Ujian Praktik Bahasa Indonesia Cerpen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“Kisah SMK-ku yang Silih Berganti” “Tentang Diriku” Aku hanyalah seorang gadis desa yang tak tahu akan keadaan kota, yah.. gadis desa yang selalu berangan – angan ingin menjadi suatu bintang yang di akui oleh alam semesta. Dulunya aku bermimpi ingin mengenyam pendidikan di sebuah kota pada akhirnya impianku pun jadi kenyataan. Walau kota itu tak sebesar kota yang selama ini ku khayalkan. Mengapa aku bermimpi ingin mengenyam pendidikan di kota?? Karena aku ingin membuktikan pada Dunia bahwa orang yang tinggal di desa terpencil pun tidak selamanya kecil, dan orang yang tinggal di kota pun tidak selamanya besar. Selain itu alasan utamaku adalah ingin melihat kedua orang tua ku bahagia, dan bangga akan kerja kerasnya yang tak sia-sia menyekolahkanku selama ini. Telinga ku sering mendengar cerita dari kakak ku tentang pengalamannya bersekolah di kota. Katanya, sekolah di kota itu sangat bagus karena di sana fasilitas sekolah sudah memadai dan ada banyak wawasan serta ilmu yang didapatkan dari guru – guru yang hebat. Karena itu aku memilih melanjutkan sekolah ku di kota yang berstatus Negeri. Yah.., Maklum lah dari TK hingga MTS aku bersekolah di desa yang berstatus Swasta. Aku termotivasi bersekolah jauh dari rumah dan orang tua karena sebuah kata pepatah yang mengatakan “TUNTUTLAH ILMU WALAUPUN SAMPAI KE NEGERI CHINA” aku memaknai kata pepatah tersebut dengan makna sejauh apapun ilmu, kita harus mengejar dan meraihnya serta semakin jauh tempat menuntut ilmu semakin tinggi pula manfaatnya. Walaupun aku tahu bersekolah di kota memiliki banyak resiko salah satunya masalah pergaulan bebas yang sulit di hindari para remaja seusia ku. Namun walaupun aku mengetahui resiko tersebut semangat ku tak pernah pudar. Prinsipku tergantung dari orangnya masing-masing jika kita pintar menjaga diri maka otomatis kita terhindar dari pergaulan bebas tersebut.



1



“Kenyataan Tak Seindah Impianku” Yah.... impian ku sudah jadi kenyataan tapi kenyataan tak seindah impianku. Mamuju adalah kota yang pernah aku tempati untuk mengenyam pendidikan di bangku SMK. Aku memilih salah satu SMK di Mamuju yakni SMK NEGERI 1 MAMUJU disana ada berbagai macam jurusan mulai dari jurusan Listrik, Akuntansi, TPHP, TKJ, dan Administrasi perkantoran. Diantara jurusan tersebut aku sangat minat pada jurusan akuntansi karena aku dulunya bercita-cita sebagai seorang perbankkan. Namun cita-cita ku hanya sebatas impian karena keinginanku berbeda dengan keinginan mama ku ia ingin aku mengambil jurusan Administrasi Perkantoran karena jurusan tersebut adalah jurusan semasa sekolahnya dulu. Awalnya aku sempat membangkang karena menurutku jurusan yang dipilihkan mama itu adalah jurusan yang sama sekali tidak aku minati dan aku sangat tidak ingin menjadi seorang pegawai kantor. Walaupun aku sempat membangkang, tetapi mama tetap saja kekeh pada pendiriannya, Sebagai anak aku menyadari bahwa pilihan orang tua pasti yang terbaik dan tidak ada satu pun orang tua yang memilihkan jalan kehidupan yang salah untuk anak - anaknya . Aku menuruti permintaan mama dengan mengambil jurusan Administrasi perkantoran, sejak saat itu cita - cita yang kudambakan mulai sirna, harapanku hilang entah kemana, rasanya suasana hati ku seperti matahari yang ditutupi oleh awan hitam. Tapi aku percaya awan hitam tak akan selalu menutupi matahari. Aku kembali semangat, toh.. aku bersekolah juga karena orang tua ku dan demi orang tua ku. Kebahagiaan orang tua ku adalah kebahagiaan ku, kesedihan orang tua ku adalah kesedihan ku, keberhasilan ku adalah kebahagiaan orang tua ku, dan kegagalan ku adalah kesedihan orang tua ku. Tentunya sebagai anak kebahagiaan orang tua ku adalah hal yang utama dari segala hal. Di Mamuju aku tinggal dirumah nenek (tantenya mama ku) tepatnya di jl. Kurungan Bassi, aku tinggal dirumah nenek atas kehendak orang tua ku. Apalagi



2



papa yang sangat tidak setuju jika aku harus tinggal di kos-kosan, kata papa mending aku nggak usah sekolah daripada aku harus kos. Aku sangat ingin tinggal bersama kakak dan kakak ipar ku dimamuju tetapi mama terlanjur janji ke nenek. Aku menjalani keinginan mama lagi, aku tinggal disebuah rumah camat simboro (suami dari nenek). Dirumah itu aku hanya tinggal bertiga kakek, nenek, dan aku. Anaknya ada 3 semuanya gadis, anak pertamanya dipolewali bersama suaminya, anak keduanya diambon bersama dengan suaminya, dan anak bungsunya melanjutkan pendidikan kuliahnya di makassar. Kisahku dirumah itu sangatlah pahit sepahit sayur paria, hehe... Yah.. Memang faktanya begitu, tapi walaupun begitu banyak pelajaran yang bisa ku petik. Didikan ku disana seperti didikan militer hehe... Mengapa demikian karena disiplin adalah prioritas utama nenek dalam mendidik. Aku memang di kota tapi aku ngerasa seperti di desa sebab aku selalu dirumah. Hanya ada 3 alasan aku bisa keluar dari rumah, yaitu pergi sama keluarga, ke sekolah, dan kerumahnya kakak. Hemm,.. kalau masalah tugas sih,.. nggak di ijinin keluar, paling nenek suruh biar teman ku aja yang ke rumah kerja tugas. Waktu aku selalu aktif dalam organisasi ku (OSIS) setiap pulang sekolah aku selalu terlambat pulang, karena selalu ada rapat, sesampainya aku dirumah aku dapat ceramah panjang lebar lagi dari nenek. Kata nenek “nggak ada gunanya ikut organisasi anak ku 3 lulus semua sekolah tanpa ikut organisasi”. Aku cukup mendengarkannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun karena aku menghormatinya sebagai orang tua. Aku juga selalu ikut sosialisasi antar sekolah untungnya aja selalu jam sekolah jadi nggak dapat katakata mutiara deh dari nenek,..Hehehe... Pada waktu itu kebahagiaan datang menghampiri ku karena aku dipilih oleh guru PPKN untuk mengikuti LCC PCTA 4 PILAR antar kabupaten dikantor Provinsi Sulawesi Barat. Setiap malam dijadwalkan untuk latihan, tapi aku pun mulai berputus asa alasannya lagi-lagi karena nenek, aku tidak di ijinkan keluar rumah apalagi malam hari, semuanya sudah ku jelaskan akan tetapi penjelasan ku



3



tidak di terima begitu saja harus ada bukti yang akurat, hingga guru ku datang menghampiri rumah meminta ijin langsung kepada nenek, dan pada akhirnya aku di ijinkan tapi dengan batasan waktu jam 21:00 harus sudah berada di rumah, Jadi sebelum jam 21:00 aku pulang dari rumah bu guru, teman-teman ku masih belajar sampai jam 22.00. yah.. nggak papalah waktu belajar ku sebentar asal di ijinkan nenek. Kegiatan



sehari-hariku



dirumah



nenek



dari



terbit



fajar



sampai



terbenamnya matahari hingga munculnya bulan, penuh dengan berbagai aktivitas rumah tangga. Sebelum berangkat sekolah aku melakukan berbagai aktivitas rumah mulai dari memasak, mengepel,menyapu, dan cuci piring. Sepulang sekolah aku menyiram bunga dan menyapu halaman, itulah kegiatan ku seharihari. Walaupun tinggal di rumah keluarga kita harus tetap menyadari bahwa kita menumpang. Belajar dari kisah ku tersebut ada banayak pelajaran yang ku dapatkan ada banyak pahit manisnya kehidupan yang ku rasakan. Mulai dari kedisiplinan, kemandirian, dan mengerti akan arti hidup yang sebenarnya, karena pada saat itu aku yakin akan ada pelagi setelah hujan. Pribahasa mengatakan “Berakit – rakit ke hulu, Berenang – renang ketepian. Bersakit – sakit dahulu, Bersenang – senang kemudian”.



4



“Kisah Kelas X-ku” Mamuju, ramai akan kendaraan dipagi hari, ramai akan manusia yang mengerjakan aktivitasnya masing – masing. Langkah demi langkah ku ayunkan kaki ku menuju sekolah, mentari pun muncul melengkapi indahnya suasana dipagi hari yang cerah, dan langit berwarna biru melambangkan kebahagiaan hatiku, serta serangam putih abu – abu yang melekat di tubuhku menambah semangatku dalam bersekolah dihari pertamaku duduk di bangku SMK. Tiada satu pun teman yang menemani perjalananku menuju sekolah. Kesendirianku, dalam berjalan kaki tidak membuatku merasa malu ataupun merasa kurang percaya diri, begitupun disekolah dengan percaya diri ku yang tinggi dan semangat ku yang over dosis kulangkahkan kaki ku masuk menuju gerbang SMK NEGERI 1 MAMUJU. Aku memasuki kelas X AP 2, yah... itulah kelas yang akan ku tempati menimba ilmu selama satahun lamanya, dengan kelebihan yang kumiliki yaitu rasa percaya diriku yang tinggi, ku ulurkan tanganku lebih awal kepada teman – teman baru ku, ku perkenalkan namaku dan ku tanya namanya. Sungguh aku sangat bahagia karena ternyata teman sekelas ku semuanya baik hati. Tak lama kemudian bel apel pagi pun berbunyi, dirangkullah tanganku oleh teman baruku menuju lapangan sekolah, jujur aku sangat kaget karena ternyata mereka orangnya lebih cepat akrab dan lebih ramah dariku. Seluruh teman kelasku pun duduk di kelas dengan rapi setelah apel pagi, susana kelas masih sangat hening, Yah.. maklum siswa baru masih pada malu – malunya untuk berbicara satu sama lain. Sambil menunggu guru yang masuk dijam pertama aku pun mulai melanjutkan perbincanganku pada teman sebangku ku yang sempat terhenti karena apel pagi. Keseruanku bercerita semakin menjadi, aku dan teman sebangku ku semakin akrab. Tak lama kemudian seorang ibu guru memasuki kelas kami, beliau mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, ternyata beliau adalah seorang



5



wali kelas yang akan mendidik kami selama setahun. Namanya adalah ibu Katrina. Selain menjadi wali kelas beliau juga seorang guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hari pertama beliau masuk, kami tidak diberikan pelajaran melainkan beliau menyuruh kami maju di depan kelas sambil memperkenalkan diri secara bergantian, mulai dari nama, asal sekolah sampai dengan alamat tempat tinggal kami. Ketika giliran ku tiba, aku pun langsung maju kedepan kelas tanpa menunggu ibu guru memanggilku, aku pun mulai memperkenalkan diri... “Perkenalkan nama ku, Damra Dwiyanti” “Asal sekolah ku, MTS Nurul Jadid Pasangkayu” “Alamat jln. Kurungan Bassi No.98 Mamuju” Setelah mendengar teman2 ku semua memperkenalkan diri aku pun mulai mengetahui nama mereka satu persatu meski belum hapal banget sih hehe... Hari demi hari terus berjalan, Hari demi hari telah kami lalui bersama, Keseruan pun selalu kami rasakan setiap hari, kekonyolan dan kejailan teman – teman ku mulai muncul seiring berjalannya waktu, watak dan sifat aslinya pun ku rasakan. Keseruan ku di kelas X tidak bisa lagi ku gambarkan dengan tulisan, sungguh sangat berarti setiap moment yang ku lalui bersama mereka mulai dari kekonyolan dikelas saat jam pelajaran berlangsung, jam kosong yang selalu kami sempatkan untuk tidur, hiking bersama guru, berenang bersama – sama demi mendapatkan nilai PJOK, keseruan di bus, hingga bermalam dirumah wali kelas dan memasak bareng untuk maulid nabi.



Sayang beribu sayang, moment bersama mereka tak berlangsung lama, harapanku bisa bersama mereka 3 tahun tapi hanya setahun takdirku untuk merasakan kebersamaan dengan mereka. Karena aku harus pindah sekolah ke



6



Majene ketika selesai penaikan kelas, dengan alasan menemani nenek yang sudah tua sendiri dirumah, mendengar kabar tersebut aku sangat merasa sedih harus berpisah dengan teman – teman yang sudah ku anggap sebagai saudara ku sendiri. Tak hanya aku teman – teman ku pun merasakan kesedihan, baru saja aku mendapatkan kebahagiaan dengan meraih peringkat pertama di kelasku. Sungguh tak sanggup rasanya menerima kenyataan bahwa aku hanya setahun bersama mereka waktu yang begitu singkat kurasakan. Aku bukan hanya sedih berpisah dengan teman – teman kelasku, tapi aku juga sangat sedih berpisah dengan teman – teman organisasi ku. Selain itu tak sanggup rasanya harus meninggalkan gedung sekolah yang selama ini selalu kubawakan namanya disetiap perlombaan. Guru – guru yang sudah memberikan ku banyak ilmu, dan sudah menyayangiku setulus hatinya. Huuuh... sedih rasanya seperti dunia ini tak berpihak lagi padaku. Walaupun demikian, aku tetap bangga meninggalkan sekolah ku dengan beberapa capaian prestasiku. Meninggalkan teman – teman dengan membagi – bagi baju dan rok jurusanku, sampai dasi dan topiku pun ku tinggalkan sebagai kenang – kenanganku. Merekalah teman – teman ku yang lebih mementingkan soladiritas dan memiliki rasa persaudaraan yang sangat tinggi. Mereka lah teman – teman ku yang paling kompak sekelas selalu saja sepemikiran dari 31 kepala di kelas kami. Itu semua yang membuatku rindu pada mereka, ingin rasanya ku putar waktu untuk mengulangi kebersamaan yang penuh dengan arti persaudaraan. Tapi aku harus tetap semangat dan yakin, bahwa aku akan menemui sekolah yang terbaik, guru – guru yang hebat, serta teman kelas yang bisa menganggapku sebagai teman barunya.



7



“Kisah Kelas XI-ku” Hari itu telah tiba, hari dimana aku benar – benar berpisah dengan teman – temanku, serasa semuanya hanya mimpi karena waktu yang terasa singkat membuatku tak percaya dengan kenyataan yang terjadi. Hari dimana ku mulai menyesuaikan diriku disuasana, tempat, dan bahkan teman baru. Serasa waktu berputar kembali kemoment pertamaku masuk sekolah, dimana semuanya serba baru. Mentari mulai menampakkan dirinya, disertai dengan suara desiran ombak dipagi hari, itulah suasana kehidupan baruku tepatnya kampung Rangas pabesoang, kampung yang letaknya dipinggir kota Majene disepanjang kampung itu terdapat daratan yang dilengkapi dengan lautan yang sangat kaya akan sumber daya alam, kampung itu terkenal dengan kampung yang memiliki hasil tangkapan ikan tuwing – tuwing (ikan terbang) terbanyak. Yah.... sebut saja dengan “kampung pesisir”. Rumah nenek yang terasa sangat nyaman ku tempati layaknya rumah sendiri, walaupun hanya tinggal berdua dengan nenek (ibu dari bapak), makan makanan seadanya, tapi kebahagiaan sangat kurasakan. Berbeda dengan dengan suasana rumah yang ku tempati di Mamuju, semuanya serba ada, makanan yang berlebihan, tapi entah mengapa tak ada kebahagiaan yang ku temukan disana. Mungkin karena dinenek aku merasakan kasih sayang seperti anaknya sendiri, dan nenek selalu mendukung aktivitas sekolahku selagi itu positif untuk dilakukan. Meski sudah tua tapi nenek sangat mengerti perasaan anak muda seusiaku, ia selalu sabar menghadapi sikap ku yang masih labil, ia nenek yang paling pengertian terhadap cucu – cucunya. Apalagi ketika aku pulang skolah nenek selalu menyuruhku istirahat terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan rumah. Aku di ijinkan keluar rumah selagi itu hal yang positif, bahkan nenek mengijinkan ku nginap dirumah teman ketika banyak tugas yang belum terselesaikan.



8



Si biru yang mengantarkanku dengan mama yang menemaniku menuju kota, eh... si biru itu maksudnya angkot yah... hehe... . Mengapa aku menaiki si biru dan mama yang menemaniku karena hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMK NEGERI 2 MAJENE. Sesampainya di gedung yang penuh dengan bangunan bertingkat itu, jantung ku mulai deg – deg kan ku merasakan getarannya begitu cepat dari biasanya. Ternyata aku akan bersekolah disekolah yang bertingkat, sekolah yang selama ini ku impi – impikan ya biasa korban sinetron SCTV sekolahnya pada bertingkat hehe... Tidak menunggu lama, tangan ku pun di gendeng mama dan melangkah menuju kantor SMKN 2 Majene. Aku berjalan dengan pakaian putih abu – abu yang dibahuku masih terlekat lambang SMK NEG 1 Mamuju, Aku duduk di sofa tunggu, mama selalu berada disampingku menemaniku. Tak lama kemudian ada seorang pak guru berkacamata kotak, berambut putih, dan hanya memiliki sedikit rambut, dengan postur tubuh yang tinggi dan besar serta tegap dilengkapi dengan kemeja rapinya membuatnya sangat beribawa. Beliau menghampiri kami, ternyata beliau adalah seorang wakasek kurikulum tak lain dan tak bukan namanya adalah Bapak Idham sirunna. Beliau berbincang – bincang dengan mama sampai pda akhirnya beliau menelpon kejur Administrasi perkantoran, yaitu ibu Warnia. Dengan maksud menanyakan dikelas AP berapa yang harus aku masuki. Ternyata kelas dipilihkan kejur baruku yaitu kelas XI AP 1. Tak berselang lama, setelah aku mengetahui kelas ku, ibu rajabia pun datang mengampiri mama mereka berdua brpelukan dan sangat senang bertemu, eh.. ternyata ibu rajabia adalah sahabat lama mamaku di SMEA dulu. Nah... ibu rajabia lah yang mengantarkan ku ke BK terlebih dahulu, setelah itu kami bertiga menuju mini market untuk membeli perlengkapan sekolah yang sesuai dengan tata tertib SMKN 2 Majene. Yang ku tunggu – tunggu pun telah tiba, aku diantar mama dan ibu rajabia menuju kelas baru ku. Rasa penasaranku pun mulai meningkat, mulai dari penasaran dengan kelas yang akan ku masuki hingga wajah teman – teman



9



baruku. Sesampainya aku disana rasa penasaranku pun mulai sirna, aku langsung memperkenalkan diriku di depan kelas. “Perkenalkan teman – teman, namaku Damra Dwiyanti” “Pindahan dari SMK NEGERI 1MAMUJU” “Alamat Rangas Pa’besoang” Setelah ku memperkenalkan diri, teman – teman kelas ku ribut karena masing – masing barisan memilihkan ku tempat duduk, aku pun merasa bahagia ternyata mereka menerima ku dengan baik. Akhirnya aku memilih duduk di barisan ketiga. Mama dan ibu Rajabia meninggalkan ku di kelas baruku. Baru saja aku duduk, teman – teman ku mulai mengerumuniku, dengan berbagai pertanyaan –pertanyaan tentang diriku. Apa nama fb ku? , apakah aku suka drama korea?, apakah di laptopku banyak drama korea? konyol bukan, pertanyaan – pertanyaan yang mereka ajukan hehehe.... sayangnya aku bukan pencinta drama korea guys.... aku asli pencinta indonesia hahaha.... Pak Askari adalah wali kelas baru ku di XI AP 1, bapak yang memiliki sifat baik dan penyabar itu, mulai membimbingku dengan penuh perhatian. Aku sangat beruntung memiliki wali kelas dan teman –teman baru yang baik semua. Eh... ada sih teman cewek sekelas ku yang sok berkuasa di kelas tapi hanya satu orang di antara 29 kepala di kelas ku. Sumpah dia jahat banget kalau orang mandar bilang “passupal sannal i”. Hehe.. fakta loh, Selama setahun ku jalani hari – hariku bersama mereka semua, rasanya tak sama dengan teman – temanku dimamuju. Disini nggak ada rasa kekeluargaannya.



10



“Kisah Kelas XII-ku” Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan, hari berganti hari, bahkan jarum jam terus berputar tanpa henti. Tak terasa sudah 3 tahun aku duduk di banku SMK. Tetapi bukan 3 tahun bersama teman – teman kelasku, karena kelas X AP 2 teman – teman sekelasku rasa saudara hanya ku rasakan di Mamuju. Teman – teman kelas XI AP 1 sama sekali tdag memiliki rasa persaudaraan kerena mereka bergeng kecuali Irma Sri Hartati dia sudah ku anggap seperti saudara kandung ku sendiri (pengertian banget). Dan pada saat kelas XII tetap AP 1 sih tapi teman – teman kelas ku udah beda lagi karena ada sistem perolingan waktu penaikan kelas, akhirnya aku berpisah kelas sama gadis sok itu. Hehehe... Teman – teman kelas XII AP 1 yang sekarang penuh dengan keseruan, tapi rata rata urus diri masing – masing, rasa persaudaraannya sangat minim, jadi nggak ada kekompakan yang lahir dalam kelas kami. Hanya ada 1 orang yang ku anggap saudara yang tak pernah putus, lagi – lagi irma iya dia karena aku sekelas lagi dengannya di kelas XII ini. Kelas kami adalah kelas XII AP yang selalu di bangga – banggakan oleh kejur kami, jujur aku sebagai pemimpin kelas di XII AP 1 tidak merasa bangga, karena aku sangat kasihan melihat kejur, wali kelas (Sitti Da’wah), smpai deengan guru2 yang mengajar di kelas XII AP 1 mereka telah membagakan teman – tema kelas ku, karena nilainya rata – rata tinggi pada saat di kelas maupun ulangan – ulangan lainnya, Aku sangat sedih karena tidak ada kejujuran dan nilai murni yang ada dalam diri teman – teman ku, mereka mengejar nilai tinggi walau dengan berbagai macam hal, sampai google pun yang membantu mereka dalam mengerjakan soal maupun tugas. Jujur aku sangat heran, selama aku sekolah aku tak pernah melihat siswa menyontek digoogle pada saat ujian atau pun mengerjakan tugas disekolah. Namun sangat miris karena pertama kali aku melihat yang seperti itu di SMKN 2 Majene,pertama aku masuk sekolah di kelas XI smpai sekarang di kelas XII. Sayang beribu sayang, yang selalu peringkat 1 di kelasku pun tidak tahu mencari



11



nilai secara murni, sungguh sangat tidak adil kurasakan hampir semua guru selalu memujinya ketika masuk di kelas kami. Namanya yang selalu disebut – sebut sebagai siswa yang pintar dan tidak memiliki saingan di kelas kami. Iyaaa,... Dia sangat pintar sampai guru – gurupun tertipu olehnya selama ia mnjadi siswa, Maaf ku ceritakan kisah ini bukan berarti aku iri, aku hanya ingin menolong guru – guru yang tertipu oleh siswanya sendiri. Aku tidak iri ketiaka ia slalu dipuji – puji dikelas karena aku mengetahui semuanya hanya kepintaran google bukan kepintaraannya. Aku hanya iri pada orang yang betul – betul memiliki kepintaran dari otaknya bukan dari google. Heheh.. Seiring berjalannya waktu, kami sekarang sudah berada ditahap – tahap ujian demi kelulusan kami. Walaupun setahun bersama mereka, Aku akan merasakan kerinduan yang muncul setelah berpisah dengan mereka, teman – temanku yang menemaniku disaat masa – masa sekolah ku akan berakhir, putih abu – abu ku hanya akan mnjadi sebuah kenangan yang akan membuatku rindu disuatu hari nanti. Kisah yang 3 tahun berbeda – beda yang kumiliki mulai dari beda kelas, wali kelas, bahkan teman – teman kelas pun beda dalam setiap tahunnya. Terima kasih untuk ketiga wali kelasku selama aku berada di jenjang SMK kalian semua sungguh baik dan memiliki kesabaran penuh dalam mendidik siswa – siswi mu, guru – guru yang dengan ikhlas memberikan banyak ilmu serta tabah mngahadapi siswanya. Sungguh jasa – jasa seorang guru tak kan bisa tergantikan dengan apapun. Guruku adalah PAHLAWANKU.



^~^ SELESAI ^~^



12



PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan dari cerita ini yaitu kisah SMK yang silih berganti setiap tahun memiliki moment tertentu. Nikmatilah moment – moment itu sebelum menjadi sebuah kenangan. Hargailah setiap pendapat seseorang terutama hargai setiap guru yng memberimu banyak ilmu pengetahuan. Nikmatilah hidup walau kadang engkau berada dibawah dan syukuri setiap takdir yang ditetapkan pada dirimu. Karena dunia ini terus berputar.



2. Saran Bagi para pembaca setelah membaca cerpen ini diharapkan dapat mengerti akan keindahan sebuah cerita diSMK memahami kisah penulis dengan membayangkan setiap cerita yang tertuliskan.



13