Tugas Refleksi Film [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS REFLEKSI FILM SALMA THALIA P / 2016420118 PANCASILA – M Judul Film : ? (Tanda Tanya) “Tanda Tanya” merupakan film drama Indonesia yang mengangkat tema pluralisme agama di Indonesia. Seperti konflik antar agama atau keyakinan yang sering terjadi di Indonesia. Pada film ini, terdapat tokoh tokoh yang memiliki tiga agama yang berbeda. Yaitu Buddha, Muslim, dan Katolik. Ketiga nya berdasarkan dari keluarga yang berbeda-beda. Untuk memperjelas refleksi yang akan saya tuliskan, sebelumnya saya akan menguraikan secara singkat tentang tokoh yang terlibat, diantaranya: -



Menuk: wanita, muslim yang taat beribadah, bekerja di restaurant Cina milik seorang Tionghoa (Tan Kat Sun)



-



Soleh: suami Menuk, muslim. Awalnya pengangguran, hingga menjadi anggota Banser NU (organisasi perkumpulan islam)



-



Surya: pria, muslim, seorang aktor yang gagal, pacarnya Rika



-



Rika: janda, beranak satu, berpindah agama menjadi Katolik, pacarnya Surya, sahabatnya Menuk



-



Tan Kat Sun: pria Tionghoa, beragama Kong Hu Chu, pemilik restaurant cina



-



Hendra: pria, anak dari Tan Kat Sun, beragama Kong Hu Chu, jatuh cinta kepada Menuk



Menurut saya, film ini memperlihatkan kepada kita bahwa sebenarnya semua agama yang ada di Indonesia tetap bisa bersatu. Bukan berarti berbeda agama, tidak bisa berteman atau bekerjasama satu sama lain. Hal ini sangat terkait dengan pasal ketiga dalam Pancasila “Persatuan Indonesia”. Yang menjelaskan bahwa sebagai warga negara Indonesia, meskipun berbeda-beda agama, keyakinan, dan suku, tetapi tetap terikat dalam makna Bhinneka Tunggal Ika. Berikut akan saya jelaskan poin-poin yang terkait dengan respon yang saya sebutkan terhadap film ini. Pertama, pada film ini, semua tokoh-tokoh utama disatukan dan dipertemukan untuk bekerjasama pada saat sebuah gereja Katolik sedang merayakan malam Jumat Agung. Pada



saat itu, di gereja diadakan pertunjukan drama yang memperlihatkan Yesus yang sengsara ketika disalib. Saat itu, Surya memerankan Yesus. Meskipun awalnya ia ragu, tetapi setelah berbicara dengan seorang ustad akhirnya dia merasa bahwa memerankan Yesus tidak menjadikan ia sebagai seorang muslim yang tidak baik. Selain itu, Hendra dan Menuk juga hadir di gereja tersebut untuk menyediakan konsumsi bagi para petugas drama. Hendra dan Menuk yang beragama islam pun tidak keberatan untuk membantu, meskipun tempaknya di gereja. Toleransi antar umat agama juga terjadi, terlihat dari adegan di gereja ini saat acara nya dijaga oleh keamanan dari Banser NU. Dan Soleh menjadi salah satu anggotanya. Menurut saya, film ini mengingatkan kita bahwa, kita dapat membantu dan bekerja sesuai niat baik kita, kepada siapapun orang yang ingin kita bantu. Tidak seharusnya kita memilih-milih orang yang ingin kita bantu dengan melihat agamanya. Hal ini yang kemudian akan mempersatukan warga Indonesia, jika kita memegang erat dan memehami Pancasila. Realitasnya, dalam negara Indonesia sekarang jarang sekali melihat orang-orang yang berbeda agama saling membantu dalam sebuah acara perayaan agama. Bahkan kasu-kasus mengganggu perayaan agama pernah terjadi di Indoenesia. Contohnya, kasus pembubaran kebaktian Natal di Sabuga, Bandung pada akhir tahun 2016 yang lalu. Terlihat bahwa saat ini rasa toleransi antar umat beragama semakin berkurang. Kedua, toleransi antar agama terlihat juga dalam film ini ketika Tan Kat Sun sebagai pemimpin restaurant Cina yang ia punya. Ia sangat menjujung tinggi toleransi agama. Sebagian besar karyawannya beragama islam. Ia selalu memberikan waktu kepada karyawannya untuk beribadah shalat. Selain itu, ia juga memisahkan alat-alat dapur untuk makanan yang mengandung babi dan tidak mengandung babi. Tidak hanya itu, Tan Kat Sun juga selalu memberikan penghormatan kepada umat muslim ketika sedang Hari Raya Idul Fitri, ia selalu menutup restaurant nya saat itu, dan mempersilakan karyawan nya untuk tidak bekerja. Realitanya,



sekarang



masih



cukup



banyak



perusahaan-perusahaan



yang



mempekerjakan karyawannya yang berbeda agama. Namun, belum semua perusahaan memberikan toleransi agama. Seperti contohnya yang saya ketahui, Paman saya bekerja menjadi salah satu staff hotel yang dimiliki oleh orang asing, di Bandung. Namun, saat perayaan Idul Fitri ia tidak mendapatkan hak nya untuk mengambil cuti satu hari pun.



Menurut saya, jika pemilik perusahaan nya menjalani toleransi agama, tentunya paman saya akan diijinkan cuti, dan ia akan segera mencari pengganti pekerja lain yang tidak merayakan Idul Fitri. Hal ketiga yang menjadi poin pada film ini adalah pengorbanan Soleh, seorang muslim. Ketika Soleh menjadi anggota keamanan yang sedang berjaga di Gereja saat perayaan Jumat Agung, ia menemukan bom yang dipasang di gereja tersebut dan tidak lama akan meledak. Kemudian, Soleh mengambil bom tersebut dan membawanya jauh keluar dari gereja demi meyelamatkan ratusan umat Katolik yang berada di Gereja tersebut. Saat Soleh sudah sampai di tempat yang cukup jauh dari Gereja, kemudian bom tersebut meledak dan menewaskan Soleh. Kemudian saat perayaan tahun baru 2011, semua warga Semarang dengan berbagai macam agama dan etnis berkumpul bersama di sebuah pasar, yang kemudian pasar ini diubah namanya menjadi Pasar Soleh, sebagai mengenang jasa sang pahlawan yang berhasil menyatukan semua warga Semarang. Realitanya, benar terjadi, ternyata adegan tersebut diangkat dari kisah nyata di Mojokerto. Seorang Banser bernama Riyanto yang tewas pada saat ledakan bom di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 2000. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat mengharukan. Mungkin, sampai sekarang juga ada orang-orang yang rela berkorban demi agama lain, tanpa kita ketahui. Pada intinya, Film ini berhasil menyampaikan pesan moral kepada penontonnya. Yaitu tentang kerukunan antar umat beragama yang sangat dibutuhkan negara Indonesia untuk menjadi lebih maju. Film ini menyampaikan dan mengingatkan bahwa dahulu, Indonesia memiliki sifat toleransi agama yang lebih baik dari sekarang. Film ini mengingatkan kita bahwa Tuhan yang kita percayai masing-masing memang berbeda, tetapi tentunya mengajarkan hal yang sama yaitu tidak memngajarkan kepada kita tentang kebencian, permusuhan, dan kekerasan. Salah satu perkataan yang saya kutip dari film ini adalah “Tuhan mengajarkan cinta melalui agama yang berbeda-beda” –Menuk. Dengan mempersatukan agama yang berbedaeda di negara Indonesia, secara tidak langsung, Tuhan mengajarkan kita tentang cinta, kasih, dan sayang. Dengan meningkatkan rasa toleransi beragama di Indonesia, maka akan terjalin persatuan yang lebih erat lagi.