Tugas Manajemen Keuangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

11. 4 TINGKAT PENGEMBALIAN INTERNAL Ketika memutuskan suatu investasi potensial, akan berguna jika kita mengetahui tingkat pengembalian investasi yang paling mungkin terjadi. IRR (Internal Rate of Return didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang memaksa NPV proyek menjadi sama dengan nol, dimana persamaannya adalah



Untuk proyek S kita, berikut adalah gambaran prosesnya:



Kita mendapatkan satu persamaan dengan satu variabel yang tidak diketahui, IRR, dan kita dapat menghitungnya untuk menemukan IRR. Kita harus menyelesaikan persamaan dengan mencoba satu tigkat diskonto, dan melihat apakah persamaan tersebut memberikan hasil nol, jika tidak, kita coba tingkat diskonto yang lain, dan terus melakukannya sampai kita menemukan tingkat yang akan memaksa persamaan sama dengan nol. Pada tingkat itu lah IRR. Mengapa tingkat diskonto yang menyamakan biaya suatu proyek dengan nilai sekarang arus kasnya memiliki arti khusus? Alasannya sederhana: IRR adalah tingkat pengembalian yang diharapkan proyek. Jika pengembalian ini lebih besar dari biaya dana yang digunakan untuk mendanai proyek tersebut, maka kelebihannya akan diterima oleh pemegang saham perusahaan. Di lain pihak, jika tingkat pengembalian internal lebih kecil dari biaya modaL, maka pemegang saham terpaksa harus menutupi kekurangan yang terjadi, yang dapat menyebabkan harga saham mengalami penurunan. Ini adalah sifat “IMPAS” yang membuat IRR berguna. 11.5 PEBANDINGAN METODE NPV DENGAN IRR



Metode NPV dinilai lebih baik dibandingkan IRR, sehingga kita cenderung hanya menjelaskan NPV, menyatakan bahwa angka tersebut sebaiknya digunakan untuk memilih proyek. Namun, IRR lebih dikenal oleh banyak Eksekutif perusahaan, metode ini sangat luas penggunaannya diberbagai industri, dan mengetahui tingkat pengembalian yang mungkin akan dihasilkan suatu proyek merupakan suatu hal yang berguna. Metode NPV dan IRR juga dapat memberikan rekomendasi yang bertentangan ketika digunakan untuk mengevaluasi proyek – proyek mutually exclusive. Profil NPV Profil Nilai sekarang bersih (Net Present Value Pofile), grafik yang menunjukkan hubungan antara NPV suatu proyek dengan biaya modal, grafik yang memetakan NPV suatu proyek terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung NPV proyek tersebut.



Pada grafik diatas, bahwa biaya modal Nol, NPV hanyalah jumlah arus kas yang belum didiskontokan, atau $300. Nilai ini dipetakan sebagai titik persilangan sumbu vertikal. Ingat kembali bahwa IRR merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV menjadi sama dengan Nol. Jadi, tingkat diskonto dimana garis profil bersilangan dengan sumbu horizontal adalah IRR proyek tersebut. Ketika kita menghubungkan titik titik data, kita akan mendapatkan profil nilai sekarang bersih. Peringkat NPV bergantung pada biaya modal



Figur 11-3, yang menunjukkan profil NPV untuk S maupun L. Perhatikan bahwa IRRs nilainya tetap dan bahwa S memiliki nilai IRR yang lebih tinggi tanpa melihat tingkat biaya modalnya. Namun, NPV akan bervariasi bergantung pada tingkat biaya modal, dan proyek dengan NPV yang lebih tinggi bergantung pada biaya modal aktualnya. Lebih spesifik lagi, L memiliki NPV yang lebih tinggi jika biaya modal dibawah 11,97%, tetapi S memiliki NPV yang lebih tinggi jika biaya modal diatas tingkat



tersebut. Tingkat diskonto di mana garis profil bersilangan, yaitu 11,97%, disebut tingkat persilangan (crossover rate). Perhatikan pula bahwa profile L memiliki garis yang lebih curam, yang menunjukkan bahwa kenaikan biaya modal akan menyebabkan penurunan NPV proyek L yang lebih besar. Untuk melihat mengapa L memiliki sensitivitas yang lebih besar, ingat lah kembali arus kas L diterima lebih lambat dibandingkan S. L merupakan proyek jangka panjang, sementara S merupakan proyek jangka pendek. Selanjutnya, ingat kembali persamaan untuk NPV :



Jadi,



kenaikan



tingkat



diskonto



dua



kali



lipat



hanya



akan



menyebabkan penurunan sebesar 4,5% dalam PV arus kas tahun ke 1, tetapi kenaikan tingkat diskonto yang sama dapat menyebabkan PV dari arus kas tahun ke 20 turun sebesar lebih dari 60%. Jadi, jika arus kas suatu proyek sebagian besar diterima pada tahun – tahun awal, maka NPV-nya tidak akan mengalami penurunan yang cukup besar jika terjadi kenaikan biaya modal, tetapi suatu proyek yang arus kasnya datang belakangan akan mendapat hukuman yang lebih berat oleh biaya modal yang tinggi. Sebagian besar arus kas proyek L datang pada tahun-tahun akhir, sehingga L akan sangat menderita jika biaya modal tinggi, tetapi S tidak akan mendapat pengaruh sebesar itu akibat biaya modal yang tinggi. Jadi, profil NPV proyek L memiliki kelandaian yang lebih curam. PROYEK – PROYEK INDEPENDEN Jika NPV mengatakan diterima, IRR juga akan mengatakan diterima. Untuk melihat mengapa terjadi hal seperti ini, (1) bahwa kriteria IRR untuk penerimaan adalah biaya modal proyek tersebut lebih kecil dari (atau berada disebelah kiri) IRR dan (2) bahwa jika biaya modal kurang dari IRR, maka nilai NPV akan positif. Jadi setiap biaya modal yang nilainya kurang dari 14,49%, proyek S akan dapat diterima oleh kriteria NPV maupun IRR, sementara kedua metode akan menolak proyek jika biaya modal lebih



besar dari 14,49%. Grafik yang sama juga dapat digunakan untuk proyek L, atau proyek – proyek normal lainnya, dan kita tetap akan dapat meraih kesimpulan yang sama. Jadi, untuk proyek – proyek normal, ternyata selalu terbukti bahwa seandainya IRR diterima, maka begitu pula dengan NPV-nya. PROYEK-PROYEK MUTUALLY EXCLUSIVE Seakarang asumsikan bahwa proyek S dan L adalah proyek yang mutually exclusive dibandingkan independen. Catat bahwa sepanjang biaya modal lebih besar daripada tingkat persilangan sebesar 11,97%, maka kedua metode akan merekomendasikan proyek S : NPVs > NPVL dan IRRs > IRRL. Jadi, jika r lebih besar dibandingkan tingkat persilangan, tidak akan terjadi pertentangan karena kedua metode memilih S. Akan tetapi, jika biaya modal lebih rendah dibandingkan tingkat persilangan, akan timbul pertentangan : NPV memberikan L peringkat yang lebih tinggi tetapi IRR memilih S. Aada dua kondisi dasar yang menyebabkan profil NPV bersilangan dan akibatnya menimbulkan pertentangan-pertentangan: 1. Terdapat perbedaan waktu, dimana sebagian besar arus kas dari satu proyek diterima lebih awal sementara sebagian besar arus kas dari proyek yang lain diterima belakangan, seperti yang terjadi pada proyek S dan L. 2. Terdapat perbedaan ukuran (atau skala) proyek, dimana jumlah yang diinvestasikan kedalam satu proyek lebih besar dibandingkan yang lain. Ketika terjadi perbedaan ukuran dan waktu, perusahaan akan memilih jumlah dana yang berbeda untuk diinvestasikan pada beberapa tahun, tergantung proyek mana diantara kedua proyek mutually exclusive itu yang dipilih. Kunci untuk menyelesaikan pertentangan diantara proyek-proyek mutually



exclusive



adalah:



pada



tingkat



pengembalian



berapakah



perusahaan



dapat



menginvestasikan



selisih



arus



kas



yang



akan



diterimanya jika perusahaan memilih proyek yang lebih singkat atau lebih kecil; atau dengan kata lain, pada tingkat berapa perusahaan dapat melakukan reinvestasi? Metode NPV secara tidak langsung berasumsi bahwa tingkat reinvestasi (reinvestment rate) adalah biaya modal, sementara metode IRR berasumsi bahwa tingkat reinvestasi adalah IRR itu sendiri. Ketika kita menghitung nilai sekarang, secara tidak langsung kita berasumsi



bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali dan mereka



akan mendapatkan tingkat bunga yang telah ditentukan, sebesar 1%. Hal ini membawa kita ke satu kesimpulan lain yang amat penting : ketika kita mencari nilai NPV, kita menggunakan WACC sebagai tingkat diskonto, yang artinya bahwa metode NPV secara otomatis berasumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali pada tingkat WACC. Namun, ketika kita menghitung IRR, kita melakukan pendiskontoan pada tingkat tersebut yang menyebabkan NPV menjadi Nol, yang artinya metode IRR berasumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali pada tingkat IRR itu sendiri. Kita sebaiknya mengulang kembali bahwa, ketika proyek – proyek saling independen, metode NPV dan IRR akan memberikan keputusan penerimaan/penolakanyang sama persis. Namun, ketika mengevaluasi proyek – proyek mutually exclusive, terutama proyek yang ukuran dan waktunya berbeda, metode NPV pada umumnya akan lebih unggul.



11.6 IRR BERGANDA IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dengan present value aliran kas keluar. Rumus :



Keputusan investasi:  



IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi diterima IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi ditolak



Suatu proyek dikatakan memiliki arus kas normal jika memiliki satu atau lebih arus kas keluar (biaya) diikuti dengan serangkaian arus kas masuk. Akan tetapi, jika ada satu arus kas keluar terjadisetelah arus kas masuk diterima, yang artinya tanda arus kas berubah dari sekali, maka proyek tersebut dikatakan memiliki arus kas yang tidak normal. Normal



: -+++++



atau ---+++++



Tidak Normal



: -++++-



atau -+++-+++



Jika suatu proyek memiliki arus kas tidak normal, proyek itu dapat memiliki dua atau lebih IRR, atau IRR Berganda ( multiple IRR). Untuk mengilustrasikan masalah ini, kita mengandaikan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan pengembangan satu pertambangan (Proyek M). Tambang tersebut membutuhkan biaya sebesar $1,6 juta, lalu ia akan menghasilkan arus kas sebesar $10 juta pada akhir Tahun ke-1, dan kemudian pada akhir Tahun ke-2, perusahaan harus mengeluarkan uang sebesar $10 juta untuk memulihkan tanah kembali ke kondisi awalnya. Jadi, arus kas bersih proyek yang diharapkan adalah sebagai berikut (dalam jutaan dolar): Arus Kas Bersih yang Diharapkan: Tahun ke-0 = -$1,6 juta Tahun ke-1 = +$10 juta Tahun ke-2 = -$10 juta Kita dapat memasukkan nilai diatas ke dalam persamaan rumus dan kemudian menghitung nilai IRR :



NVP ssama dengan 0 ketika IRR = 25 % ddan ketika IRR = 400%. Jadi Proyrk M memilki IRR sebesar 25% dan yang lain sebesar 400%, dan kita tidak tahu mana yang akan



digunakan. Hubungan ini digambarkan secara nyata dalam provil NVP seperti yang disajikan dalam grafik. Grafik ini dibuat dengan memetakan NPV proyek pada berbagai tingkat diskonto yang berlainan. Kita hanya perlu menggunakan persamaan NPV untuk menghitung, dan menggunakannya untuk mengevaluasi proyek ini. Jika biaya modal Proyek M adalah 10 persen, maka NPV-nya akan sebesar -$0,77 juta, dan proyek tersebut sebaiknya ditolak. Jika r berada diantara 25 dan 400 persen NPV akan positif. Contoh lain dari tingkat pengembalian internal berganda terjadi ketika suatu Bank besar meminjam dana dari suatu perusahaan asuransi dan menggunakan dana tersebut (ditambah investasi awal yang dilakukan sendiri) untuk membelo sejumlah mesin pesawat jet, yang kemudia disewakan kepada suatu maskapai penerbangan besar. Bank berharap akan menerima arus kas positif ( pembayaran sewa dikurangi bunga pinjaman perusahaan asuransi) selama beberapa tahun, kemudian beberapa arus kas negatif dalam jumlah besar ketika perusahaan melunasi pinjaman perusahaan asuransi dan terakhir arus kas masuk dalam jumlah besar dari penjualan mesin ketika masa sewa berakhir. Bank akan menemukan dua angka IRR dan dibuat bimgung mana angka yang benar. Bank tersebut akan mengabaikan IRR dan hanya menggunakan metode NPV. Solusi yang dilakukan oleh bank adalah melakukan perhitungan dan menggunakan “tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi” 11.7 TINGKAT PENGEMBALIAN IMTERNAL YANG DIMODIFIKASI Para manajer ingin mmengeahui tingkat pengembalian yang diharapkan akan diberikan oleh proyek. IRR standar berasumsi bahwa arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat IRR, tetapi hal ini belum tentu benar. Selain itu proyek-proyek dapat memiliki lebih dari satu nilai IRR. Dengan adanya masalah ini, kita dapat menemukan persentase penilaian yang lebih baik dari IRR, yaitu dengan memodifikasi IRR dan mengubahnya menjadi indikator profitabilitas relatif yang lebih baik sekaligus juga terbebas dari masalah IRR berganda. Ukuran yang baru ini disebut tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi (modified internal rate of return-MIRR), dan dinyatakan sebagai berikut PV biaya = PV nilai akhir n



CIFt (1+k)n-1



∑ t=0 n



COFt ∑ ______ t=0 (1+k)t



= (1+MIRR)n



PV BIAYA



=



TV (1+MIRR)n



Disini COF melambangkan arus kas keluar (angka negatif , atau biaya-biaya yang berhubungan dengan proyek) dan CIF melambangkan arus kas masuk (angka positif). Sisi kiri adalah PV dari pengeluaran investasi ketika didiskontokan menggunakan tingkat biaya modal, dan pembilang sisi kanan adalah nilai majemuk arus kas, dengan asumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal. Nilai majemuk arus kas masuk disebut juga nilai akhir atau TV. Tingkat diskonto yang memakssa dari TV menjadi sama dengan piaya PV biaya yang didefenisikan sebagai MIRR. Jika biaya investasi seluruhnya pada t=0, dan jika arus kas masuk dari operasi pertama kali terjadi pada t=1, seperti yang berlaku pada contoh Proyek S dan L, maka kita dapat menggunakan persamaan sebagai berikut ini: Biaya =



= TV (1+MIRR)n



= n ∑ t=0



CIFt (1+k)n-1



(1+MIRR)n Kita dapat mengilustrasikan perhitungan diatas dengan menggunakan Proyek S: 1



2



3



4



5



-1000



500



400



300



100



Arus Kas



Tahun 1 = 500 r 10% = 665,50 Tahun 2 = 400 r 10% = 484,00 Tahun 3 = 300 r 10% = 330,00 Nilai Akhir (TV) 1.579,50



MIRRs = 12,1%



PV of TV NPVs



= 1000 0



Dengan menggunakan arus kas yang diberikan digaris waktu, pertama=tam kita menghitung nilai akhir dengan memajemukkan setiap arus kas masuk pada tingkat biaya modal 10%. Kemudian memasukkan: N



=4



PV = -1000 PMT = 0 FV = 1579,5 Kemudian tekan tombol I/YR untuk mendapatkan MIRRs = 12,1% MIRR memiliki dua keunggulan yang signifikan dibandingkan IRR standar. Pertama, jika IRR standar berasumsi bahwa arus kas dari setiap proyek akan diinvestasikan kembali menggunakan tingkat IRR itu sendiri, naka MIRR berasumsi bahwa arus kas akan diinvestasikan kembali menggunakan tingkat biaya modal. Deperti yang telah dibahas sebelumnya, reinvestasi menggunakan tingkat biaya modal secara umum akan lebih tepat, sehingga MIRR merupakan indikator yang lebih baik dari profitabilitas suatu proyek yang sebenarnya dibandingkan dengan IRR. MIRR juga memecahkan persoalan IRR berganda, tidak akan terdapat lebih dari satu MIRR, dan angka tersebut dapat dibandingkan dengan biaya modal ketika kita memutuskan apakah akan menerima atau menolak proyek. Apakah MIRR sama baiknya dengan NPV untuk menentukan pilihan diantara proyekproyek yang mutually exclusive? Secara umum jawabannya adalah tidak. Jika proyek-proyek tersebut memiliki perbedaan ukuran atau jangka waktu, maka dapat terjadi konflik, dan dalam hal ini NPV menjadi lebih baik karena akan mengarah pada pilihan yang akan memaksimalkan nilai. Kesimpulan kita adalh MIRR lebih unggul daripada IRR standar sebagai indikator tingkat pengembalian suatu proyek “yang sebenarnya”. Namun NPV masih merupaka metode terbaik dalam menentukan pilihan diantara proyek-proyek yang saling bersaing karena memberikan indikasi terbaik dari beberapa besar tambahan nilai yang diberikan oleh masing-masing proyek kepada perusahaan. 1.8



PERIODE PELUNASAN NPV dan IRR merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini, tetapi criteria pemilihan yang pertama adalah periode pelunasan (payback periode). Periode pelunasan (payback periode) adalah lamanya waktu yang dibutukan bagi penghasilan bersih suatu investasi untuk menutupi biaya suatu proyek dari arus kas operasinya.



Rumus: Biaya yang belum Pelunasa n



=



Jumlah tahun sebelum pelunasan penuh



+



dilunasi pada awal tahun Arus kas sepanjang taun



pelunasan penuh Proses perhitungannya akan diawali dengan biaya proyek, dan menambahkan arus kas masuk untuk masing-masing tahun sampai arus kas kumulatif berubah positif. Tahun pelunasan adalah tahun sebelum pelunasan penuh ditambah pecahan yang sama dengan kekurangan pada akir tahun dibagi dengan arus kas sepanjang tahun pemulihan penuh. Sebagai contoh dapat kita lihat pada perhitungan pelunasan berikut: FIGUR 11-5 Perhitungan Pelunasan Proyek S



Tahun 0 Arus kas 21.000 Arus kas Kumulatif 21.000



Pelunasan diskonto S = 2 + 100/300 = Proyek L



1



2



3



4



500



400



300



100



2500



2100



200



300



1



2



3



4



100



300



400



675



2900



2600



2200



475



2,33



Tahun 0 Arus kas 21.000 Arus kas diskonto 21.000



Pelunasan diskonto L = 3 + 200/675 = 3,30 Makin singkat periode pelunasan akan makin baik. Jadi, jika perusahaan meminta pelunasan dalam waktu tiga tahun atau kurang, S akan diterima tetapi L akan ditolak. Jika proyek-proyek tersebut mutually exclusive, maka Sakan memiliki peringkat diatas L karena waktu pelunasannya yang lebih singkat. Periode pelunasan memiliki kelemahan utama: 1. seluruh dolar yang diterima pada tahun-tahun yang berbeda mendapat bobot yang sama-satu dolar pada tahun ke-4 diasumsikan sama berharganya seperti satu dolar pada tahun ke-1 2. Arus kas setelah tahun pelunasan tidak ikut dihitung, berapapun nilainya 3. Berbeda dari NPV, yang memberitahukan kita seberapa besar proyek akan meningkatkan kekayaan pemegang saham, dan IRR, yang memberitahukan kita berapa besar imbal hasil suatu proyek diatas biaya modalnya, periode pelunasan hanya memberitahukan kita kapan kita mendapatkan investasi kita kembali.



Tidak ada hubungan antara pelunasan yang sudah ditentukan dengan memaksimalkan kekayaan investor, sehingga kita tidak tau bagaimana menentukan pelunasan yang “tepat”. Dua tahun, tiga tahun, atau berapapun tahun yang digunakan sebagai batas pelunasan pada dasarnya hanya dibuat berdasarkan pertimbangan subjektif saja. Untuk menjawab kritik yang pertama, para analis mengembangkan pelunasan diskonto (discounted payback). Pelunasan diskonto (discounted payback) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan bagi arus kas suatu investasi yang didiskontokan menggunakan biaya modal investasi, untuk menutupi biayanya. Dimana arus kas pertama-tama didiskontokan menggunkan WACC dan digunakan untuk menghitung tahun pelunasan. Sebagai contoh dapat kita lihat pada perhitungan dibawah: FIGUR 11-6 Perhitungan Pelunasan Diskonto pada Biaya Modal 10% Proyek S



Tahun 0



1



2



3



4



Arus kas -1000



500



400



300



100



Arus kas diskonto -1000



455



331



225



68



-545



-215



11



79



1



2



3



4



100



300



400



675



91



248



301



461



-909



-661



-361



100



Arus kas diskonto kumulatif -1000 Pelunasan diskonto S = 2 + 215/225 = Proyek L



2,95



Tahun 0 Arus kas -1000 Arus kas diskonto -1000 Arus kas diskonto kumulatif -1000



Pelunasan diskonto L = 3 + 361/461 = 3,78 Dari perhitungan pelunasan diskonto untuk S dan L diatas, dengan asumsi keduanya memiliki tingkat biaya modal sebesar 10%. Setiap arus kas masuk dibagi menjadi (1-r) t = (1,10)1, dimana t adalah tahun terjadinya arus kas dan r adalah biaya modal proyek, dan seluruh PV tersebut akan digunakan untuk menghitung pelunasan. Pelunasan diskonto proyek S ternyata sedikit dibawah tiga tahun, sementara L hamper empat tahun. Pelunasan merupakan suatu perhitungan “impas”/”breakeven” dimana artinya jika arus kas masuk pada tingkat yang diharapkan sampai tahun pelunasan, maka proyek tersebut impas. Akan tetapi, karena pelunasan biasa tidak memperhitungkan biaya modal, maka ia sebenarnya tidak benar-benar menentukan tahun kapan proyek akan impas. Pelunasan



diskonto



sebaliknya



memperhitungkan



biaya



modal,



tetapi



masih



tidak



memperhitungkan arus kas setelah tahun pelunasan, yang merupakan suatu kelemahan yang serius. Terlebih lagi tidak ada cara untuk mengetahui seberapa rendah pelunasan seharusnya agar dapat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Meskipun kedua metode pelunasan memiliki kelemahan sebagai criteria penentuan peringkat, keduanya dapat memberikan informasi tentang berapa lama dana harus terikat dalam suatu proyek. Makin singkat periode pelunasan, jika hal lain dianggap konstan, makin besar likuiditas proyek. Faktor ini seringkali penting artinya bagi perusahaanperusahaan kecil yang tidak memiliki akses ke pasar modal. Arus kas yang diharapkan dimasa yang jauh di depan biasanya lebih berisiko dibandingkan arus kas dalam waktu dekat, sehingga periode pelunasan dapat digunakan sebagai suatu indicator risiko. 11.9 KESIMPULAN TENTANG METODE-METODE PENGGANGGARAN MODAL Kita telah membahas lima criteria keputusan penganggaran modal yaitu, NPV, IRR, MIRR, Pelunasan dan Pelunasan diskonto. Kita membandingkan metode-metode ini satu sama lain dan menyorot kekuatan dan kelemahan masing-masing metode. Dalam prosesnya, kita mungkin telah menciptakan kesan bahwa perusahaan-perusahaan yang “canggih” sebaiknya hanya menggunakan satu metode dalam pengambilan keputusan, yaitu NPV. Namun hamper seluruh keputusan penganggaran modal dianalisis oleh computer, sehingga akan mudah untuk menghitung kelima criteria keputusan tersebut. Dalam membuat keputusan untuk menerima/menolak, perusahaan-perusahaan besar dan



canggih



seperti



GE,



Boeing,



dan



Airbus



biasanya



menghitung



dan



mempertimbangkan kelima ukuran, karena masing-masing memberikan informasi yang sedikit berbeda. NPV penting artnya karena memberikan ukuran langsung keuntungan proyek kepada pemegang saham dalam dolar, sehingga kita memandangnya sebagai ukuran profitabilitas terbaik. IRR dan MIRR juga mengukur profitabilitass, tetapi dinyatakan sebagai tingkat persentase pengambilan yang merupakan sesuatu yang menarik bagi para pengambil keputusan. Selanjutnya, IRR dan MIRR mengandung informasi yang berhubungan dengan “margin keselamatan” suatu proyek. Contoh ilustrasi :



Dua proyek, proyek SS (kecil), yang biayanya $10.000 dan diharapkan memberikan pengembalian sebesar $16.500 pada akhir tahun pertama, dan Proyek LL(besar), yang biayanya $100.000 dan memiliki ekspektasi pembayaran sebesar $115.550 setelah satu tahun. SS memiliki IRR dan MIRR yang sangat tinggi, yaitu 65%, sementara IRR dan MIRR LL hanya 15,6% saja. Pada tingkat biaya modal sebesar 10%. NPV SS adalah $5.000 sementara LL adalah $5.045. Dari ilustrasi diatas, berdasarkan aturan NPV, kita akan memilih LL. Akan tetapi, IRR dan MIRR SS menunjukkan proyek tersebut memiliki margin atas kesalahan yang lebih tinggi. Bahkan jika arus kass yang direalisasikan mengalami penurunan sebesar 39% dari ramalan $16.500, perusahaan masih tetap mampu menutupi investasi $10.000. Di lain pihak, jika arus kas masuk LL turun sebesar 13,5% dari $115.550 yang diramalkan, maka perusahaan tidak akan dapat menutupi investasinya. Selanjutnya, jika kedua proyek tidak menghasilkan arus kas sama sekali, perusahaan hanya akan kehilangan $10.000 pada SS namun kehilangan $100.000 jika memilih LL. IRR yang dimodifikasi memiliki seluruh sifat IRR, tetapi metode ini menggunakan asumsi tingkat reinvestasi yang lebih baik, dan juga terhindar dari masalah tingkat pengembalian berganda. Jadi, jika pengambil keputusan ingin mengetahui tingkat pengembalian proyek, MIRR merupakan indicator yang lebih baik daripada IRR standar. Pelunasan dan pelunasan diskonto memberikan indikasi akan likuiditas dan resiko suatu proyek. Pelunasan yang lama berarti dolar yang diinvestasikan akan terikat selama beberapa tahun, sehingga proyek tersebut relative tidak likuid dan juga harus diramalkan jauh ke depan, sehingga proyek tersebut kemungkinan lebih beresiko dibandingkan jika memiliki pelunasan yang lebih pendek. Analogi yang baik untuk hal ini adalah valuasi obligasi. Seorang investor sebaiknya tidak membandingkan imbal hasil sampai jatuh tempo dua obligasi tanpa memperhitungkan persyaratan sampai jatuh temponya karena risiko suatu obligasi sangat dipengaruhi oleh waktu jatuh temponya. Hal yang sama berlaku pula pada proyek-proyek modal. 1.10 PENGGUNAAN KRITERIA KEPUTUSAN DALAM PRAKTIK Selama beberapa tahun ini dlakukan surveiyang dirancang untuk mengetahui criteria mana yang digunakan oleh para manager. Survei yang dilakukan sebelum tahun 1999



meminta perusahaan mengindikasikan kriteria utamanya ( metode yang diberikan bobot terbesar oleh perusahaan tersebut), sementara survey yang terakhir, pada tahun 1999, menanyakan metode atau metode-metode apa yang dihitung dan digunakan oleh para manager. Pertama, criteria NPV tidak mendapat penggunaan yang signifikan sebelum tahuin 1980, tetapi pada tahun 1999 penggunaannya hamper mendekati posisi teratas. Lebih jauh, pembahasan informal dengan perusahaan menunjukkan bahwa jika tersedia data tahun 2005, NPV seharusnya sudah berada di posisi teratas. Kedua metode IRR digunakan secara luas, tetapi pertumbuhannya belakangan ini tidak sedramatisir NPV. Ketiga pelunasan merupakan criteria paling penting 40 tahun yang lalu, namun penggunaan criteria utama telah mengalami penurunan drastis sejak tahun 1980. Perusahaan masih meggunakan pelunasan karena mudah dihitung dan memang dapat memberikan informasi , akan tetapi criteria ini jarang



digunakan sebagai criteria



utama. Keempat, metode ini merupakan penurunan NPV dan /atau IRR, mulai berkurang penggunaanya sebagai criteria utama akibat meningkatnya penggunaan IRR dan NPV pada khususnya. Trend ini atas konsisten dengan evaluasi kita atas berbagai metode. NPV merupakan criteria tunggal yang terbaik, tapi seluruh metode memberikan informasi yang bermanfaat, yang kesemuanya untuk dihitung, digunakan, bersama-sama dengan pertimbangan dan akal sehat.



Metode penganggaran modal dalam praktik DIHITUNG



NPV IRR Pelunasan Pelunasan Diskonto Lain lain Total



KRITERIA UTAMA 1960 1970 1980 0% 0% 15% 20 60 65 35 15 5 NA NA NA 44 25 15 100% 100% 100%



DAN DIGUNAKAN 1999 75% 76 57 29 NA



1.11 PENGGUNAAN TEKNIK PENGANGGARAN MODAL DALAM KONTEKS LAIN Teknik yang telah dikembangkan dapat digunakan dalam membantu manager membuat jenis keputusan yang lain, Salah satunya analis yang berhubungan dengan suatu penggabungan usaha korporasi. Sering kali perusahaan memutuskan untuk megakuisisi perusahaan lain untuk mendapatkan fasilitas produksi dengan biaya yang murah, untuk menigkatkan kapasitas, atau untuk berekspansi ke pasar baru. Analis yang berhubungan dengan penggabungan usaha seperti ini mirip dengan yang dignakan dalam penganggaran modal . JAdi, ketika bank yang kini dikenal dengan Bank of Amerika mulai berekspansi keluar basisnya di California Utara,bank tersbut seringkali menemui pilihan antara membangun fasilitas yang benar-benar baru atau mengtakuisisi bank yang sudah ada. Bank tersebut seringkali memilih untuk mengakuisisi bank lain, dan dalam menentukan pilihan ini, para manager menggunakan tekhnik yang sama seperti yang kita gunakan dalam penganggaran modal. Para manager juga menggunakan tekhnik yang mirip ketika memutuskan apakah akan melakukan penghematan operasi atau menjual asset suatu divisi tertentu. Sama hal nya penganggaran modal, analisis ini seperti ini membutuhkan suatu penilaian tentang apa pengaruh tindakan tersebut pada arus kas perusahaan. Dalam suatu penghematan, perusahaan pada umumnya akan mengeluarkan uang ( atau berinvestasi) untuk membayar pesangon kepada karyaan yang di PHK, tetapi perushaan kemudian akan mendapat manfaat dalam bentuk biaya upah yang lebih rendah dimasa depan. Sehubungan dengan penjualan asset, pola arus kas akan terbalik dari yang terjadi pada umumnya dalam keputusan penganggaran modal-arus kas positif direalisasi di awal, namun perusahaan mengorbankan arus kas dimasa depan yang seharusnyan diterima jika asset tersebut terus digunakan. Jadi, ketika memutuskan apakah masuk akal untuk melepas asset, manager akan membandingkan arus kas yang diterima dengan nilai sekarang dari arus kas masuk yang hilang. Jika nilai sekarang bersih positif, maka penjualan asset tersebut akan meningkatkan nilai pemegang saham. 1.12 POST AUDIT



Salah satu aspek yang penting dalam penganggaran modal adalah post-audit, yang melibatkan: 1. Membandingkan hasil actual dengan hasil yang diramalkan oleh sponsor proyek. 2. Menjelaskan mengapa perbedaan itu terjadi, Misalnya banyak perusahaan meminta divisi opersi mengirimkan laporan bulanan srlama enam bulan pertama setelah suatu proyek beroperasi, dan selanjutnya laporan kuartalan, sampai hasil proyek sesuai dengan yang diharapkan. Setelah itu, laporan tentang operasi akan ditinjau secara berkala seperti operasi-operasi yang lain. Post audit memiliki tujuan untuk: 1. Peramalan yang lebih baik, Ketika pengambil keputusan dipaksa untuk membandingkan



proyeksinya



dengan



hasil



yang



akrual,



akan



timbul



kecendrungan estimasi-estimasi menjadi lebih baik. Bias yng disadari ataupun tidak disadari akan diamati dan dihilangkan, perusahaan akan mecari metode peramalan baru setelah terlihat adanya kebutuhan akan hai itu, jika orang-orang tahu segala tindakan mereka diawasi, mereka cendrung akan mengerjakan segala sesuatu dengan lebih baik, termasuk diantaranya melakukan peramalan. 2. Operasi yang lebih baik, Usaha dijalankan oleh orang, dan orang dapat bekerja pada tingkat efisiensi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ketika suatu tim divisional telah membuat peramalan tentang suatu investasi, maka secara tidak langsung para anggota tim telah mempertaruhkan reputasi mereka. Oleh sebab itu, jika biaya terlbih tinggi dibandingkan tingkat tingkat yang diramalkan, penjualan dibawah ekspetasi, dan seterusnya, maka para eksekutif dibagian produksi, pemasaran dan bagian lain yang akan berusaha nuntuk memperbaiki operasi dan membawa hasil yang sejalan dengan ramalan. Post Audit bukan suatu proses yang sederhana, dan ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi : 1. Kita harus mengakui bahwa setiap unsur dalam ramalan arus kas merupakan subjek dari ketidak pastian, sehingga sebagian diantara seluruh proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan yang sukup agresif mau tidak mau akan mengalami penyimpangan 2. Kedua proyek terkadang gagal untuk memenuhi ekspetasi karena alasan alasan yang tidak diharapkan untuk diantisipasi oleh semua orang secara realistis.



3. Seringkali kita mengalami kesulitan untuk memisahkan hasil operasi dari suatu investasi dengan hasil operasi suatu system yang lebih besar. 4. Seringkali kita sulit menyalahkan atau member pujian karena para eksekutif yang bertanggung jawab untuk meluncurkan suatu investasi tertentu tidak lagi berada ditempat yang sama ketika hasilnya diketahui.