TUGAS#2 Political Public Relations and Strategic Framing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN HUBUNGAN MEDIA Tugas #2 : Rangkuman ‘Political Public Relations and Strategic Framing’ Cahyo Wibowo 218121035 Corporate Communication Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina __________________________________________________________________________



Strategi Pembingkaian Pembingkaian memfasilitasi atau membangun komunikasi dengan membentuk persepsi dan meletakkan konteks dalam memproses informasi politik atau lainnya. Strategi pembingkaian sering dianalogikan dengan bingkai pada foto atau lukisan, yang membuat perhatian tertuju pada objek di dalam bingkai tersebut.



Tiga Level Pembingkaian dan Analisis Pembingkaian muncul dari kebutuhan untuk menyederhanakan dan mengirim pesan melalui telegram di lingkungan informasi yang sangat kompetitif saat itu. Pembingkaian adalah alat kognitif yang digunakan oleh seseorang atau beberapa orang untuk membangun, menyampaikan, menafsirkan, atau mengevaluasi informasi. Pembingkaian bisa dibagi menjadi 3 kategori, yaitu pembingkaian oleh sumber, pembingkaian oleh perantara, dan pembingkaian oleh penerima pesan atau khalayak. Framing juga harus dibedakan dari efek atau hasil (Scheufele, 1999). Hasil pembingkaian dapat diukur pada tingkat analisis mikro (individu) dan makro (masyarakat) yang sesuai. Hasil pembingkaian juga dapat diperiksa dari perspektif kognitif, konstruktivis, dan kritis (Van Gorp, 2007).



Seven Application of Framing in Political Communication Pada awal abad ke-21, framing terus ditelaah dalam berbagai konteks, termasuk dalam pemikiran strategis (Sloan, 2006), pengambilan keputusan (Beach & Connolly, 2005), manajemen (Fairhurst & Sarr, 1996), dan argumentasi (Ensink & Sauer, 2003; Kuypers, 2009; Simon, 2001; Watkins, Edwards, & Thakar, 2001). 1



7 tipologi pendekatan framing yang mungkin digunakan oleh komunikator politik adalah; 1) Framing of Situations, 2) Framing of Attributes, 3) Framing of Risk, 4) Framing of Arguments Supporting Actions, 5) Framing of Issues, 6) Framing of Responsibility, dan 7) Framing of Stories (Including News Framing) Dari paparan di atas, jelas bahwa pembingkaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi politik dan hubungan masyarakat politik dalam setidaknya tujuh konteks. Komunikator politik membingkai situasi, atribut, risiko, pendukung argumen, masalah, tanggung jawab, dan membangun cerita. Gagasan sentral yang menghubungkan masingmasing model pembingkaian ini adalah kontekstualisasi. Menerapkan Framing Dalam Komunikasi Politik Komunikator politik dapat menganalisis dampak pembingkaian sebagai bagian dari penelitian yang telah mereka lakukan untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri. Pembingkaian Politik dan Media Alternatif Saat ini, praktisi humas dan komunikator politik perlu berpikir lagi tentang pembingkaian dalam berbagai cara, tidak hanya dalam konteks masalah dan pembingkaian berita. Itu karena PR politik dan komunikasi politik terjadi dalam berbagai konteks dan menggunakan berbagai media (Hallahan, 2010b). Secara khusus, munculnya media interaktif baru membutuhkan ide baru tentang pembingkaian untuk media alternatif. Pembingkaian dan Hubungan Politik Jika tujuan public relations politik adalah untuk membangun dan memelihara hubungan politik yang saling menguntungkan, seperti yang disarankan oleh Strömbäck dan Kiousis, maka pembingkaian pesan yang jelas adalah alat penting dalam proses tersebut.



2



Konsep Framing dan Fenomena Sosial/Komunikasi



Siti Aisyah, terdakwa pembunuhan Kim Jong Nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jon Un, dibebaskan Pengadilan Malaysia setelah Jaksa Penuntut mencabut berkas dakwaan. Dari segi hukum, pencabutan berkas dakwaan karena kurang atau tidak adanya alat bukti adalah hal yang wajar. Namun penulis melihat, kasus ini juga dijadikan pembingkaian oleh media (Kompas) untuk menggambarkan keberhasilan diplomasi Indonesia terhadap Malaysia. Hal ini sulit untuk tidak dikaitkan dengan dinamika politik yang sedang berlangsung, walau masih perlu penelitian lanjutan tentang itu. Dalam pembingkain ini, “pahlawan” nya adalah pemerintah Indonesia (Joko Widodo), alihalih memberitakan fakta-fakta hukum yang sebenarnya, seperti yang lazim digunakan untuk memberitakan sebuah peristiwa hukum.



3