8 0 87 KB
PERBEDAAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BAHARI PADA SAAT MENGGUNAKAN PERAHU LAYAR DAN ALAT PENANGKAPAN IKAN TRADISIONAL DENGAN KEHIDUPAN PADA SAAT TELAH MENGGUNAKAN PERAHU BERMOTOR
Kelautan adalah salah satu sumberdaya pembangunan yang sempat ditinggalkan dan dilupakan dalam laju gerak pembangunan pada masa Orde Baru. Padahal, sebagai negara maritim, potensi sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil sangatlah besar dan berlimpah untuk dikelola secara optimal sehingga bisa memberi dampak multidimensi yang signifikan bagi negara dan bangsa. Potensi sumberdaya kelautan tidak hanya terdiri atas sumberdaya perikanan, tetapi juga pariwisata, perdagangan, perhubungan, dan idustri kelautan. Karena itu, penyangkalan terhadap realisasi potensipotensi
sumberdaya
tersebut
sangat
merugikan
masa
depan
pembangunan. Bahkan ada kesan selama ini bahwa kaum nelayan dan berbagai masalah yang dihadapi mereka di kawasan pesisir di potensikan secara marginal sebagai komunitas yang terpisahkan dan ditinggalkan dari derap pembangunan negeri ini. Seiring dengan perkembangan zaman kita dituntut untuk mengikuti apa yang telah berubah dan menjadi hal yang baru bagi kita. Suatu hal yang mesti kita ikuti adalah hala baru akibat perkembangan zaman yang dapat mempengaruhi kelangsunagn hidup kita. Perkembangan itu tidak hanya dirasakan oleh orang-orang yang berada di lingkungan teknologi tetapi kita yang berada jauh dari itu pasti membutuhkan alat ataupun sesuatu yang modern untuk menunjang dalam aktivitas kita.
Perkembangan zaman tidak hanya pada sisi teknologi, tetapi juga mempengaruhi bidang politik , agama , ekonomi, maupun dari aktivitas kehidupan kita. Banyak hal yang mesti kita rubah dalam diri kita untuk mengikuti arah perkembangan zaman yang terjadi dari waktu ke waktu. Jika
kita
melihat
hubungan
perkembangan
zaman
atau
medernisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Pada saat ini kita
akan
menghubungkan
perkembangan
zaman
yang
terjadi
modernisasi dengan Mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Bahari yang ada di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan karena kita ketahui bahwa daerah Indonesia sebagian besar daerah perairan yang segala aktivitasnya juga dipengaruhi dengan perkembangan zaman yang terjadi. Oleh sebab itu, kita akan mencoba menghubungkan antara perkembangan menangkap
zaman
ikan,
baik
dengan ditinjau
kegiatan dari
para segi
nelayan ekonomi
dalam meliputi
produksi,distribusi, maupun konsumsi, dan hal lain yang menyangkut kegiatan para nelayan.
A. Perbedaan Kehidupan Ekonomi Dalam Unsur Produksi, Distribusi, dan Konsumsi antara Masyarakat Bahari Tradisional dan Modern
Dalam unsur produksi,ada beberapa hal yang mejadi parameter di dalam membandingkan masyarakat bahari tradisional dan modern yaitu sumberdaya alam laut dan statusnya, modal dan pengelolaannya, tenaga kerja,pengetahuan dan keterampilan teknis, dan sistem pengolahan dan pengawetan. Namun secara umum dalam masyarakat bahari tradisional jenis dan jumlah tangkapannya sangat terbatas
karena terbatasnya peralatan dan jangkauan wilayah penangkapan karena tidak bisa menjangkau laut lepas. Sebaliknya masyarakat modern sumberdaya laut yang dieksploitasi sangat bervariasi dan jumlahnya juga jauh lebih banyak. Begitu pula dalam hal modal dan pengelolaannya,masyarakat bahari tradisional memiliki modal yang sedikit dibandingkan dengan masyarakat bahari modern. Pengelolaannya juga lebih sederhana karena kurangnya biaya – biaya operasional. Kemudian tenaga kerja pada
masyarakat
bahari
trdisional
kebanyakan
tidak
memiliki
pengetahuan secara lengkap sesuai dengan ilmu-ilmu kelautan dan perikanan.
Kemudian
sebaliknya
sumber
daya
manusia
pada
masyarakat bahari modern jauh lebih baik karena mereka dibekali dengan ilmu – ilmu tentang kebaharian yang lengkap. Mereka mempunyai keterampilan secara teknis di dalam mengelola hasil lautnya. Selain itu pula kendala yang pasti terjadi pada nelayan tradisional yang masih memakai perahu layar yakni ikan yang ditangkapnya sudah tidak segar lagi karena waktu yang sangat lama untuk menjangkau dermaga untuk dipasarkan. Sedangkan untuk nelayan
dengan
memakai perahu bermotor ikan yang didapt langsung dapat dipasarkan dalam keadaan segar karena waktu yang digunakan untuk sampai ke tempat
pemasaran
relative
sedikit.
Selanjutnya
dalam
sistem
pengolahan dan pengawetan, pada dasarnya keduanya hampir sama yaitu teknik pengeringan, penggaraman,pengasapan,pindang dan lainlain. Dalam sistem distribusi atau pemasaran, baik masyarakat tradisisonal maupun modern keduanya tergantung secara mutlak pada pasar, baik untuk keperluan penjualan hasil tangkapan maupun bagi perolehan modal dan berbagai jenis kebutuhan lainnya.Dalam sistem
distribusinya,
masyarakat
bahari
tradisional
mengalami
kendala
terutama kurangnya fasilitas berupa kapal yang bisa mendistribusikan ikan dan hasil laut lainnya.Disamping itu,jangkauan distribusi hasil laut pada masyarakat bahari tradisional juga hanya dalam wilayah yang berdekatan
serta
bisa
dijangkau
oleh
kapal
layar.Sedangkan
masyarakat yang menggunakan kapal motor menggunakan fasilitas yang lebih lengkap dan canggih dalam distribusinya sehingga pendistribusiannya bukan hanya di daerahnya sendiri melainkan juga di daerah
lain bahkan
diekspor ke Negara-negara
lain sehingga
pendapatannya juga lebih besar dibandingkan dengan masyarakat bahari tradisional. Seperti halnya dalam sistem produksi dan distribusi, dalam sistem konsumsi baik masyarakat bahari tradisional maupun modern menjual hasil tangkapannya lalu kemudian digunakan untuk kebutuhan sendiri atau di jual kemudian hasinya digunakan untuk membeli kebutuhan lain sesuai skala prioritas terutama sandang, pangan, papan, perabot rumah tangga, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.Perbedaannya mungkin hanya perbedaan tingkat kebutuhan dan pendapatan karena biasanya masyarakat bahari modern lebih mapan daripada masyarakat bahari tradisional sehingga tingkat konsumsinya juga lebih tinggi.
B.
Perbedaan Kelembagaan Sosial antara Masyarakat Bahari Tradisional dan Modern. Di
dalam
buku
panduan
dijelaskan
bahwa
kelembagaan
merupakan kesatuan organisasi dalam berbagai bidang kegiatan yang diwadahi oleh suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Kelembagaan sesungguhnya tumbuh dan berkembang dalam setiap usur kebudayaan atau bidang kehidupan manusia. Kelembagaan
karena itu, tidak lain dari subunsur-subunsur dari setiap unsur kebudayaan itu sendiri yang mengandung ketiga wujud kognitif atau ideasional, lembaga atau organisasi social, dan praktik terpola yang melibatkan penggunaan sarana – prasarana atau teknologi. Dalam konteks budaya bahari yang modern atau tradisional, kelembagaan terpusat pada unsur ekonomi, terutama perikanan dan pelayaran. Kelembagaan
masyarakat bahari tradisional di Indonesia
ada 4 macam yaitu kelembagaan kekerabatan,agama dan kepercayaan, politik, dan kelembagaan seni.Tetapi secara umum dalam sektor perikanan pada masyarakat bahari tradisional yang paling menonjol adalah kelembagaan dalam sektor ekonomi. Kelembagaan sosial masyarakat bahari tradisional tercermin pada sistem kelembagaan lokal pada tiap daerah yang berbeda-beda di Indonesia yang semuanya adalah warisan dari kebudayaan masa lalu misalnya kelembagaan Ponggwa–Sawi di Sulawesi Selatan, Rekrut kuli jala di Buton,serta pengelolaan uang dan dibodibo di Ternate. Ponggawa sawi merupakan suatu sistem kelembagaan yang mana pemilik modal
memegang kendali suatu usaha kemudian dia
mempekerjakan para nelayan lain dan hasilnya sebagian besar diambil oleh pemilik modal tersebut. Selanjutnya rekrut kuli jala merupakan tolong menolong antara pengusaha perikanan tongkol dan para anak buah
kapal
yang
perbekalan,kondisi
menganggur cuaca
karena
buruk,
atau
kapalnya
didok,habis
karena
faktor-faktor
lainnya.Kemudian pengelolaan uang dan dibodibo di ternate merupakan pengelolaan wanita
uang penghasilan secara efisien serta perlibatan kaum
dalam
pemasaran
tangkapan
dengan
modal
kepercayaan,kekerabatan, maupun pertemanan.Sedangkan kehidupan kelembagaan masyarakat bahari modern tergantung pada keperluan masyarakat
dalam
mempermudah
usaha.Perbedaannya
hanya
menyangkut masalah pengelolaannya dimana masyarakat bahari modern yang lebih lengkap.Biasanya mereka mempunyai koperasikoperasi nelayan.
C. Perbedaan Sistem Pengetahuan dan Kepercayaan antara Masyarakat bahari Tradisional dan Modern Sistem
pengetahuan
masyarakat
bahari
tradisional
masih
tergantung pada kondisi alam misalnya musim,cuaca, suhu,kilat, dan lain-lain.Tiap daerah mempunyai sistem pengetahuan yang berbedabeda. Misalnya dalam menangkap ikan ketika tidak ada cahaya bulan mereka menggunakan lampu petromaks sehingga ikan dengan mudah dijaring .contoh lainnya ketika menentukan arah pelayaran mereka masih berdasarkan pada rasi bintang atau petuntuk alam yang lainnya. Sedangkan sistem pengetahuan masyarakat bahari modern ada beberapa kesamaan namun sedikit lebih berkembang menggunakan teknik penangkapan yang canggih menggunakan pukat yang lebih lebar dan kuat dan penujuk arahnya
menggunakan kompas.Kemudian
biasanya juga terdapat beberapa orang yang ahli mesin kapal. Adapun sistem kepercayaan masyarakat bahari tradisional masih mempercayai ritual-ritual khusus dan mitos-mitos sebagai perwujudan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa seperti memberikan sesajen untuk penghuni laut agar hasil tangkapannya melimpah dan diberikan keselamatan selama mencari ikan. Sedangkan masyarakat bahari modern kepercayaannya terhadap mitos mulai berkurang karena mereka lebih mengandalkan kemampuan sendiri.
D. Perbedaan Hubungan Kekeluargaan/Kekerabatan antara Masyarakat Bahari Tradisional Dan Modern Sistem kekeluargaan masyarakat bahari tradisional masih menjunjung tinggi sistem kekerabatannya yaitu hubungan bersifat matrilineal,
hubungan
berdasarkan
persepupuan,dan
hubungan
berdasarkan jarak rumah.Sedangkan pada nelayan modern sebagian tidak menerapkan lagi sistem kekerabatan seperti pada nelayan tradisional karena dalam suatu kelompok nelayan modern terdapat beberapa nelayan yang tidak memiliki hubungan kekerabatan sebab daya jangkau perahu nelayan modern bisa menjangkau daerah lain sehingga memungkinkan adanya kerjasama antar nelayan.
SUMBANGSIH YANG DAPAT KAMI BERIKAN DENGAN DISIPLIN ILMU KETEKNIKSIPILAN KEPADA MASYARAKAT BAHARI
Didalam dunia ketekniksipilan banyak hal yang dapat kita ketahui tentang bagaimana cara membangun sesuatu yang dapat digunakan oleh manusia untuk menunjang kegiatannya sehari- hari. Sebagai seorang Civil Engineering, banyak hal yang dapat kami beriakan sebagai suatu sumbangsih kepada masyarakat bahari. Hal yang paling nyata yang dapat kami berikan yakni pembangunan sebuah dermaga sebagai tempat aktivitas para nelayan dalam menangkap ikan maupun distribusi hasil tangkapannya. Namun dalam hal pembangunan dermaga diperlukan banyak ketelitian
untuk
menyelesaikannnya,
dengan
mempertimbangkan
pasang surut air laut. Hal ini juga dipelajari dalam dunia ketekniksipilan tentang ilmu ukur tanah dimana di dalamnya dapat diketahui cara membangun dermaga dengan memperhatikan pasang surut air laut. Apabila hal ini telah dilakukan maka kegiatan nelayan tidak akan terganggu meskipun air pasang ataupun air laut yang surut. Pada dasarnya dunia ketekniksipilan sangat berpengaruh pada semua aktivitas manusia. Contoh nyata yang dapat kami berikan yakni membuat
alat pemecah gelombang yang dapat digunakan untuk
melindungi hutan mangrove atau tanaman bakau serta pemukiman penduduk yang ada disekitar pantai.
Oleh karena itu kami sebagai seorang civil Enginering sangat memperhatikan sebuah perkembangan yang perlu dilakukan dalam sebuah daerah demi membantu kelancaran aktivitas para masyarakat khususnya masyarakat bahari yang sangat perlu dengan sebuah perkembangan khususnya dalam bidang ketekniksipilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lampe, munsi . 2009.Wawasan Sosial Budaya Bahari . Makassar : Universitas Hasanuddin. 2. Syurkono.2008.Ilmu Teknik Sipil.Bandung:Institut Teknologi Bandung. 3. www.google.com