7 0 155 KB
PROPOSAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL “Obat Tetes Mata untuk Iritasi Mata”
Di susun oleh: Nama
:
1. Muhammad Iswahyudhi
(2015210153)
2. Octavia Cahayu Chandra
(2015210183)
3. Pratami Desya Junaedi
(2015210191)
4. Rezki Triani Sakirman
(2015210203)
5. Rifani Fauzia Wilton
(2015210205)
6. Satya Sanjaya
(2015210218)
Kelas
:
C-1
Kelompok
:
3
Tanggal praktikum :
21 Maret 2018
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2018
I.
TUGAS Membuat sediaan OTM (Obat Tetes Mata) untuk Iritasi Mata
II.
PENDAHULUAN Iritasi mata atau mata merah dalam istilah medis disebut konjungtivitis. Penyakit ini sangat menular dan penyebarannya sangat menular dan penyebarannya sangat cepat. Penyebab mata merah ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, dan alergi. Pengobatannya dapat berupa tetes mata. Bila hanya karena iritasi mata ringan, maka pengobatannya adalah tetes mata yang ringan saja seperti yang dijual bebas. (Irianto, hal 397) Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaan mata. Sediaan untuk mata meskipun tidak dimasukkan ke dalam rongga bagian dalam tubuh, ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap kontaminasi. Oleh karena itu dibutuhkan standar sejenis sediaan untuk sediaan obat mata (Lachman hal 1292) Zink sulfat merupakan zat aktif yang digunakan dalam percoban yang mempunyai efek terapi dalam pengobatan inflamasi kronik pada kornea konjugtivitas.Zink sulfat merupakan salah satu obat yang dapat digunakan sebagai astringen untuk meredakan iritasi ringan pada mata sesaat, juga digunakan dalam pegobatan konjungtivitis sudut yang disebabkan oleh Moraxella lacunata,selain itu juga menunjukan aktivitas sebagai antiseptik lemah dengan konsentrasi 0,25%.(Martindale 28th hal 945) Larutan obat mata digunakan dengan cara tetesan, dikemas dalam wadah gelas atau plastik yang memiliki penetes. Larutan mata yang dikemas dengan penetes yang tetap tidak mudah mendapatkan pencemaran dari udara, dari pada botol jenis sekrup yang harus dibuka dan penetesnya harus dilepas ketika mau meggunakannnya, dengan ini sterilitas larutan obat mata dapat terjaga dengan baik. Bahan pengemas suatu larutan obat mata yaitu wadah pengemas yang tidak mengganggu stabilitas dan kemanjuran preparat. (Ansel hal 553) Cara pemakaian larutan obat mata dengan diteteskan pada mata atau sekeliling jaringan dengan penetes. Alat penetes harus dipegang diatas mata dengan tangan lainya, pasien menarik kelopak bawah mata ke arah bawah kemudian obat diteteskan pada mata sambil melihat keatas. Pasien harus tetap diam selama kurang lebih 30 detik sambil matanya tetap dalam keadaan terbuka. Setelah
penetes dipasang, pasien harus diperintahkan untuk tidak menutup mata rapatrapat atau berkedip-kedip lebih sering dari biasanya (yang dapat menyebabkan hilangnya obat dari mata).(Ansel hal 554) III. FARMASETIKA A. Preformulasi
BAHAN Zink Sulfat
SIFAT FISIKA - KIMIA
KEGUNAAN
DOSIS
/ KHASIAT
CARA
PUSTAKA/
STERILISA
LITERATU R FI V hal
Pemerian : Hablur transparan
Mengobati
0,25%
SI Autoklaf /
atau jarum-jarum kecil:serbuk
iritasi ringan
(Martindale
Filtrasi
1333-1334,
hablur atau butir,tidak
mata,meredaka
28 hal 945)
berbau,larutan memberikan
n inflamasi
Martindale
Martindale
reaksi asam terhadap lakmus
pada kornea
28 hal 945
28 hal 945
0.25-0,5%
Autoklaf
Handbook
Handbook
Handbook of
of
of
Pharmaceuti
Pharmaceut
Pharmaceut
cal exipient
ical
baik pada ph kurang dari 5
ical exipient
Edisi 6 hal
exipientEdis
Stabilitas: Sebagian besar
Edisi 6 hal
490
i 6 hal 490
phenylethyl alcohol stabil,
490
Ekivalen:
Kelarutan : Sangat mudah larut pada
0,15
dalam air (larutdalam 1 :
(Sprowls hal
konjungtivitas
kurang dari 1 bagian air)
190)
pH : 5,8-6,2 Stabilitas : Simpan pada wadah tertutup rapat dengan temperatur tidak lebih dari 400C Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan kedap udara OTT : Timah, kalsium, garam stronium, boraks, alkali karbonat dan hidroksid, protein perak dan tanin. Phenylethyl Pemerian: hablur tidak Alkohol berwarna atau putih. Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air PH: aktivitasnya
Pengawet Handbook of Pharmaceutic al exipient Edisi 6 hal 490
tetapi mudah menguap dan sensitiv terhadap cahaya dan bahan yang mengoksidasi. OTT: oksidasi agent, protein contohnya serum, phenylethyl alkohol secara parsial NaCl
menonaktifkan polysorbat. Pemerian: Serbuk kristal putih, atau kristal tidak berwarna, rasa asin. Kelarutan: Larut dalam
Zat
Untuk
Autoklaf atau
pengisotonis
menghasilka
filtrasi
DI 2003 halaman 2498
n larutan
Handbook of
isotonis pada
Pharmaceuti
sediaan tetes
cal exipient
mata ≤0,9%
Edisi 6 hal
air,Larut dalam air mendidih. PH:4.5-7.0 Penyimpanan:Dalam wadah
Aqua
Pengertian : Air untuk injeksi
Pelarut/
Autoklaf
proinjeksi
yang disterilkan dan dikemas
pembawa
Farmakope
dengan cara yang sesuai, tidak
Handbook of Pharmaceutic al exipient Edisi 6 hal 766
Indonesia V
mikroba atau bahan tambahan lainnya. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Stabilitas : Stabil dalam es, cairan, dan uap air Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik, tidak lebih dari 1 liter.
Handbook of Pharmaceut ical exipient Edisi 6 hal 637
639
tertutup baik
mengandung bahan anti
FI V hal 917-918
hal 64
Farmakope Indonesia V hal 64 Handbook of Pharmaceut ical exipient Edisi 6 hal 766
B. Teknologi Farmasi Persyaratan formulasi preparat obat mata dengan zat aktif yang stabil secara terapetis perlu membutuhkan: (Voight hal 522,Lachman hal 1317, Ansel hal 540-541) 1. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang) 2. Tonisitas 3. Pengawet (multiple dose) 4. Steril atau bebas dari kontaminasi kimia, fisika (partikel), dan mikroba 5. Stabilitas (antioksidan yang sesuai dengan bahan yang digunakan agar sediaan yang dibuat dalam keadaan isotonis) 6. Viskositas 7. Kemurnian bahan yang tinggi 8. Dapar sebagai pengaturan harga pH optimal Sterilitas merupakan persyaratan paling penting. Larutan oftalmik yang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung bermacam organisme, dan yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menimbulkan kebutaan. Oleh sebab itu, sangat berbahaya untuk meneteskan produk tidak steril ke dalam mata apabila kornea mengalami pengikisan, misalnya Karena penggosokan mata. Partikel partikulat dapat merangsang mata, menyebabkan rasa kurang menyenangkan kepada pasien, dan kerena itu perlu dieliminasi (kecuali sediaan suspensi). (Goeswin Agoes hal. 253) Air mata manusia normal mempunyai pH 7.2 dengan kapasitas dapar yang bagus tergantung dari sensitivitas kornea, larutan tanpa dapar dengan pH antara 3.5 – 10.5 biasanya dapat di toleransi dengan sedikit ketidaknyamanan. Di luar dari rentang pH ini biasanya terjadi iritasi mata dan meningkatkan induksi lakrimasi, biasanya dengan larutan alkali. Idealnya, tetes mata di formulasi dengan pH psikologi tetapi dalam pembuatan kelarutan obat ataupertimbangan stabilitas seringnya penyimpang dari kondisi ideal.(Codex edisi 12 hal. 163) Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan
dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi hingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara. Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu data dilakukan karena pada pH 7.4 banyak obat yang tidk laut dalam air. Selain itu banyak obat yang tidak stabil pada pH 7.4. Dalam beberapa hal, pH dapat berkisar antara 3.5 dan 8.5. (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 13) 1. Persyaratan Dalam memformulasikan sediaan untuk mata, baik secara industri maupun “extemporer”, perlu diperhatikan sejumlah faktor, seperti tipe sediaan dan cara penggunaannya, aktivitas dan stabilitas bahan aktif obat, pengaturan tonisitas, pilihan metode sterilisasi, dan pengemasan untuk sediaan obat mata yang dibuat. (Goeswin Agoes hal. 253) 2. Tonisitas Air mata dan cairan tubuh lainnya menunjukkan tekanan osmotik setara dengan larutan garam normal 0,9% NaCl. Mata dapat mentoleransi larutan dengan rentang nilai tonisitas ekivalen dengan 0,5% sampai 1,6% larutan natrium klorida tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman. Tonisitas larutan pencuci mata lebih penting daripada tetes mata Karena volume larutan yang digunakan pada pencucian lebih besar (banyak).Pada pembuatan larutan oftalmik, tonisitas dari larutan dapat disesuaikan (diatur) setara dengan cairan lakrimal dengan cara penambahan solut yang sesuai, seperti natrium klorida. Jika tekanan osmotik dari obat diperlukan berada pada konsentrasi yang melebihi kesetaraan osmotik cairan mata, maka tidak ada yang dapat dilakukan karena larutan bersifat hipertonis. Untuk larutan hipotonik, dapat dibuat isotonik dengan menghitung zat tambahan yang diperlukan. (Goeswin Agoes hal. 254) Untuk meminimalisir iritasi pada jaringan yang sensitive di mata, larutan optalmik seharusnya memiliki isotonik ideal dengan sekresi lakrimal, secara teoritis obat tetes mata memiliki tonisitas yang ekuivalen dengan 0.9% larutan NaCl. Dalam prakteknya, mata biasanya ditoleransi dengan rentang lebar pada tonisitas dan obat tetes mata normalnya bisa diterima jika tonisitasnya berada pada rentang ekuivalen 0.7% dan 1.5% NaCl. (Codex edisi 12 hal. 163)
Nilai isitonisitas cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan NaCl P 0.9%. secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setaradengan larutan NaCl P 0.6% dan tertinggi setara dengan larutan NaCl P 2.0% tanpa gangguan nyata. (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 13) 3. Pengawet Pada sediaan larutan oftalmik, kontaminan yang berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Tidak ada pengawet atau campuran pengawet yang dijamin dapat bekerja secara efektif terhadap semua bentuk Pseudomonas. Pengawet yang digunakan khlorbutanol (1:200). Pengawet tersebut stabil pada pH 5-6, dan hanya digunakan dalam larutan rentang pH ini. (Goeswin Agoes hal. 256) 4. Kemasan Larutan oftalmik yang dibuat ekstemporan dapat dikemas baik dalam botol polietilen berpentes maupun botol gelas berpenetes. Untuk menjaga sterilitas larutan, kontener harus steril. Kontener polietilen disterilkan dengan gas etilen oksid (belakangan secara sterilisasi penyinaran), sedangkan pengemas berupa botol gelas dan asesorinya disterilkan dengan cara dibungkus dan disterilkan dengan autoklaf. (Goeswin Agoes hal. 257) C. Alasan Pemilihan Bahan 1. Zink Sulfat dipilih karena berkhasiat untuk mengobati iritasi ringan mata,meredakan inflamasi pada kornea pada konjungtivitas dengan konsentrasi 0,25 %. 2. Feniletil
alkohol
digunakan
sebagai
pengawet
karena
memiliki
kompatibilita dan stabilitas yang baik pada zink sulfat, hal ini dikarenakan pH feniletil alcohol (pH = 5) memasuki rentang pH zat aktif Zink sulfat (pH = 5,8 – 6,2) sehingga memberikan sediaan tetes mata yang jernih dan stabil. Kadar yang digunakan adalah kadar feniletil alcohol yang paling kecil yaitu 0,25%. Alasan tidak menggunakan
pengawet lain seperti benzolkonium klorida karena OTT terhadap zink zulfat, zink oksida, tartrat. 3. NaCl ditambahkan karena formula yang dibuat hipotonis jadi untuk membuat sediaan isotonis perlu ditambahkan NaCl sehingga tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik cairan tubuh. 4. Air aqua pro injeksi untuk digunakan sebagai zat pembawa dan pelarut yang digunakan dalam sediaan steril, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. D. Farmakologi Rasa sakit atau perih pada mata biasa dikaitkan dengan penurunan sekresi atau sekresi abnormal cairan mata,bahkan gejala awal peradangan akibat infeksi tertentu. Zink sulfat merupakan salah satu obat yang dapat digunakan sebagai astringen untuk meredakan iritasi ringan pada mata sesaat, juga digunakan dalam pegobatan konjungtivitis sudut yang disebabkan oleh Moraxella lacunata,selain itu juga menunjukan aktivitas sebagai antiseptik lemah. Efek astringen dihasilkan akibat pengendapan protein dan pembersihan mukus pada permukaan luar mata oleh ion zink. Larutan opthalmik zink sulfat juga meghasilkan efek vasodilatasi ringan dalam kosentrasinya yang digunakan dalam preparat opthalmik.Untuk meredakan iritasi mata diaplikasikan 1-2 tetes larutan zink sulfat pada mata sebanyak 2-4 kali sehari. Pemberian obat yag berlangsung lebih dari 3 hari sebaiknya tidak digunakan sebagai self medication apabila tanpa instrukasi dokter (AHFS DI 2010) Farmakokinetik Zink didistribusikan melalui tubuh dengan konsentrasi tinggi pada otot, tulang, kulit, mata. (Martindale 36 halaman 1999) Farmakodinamika Zink sulfat berfungsi sebagai astringen bila digunakan sebagai topikal pada mata berkerja dengan cara membersihkan mukus dari permukaan mata. (Martindale ed 36 hal 2000)
Indikasi : Zink sulfat juga digunakan sebagai astringent untuk obat tetes mata (Martindale ed 36 hal 2001) Kontraindikasi : Hipersensitivitas, glaukoma (Medscape) Interaksi Obat: Absorbsi
zink
dapat
mereduksi
suplemen
logam,
fenisilamin
dan
tetrasiklin(Martindale 36 halaman 1999). Efek Samping : Pada dosis tinggi, zink sulfat dapat menyebabkan efek korosif (Martindale 28 halaman 945) IV. FORMULA A. Formula Rujukan 1.
Formula Rujukan (Martindale 28 hal 946) ZnSO4
0,22-0,28%
Fenilmerkuri asetat
0,002%
Air p.i
q.s
Preservative lain: Benzalkonium klorida dan Phenethyl alcohol 2.
Formula Rujukan (Martindale 28 hal 946) Zink sulfat
0,22%
Fenilmerkuri asetat
0,002%
Aqua
ad 100%
B. Formula Rujukan (Drug Information 88 halaman 1530) Kombinasi larutan mata Zink Sulfat
0,25%
Naphazoline hydrochloride
0,02%
Dengan Benzalkonium klorida
C. Formula Jadi Tiap 10 ml mengandung : ZnSO4
0,25%
Phenetyl alcohol
0,25%
NaCl
0,78%
Aqua pro injeksi
ad10 ml
V. ALAT DAN BAHAN A. Alat
:
1.
Pipet tetes
2.
Beaker glass 50 ml
3.
Erlenmeyer 250, 500 ml
4.
Gelas ukur 10, 25 ml
5.
Corong glass
6.
Batang pengaduk
7.
Kaca Arloji
8.
Pinset
9.
Penjepit besi
10. Botol obat tetes mata 11. Spatula 12. Kertas Saring 13. Kapas + Kassa 14. Kompor 15. Timbangan analitik 16. Autoklaf 17. Karet pipet 18. Karet tutup botol B. Bahan : 1.
Zink Sulfat
2.
Phenetyl alcohol
3.
NaCl
4.
Aqua pro injeksi
B. Cara Sterilitas No 1.
No 2.
Bahan Aqua pro injeksi
Alat
Cara
Waktu
Waktu
Sterilisasi Aquadest
Awal
Akhir
Literatur Farmakope
dididihkan
Indonesia III
selama 30
hal 14
menit Cara
Waktu
Waktu
Awal
Akhir
Literatur
Beaker glass,
Sterilisasi Oven suhu
corong glass,
150OC, 1
Indonesia V hal
botol tetes,
jam
1663
pipet tetes Gelas ukur,
Autoklaf
Farmakope
kertas saring
suhu 121OC,
Indonesia V hal
Batang
15 menit Rendam
1662 Disinfection,
pengaduk,
dalam
sterilization,
spatula,
alkohol
and
pinset, kaca
selama 1
preservation
Farmakope
erlenmeyer, 3.
4.
5.
arloji, penjepit jam
hal 233
besi Karet pipet,
Rebus
Farmakope
karet tutup
dalam air
Indonesia III
botol
mendidih
hal 18
selama 30
VI.
menit Cara
No
Sediaan
1.
Obat Tetes
Sterilisasi Autoklaf
Mata
suhu 121OC,
Indonesia V hal
15 menit
1334
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Waktu
Waktu
Awal
Akhir
Literatur Farmakope
A. Perhitungan A. Perhitungan Dibuat obat tetes mata Zink Sulfat sebanyak 2 botol @5ml a. Volume total V total = (n x V) + 10-30% (n x V) = (2 x 10 ml) + 30% (2 x 10 ml) = 26 ml b. Penimbangan Formula Zink Sulfat Phenetyl alcohol
= 0,25% x 26 ml = 0,065 g = 65 mg = 0,25% x 26 ml = 0,065 g = 65 mg
c. Nilai Tonisitas Zink Sulfat Phenetyl alcohol
= 0,25% x 10 ml = 0,025 g = 0,25% x 10 ml = 0,025 g
V = [(W1 x E1) + (W2 x E2)] x 111,1 = [(0,025 x 0,15) + (0,025x 0,47)] x111,1 = (0,00375+0,01175) x 111,1 = 1,3471 ml %Tonisitas
=
1,3471ml x 0,9% = 0,12% (hipotonis) 10 ml
Kekurangan = 0,9% - 0,12% = 0,78% NaCl yang dibutuhkan
= 0,78% x 13ml = 0,1014 g NaCl = 101,4mg = 101 mg NaCl
B. Penimbangan Bahan
VII.
No
Bahan
1. 2. 3. 4.
Zink sulfat Phenetyl alcohol Natrium klorida Aqua pro injeksi
CARA PEMBUATAN : Prinsip: Sterilisasi Terminal
Penimbangan Teoritis (mg) 65 mg 65 mg 101 mg Ad 26 ml
Penimbangan Praktikum (mg)
1. Disiapkan alat – alat dan bahan-bahan yang akan digunakan 2.
Dilakukan kalibrasi botol obat tetesdan beaker glass masing – masing dengan air ad 10 ml dan ad 26 ml, diberi tanda
3.
Disterilkan masing-masing alat dan wadah tetes mata dengan metode yang sesuai literatur
4.
Dibuat aqua pro injeksi dengan cara (aquadest dipanaskan sampai mendidih, dibiarkan mendidih selama30 menit, dan dinginkan).
5.
Ditimbang Zink Sulfat,Phenetyl alcohol dan NaCl masing-masing.
6.
Dilarutkan Zink Sulfatdengan aqua pro injeksi. 7. DilarutkanPhenetyl alcohol dan NaCldengan aqua pro injeksi dalam beaker glass ad ad larut, lalu ditambahkan Zink Sulfat yang sudah dilarutkan dan ditambahkan sebagian aqua pro injeksi
8.
Dicek pH larutan sesuai literatur (5,8-6,2)(Uji pH)
9.
Ditambakan aqua p.i ad tanda kalibrasi. 10. Disaring larutan sebanyak 2 kali dengan kertas saring dua lapis sampai diperoleh larutan jernih. 11. Dilakukan uji evaluasi IPC (Uji Kejernihan, Uji Keseragaman Volume) 12. Dimasukkan larutan ke dalam botol obat tetes mata yang telah dikalibrasi, kemudian botol ditutup. 13. Dilakukan sterilisasi akhir pada botol sediaan pada autoklaf pada suhu 121◦c. 14. Dilakukan uji evaluasi QC (Uji Kejernihan, Uji Keseragaman Volume, Uji Sterilitas, Penetapan Kadar ) 15. Diberi etiket dan label, dikemas dalam dus, lalu dise VIII. EVALUASI A. In Process Control (IPC) 1. Fisika : a. Uji Kejernihan (Lachman III hal. 1355-1356) Produk dalam wadah disarankan semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap parrtikel yang terlihat harus dibuang. Pemeriksaan visual tehadap suatu wadah produk biasanya dilakukan
Cara : Pemeriksaan wadah bersih dari luar dibawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam mata, dan belatar belakang hitam putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan satu aksi memutar Syarat :CPOB menyarankan semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap partikel yang terlihat harus dibuang. b.
Uji Keseragaman Volume (FI V hal. 1570) Bila wadah 10 ml atau lebih digunakan satu atau lebih wadah. Bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml digunakan 3 wadah atau lebih. Bila volume 3 ml atau kurang digunakan 5 wadah atau lebih. Diambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jaum sntik no.21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. keluarkan gelembung udara dalam jarum dan alat suntik lalu pindahkan isi dalam alat dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dai kapasitas yang tertera. Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertea, lakukan penentuan seperti diatas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
2.
Kimia a. Uji pH (FI V hal. 1563) Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan electrode indicator yang peka, electrode kaca, dan electrode pembanding yang sesuai. Larutan dapar untuk pembakuan. Buat menurut petunjuk sesuai tabel. Simpan dalam wadah tahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca tipe I atau botol polietilen dengan tutup rapat atau tabung yang
menyerap CO2. Larutan segar sebaiknya dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan menggunakan air bebas CO 2. Tabel bersifat menunjukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi suhu. Petunjuk ini digunakan untuk pembuatan larutan dapar dengan kadar molal sebgaimana disebutkan. Untuk memudahkan petunjuk diberikan pengenceran 1000 ml g pelarut. Sebelum digunakan, periksa elektrode dan jembatan garam. Jika perlu isi lagi larutan garam dan perhatikan petunjuk lainnya. Untuk pembakuan pada suhu yang larutan ujinya diukur. Pasang kendali pada suhu larutan. Bila elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan yang kedua. pH dan larutan dapar ±0,07 unit pH dan harga tertera dalam tabel. Atur ”kemiringan” atau ”suhu” hingga pH sesuai dengan yang tertera pada tabel. Ulangi pembakuan hingga kedua larutan dapar untuk memberikan harga pH tidak lebih 0,022 unit pH dari harga yang tertera pada tabel. Bilas elektrode dan sel dengan beberapa kali isi sel dengan sedikit larutan uji dan kaca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan larutan uji dan diperlukan waktu yang cukup untuk mencapai kestabilan. Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator. Syarat : Obat tetes mata umum pH 7,3 – 9,7 (Voight Edisi V hal 526), Zink sulfat ophthalmic solution pH 5,8 – 6,2 (Martindale 28th hal 946) B. Quality Control (QC) 1. Fisika a. Uji Sterilitas (FI V hal 1359) Menggunakan teknik penyaringan membran : Pindahkan isi wadah atau beberapa wadah yang akan diuji kedalam satu membran atau beberapa membran, jika perlu diencerkan dengan pengencer steril yang dipilih sesuai volume yang digunakan pada Uji Kesesuaian Metode, tetapi jumlah yanh digunakan tidak kurang dari yang tertera pada Tabel 2 dan 3. Untuk Jumlah minimun yang digunakan tiap media tetes mata 10 ml adalah setengah isi tiap wadah, tidak kurang dari 1 mL. Untuk Jumlah minimum bahan yang diuji
sesuai dengan jumlah bahan dalam bets tidak lebih dari 200 wadah adalah 5 % atau 2 wadah, diambil yang lebih besar. Saring segera, jika sediaan memiliki daya antimikroba, cuci membran tidak kurang dari 3 kali dengan cara menyaring tiap kali dengan sejumlah volume pengencer yang digunakan pada Uji Kesesuaian Metode. Setiap pencucian tidak lebih dari 5 kali 100 ml per membran, meskipun jika selama uji kesesuaian metode ditemukan pencucian tidak dapat menghilangkan daya antimikroba secara sempurna. Pindahkan seluruh membran utuh kedalam media atau potong menjadi 2 bagian yang sama secara aseptik dan pindahkan masingmasing bagian kedalam 2 media yang sesuai. Gunakan volume yang sama pada tiap media seperti pada uji kesesuaian metode. Sebagai pilihan lain, pindahkan media kedalam membran pada alat penyaring. Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari. Syarat : Sediaan harus steril b. Uji Kejernihan (Lachman edisi III hal 1355-1356) Produk dalam wadah disarankan semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap parrtikel yang terlihat harus dibuang. Pemeriksaan visual tehadap suatu wadah produk biasanya dilakukan Cara : Pemeriksaan wadah bersih dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam mata, dan belatar belakang hitam putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan satu aksi memutar Syarat :CPOB menyarankan semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap partikel yang terlihat harus dibuang. c. Uji Keseragaman Volume (FI V hal 1570) Bila wadah 10 ml atau lebih digunakan satu atau lebih wadah. Bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml digunakan 3 wadah atau lebih. Bila volume 3 ml atau kurang digunakan 5 wadah atau lebih.
Diambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jaum sntik no.21, panjang tidak kurang
dari 2,5 cm. keluarkan
gelembung udara dalam jarum dan alat suntik lalu pindahkan isi dalam alat dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dai kapasitas yang tertera. Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertea, lakukan penentuan seperti diatas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah 2. Kimia a. Penetapan Kadar (FI V hal 1333) Timbang saksama sejumlah zat setara lebiih kurang 170 mg ZnSO4, larutkan dalam 100 ml air. Tambahkan 5 ml larutan dapar ammonium hidroksida-amonim klorida LP dan 0,1 ml hitam erikrom LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biu tua Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 8,072 mg ZnSO4 Syarat :Mengandung zink sulfat tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dai 105,0%
IX. HASIL UJI EVALUASI Uji IPC Uji Kejernihan Uji pH Uji Keseragman Volume
Jernih 5,8 - 6,2 Volume
Syarat
Uji QC Uji Kejernihan Uji Keseragman Volume
pada wadah Syarat Jernih Volume yang
Penetapan Kadar
pada wadah Kadar 99,0 % - 105,0 %
yang
Hasil tertera Hasil tertera
dari jumlah yang tertera pada etiket
Uji Sterilitas X.
Sediaan Steril
DAFTAR PUSTAKA 1.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta = Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
2.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta = Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
3.
Rowe, Raymon C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi VI. London = Pharmaceutical Press
4.
Reynolds, James. Martindale 28th Ed. Pharmaceutical Press
5.
Martindale. 2009. The Complete Drug Reference 36th Ed. Pharmaceutical Press
6.
American Society of Health System Pharmacist. 2010. Drug Information. Bethesda, Maryland. American Hospital
7.
Ansel, Howard C. 1994. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta = UI Press
8.
Aulton, E Michael. 2005. The Science of Dosage from Design. New York
9.
Lachman, Leon. 2008. Teori dan Paktek farmasi Industri Edisi III. Jakarta = UI Press
10.
Agoes, Goeswin. Sediaan Farmasi Steril (SFI-4). Bandung = ITB
11.
Voight, Rudolg. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta = UGM Press
12.
Spowls, Joseph B. Prescription Pharmacy Ed 2. Philadelphia.
13.
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfa Beta