Tugas Makalah Jurnalistik Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH JURNALISTIK SEJARAH PERKEMBANGAN JURNALISTIK ( DUNIA DAN INDONESIA ), MEDIA CETAK, RADIO, TELEVISI DAN MEDIA ONLINE Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jurnalistik



Dosen Pengampu : Dr. Winda Kustiawan, MA



Disusun Oleh Kelompok 1 : 1. Lola Fahira Mutahar (0101202100) 2. Ramadhani Nanda Amelia (0101202110) 3. Syahrul Afriansyah (0101202111)



PROGRAM KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA T. A 2021



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah yang berjudul "Sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia, Media Cetak, Radio, Televisi Dan Media Online" tepat waktu. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas dosen bapak Dr. Winda Kustiawan, MA pada mata kuliah Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Winda Kustiawan, MA selaku dosen mata kuliah Jurnalistik. Penulisan makalah berjudul “Sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia, Media Cetak, Radio, Televisi Dan Media Online"



dapat



diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang sejarah Perkembangan Jurnalistik di dunia dan indonesia termasuk juga media-media Jurnalistik dapat menambah wawasan bagi pembaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini. Penulis menyadari makalah bertema Jurnalistik ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.



Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Jurnalistik ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Medan, 5 April 2021



Penulis 2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................................2 DAFTAR ISI.......................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang .................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5 C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN A.Sejarah Perkembangan Jurnalistik ( Dunia Dan Indonesia ) ...........................................6 B. Media Cetak ..................................................................................................................14 C.Radio



....................................................................................................................20



D.Televisi



....................................................................................................................24



E.Media Online ..................................................................................................................33 BAB lll PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................................39 B.Saran



....................................................................................................................40



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................41



3



BAB l PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Jurnalistik bermula sekitar 100–44 SM pada masa pemerintahan Cayus Julius Caesar di Romawi. Julius Caesar diebut sebagai bapak pers. Pada masa itu terdapat Forum Romanum atau papan tulis putih untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan informasi yang beredar pada saat itu di pusat kota. Pada dasarnya, jurnalistik adalah kegiatan menyampaikan pesan, informasi, ataupun berita, yang kemudian dikembangkan oleh para wartawan dan jurnalis hingga saat ini. Forum Romanum dulu berisi tentang laporan-laporan singkat hasil keputusan dari sidang senat yang pada saat itu ditulis oleh para budak yang diberi tugas oleh pemiliknya untuk mengumpulkan informasi, juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya secara lisan maupun tulisan. Tujuannya supaya tuannya selalu mengikuti kejadian-kejadian di kota Roma. Di Indonesia pada awalnya berita disampaikan melalui perantara mulut ke mulut. Kemudian perkembangan jurnalistik di Indonesia dimulai dari jaman penjajahan Belanda. Dunia jurnalistik Indonesia dibagi menjadi tiga masa : Jurnalistik Kolonial yang ditandai dengan muncul surat kabar Belanda bernama Bataviasche Nouvellesd. Jurnalistik China dibuat oleh orang keturunan Tionghoa yang menerbitkan surat kabar sebagai media penghubung dan pemersatu kaum Tionghoa Indonesia. Dan Jurnalistik Nasional yang dibuat oleh anak bangsa asli Indonesia sebagai media perjuangan dan alat pergerakan kemerdekaan pada abad ke-20. Media massa saat ini memiliki banyak bentuk seperti media cetak (koran, majalah, brosur, flyer), media elektronik (televisi, radio, film), dan media online. Media online adalah bentuk media baru yang semakin berkembang sekarang, yang bahkan media cetak seperti koran sudah muncul dalam bentuk online. Namun seperti yang dapat diketahui sekarang ini dengan kemunculan berita online, maka jurnalistik berkembang dari waktu ke waktu. Jurnalistik muncul dalam bentuk sederhana sebelumya. Dan sejarah kemunculannya jurnalistik bukan berasal dari Indonesia. 4



B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah dari makalah tentang sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia Media Cetak Radio Televisi Dan Media Online adalah sebagi berikut : 1. Bagaimana sejarah perkembangan Jurnalistik di dunia dan di Indonesia? 2. Apakah pengertian, karakteristik dan jenis-jenis dari media cetak? 3. Bagaimana sejarah dan proses pemberitaan media cetak? 4. Apakah pengertian, sejarah, karakteristik, jenis-jenis dan prinsip penulisan media radio? 5. Apakah pengertian, karakteristik, format, Penulisan dan jenis-jenis media televisi? 6. Apakah pengertian, sejarah, karakteristik, istilah dan prinsip dalam media online?



C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia 2. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik, dan jenis-jenis dari media cetak 3. Untuk mengetahui sejarah dan proses pemberitaan media cetak 4. Untuk mengetahui pengertian, sejarah, karakteristik, jenis-jenis dan prinsip penulisan media radio 5. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik format, Penulisan dan jenis-jenis media televisi 6. Untuk mengetahui pengertian, sejarah, karakteristik, istilah dan prinsip media online



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Perkembangan Jurnalistik ( Dunia dan Indonesia ) a. Dunia Awal mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). “Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan. Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti 6



“hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan). Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan. Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia. ➢ MASA PERKEMBANGANNYA Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”. Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak. Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari 7



adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”. Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris. Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence). Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 – 1911). Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.



8



Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru. Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis). Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi. Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial. Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional. ➢ Teknologi Informasi Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam 9



publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar. Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa. Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya. Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak. Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. 10



Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.



b. Indonesia Seperti halnya di negara - negara lain di dunia, jurnalisik di Indonesia di pengaruhi oleh sistem pemerintahan yang berganti - ganti. Di Indonesia pers mulai dikenal



pada



abad



18,



tepatnya



pada



tahun



1744,



ketika



surat



kabar



bernama ”Bataviasche Nouvelles” diterbitkan dengan pengusahaan orang-orang Belanda. Pada tahun 1776 terbit di Jakarta juga ”Vendu Niews” yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika menginjak abad 19 terbit berbagai surat kabar lainya yang kesemuanya diusahakan oleh orang-orang belanda untuk pembacapembaca orang-orang belanda atau bangsa pribumi yang mengerti bahasa Belanda yang pada umumnya merupakan sekelompok kecil saja. Surat kabar yang pertama untuk kaum pribumi dimulai pada tahun 1854 ketika majalah " Bianglala ' diterbitkan ; disusul oleh " Bromatani " pada tahun 1885, keduanya - keduanya di Weltevreden, dan pada tahun 1856 " Soerat Kabar Bahasa Melajoe " di Surabaya. Sejak itu bermuncullah berbagai surat kabar dengan pemberitaan nya bersifat informatif, sesuai dengan situasi dan kondisi pada zaman penjajahan itu. Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di eraera inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit. Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia. Sedangkan sejarah pers pada abad 20 ditandai dengan munculnya koran milik bangsa Indonesia. Modal dari bangsa Indonesia dan untuk bangsa Indonesia yakni " Medan Prijaji " yang terbit di Bandung. Medan Prijaji yang dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisurdjo alias Raden Mas Djokomono ini pada mulanya, yakni tahun 1907 11



berbentuk mingguan kemudian pada tahun 1910 diubah menjadi harian. Tirto Hadisurdjo ini dianggap sebagai pelopor yang meletakkan dasar jurnalistik modern di Indonesia, baik dalam cara pemberitaan, pemuatan karangan, iklan dan lain - lain.



Ditinjau dari sudut jurnalistik, salah seorang tokoh bernama Dr. Abdoel Rivai dianggap sebagai wartawan yang paling terkenal karena tulisannya yang tajam dan pedas terhadap kolonialisme Belanda. Oleh Adinegoro, Dr. Rivai diberi julukan " Bapak Jurnalistik Indonesia ", dan diakui oleh semua wartawan pada waktu itu sebagai kolumnis Indonesia yang pertama. Seiring era Reformasi yang dikumandangkan dari Sabang sampai Merauke oleh para Reformis, menggantikan era totaliterisme Soeharto, maka dunia jurnalisme kita mendapatkan angin segar dalam menyampaikan informasi kepada khalayak umum tanpa takut adanya ancaman pembredelan. Tak kurang dari 32 tahun dunia jurnalisme kita mandul dan harus berfungsi sebagai corong pemerintahan Orde Baru yang jauh dari idealisme pers sebagai kontrol sosial. Bahkan sejak akhir masa kekuasaan Soekarno (orde lama), pun dunia jurnalisme kita telah diarahkan menjadi corong pemerintahan. Di era orde lama, institusionalisme pers yang berkembang adalah bagaimana sebuah lembaga penerbit pers dapat melibatkan diri dalam pertentangan antar partai. Masing-masing media cetak berfungsi sebagai corong perjuangan partai-partai peserta pemilu 1955. Beberapa partai seperti PNI mempunyai Suluh Indonesia, Masyumi mempunyai Abadi, NU mempunyai Duta Masyarakat, PSI mempunyai Pedoman dan PKI mempunyai Harian Rakyat. Jadi fungsi media di era Orde Lama tak lain sebagai media perjuangan partainya masing-masing. Sejak pencabutan pengaturan mengenai SIUPP dan kebebasan penyajian berita serta informasi di berbagai bentuk pada tahun 1999 disahkan UU Pers No 40/1999. Mulai saat itu dunia jurnalisme kita lepas dari pemasungan yang selama akhir masa Orde lama dan orde baru menjerat demokratisasi pers kita. Tak lama kemudian dalam merayakan kemenangan sistem demokrasi muncul berbagai macam ribuan media massa baik cetak maupun elektronik yang tak terbendung lagi memberikan warna kebebasan dalam dunia jurnalisme kita. 12



Namun gagasan otonomi pers selama ini disalahtafsirkan menjadi kebebasan pers yang tanpa batas etika. Bahkan hemat saya, kebebasan pers di era Reformasi telah jauh meninggalkan kode etik jurnalistik dan lebih liberal dari pers Amerika yang menganut paham leberalisme pers sekalipun. Hal itu terlihat dari beberapa media pers kita yang menyebarkan berita mengarah ke dunia pornografi, kriminal, kekerasan serta mengabaikan nilai-nilai perjuangan kemanusiaan. Mengingat sesuai dengan UU No 40 Tahun 1999 tentang pers secara tegas sebagai kedaulatan rakyat, dan berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. BAGAIMANA dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham Notodidjojo dalam bukunya “PWI di Arena Masa” (1998) menulis, Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Haryadi Suadi menyebutkan, salah satu fasilitas yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang) (“PR”, 23 Agustus 2004). Menurut Haryadi, kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945 dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia seperti, Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of Free Indonesia. Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan. Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya. 13



Jurnalisme kuning pun sempat mewarnai dunia pers Indonesia, terutama setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Judul dan berita yang bombastis mewarnai halaman-halaman muka koran-koran dan majalah-majalah baru. Namun tampaknya, jurnalisme kuning di Indonesia belum sepenuhnya pudar. Terbukti hingga saat ini masih ada koran-koran yang masih menyuguhkan pemberitaan sensasional semacam itu.



B. Media Cetak a. Pengertian Jurnalistik Cetak Jurnalistik cetak adalah jurnalisme yang dipraktikkan di media cetak koran, tabloid, dan majalah. Collin Dictionary mengartikan junalisme cetak sebagai “profesi atau praktik pelaporan, pemotretan, atau penyuntingan berita untuk surat kabar atau majalah” (the profession or practice of reporting about, photographing, or editing news stories for newspapers or magazines). Jurnalistik cetak menyajikan berita atau informasi dalam bentuk teks (tulisan) dan gambar (foto) di media cetak. Pengaruh Media Sosial pada JurnalistikPengertian Jurnalistik secara Bahasa dan IstilahPengertian dan Perbedaan Jurnalistik, Media, Pers Penulisan berita dalam jurnalisme cetak menggunakan gaya bahasa jurnalistik yang ketat karena keterbatasan kolom atau halaman. Penggunaan pola piramida terbalik, yaitu mengutamakan fakta terpenting di bagian awal tulisan, menjadi ciri khas berita jurnalisme cetak.



b. Sejarah Jurnalistik Cetak Koran atau surat kabar pertama yang diterbitkan secara teratur adalah The Daily Courant yang diterbitkan di Inggris pada 1702. Praktik jurnalistik cetak pertama dalam sejarah jurnalistik terjadi pada zaman Romawi Kuno, masa pemerintahan Julius Caesar, sekitar abad 59-60 Sebelim Masehi (SM). Saat itu lahir media massa pertama berupa papan pengumuman semacam koran yang disebut Acta Diurna (Daily Act). Dalam bahasa Latin, Acta Diurna artinya “Catatan Harian”, kadang diterjemahkan menjadi “Catatan Publik Harian”. Papan pengumuman ini merupakan ukiran batu atau logam yang berisi berita publik dan dipamerkan di Forum Romawi.



14



Isinya awalnya berupa catatan proses dan keputusan hukum. Namun akhirnya berkembang menjadi pemberitahuan publik dan informasi berguna lainnya, misalnya kelahiran, perkawinan, dan kematian dari keluarga terpandang. Setelah beberapa hari, papan tersebut diturunkan dan diarsipkan. Ja’far Assegaf dalam buku Jurnalistik Masa Kini (Jakarta: Galia Indonesia, 1991) menyebutkan Acta Diurna sebagai cikal-bakal istilah jurnalistik. Acta Diurna yang diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) di pusat kota untuk diketahui oleh umum, berisi informasi atau berita-berita dan pengumuman, seperti kelahiran, kematian, dan pernikahan. Julius Caesar, sebagai penggagas Acta Diurna, disebut “Bapak Pers Dunia”. Meski catatan sejarah juga menunjukkan, Julius Caesar sebenarnya “hanya” melanjutkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi yaitu media informasi yang disebut Annals . Dalam bahasa Inggris, annals artinya “catatan sejarah”.



c. Karakteristik Jurnalistik Cetak Karakter utama jurnalistik cetak adalah berita dipublikasikan melalui media cetak (printed media). Karakteristik lainnya sebagai berikut: 1. Jurnalistik cetak melalui proses panjang, meliputi peliputan, penulisan, penyuntingan, layout, dan percetakan. 2. Melibatkan tata letak (layout), desain grafis, dan perwajahan (cover). 3. Berita disebarluaskan dan berlaku dalam sehari. 4. Harga koran biasanya turun saat sore dan malam hari. 5. Sering terjadi salah cetak atau salah ketik sehingga ada ralat di edisi berikutnya. 6. Memiliki berita utama (headline) yang ditampilkan secara menonjol di halaman depan (cover). 7. Menyajikan berita atau informasi dalam bentuk teks (tulisan) dan gambar (foto). 8. Jumlah berita dibatasi kolom dan halaman. 9. Menggunakan bahasa jurnalistik secara ketat karena keterbatasan ruang (halaman). 10. Mengenal tenggat waktu (deadline) biasanya malam hari karena harus segera cetak sebelum pagi.



15



d. Proses Pemberitaan Proses kerja redaksi media cetak meliputi News Processing sebagai berikut: a. News Planing = rapat redaksi, perencanaan isi & peliputan b. News Gathering/Hunting = peliputan, wawancara, riset data c. News Writing = penulisan, penyusunan naskah/tulisan d. News Editing = penyuntingan naskah e. News Layouting = tata telak, setting, desain grafis, perwajahan f. News Printing = proses cetak. g. News Layouting dan News Printing menjadi pembeda utama jurnalisme media cetak dengan jurnalistik media penyiaran (radio & televisi) dan jurnalisme media online.



e. Karakter Media Cetak Karakteristik jurnalisme cetak juga tergambar dalam karakterstik media cetak sebagai berikut: •



Informasi yg akan disajikan dapat dinikmati melalui proses tercetak.







Isi pesan tercetak sehingga dapat dibaca di mana dan kapan saja.







Isi pesan dapat dibaca berulang-ulang.







Hanya menyajikan peristiwa atau pendapat yang telah terjadiTidak dapat menyajikan pendapat narasumber secara langsung (live).







Penulisan dibatasi oleh kolom dan halaman.







Makna berkala dibatasi oleh hari, minggu, dan bulan.







Distribusi melalui transportasi darat, laut, dan udara.



f. Jenis-Jenis Junalistik Cetak Dari segi format atau ukuran medianya, jurnalistik cetak terbagi menjadi jurnalistik koran (newspaper journalism), jurnalistik tabloid (tabloid journalism), dan jurnalistik majalah (magazine journalism). 1. Jurnalisme Koran Koran secara bahasa artinya lembaran(-lembaran) kertas bertuliskan kabar (berita) dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8–9 kolom), terbit setiap hari atau secara periodik, surat kabar, harian. Koran disebut juga surat kabar adalah media 16



cetak dengan ukuran kertas broadsheet, yaitu format surat kabar terbesar dan ditandai oleh halaman vertikal panjang (biasanya 22 inci atau 56 sentimeter) Karena biasanya terbit harian, koran sering juga disebuat surat kabar harian (daily newspaper). Koran berisi informasi peristiwa yang terjadi sehari sebelumnya. Karena harus sudah dicetak sebelum diedarkan pagi hari, maka koran harus dicetak dini hari, misalnya pukul 03.00 WIB.Koran umumnya terbit setiap hari, bahkan banyak koran yang menyebut medianya sebagai Harian Pagi. Pada masa jayanya sebelum era internet atau era media online, ada koran yang terbit sehari dua kali, seperti koran Seputar Indonesia (Sindo) yang terbit setiap hari di pagi dan sore. Dari segi jangkauan atau distribusinya, koran dibagi menjadi dua: a. Koran nasional. Contoh: Harian Kompas, Media Indonesia, Sindo, Republika, Jawa Pos, Pos Kota, dan Bisnis Indonesia. b. Koran lokal. Contoh: Pikiran Rakyat (Bandung/Jawa Barat), Radar Bekasi, Radar Bogor, Galamedia, Lampung Pos, Tribun Jabar, dan masih banyak lagi. Karakteristik Surat Kabar Ardianto & Elvinaro dkk (20070 dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar menyebutkan Karakteristik Surat Kabar sebagai berikut: a) Publisitas. Disebarluaskan kepada publik atau untuk diketahui umum. b) Periodesitas. Terbit secara berkala, periodik, biasanya harian. c) Universalitas. Pesan atau informasi bersifat umum (berbagai topik) dan untuk umum. d) Aktualitas. Berisi informasi terbaru dan masih hangat. e) Terdokumentasikan. Bisa dibuat arsip atau klipping. 2. Jurnalisme Tabloid Tabloid adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah dibaca umum, surat kabar sensasi, surat kabar kuning.Tabloid adalah media cetak ukuran setengah dari format broadsheet. Format ini diperkenalkan untuk mereka yang selalu sibuk sehingga harus membaca koran di mobil atau kereta api. Dengan ukuran tabloid, 17



mereka dengan mudah membaca koran tanpa harus membuka lebar-lebar, yang bisa mengganggu orang di sebelahnya. Ukuran tabloid umumnya 290 mm x 420mm dengan jumlah halamannya 24 – 40 halaman. Berbeda dengan koran yang terbit setiap hari, tabloid biasanya terbit mingguan (setiap minggu) atau dwi mingguan (dua minggu sekali). Tabloid biasanya ditujukan pada pembaca yang memiliki waktu luang untuk membaca, sehingga isi pemberitaannya lebih mendalam. Berbeda dengan isi koran yang sifatnya umum, tabloid biasanya fokus pada tema tertentu, misalnya ▪



Tabloid Bola (olahraga),







Tabloid Nova (keluarga),







Tabloid Bintang (selebritas/hiburan),







Tabloid Al-Hikmah (agama Islam).



Karena biasanya berisi hal-hal sensasional, khususnya majalah hiburan, muncul pula istilah jurnalisme tabloid (tabloid journalism), yaitu



gaya jurnalisme yang



menampilkan cerita kejahatan sensasional, kolom-kolom gosip tentang para selebritas. Karakteristik Tabloid: •



Ukuran kertas setengah dari ukuran surat kabar.







Memiliki cover dengan satu gambar besar.







Umumnya terbit mingguan (setiap minggu)







Pemberitaannya lebih mendalam dan panjang.







Biasanya fokus pada tema tertentu.



3. Jurnalisme Majalah Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik dan pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya, menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan sebagainya (KBBI). Menurut Encyclopedia Britannica, majalah (magazine) –juga disebut berkala– adalah kumpulan teks yang dicetak atau diterbitkan secara digital (esai, artikel, cerita, puisi), sering diilustrasikan, yang diproduksi secara berkala (tidak termasuk koran). Ukuran kertas majalah (magazine) umumnya setengah dari tabloid. Ukuran terbesar majalah standar 330.5mmX 240.5mm. Untuk ukuran standar majalah di Indonesia, 18



seperti Majalah Tempo, adalah 210.5mm x 270,5mm. Ada juga majalah ukuran kecil (mini magazine), seukuran kertas buku tulis, seperti Majalah Sabili. Berbeda dengan koran dan tabloid yang berupa lembaran-lembaran lepas, halamanhalaman majalah “diikat” dan menggunakan sampul (cover) dengan jenis kertas yang lebih tebal seperti buku. Majalah juga memuat pemberitaan ringan dan mendalam. Namun, majalah biasanya diterbitkan selama satu bulan satu kali. Halaman majalah biasanya penuh warna. Dominasi gambar menjadi kelebihan tersendiri sebuah majalah. Halaman juga cukup tebal, bisa mencapai 200 halaman. Isi majalah biasa fokus pada tema tertentu seperti halnya tabloid.  Karakteristik Majalah a. Ukuran kertas setengah tabloid. b. Terbit mingguan atau bulanan. c. Memiliki cover atau sampul berwarna dengan kertas lebih tebal daripada halaman dalam. d. Penyajian lebih dalam, biasanya berupa feature. e. Nilai aktualitas informasi lebih tahan lama f. Gambar atau foto lebih banyak g. Cover sebagai daya tarik h. Tema khusus, misalnya anak-anak, wanita, pria dewasa, meski ada juga majalah berita umum Majalah bukan hanya diterbitkan oleh lembaga pers atau perusahaan media, tapi juga kalangan instansi atau perusahaan. Majalah yang diterbitkan lembaga pers disebut majalah komersial atau majalah umum, baik majalah berita seperi Time, Tempo, Gatra, maupun majalah dengan tema khusus seperti majalah keluarga, majalah komputer, majalah olahraga, majalah pertanian, majalah hukum, dsb. Majalah yang diterbitkan instansi/perusahaan disebut media internal atau inhouse magazine. Maskapai Penerangan juga umumnya menerbitkan media internal dikenal dengan sebutan Majalah Penerbangan yang disimpan di belakang sandaran kursi penumpang. Ada juga majalah yang berisi karya tulis ilmiah atau hasil penelitian. Majalah ini dikenal dengan sebutan Jurnal atau Jurnal Ilmiah.  Jenis-Jenis Majalah: 19







Majalah Berita Umum







Majalah Khusus







Majalah Internal







Jurnal Ilmiah







Newsletter dan Buletin



contoh newsletter Newsletter (Nawala) adalah laporan berkala yang memuat berita tentang kegiatan bisnis atau organisasi yang dikirimkan secara teratur ke semua anggota, pelanggan, karyawan, atau orang-orang yang tertarik. Nawala umumnya berisi satu topik utama yang menarik bagi penerimanya. Newsletter biasanya merupakan merupakan alat komunikasi yang digunakan seorang/sekelompok humas dalam memberikan informasi mengenai perusahaan, baik menyangkut produk yang dihasilkan, orang yang terlibat, serta informasi lain yang dapat membantu publiknya dalam berhubungan dengan urusan bisnisnya.



C. Radio (Radio Journalism) a. Sejarah Jurnalistik Radio Kehadiran radio di Indonesia sudah ada sejak zaman pendudukan Belanda yang ditandai dengan berdirinya Batavia Radio Vereneging (RRV) pada tanggal 16 Juni 1925. Selanjutnya, berdirilah berbagai macam stasiun radio seperti di Jakarta, Bandung, Surakarta, Medan dan daerah lainnya. Demikian juga halnya ketika zaman Jepang berbagai stasiun radio diambil alih oleh Jepang yang diurusoleh jawatan khusus yang bernama hoso kanri kyoku. Radio memang Memiliki banyak kelebihan, memiliki kesederhanaan bentuk (Portability) dan kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Bitner mencatat bahwa pada tahun 1977 saja di Amerika dengan 10.000 stasiun pemancar radio mampu menembus kehidupan hampir seluruh penduduk dunia. Kenyataan tersebut tentu saja tidak tiba-tiba terjadi. Di Italia berawal dari sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1895, dengan menggunakan transmisi yang cukup sederhana ia dapat 20



menyampaikan signal disepanjang pinggiran perbukitan dekat rumahnya. Tidak lama sesudah itu, Marconi mampu merebut perhatian dunia dengan menyampaikan dan menerima signal melintas Atlantik tanpa melalui sambungan kabel.Saat itu apa yang dikerjakan Marconi tentunya membuat orang kaget. Sejak itu seperti dijelaskan oleh Francis pada tahun 1901 penemuan tersebut mulai digunakan sebagai komunikasi angkatan laut Amerika untuk menghubungkan antar kapal yang sedang berlayar dengan sejumlah stasiun di darat. Pada era teknologi berikutnya radio hanya berfungsi untuk menyiarkan musik dan berita kepada masyarakat. Tahun 1909, Charles David Herrold mengudara lewat stasiun miliknya sendiri di San Jose dan pada tahun 1981 sebuah siaran di University of Wisconsin muncul untuk pertama kalinya sebagai radio nasional non-komersial. Kini sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi informasi, radio terus berkembang serta mampu mempertahankan posisinya sebagai the fifth estate (kekuatan kelima) setelah pers dalam tatanan kehidupan sosial. Bedanya dengan surat kabar,majalah dan buku,radio merupakan media massa yang bersifat visual, yaitu hanya dapat didengar. Karenanya radio tidak seperti media massa cetak yang dapat dibaca Ulang.



b. Pengertian Jurnalistik Radio Menurut James M.Neal dan Mitchel V.Charnley , berita radio sebaagai laporan tentang suastu peristiwa,opini, kecenderungan, situasi kondisi,



interprestasi yang penting,



menarik, masih baru, dan harus secepatnya di sampaikan kepada khalayak. Berita radio merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan opini yang mempunyai nilai berita, penting, dan menarik bagi banyak orang, dan disiarkan melalui mediaradio secara berkala.



c. Karakteristik Jurnalistik Radio Berdasarkan definisi Berita Radio yang sudah di bahas sebelumnya, Masduki mengatakan beberapa karakteristik radio : 1. Segera dan cepat,yaitu laporan peristiwa atau opini harus sesegera munkin dilakukan untuk mencapai kepuasan pendengar dan mengoptimalkan sifat kesegeraan sebagai kekuatan radio. 21



2. Aktual dan Faktual, yaitu hasil liputan peristiwa atau opini tersebut harus segar dan aktual sesuai fakta,yang sebelumnya tidak diketahui oleh khalayak.opini terkait dengan upaya pendalaman (investigasi) atas suatu data atau peristiwa. 3. Penting bagi masyarakat luas,yaitu harus ada keterkaitan dengan nilai berita yang berlaku dalam pengertian jurnalistik secara umum,guna memenuhi kepentingan masyarakat. 4. Releven dan berdampak luas ,yaitu masyarakat selaku pendengar merasa membutuhkan dan akan mendapatkan manfaat optimal dari berita radio,yaitu pengetahuan,pengertian,dan kemampuan bersikap atau mengambil keputusan tertentu,sebagai respon atas sebuah berita. Karakteristik jurnalistik radio sendiri tidak lepas dari karakter radio, yaitu: a) Auditif. Untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan. b) Spoken Language. Menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar supaya dapat langsung dimengerti. c) Sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti. d) Global. Tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan. d. Jenis dan Bentuk Radio Ada tiga jenis berita yang dapat digunakan dalam penulisan naskah berita radio yaitu : 1. Langsung (straight news). Berita yang penting dan harus segera disampaikan kepada khalayak luas. Materinya berupa laporan langsung wartawan sesuai dengan apa yang dia saksikan. 2. Berita Ringan (soft news). Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik, penting dan bersifat informatif. 3. Berita Kisah (feature). Berita yang berkaitan dengan kejadian yang dapat menggugah perasaan dan menambah pengetahuan bagi khalayak. Berikut ini enam bentuk berita dalam radio meliputi: 22



a)



Berita tulis (Writing news), yaitu berita pendek yang bersumber dari media lain atau ditulis ulang



b)



Berita bersisipan (News with insert), yaitu berita yang dilengkapi atau di mix dengan sisipan suara narasumber.



c)



News feature, yaitu berita atau laporan jurnalis panjang yang lebih bersifat human interest.



d)



Phone in news, berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter menggunakan alat bantu telefon.



e)



Buletin berita, merupakan gabungan beberapa berita pendek yang disajikan dalam satu blok waktu.



f)



Jurnalisme interaktif, yaitu berita yang bersumber pada sebesar mungkin keterlibatan khalayak.



e. Prinsip Penulisan Naskah Berita Radio Prinsip penulisan naskah berita radio meliputi : 1. ELF – Easy Listening Formula. Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar



dan



mudah



dimengerti



pada



pendengaran



pertama



atau



penggunaankalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas. 2. KISS – Keep It Simple and Short. Hemat kata, tidak mengumbar kata. Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak kalimat (adjectives). 3. WTYT – Write The Way You Talk. Tuliskan sebagaimana diucapkan. Menulis untuk “disuarakan”, bukan untuk dibaca. 4. Penggunaan bahasa tutur, artinya penulisan naskah jurnalistik radiomenggunakan bahasa percakapan sehari-hari atau spoken language. Ciribahasa tutur antara lain; menggunakan kalimat pendek dan kata-kata yangbiasa diucapkan (spoken word), menghindari anak kalimat, tidakmenggunakan kalimat langsung. 5. Batasan waktu, maksudnya dalam penulisan naskah radio dibatasi detik,menit, dan jam, namun bisa juga tidak terbatas. Oleh karena itu, sajian fakta dan data disampaikan secara to the point dan tidak detil.



23



D. Media Televisi a. Pengertian Jurnalis Televisi Jurnalistik TV



bersama jurnalistik radio disebut juga jurnalisme penyiaran



(broadcast journalism) karena sama-sama menggunakan metode siaran (broadcasting) dalam menyajikan berita. Jurnalisme televisi melibatkan lebih dari sekadar melaporkan berita di televisi. TV Journalism juga melibatkan penelitian dan penulisan cerita, mengumpulkan fakta, mengikuti tips, dan banyak lagi. Jurnalistik Televisi adalah proses pencarian, pengumpulan, penyuntingan, dan penyebarluasan berita melalui media televisi. Jurnalisme TV muncul sejak televisi yang identik dengan hiburan juga menyiarkan program berita (news program). Berita TV dianggap sebagai media yang paling berpengaruh bagi jurnalisme. Efek pada setiap penonton dianggap lebih persuasif dibandingan media lain. Menurut catatan sejarah jurnalistik (history of journalism), Jurnalistik TV pertama kali muncul tahun 1947, ketika stasiun NBC menyiarkan acara “Meet The Press” yang diadopsi dari program siaran radio. Acara ini menampilkan tokoh politik, ekonomi, dan masalah internasional dengan jurnalis Martha Roundtree sebagai moderator. Kelebihan Media Televisi •



Menciptakan kesan (image) dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layat kaca (visual mapun audio visual) menjadi lebih nyata daripada reaiitasnya.







Media massa mampu membuat liputan apa yang terjadi menjadi lebih nyata. Tentunya atas kemampuan reporter dalam memformulasikan apa yang terjadi (what happens) itu menjadi symbol-simbol verbal, audio maupun audio visual.







Penelitian-penelitian "uses and gratifications" yang biasanya terfokus pada efek individu menemukan fakta bahwa komunikasi membangun makna ritual yang menggambarkan bagaimana orang bersama-sama dan bekerja sama secara terus menerus memaknai makna tersebut.







Sejak lama media diyakini menjadi semacam kanal yang berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya menjadi gejala internal (individu)yang wajar dan normal.



24



b. Karakteristik Jurnalistik TV Jurnalisme TV memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Audio Visual TV menyajikan gambar dan suara.Jurnalistik televisi merupakan paduan media komunikasi gambar (visual) dan suara (audio). 2) Mengutamakan gambar Jurnalisme TV atau berita TV mengutamakan rekaman gambar hidup (video). Dalam pengumpulan data (news gathering) , wartawan media televisi harus selalu ada di lokasi kejadian, on the spot, untuk mendapatkan gambar. Ada ungkapan no pictures, no news. Bahkan, dalam peristiwa tertentu, kata-kata harus minim dan lebih banyak menampilkan gambar. Words must less than pictures. Tidak ada yang lebih buruk bagi seorang reporter televisi jika ia datang ke kantor tanpa membawa gambar yang bisa menunjang berita yang akan ditulisnya. Terlebih bila stasiun televisi lain justru memiliki gambar tersebut. Gambar video sebuah berita bisa menjadi penentu kredibilitas stasiun TV, oleh karena itu seorang reporter berita dituntut untuk mendapatkan gambar dari berita yang dilaporkannya sebaik mungkin. Jika ia gagal memperoleh gambar tersebut, dan ternyata stasiun TV lain mendapatkannya, maka kredibilitas stasiun TV bisa hancur dalam sekejap. 3) Melibatkan Banyak Orang Proses pemberitaan di TV melibatkan banyak orang, mulai dari produser, wartawan (reporter, jurnalis TV, juru kamera (camera person), editor gambar, dan penyiar berita (news announcer ), pembaca berita (news reader), atau penyaji berita (news presenter). Tim inti di lapangan dalam meliput berita terdiri dari reporter dan juru kamera. Mereka adalah kunci utama dari program berita TV. Stasiun TV juga menerima berita dari reporter dan juru kamera free lance atau reporter amatir yang kebetulan memiliki rekaman berita yang dibutuhkan atau bernilai berita. Dalam kasus bencana alam, misalnya gempa, stasiun TV kerap menampilkan video amatir yang dibuat warga yang kebentulah merekam peristiwa. 4) Penyaji Berita 25



Penyaji berita (news presenter) menjadi ujung tombak di studio dalam program berita. Penampilan penyaji berita dan reporter di layar kaca dapat mempengaruhi persepsi dan penerimaan pemirsa televisi. 5) Gaya Bahasa TV Jurnalistik TV, seperti halnya jurnalistik radio, menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan (lisan). Penulis naskah berita TV menulis berdasarkan gambar (write to pictures), menulis untuk gambar (writing for visual), atau bertutur tentang gambar. 6) Proses Produksi Rumit 7) Jurnalistik TV melalui proses produksi yang rumit sebelum berita disampaikan kepada publik. Proses pemberitaan (news processing) jurnalistik televisi meliputi tiga aktivitas pokok: a. News Gathering – peliputan oleh reporter dan juru kamera b. News Production – penulisan naskah dan pengeditan gambar dengan durasi tertentu. Naskah berita TV harus sinkron dengan gambar. c. News Presenting – penyajian berita oleh news presenter dalam program berita Karakteristik Jurnalistik TV lainnya sama dengan karakteristik media TV itu sendiri, seperti: Dapat dilihat dan didengar hanya saat siaran berlangsung. Dan dapat dilihat dan didengar kembali hanya bila diputar kembali rekamannya. 8) Sekilas Karakteristik ini sekaligus kelemahan jurnalisme televisi. Berita yang ditayangkan di layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang.



c. Jenis-Jenis Berita TV Dalam jurnalistik dikenal banyak jenis berita. Jenis-jenis berita di jurnalistik TV meliputi: 1. Hard News Hard News adalah berita teraktual, lugas, singkat, langsung ke pokok persoalan, yang segera dipublikasikan atau harus secepatnya harus diketahui khalayak, dengan topik politik, ekonomi, keamanan, kriminalitas, dan kasus serius lainnya. Alur berita Hard



26



News mengikuti struktur piramida terbalik (inverted pyramid) dengan bagian yang terpenting pada pembukaan berita. 2. Soft News / Feature Soft News atau berita ringan –seringkali juga disebut dengan feature– yaitu berita yang tidak terkait dengan aktualitas, namun memiliki daya tarik bagi khalayak pemirsa. Dengan kata lain, Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Topik softnews antara lain olahraga, hiburan, fashion, gaya hidup, budaya 3. Investigative Reports Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita eksklusif yang dibuat secara mendalam dan komprehensif. Datanya tidak dapat diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyeledikan. Penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu lama dan biasanya disajikan dalam program khusus.



d. Format Berita TV Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format (TV News Format). Format yang akan dipilih tergantung pada data, gambar, dan momentum. Secara umum, format berita TV berisi suara dan gambar, sebagaimana karakteristik TV sebagai media audio-visual. Berikut ini jenis-jenis format berita dalam jurnalisme TV: 1) Reader (RDR) Reader adalah format berita TV yang paling sederhana, yaitu hanya berupa lead in yang dibaca presenter, tidak memiliki gambar ataupun grafik. Reader biasanya sangat singkat. Durasi maksimal 30 detik. Reader biasanya dipilih karena naskah berita dibuat dekat dengan saat deadline dan tidak sempat dipadukan dengan gambar.Bisa juga karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah program siaran. Isi berita dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita yang sedang ditayangkan. 2) Voice Over (VO) 27



Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Drasi satu format berita VO antara 20-30 detik. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi. Ini jenis berita paling banyak digunakan dalam jurnalistik TV. 3) Voice Over Grafik (VOG)VO Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan. 4) Sound on Tape (SOT)Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi. Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit. 5) Voice Over – Sound on Tape (VO-SOT) VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Durasi VO-SOT tak lebih dari 60 detik: 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite. Lead-in dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan soundbite atau clip dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. 6) Package (PKG) Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Lazimnya tubuh berita ditutup dengan narasi. Kalau dirasa penting, reporter dapat muncul dalam paket berita tersebut (stand up) pada awal atau akhir berita. Durasi maksimal total sekitar 2 menit 30 detik. 28



7) Live on Cam Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung. 8) Live on Tape (LOT) Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian. Format berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter hadir di tempat peristiwa. Namun, siaran tak bisa dilakukan secara langsung karena pertimbangan teknis dan biaya. 9) Live by Phone Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya. 10) Phone Record Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung. 11) Visual News Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambargambar atau video yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. 29



12) Vox Pop Secara bahasa Vox Pop (Latin: Vox Populi) artinya “suara rakyat”. Vox pop bukan format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isu. Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang.Vox Pop disebut juga Audience Opinion karena berisi pendapat atau komentar warga masyarakat.



e. Penulisan Naskah Berita TV Menulis naskah berita TV pada dasarnya sama dengan menulis berita radio, namun script berita TV disusun berdasarkan gambar (video) yang tersedia. Prinsip penulisan berita TV antara lain mengacu pada ungkapan Confucius: “Easy writing hard listening. Hard writing easy listening”. Penulisan naskah berita televisi secara garis besar mengacu pada gaya bahasa berita TV dan rumus 5C. ▪



Gaya Bahasa Berita TV



Gaya bahasa berita TV sebagai berikut : ~ Menggunakan bahasa sehari-hari atau gaya percakapan ~Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan lugas. Satu kalimat satu ide ~Membatasi narasi atau berita hanya pada satu tema utama ▪



Rumus 5C



Penulisan berita di Media TV mengacu pada rumus 5C, yaitu: 1. Conversational – percakapan, bahasa tutur, menulis untuk didengar, tulislah naskah berita seperti gaya orang berbicara, kalimat pendek. 2. Clear – jelas, lugas, denotatif, satu makna, hindari jargon atau slang yang hanya dikenal kalangan tertentu, menghindari susunan kalimat yang rumit. 3. Concise – ringkas, kalimat pendek, hemat kata. 4. Compelling — menggunakan kalimat aktif. Kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif. 5. Cliché free — bebas kata klise ataa kata jenuh, yaitu kata-kata yang terlalu sering digunakan. Kata kilse sering dipakai dalam transisi (peralihan) berita atau di awal laporan/tulisan: sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka, 30



bahwasanya, sehubungan dengan hal itu, selanjutnya, adapun, dapat kami informasikan, dapat kami laporkan



f. Teknis penulisan kata Teknis penulisan kata dalam berita TV pada dasarkan sama dengan cara menulis berita radio, yaitu menggunakan bahasa tutur dengan prinsip “Write the Way You Talk” (tuliskan cara pengucapannya). 1. Angka Angka 1-11 ditulis pengucapannya: satu, dua, dst.. sampai sebelas. Angka 12 ke atas ditulis angkanya: 12, 13, 14, dan seterusnya. 2. Singkatan dan akronimTuliskan kepanjangannya lebih dulu sebelum singkatan. Contoh: Dewan Perwakilan Rakyat atau D-P-R; bukti pelanggaran atau tilang. Singkatan yang diucapkan per huruf dipisah dengan tanda hubung. Contoh: M-U-I, SH-U. 3. Unctuation (Tanda Baca) Jangan gunakan tanda baca (punctuation) dalam penulisan berita TV dan radio, seperti titik, koma, dan tanda petik.Gunakan slash atau aris miring satu (/) untuk jeda atau koma. Garis miring dua (//) untuk titik. Garis miring tiga (///) untuk akhir naskah. Tuliskan “dalam tanda petik” jika terpaksa ada kata-kata yang bermakna konotatif. 4. Atribusi + NamaSebutkan identitas, gelar, atau jabatan sebelum nama. Contoh: Seorang mahasiswi UIN Bandung, Siti Nurhalisa, mengatakan dirinya dibuat pusing oleh dosen; Direktur Lembaga Survei Indonesia, Ahmad Fulan, mengatakan hasil survey.



g. Alur Naskah Berita TV 1. Reporter Reporter membuat keputusan besar dengan menentukan angle, kutipan yang digunakan, informasi yang harus ditinggalkan, pertanyaan apa yang harus ditanyakan, dll. 2. Sub-Editor / Associate Editor



31



Sub-editor adalah orang



senior pertama yang melihat skrip, biasanya untuk



menghilangkan kesalahan, mengubah sudut (angle), verifikasi fakta, dan umumnya menawarkan panduan kepada reporter. 3. Editor Berita Sub-Editor kemudian meneruskan skrip ke Editor, yang membuat keputusan besar terkait konten. Apa informasi harus ditambahkan, apa yang harus dihapus, kepatuhan terhadap masalah etika dan hukum. 4. Editor Revisi Editor revisi biasanya digunakan dalam meningkatkan gaya skrip, menambahkan warna, dan membuatnya mudah dibaca.



h. Format Berita Televisi 1. Reader, dasar penyajian berita dengan cara presenter membaca isi berita tanpa ada gambar pendukung 2. Grafis, biasanya dimunculkan ketika berita dinilai penting dan baru saja terjadi karena pihak stasiun belum mendapatkan akses gambar 3. Voice Over, video atau gambar pendek yg diiringi dengan kata-kata penyiar 4. Paket, laporan berita lengkap dengan narasi yg direkam ke dalam pita kaset. 5. Laporan Langsung (live), berita yang disampaikan langsung oleh presenter (on air) 6. Live Studio, berita yang dikemas dlm bentuk wawancara dgn cara mendatangkan narasumber ke studio 7. Klip, petikan langsung pernyataan seseorang yg ditampilkan berdiri sendiri pada suatu program berita yg didahului dengan intro dari presenter 8. Breaking Story, berira yg mulai terjadi ketika suatu program siaran berita masih berlangsung 9. Soundbite on Tape (SOT), cuplikan wawancara dari narasumber yg panjang 10. Butted Soundite. Dua soundbite yg diedit berturut-turut yg digunakan untuk mengkontraskan seseuatu 11. Stand-up, reporter berbicara dgn mengarahkan diri menghadap ke kamera dari lokasi pemberitaan (live)



32



12. Iin house Package (in houser), paket yg ditulis writter, diedit redaktur, dengan durasi 2,5 menit 13. Natural Sound Package (Nat PKG), paket yg tak memakai narasi dari presenter. Tapi mengandalkan kekuatan video dan suara natural 14. Open, dua atau tiga VO diedit sbg pembukaan program berita yg bertujuan menarik perhatian pemirsa 15. Teaser, VO yg diedit untuk menarik perhatian pemirsa agar tetap menonton. 16. Sync, kata-kata yg diucapkan pembicara ketika tampil di layar TV 17. Promo, informasi mengenai suatu acara yg akan disampaikan 18. Running Story, berita yg berkembang selama beberapa hari, minggu bahkan bulan 19. Vox Pop, dikenal dgn nama voice of people, vox populi adlh komentar2 dari masyarakat yg berada di jalan untuk merefleksikan opini publik tentang suatu berita.



E. Media online Menurut Romli (2012:30), Per definisi, online media (media online) disebut juga cyber media (media siber), internet media (media internet), dan new media(media baru) dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Secara teknis atau fisik, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog dan media sosial seperti facebook dan twitter), radio online, TV online, dan email. Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar, majalah, radio, atau televisi sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam ruang cyber. Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyberdalam kategori yang disebut dengan Portal Berita. Portal berita terdiri dari dua kata, yaitu portal dan berita. Portal memiliki pengertian sebagai situs atau halaman web, sedangkan berita dapat didefinisikan sebagai informasi terbaru mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Jadi, secara umum portal berita dapat diartikan sebagai situs atau halaman web yang berisi mengenai berbagai jenis berita. Kehadiran media online memunculkan generasi baru jurnalistik yakni jurnalistik online. Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyberjounalism, jurnalistik internet, dan 33



jurnalistik web (web journalism) merupakan “generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik media cetak,seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism – radio dan televisi). Dalam jurnalistik online ini, proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan media internet. Perkembangan internet yang pesat saat ini telah melahirkan beragam bentuk media online seperti contohnya website dan portal yang digunakan sebagai media untuk menyebarkan berita dan informasi. Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstansinya. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional. Di dalam media online, teknologi menjadi faktor penentu. Beda wartawan online dengan wartawan lainnya adalah pada tantangan berita cyber yang begitu cepat, hampir tiap menit perubahannya, dan ruang pemberitaan yang sebatas layar monitor. Pemberitaannya bisa ditanggapi langsung khalayak, dan dapat terhubungkan dengan berbagai berita, arsip, dan sumber lain, melalui format hyperlinks. Pavlik (2001) menyebut jurnalisme ini sebagai contextualized journalism, dikarenakan kemampuannya dalam menggabungkan kemampuan multimedia digital, interaksi online, dan tata rupa fiturnya.24Perbedaan utama jurnalistik online dengan jurnalistik tradisional (cetak, radio, TV) adalah kecepatan, kemudahan akses, bisa di-update dan dihapus kapansaja, dan interaksi dengan pembaca atau pengguna (user). a. Pengertian Jurnalistik Online Jurnalistik Online adalah peliputan, penulisan, dan penyebarluasan berita melalui internet, situs web (website), atau media online. Jurnalistik Online adalah "format kontemporer jurnalisme" dengan mendistribusikan konten editorial melalui internet, bukan publikasi melalui media cetak atau penyiaran (radio/televisi).jurnalistik online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website atau portal berita.



b. Sejarah Jurnalistik Online. Sejarah jurnalistik online merupakan bagian dari sejarah dan perkembangan teknologi komputer yang diikuti kemunculan teknologi internet yang dikembangkan tahun 1990-an. 34



Tanggal 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai "tonggak sejarah kelahiran jurnalistik online", yaitu ketika Mark Druge, berbekal sebuah laptop dan modem, mempublikasikan kisah perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky (Monicagate) di websitenya, Druge Report.Druge mempublikasikan Monicagate setelah majalah Newsweek menolak untuk memuat kisah skandal hasil investigasi Michael Isikoff itu. Pada awal 2000 bermunculan situs-situs web pribadi (personal website) yang menampilkan laporan jurnalistik pemiliknya yang kini dikenal dengan website blog, weblog, atau blog saja. Di Indonesia, muncul jurnalistik online pada akhir Orde Baru. Antara lain dengan munculnya detik.com yang merupakan reinkarnasi dari tabloid Detik yang dibreidel pemerintah. Media online ini sukses memberitakan penyerbuan kantor PDI 27 Juli 1996. Tonggak sejarah jurnalistik online adalah di akhir pemerintahan rezim Orde Baru saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Setelah itu, beragam media online pun hadir, seperti satunet.com, okezone.com dan lainnya. Jurnalistik Online bahkan cepat berkembang dengan memunculkan "jurnalistik baru“ mobile journalism (jurnalistik mobil), yaitu aktivitas jurnalistik melalui mobile device, mobile phone, smarphone, tablet computer, dsb. Mobile Journalism kian mempercepat proses penulisan dan penyebarluasan berita di media online. Wartawan bisa melaporkan peristiwa (menulis berita) kapan dan di mana saja, bahkan saat sebuah peristiwa sedang berlangsung.



c. Istilah-istilah Jurnalistik Online 1.



Jurnalistik Online (Online Journalism)



2.



Jurnalisme Digital (Digital Journalism)



3.



Jurnalisme Internet (Internet Journalism)



4.



Jurnalisme Situs Web (Website Journalism)



5.



Jurnalistik Multimedia (Multimedia Journalism)



6.



Jurnalisme Siber (Cyber Journalism).



7.



Jurnalisme Daring (Daring Journalism). Kata "daring", singkatan "dalam jaringan" (online)



35



a)



Karakteristik Jurnalistik Online ▪ Real Time, Running News - berita selalu update dan aktual. Bisa diberitakan saat kejadian berlangsung atau beberapa detik setelah peristiwa. ▪ Global Audiens - pembaca di seluruh dunia selama ada koneksi internet plus perangkat komputer dan gadget. ▪ Timeless. Berita dapat disebar dan diakses kapan saja, di mana saja, 24 jam nonstop. Berita lama maupun baru.



b) Karakteristik Jurnalistik Online menurut James C. Foust ➢ Audience Control - kendali di tangan pembaca. Jurnalistik online memungkinkan pembaca (user/visitor) leluasa dalam memilih berita yang diinginkan. Mereka bisa pindah dengan cepat dari satu berita ke berita lain atau dari satu portal berita ke website lain. Jurnalisme daring memberi kesempatan yang lebih luas kepada para audiens untuk terlibat langsung dalam memilih dan mencari berita yang diinginkannya. ➢ Nonlienarity - tidak linier, dapat disajikan secara acak. Jurnalistik online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca secara berurutan. Pembaca bisa memulai dengan berita terbaru, bahkan bisa mulai dengan berita yang diposting satu-dua tahun lalu. ➢ Storage and retrieval. Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan, terarsipkan, atau terdokumentasikan dan diakses kembali dengan mudah oleh pembaca. Jurnalisme daring memberikan kemudahan bagi audiens untuk menyimpan dan mengakses kembali informasi-informasi yang ada. ➢ Unlimited Space. Ruang tanpa batas. Jurnalistik online relatif tanpa ada batasan jumlah berita atau informasi yang akan dipublikasikan, juga relatif tanpa batasan jumlah huruf dan kata/kalimat. Berbeda dengan media cetak yang dibatasi kolom/halaman atau radio/televisi yang dibatasi durasi (waktu). ➢ Multimedia



Capability.



Kemampuan



multimedia.



Jurnalisme



online



memungkinkan berita disampaikan tidak hanya dalam format teks, tapi juga bisa dilengkapi audio dan video. • Interactivity. Interaktivitas. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca dalam setiap berita, 36



dengan adanya kolom komentar dan/atau fasilitas media sosial yang memungkinan pembaca menyebarkan/membagi (share) berita di akun media sosial. ➢ Immediacy. Kesegeraan, kecepatan. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada pembaca. Internet adalah medium tercepat untuk menyebarkan informasi. James C. Foust dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publishers, 2005).



d. Prinsip Jurnalistik Online Ada 5 Prinsip Dasar Jurnalistik Online yang disingkat BASIC (Brevity, Adaptability, Scannability, Interavctivity, dan Community & Conversations): 1.



Brevity Ringkas dan to the point. Berarti dalam penulisan jurnalisme online harus singkat, padat dan jelas. untuk menyesuaikan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya yang semakin tinggi .Ditujukan agar audience betah membaca. Hal ini sesuai istilah umum komunikasi ‘KISS’, yakni Keep It Short and Simple.



2.



Adaptability adalah penyesuaian diri terhadap teknologi. Teknologi semakin berkembang, seorang jurnalis dituntut untuk mampu beradaptasi di semua kondisi termasuk beradaptasi dengan teknologi baru. wartawan online harus mampu beradaptasi dengan berita multimedia, tidak hanya teks (naskah), tapi juga foto, audio, video, grafis, dll.



3.



Scannabillity Sajian berita harus mudah dipindai atau mudah dibaca di layar monitor. Untuk memudahkan para audiens, situs-situs terkait dengan jurnalisme daring hendaknya memiliki sifat dapat dipindai, agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita



4.



Interactivity Ada interaksi antara admin/wartawan/editor dengan pembaca secara langsung. Komunikasi dari publik kepada jurnalis dalam jurnalisme daring sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Pemirsa (viewer) dibiarkan 37



untuk menjadi pengguna (user). Hal ini sangat penting karena semakin audiens merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan senang membaca berita yang ada. 5.



Community and Conversations Terbentuk komunitas dan forum percakapan antar - pembaca. Media daring memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai penjaring komunitas. Jurnalis juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi.



38



BAB lll PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan Jurnalistik di dunia dalam sejarah Islam bahwa cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia. Dan awal mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Sehingga Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia. Jurnalistik sampai ke Eropa bahkan di Asia termasuk negara Indonesia,di Indonesia sendiri perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda, Jepang, masa revolusi fisik, Demokrasi liberal, masa orde baru, reformasi hingga saat ini . Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, dan Medan Prijaji terbit. Jenis-jenis media seperti media cetak (koran, majalah, brosur, flyer), media elektronik (televisi, radio, film), dan media online. Media online adalah bentuk media baru yang semakin berkembang sekarang, yang bahkan media cetak seperti koran sudah muncul dalam bentuk online. Keuntungan yang ditimbulkan oleh media online sangat membantu dan dapat memperkaya wawasan setra ilmu pengetahuan, akan tetapi di era Informasi saat ini kita harus perlu gatekiper untuk menyaring informasi yang didapat dengan melihat terlebih dahulu apakah informasi yang didapat dari media-media tersebut benar adanya dan dapat dipercaya sehingga informasi yang didapat tidak salah. 39



B. Saran Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.



40



DAFTAR PUSTAKA



Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Efendy, Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011. Djuraid,Husnun N.2007,Panduan Menulis Berita :Edisi Revisi.Malang : UMM h.84 Harahap, Arifin S. 2006. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT Indeks JB Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Pustaka Utama Grafiti. Jakarta, 1996. Masduki.2001.Jurnalistik Radio : Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiaran.Yogyakarta: Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007). h. 188. Riswandi. 2009. Dasar-Dasar Penyiaran.Yogyakarta:Graha Ilmu h.22 Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola. Media Online. (Bandung : Nuansa Cendikia. 2012). h. 14. Suprato, Tommy, Pengantar Teori dan Menjemen Komunikasi, MedPress, Yogyakarta, 2009. T. A. Latief Rousydy, Dasar-dasar Rhetorika Kamunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rimbow, 1989), h.176. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT Grasindo, Jakarta, 2000. https://romeltea.com/jenis-jenis-jurnalistik-berdasarkan-media-cetak-radio-tv-online/ http://novytania.blogspot.com/2012/10/sejarah-jurnalistik-indonesia.html http://homework-uin.blogspot.com/2009/12/sejarah-jurnalistik.html https://www.slideshare.net/mobile/DianaAmeliaBagti/jurnalistik-online-materi-1 41