selama hari pertama, terutama setelah konjugasi hepatik dengan asam glukoronat (sekitar 60%), asam sulfat (sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%), sejumlah kecil metabolit hasil hidroksilasi dan deaseilasi juga telah terdeteksi. Sebagian kecil parasetamol



mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai sitokrom P450 yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu senyawa antara yang sangat reaktif. Metabolit ini bereaksi dengan gugus sulfhidril pada glutation. Namun, setelah ingesti parasetamol dosis besar, metabolit ini terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan glutation hepatic 1.4 PEMBAHASAN Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat. Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang interaksi farmakokinetik.  Interaksi Farkokinetik Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya akan mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari tubuh. Seluruh proses inilah yang disebut dengan proses farmakokinetik dan berjalan serentak. Di dalam tubuh manusia obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler. Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses sebagai berikut, antara lain : a. Absorbsi



Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbs kebanyakan obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak. Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 - 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. b. Distribusi Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya : jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya : otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kesetimbangan setelah waktu yang lama. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. c. Metabolisme Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-acetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril. Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit nontoxic diekskresi oleh ginjal.



d. Eliminasi Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari dua proses yaitu metabolisme (biotransfromasi) dan ekskresi. Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisiokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, dan tekanan uap). Parasetamol diekskresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronoid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah. GLIBENCLAMIDEA Gliben clamidea dalah obat anti diabetes oral yang dapat memicu sekresi insulin darisel beta pankreas.Glibenclamide merupakan golongan sulfonilu reagenerasi kedua.Glibenclamide digunakan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2. Metabolisme Farmakologi glibenclamida dalah obat anti diabetes oral yang berada pada golongan sulfonylurea generasi kedua.Pada sulfonilu reagenerasi pertama, seperti klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid memiliki waktu paruh yang panjang, dan resiko hipoglikemi yang lebih tinggi dibandingkan generasi kedua seperti glipizid, glimepiride dan gliburi data uglibenclamide. Farmakokinetik glibenklamid sangat terikat pada albumin seperti golongan sulfonylurea lainnya. Absorpsi Glibenclamid adalah obat yang bersifat lipofilik dengan kelarutan pada pH yang rendah.Pada umumnya, hiperglikemia dapat menurunkan absorpsi sulfonylurea karena dapat mempengaruhi motilitas dari usus, sehingga sebaiknya sulfonylurea dikonsumsi 30menit sebelum makan.Peningkatan serum insulin dimulai dari menit ke15-60 setelah konsumsi dengan durasi kurang dari 24 jam.Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak diplasma adalah 2-4jam setelah konsumsi. Pada penelitian dimanusia sehat, pemeberianmakanantidakberpengaruhterhadappenyerapanglibenclamid.



Distribusi Glibenclamid sangat terikat pada albumin darah seperti golongan sulfonylurea lainnya.Glibenclamidberikatandengan protein hingga 99%. Distribusi terbesar adalah keekstraselular.Jumlah yang Masuk ke siklus enterohepatik sangat sedikit bahkan hamper tidak ada. Metabolisme Glibenclamid dimetabolisme di hati hingga menjadi metabolit yang tidak aktif.Metabolitnya adalah 4-trans-hydroxyglyburide(aktifdanlemah) dan satu metabolit yang teridentifikasi. Metabolit yang Tidak aktif akan dieliminasi melalui rute biliar dan secara imbang. Ekskresi Waktu paruhg libenclamid berbeda Beda dan bergantung pada bentuk serta kekuatan sediaan oral.Ekskresi glibenclamid 50% melalui urindan 50% melaluifeses. Biotransformasi Semua golongan sulfonylurea diabsopsi dengan baik setelah pemberian oral.Dapat diminum bersama makanan.gliburid lebih efektif diminum 30 menit sebelum makan.Setelah diabsrobsi, obat ini tersebar keseluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagianbesarterikatpada protein plasma terutamaalbumin(70-99%). Glibenklamid diserap dengan baik(84±9%). Mulai kerja glibenklamid, kadar insulin serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar 15=24 jam .metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolitdengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum teridentifikasi.Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi. Hanya 25-50% metabolit diekresi melalui ginjal, sebgian besar diekresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16jam, dapat



bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal.Bila pemeberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum stelah 36 jam. Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam peberian berulang. Pembahasan InteraksiObatMempengaruhi ADME Obat Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnyaobat di keluarkan lagi dari tubuh. Prosesproses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi.Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zatm akanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat. Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergi satau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Terdapat juga beberapa efek samping dan interaksi obat pada penggunaan glibenclamid.Hipoglikemia yaitu gangguan hati dan ginjal dapat menyebabkan peningkatan kadar glibenclamid dan penurunan kapasitas gluconeogenesis. Resiko tinggi hipoglikemia terjadi juga pada golongan geriatric, gangguan nutrisi dan gangguan adrenal. Interaksi obat yaitu efek hipoglikemik dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat seperti obat anti-inflamasi non-steroid dan obat-obtan lain yang memiliki ikatan protein yang tinggi,salisilat,sulfonamide,probenecid,ceumarin dan penyekat beta adrenergic. Pada pemberian obatsecara oral, obatharusmengalamiberbagai proses sebagai berikut, antaralain :



Absorbsi Pemberianglibenklamidsecara oral akan diabsorbsi melalui saluran cerna dengan cukup efektif dan memiliki waktu paruhsekitar 4 jam. Dosis awalu ntuk diabetes mellitus tipe 2 adalah 2,5mg–5 mg, dilanjutkan dosis pemeliharan 5 mg-10 mg. Distribusi Setelah absorbsi, obat ini tersebar keseluruh cairan ekstrasel.Dalam plasma sebagian besar terikat pada protein plasma terutama albumin (70%-90%).Untuk mencapai kadar optimal glibenklamid akan lebih efektif jika diminum 30 menitsebelummakan. Meskipun waktu paruh glibenklamid tergolong pendek namun efek hipoglikemik nya berlangsung selama 12-24 jam,sehingga cukup diberikan satu kali sehari.Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar 15 sampai 24 jam Metabolisme Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolitin aktif.Metabolitutama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, Metabolitkedua (M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum teridentifikasi.Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi. Ekskresi Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal,sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.Waktu paruh eliminasi sekitar 1516 jam, dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal.Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah36 jam. Glibenklamidtidakdiakumulasi di dalamtubuh, walaupundalampemberianberulang (Lofholm and Katzung, 2012) AMOXICILIN - Farmakokinetik Farmakokinetik amoxicillin cukup baik terutama bila diberikan per oral. Bioavailabilitas bisa mencapai 95% per oral.



- Absorpsi Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan tidak tergantung adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%, dan bisa mencapai 95% per oral. Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam . Waktu puncak dalam plasma darah bergantung pada bentuk sediaan, dimana waktu puncak akan dicapai dalam 2 hari untuk obat bentuk kapsul, 3 hari untuk obat bentuk tablet extended release, dan 1 hari untuk obat bentuk suspensi. Karena amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi dalam serum akan meningkat pada penderita gangguan ginjal Absorpsi per oral pada neonatus lebih lambat dibandingkan anak-anak yang lebih besar. Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus, didapat dalam 3─4,5 jam. - Distribusi Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk paruparu, sekresi bronkial, sekresi sinus maxilaris, empedu, cairan pleura, sputum, dan cairan telinga tengah. Dalam cairan serebrospinal amoxicillin dapat ditemukan dalam konsentrasi 90% berikatan dengan albumin.Asam mefenamat diekskresikan pada ASI. Metabolisme Asam mefenamat dimetabolisme di heapr dengan peran isoenzim CYP2C9, menjadi 3-hidroksimetil asam mefenamat, yang kemudian dioksidasi menjadi asam 3-karboksimefenamat. Eliminasi: Waktu paruh eliminasi asam mefenamat adalah sekitar 2 jam.Asam mefenamat diekskresikan melalui urin sebanyak 52%, dan fesesse banyak 20%. - Farmakologi Mekanismekerja



Seperti anggota lain dari golongan turunan asam antranilik NSAID, iamenghambat kedua isoform enzim siklooksigenase.Ini mencegah pembentukan prostaglandin, yang berperan dalam kepekaann yeri, peradangan dan demam, tetapi juga dalam hemostasis, fungsi ginjal, menopang kehamilan, dan perlindungan mukosa lambung. - Biotransformasi Asam mefenamat cepat diserap dari usus dan mencapai konsentrasi tertinggi dalam plasma darah setelah satu sampai empat jam.Saat berada di aliran darah, lebihd ari 90% zat terikat pada protein plasma.Ini mungkin melintasi plasenta, dan ditemukan di ASI dalam jumlah kecil. Ini dimetabolisme oleh enzim hati CYP2C9 menjadi satu-satunya asam hydroxymethyl mefenamic yang aktif lemah.Asam karboksi mefenamat juga telah diidentifikasi sebagai metabolit, serta glukuronidakarboksy dari ketiga zat tersebut.Asam mefenamat dan metabolit nya diekskresikan melalui urin dan feses.Zat induk memiliki waktu paruh biologis dua jam; paruh metabolitnya mungkin lebih lama.



DAFTAR PUSTAKA Moriarty C, Carroll W. Paracetamol: pharmacology, prescribing and controversies. BMJ. 2014;101(6) National Center for Biotechnology Information. PubChem compund database: Acetaminophen. 2017. Available from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/acetaminophen#section=MetabolitePathways Graham GG, Davies MJ, Day RO, Mohamudally A, Scott KF. The modern pharmacology of paracetamol: therapeutic actions, mechanism of action, metabolism, toxicity and recent pharmacological findings. Inflammopharmacol. 2013; 21: 201-232 Sharma CV, Mehta V. Paracetamol: mechanisms and updates. Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain. 2014 Aug; 14(4): 153–158