Virus Polio Wikipedia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • vina
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi pepidemilogi (epidemiological transition) yang harus menanggung beban belebih (triple burden). Banyak penyakit yang menyerang penduduk Indonesia, dan penyakit itu pun sangat beragam, salah satunya adalah penyakit polio. Penyakit polio ini disebabkan oleh virus poliomeyelitis dan menyerang sistem saraf prifer yang disebabkan oleh virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Sangat miris sekali ketika melihat anak-anak Indonesia mengalami kelumpuhan akibat dari serangan virus polio. Yang seharusnya mereka menikmati masa kecilnya dengan aktif bermain, malah mereka menjadi pasif dan patah semangat. Tapi tidak menutup kemungkinan anak-anak yang mengalami penyakit polio tetap bersemangat untuk menjalani hidup, itu bisa juga didukung oleh orang tua atau orang disekeliling. Hal itu bisa dikatakan sebagai terepi sikologis untuk anak, sehingga anak tidak kehilangan semangat hidupnya. Sebenarnya virus polio ini tidak hanya menyerang anak-anak saja, bahkan orang dewasa pun rentan terserang virus polio. Maka kita harus memperhatikan makanan yang kita konsumsi jangan sampai tercemar, walaupun pada dasarnya hal ini jarang terjadi.



B. RUMUSAN MASALAH 1.



Apakah definisi dari virus polio?



2.



Bagaimanakah sejarah & perkembangan virus polio?



3.



Bagaimana struktur dan bentuk anatomi virus polio?



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 1



4.



Bagaimanakah fisiologi virus polio?



5.



Bagaimanakah daur reproduksi virus secara umum?



6.



Bagimanakah daur hidup virus polio?



7.



Bagaimanakah replikasi virus polio?



8.



Bagaimanakah taksonomi virus polio?



9.



Bagaimanakah ekologi virus polio?



10.



Bagaimanakah mekanisme penularan virus polio?



11.



Bagaimanakah gejala dan tanda seseorang terkena virus polio?



12.



Bagaimanakah bentuk pengobatan pada penderita polio?



13.



Bagaimanakah bentuk pencegahan dan pemberantasan virus polio?



C. TUJUAN 1.



Untuk mengetahui definisi dari virus polio.



2.



Untuk mengetahui sejarah & perkembangan virus polio.



3.



Untuk mengetahui struktur dan bentuk anatomi virus polio.



4.



Untuk mengetahui fisiologi virus polio.



5.



Untuk mengetahui daur reproduksi virus secara umum.



6.



Untuk mengetahui daur hidup virus polio.



7.



Untuk mengetahui bagaimana replikasi virus polio.



8.



Untuk mengetahui taksonomi virus polio.



9.



Untuk mengetahui ekologi virus polio.



10.



Untuk mengetahui mekanisme penularan virus polio.



11.



Untuk mengetahui gejala dan tanda seseorang terkena virus polio.



12.



Untuk mengetahui bentuk pengobatan pada penderita polio.



13.



Untuk mengetahui bentuk pencegahan dan pemberantasan virus polio.



D. MANFAAT 1.



Dapat mengetahui definisi dari virus polio



2.



Dapat mengetahui sejarah & perkembangan virus polio.



3.



Dapat mengetahui struktur dan bentuk anatomi virus polio.



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 2



4.



Dapat mengetahui fisiologi virus polio.



5.



Dapat mengetahui daur reproduksi virus secara umum.



6.



Dapat mengetahui daur hidup virus polio.



7.



Dapat mengetahui bagaimana replikasi virus polio.



8.



Dapat mengetahui taksonomi virus polio.



9.



Dapat mengetahui ekologi virus polio.



10.



Dapat mengetahui mekanisme penularan virus polio.



11.



Dapat mengetahui gejala dan tanda seseorang terkena virus polio.



12.



Dapat mengetahui mengetahui bentuk pengobatan pada penderita polio.



13.



Dapat mengetahui bentuk pencegahan dan pemberantasan virus polio.



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 3



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Virus Polio



Virus polio Struktur



virus



polio



bila



dilihat



menggunakan mikroskop elektron. Klasifikasi virus Grup: Grup IV ((+)ssRNA) Ordo: Picornavirales Famili: Picornaviridae Genus: Enterovirus Tipe spesies Human enterovirus C Species Human enterovirus C [1]



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 4



Virus polio adalah virus yang termasuk dalam familia Picornaviridae dan merupakan penyebab penyakit poliomielitis. Virus ini memiliki diameter ~30 nm, tahan pada keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah), dan berbentuk ekosahedral. Virion (partikel penyusun) virus polio terdiri dari empat protein kapsid yang berbeda, disebut VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi genetik) dari virus polio terdiri dari RNA utas tunggal positif (+) yang berukuran 7441 nukleotida. Virus polio diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan sifat antigenik dari struktur protein penyusunnya. Virus ini menyebar melalui kontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air. Untuk bereplikasi, genom virus akan masuk ke dalam sel inang melalui endositosis sementara partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak pada epitelium usus manusia. Apabila virus ini telah berhasil menginfeksi usus maka dapat terjadi kerusakan jaringan dan mengakibatkan diare.



Gambar Perbandingan kelompok virus Picornaviridae dengan kelompok virus lainnya.



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 5



Virus polio yang terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon). Strain 1 seperti paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), sedangkan strain 2 paling jinak. Sifat penting :  RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.  Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.  Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.  Spektrum hospes sempit.



Gambar Virus Polio B. Sejarah & Perkembangan Virus Polio Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu – abu , dan myelon yang berarti saraf perifer, sering juga disebut paralisis infantile. Poliomyelitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang system saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Kelumpuhan biasanya berkurang sampai hilang, akan tetapi dapat menetap setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan. Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang berjalan dengan tongkat dimana sebelah kaki mengecil pada lukisan



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 6



artefak Mesir kuno tahun 1403 – 1365 SM. Gambaran klinis polio pertama kali dibuat oleh seorang dokter Inggris, Michael Underwood pada tahun 1789. Ia menyebut polio sebagai ‘kelemahan tungkai bawah’. Pada tahun 1840 dokter Jacob Heine dan Karl Oskar Medin melanjutkan penelitian Underwood sehingga penyakit ini disebut juga ‘penyakit Heine – Medin’. Michael Underwood pertama menjelaskan suatu kelemahan dari bawah kaki pada anak yang dikenali sebagai polio di Inggris pada tahun 1789. Yang pertama wabah di Eropa dilaporkan pada awal abad 19, dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1843. Untuk tahun berikutnya seratus, wabah polio dilaporkan dari negara maju di Utara. Setiap belahan musim panas dan gugur. Epidemi ini menjadi semakin parah, Makin lanjut usia semakin banyak orang dengan terjangkit infeksi meningkat, baik tingkat keparahan penyakit dan jumlah kematian dari polio. Polio mencapai puncaknya di Amerika Serikat pada tahun 1952, dengan lebih dari 21.000 kasus paralitik. Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955 dan Albert Sabin pada tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio menurun tajam. Saat ini upaya imunisasi di banyak negara dibantu oleh Rotary International, UNICEF, dan WHO untuk mempercepat eradikasi global polio. Para pakar kesehatan dan WHO terkejut dan sibuk dengan adanya kasus baru virus polio liar di Indonesia pada tahun 2005, setelah hampir 10 tahun Indonesia bebas polio liar. Kejadian ini merupakan ancaman bagi Negara lain yang



mungkin



tertular,



sementara



pada



tahun



1988,



WHO



telah



mencanangkan dunia bebas polio pada 17 tahun kemudian. Penyakit ini kembali



menarik



perhatian



banyak



pihak



karena



peningkatan



dan



penularannya sangat cepat. Penularan polio sangat berhubungan dengan konsekuensi dampak sosial dan ekonomi negara. Polio tersebar diseluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. Kasus terakhir virus polio 3 terjadi di Sri Lanka pada tahun 1993, virus polio 1 dan polio 3 di Jawa Tengah, Indonesia pada tahun 1995, dan virus polio 1 di Thailand pada tahun 1997. India, salah satu negara endemic polio, juga menularkan penyakit ini ke Cina dan Syiria pada tahun 1999, ke



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 7



Bulgaria pada tahun 2001, serta ke Libanon pada tahun 2003. Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio liar di Indonesia pada tahun 2005 berasal dari Sudan atau Nigeria yang berada di Arab Saudi. Virus tersebut ditularkan ke negara lain melalui jemaah haji, jemaah umrah, dan tenaga kerja lainnya. Pada tahun 2002 dan 2003 Sudan tidak melaporkan lagi virus polio, akan tetapi pada tahun 2004 ditemukan satu kasus pada bulan Juli, 31 kasus pada bulan Agustus, dan terus meningkat menjadi 126 kasus pada akhir tahun 2004. Saat ini Sudan menjadi negara recently endemic. Pada tanggal 6 November 2004, seorang anak perempuan dari jemaah haji Sudan menderita lumpuh karena virus polio Sudan di Jeddah. Pada tanggal 15 Desember 2004, seorang anak berusia 5 tahun asal Nigeria yang tinggal di kampung pengungsian ilegal di dekat Kota Mekkah menderita lumpuh. Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita polio sebanyak 70 – 80 % di daerah endemic adalah anak berusia kurang dari 3 tahun, dan 80 – 90 % adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang tidak diimunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak – anak yang tidak terdaftar. Data terakhir sampai Juni 2007 terdapat 243 kasus polio liar pada tahun 2007. Negara penyumbang terbesar adalah Nigeria sebanyak 114 kasus, India sebanyak 82 kasus, dan Korea Utara sebanyak 13 kasus. Indonesia yang pernah mencatat 303 kasus pada tahun 2005 menurun jauh hingga menjadi hanya 2 kasus pada tahun 2006 dan tidak ada kasus pada tahun 2007. Kasus infeksi virus polio telah dilaporkan di Amerika Serikat sejak tahun 1979. Sampai tahun 1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin dilaporkan setiap tahun. Karena lembaga vaksin polio tidak aktif semua (IPV) kebijakan dalam jadwal imunisasi rutin, jumlah kasus terkait vaksin telah menurun secara signifikan. Empat kasus yang diturunkan dari virus polio vaksin telah diidentifikasi pada tahun 2005 antara anak-anak tidak divaksinasi di sebuah komunitas Amish di Minnesota.



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 8



Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 Kabupaten / Kota di Indonesia. Kejadian infeksi virus polio global mengalami penurunan sebesar lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada wabah telah dilaporkan di belahan



bumi



barat



sejak



1991, Organisasi



Kesehatan



Pan



Amerika melaporkan wabah di Haiti dan Republik Dominika pada tahun 2001. Sejak tahun 2001, tidak ada tambahan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus polio telah dilaporkan di Amerika. Pada 2009, kemajuan signifikan telah dibuat terhadap pemberantasan polio di India, Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria yang merupakan 4 negara-negara di mana transmisi virus polio liar asli masih terjadi. Namun, impor virus polio liar ke negara yang sebelumnya dianggap bebas dari polio terus menjadi masalah, khususnya di Afrika.



C. Struktur & Anatomi Virus Polio



Gambar Struktur Anatomi Virus Polio



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 9



Bentuk dan Struktur Anatomi Virus Polio dengan keterangannya Virus polio adalah virus RNA cukup sederhana dari keluarga Picornaviridae virus. Sebuah partikel virus polio (virion) pada dasarnya merupakan untai RNA dikelilingi oleh kapsid. Kapsid memiliki reseptor pada permukaannya yang membantu virus mengenali dan mengikat untuk menargetkan neuron motor dalam tubuh inang. Struktur virus polio – pertama kali ditemukan pada tahun 1985 – adalah salah satu struktur virus pertama yang pernah ditemukan.  Genome Genom polio itu (informasi genetik) yang terkandung pada untai tunggal RNA (asam ribonukleat). Ini kesamaannya dengan banyak virus lain, meskipun beberapa virus, seperti herpes, membawa informasi genetik dalam DNA (asam deoksiribonukleat). Virus polio RNA kode untuk menyerang ribosom sel target.  Capsid Kapsid dari virus polio mengelilingi, memberikan dan melindungi RNA. Ini terdiri dari protein dan memiliki reseptor pada permukaannya yang merasakan sel-sel saraf, sehingga memungkinkan virus polio untuk mengikat sel-sel ini.  Reseptor Reseptor pada virus polio, yang terbuat dari protein, sel target akal saraf. Virus polio target neuron motorik. Banyak sel dalam tubuh manusia memiliki situs reseptor yang sama bahwa target virus polio, tetapi tidak mengerti mengapa virus polio hanya menyerang sel-sel saraf tertentu. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengikat reseptor untuk membantu mencegah polio menyerang sel.  Infeksi Setelah polio telah terikat pada sel saraf target, kapsid terbuka dan informasi genetik virus itu dilepaskan ke dalam sel. Sementara beberapa virus menyampaikan informasi mereka ke dalam inti sel, target virus polio adalah



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 10



ribosom (terletak di sitoplasma). ribosom berfungsi untuk memproduksi protein dalam sel. Ribosom sel yang terinfeksi dengan polio menghasilkan RNA virus polio dan capsids bukan protein untuk sel inang itu sendiri. Dalam sitoplasma, yang baru terbentuk capsids dan RNA virus polio bergabung bersama untuk membentuk virion baru. sel kemudian mengalami lisis (melanggar terbuka), dan partikel-partikel virus baru yang dibentuk, akan menginfeksi sel inang lainnya. D. Fisiologi Virus Polio Setelah terinfeksi ke dalam sel, RNA keluar dari sarangnya dan di dalam sel RNA ini memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai mRNA yang ditranslasikan menjadi protein-protein yang berfungsi untuk pembentukan tubuh dan enzim-enzim yang berfungsi untuk perkembang-biakan (replikasi) virus itu sendiri. Fungsi yang kedua dari RNA ini adalah sebagai bahan dasar (template) untuk pembentukan RNA benang negatif (negative strand RNA). RNA benang negatif ini kemudian digunakan lagi sebagai template untuk membentuk RNA benang positif. Begitu seterusnya sehingga benang positif RNA yang menjadi genom virus ini terus bertambah banyak. RNA yang terbentuk kemudian dibungkus oleh protein-protein pembentuk tubuh dan keluar dari sel sebagai virus baru. Rentetan proses ini dijalankan oleh enzimenzim dari sel dan dari virus itu sendiri. E. Daur Reproduksi Virus Secara Umum Infeksi Secara Litik Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini: 1.



Fase adsorpsi dan infeksi Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah itu disebut daerah reseptor (receptor site = reseptor spot).



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 11



Daerah ini khas bagi fag tertentu, dan fag jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus tidak memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel hospes. Sesudah dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk kedalam hospes. Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA hospes. 2.



Fase replikasi (fase sintesa) DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.



3.



Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau fag yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200.



Infeksi Secara Lisogenik 1.



Fase adsorpsi dan infeksi Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes kemudian mengluarkan DNAnya kedalam tubuh hospes.



2.



Fase penggabungan DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.



3.



Fase pembelahan



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 12



Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.



F. Daur Hidup Virus polio Virus polio memasuki tubuh manusia dapat melalui mulut, kemudian masuk secara digesti. Jika virus dapat bertahan pada kondisi yang bururk di dalam perut manuisa, maka virus dapat menginfeksi sel pada usus: membrane selaput lender pada usus. Pada membrane mukosa tersebut virus menginfeksi sel dan bereplikasi.



Gambar virus polio menginfeksi sel Pada 1% infeksi, penyebaran virus dari usus ke dalam darah dan sistem saraf pusat. Virus dapat berpindah dari Peyer's patches ke aliran darah, yang mempunyai akses langsung ke sistem saraf pusat. Sedangkan cara memasuki sistem saraf adalah virus langsung melewati saraf lebih baik dan cepat dari pada melewati darah. Jika virus sudah masuk sekali ke dalam sistem saraf



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 13



pusat, replikasinya dapat menjadikan kerusakan sel saraf yang menimbulkan penyakit poliomyelitis. G. Replikasi Virus Polio 1. Attachment/ Absorpsi: Kapsid dari poliovirus tersusun oleh susunan ikosahedral dari 60 protomer, masing masing terdiri dari polipeptida VP1, VP2, VP3, and VP4, yang semuanya berasal dari pembelahan protomer induk yaitu VP0. Virus menempel pada sel inang penerima, dan mengharuskan interaksi pengikatan dengahn sel inang penerima. Tempat spesifik pengikatan on poliovirus involves VP1, VP2 and VP3 yang berinteraksi dengan sel inang reseptor CD155, yang merupakan immunoglobulin. Penyematan virus merupakan 'dual tropism'; virus menginfeksi dua jenis sel primate yang mempunyai perbedaan jelas yaitu: lymphoid dan sel epitel di dalam usus dan sistem saraf. 2. Penetrasi : RNA masuk ke dalam sitoplasme sel inang melewati membrane sel. 3. Uncoating: Virus



mengalami



penyesuaian



selama



pengikatan



untuk



menghilangkan VP4 yang nantinya akan dihancurkan. Bagaimanapun juga , 1 dari 200 virus partikel dapat dengan sukses mentransport RNA ke dalam sitoplasma dengan cukup cepat dimana itu dapat sintesis dari makromolekul dari virion yang baru. 4. Menghentikan sintesis makromolekul dari sel inang: Sintesis protein sel inang dan RNA sintesis dicegah. Bertujuan untuk pembelahan balutan ikatan yang komplek yang merupakan hal wajib bagi



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 14



semua mRNA's Eukaryotik selama proses inisialisasi dan translasi. Proses ini



berfungsi



untuk



membebaskan



lebih



banyak



ribososm



untuk



mentranslasi genom virus dan menjamin bahwa sel akan hancur dan mati, yang tujuan akhirnya menghasilakn kumpulan partikel virus yang baru. Inisisasi ini kira kira 1/2 jam setelah infeksi, dan dalam 2 jam, penurunan drastis pada sitesi makromolekul selular dapat terjadi. 5. Sintesis komponen virus Poliovirus adalah positive- sense single stranded RNA virus, yang artinya RNA mempunyai polaritas yang sama dengan mRNA. Dengan demikian viral RNA mampu mengkodekan semua protein yang dibutuhkan selama replikasi dan menulari dirinya sendiri. Pemain utama dalam replikasi pada virus RNA adalah RNA viral- polymerase RNA yang dependen. 53 kDa poliovirus polimer, bersama dengan viral yang lain dan protein inang, membawa hasil replikasi viral ke dalam sitoplasma sel inang. Sintesis ini berjalan kira kira 2.5 sampai 3 hours setelah infeksi terjadi. Sintesis



 Viral RNA mengikat diri kepada ribososm sel inang



Protein







Berperan



seperti



mRNA,



viral



RNA



mentranslasikeseluruhan ke dalam satu polipeptida besar.  Polipeptida terbelah menjadi RNA polimerasi, protease Memproses Protein



enzim dan kapsid protein yang baru.  Enzim protease merusak polipeptida besar tadi ke dalam bagian bagian.  Penyetopan terjadi melalui protease  Sintesis RNA polimerase (-)-strand RNA (strand yang komplemen pada cetakan RNA)



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 15



 Pada saat yang tepat, (-)-strand RNA digunakan sebagai



Sintesis



template untuk membuat (+)- sense cetakan dari genom asli Protein  RNA strand ganda (disebut jugakomposisi intermediet replikatif baik (+)- strand dan (-) -stranded RNA) terbentuk  Formasi genom yang baru terbentuk mengirim pesan kepada mesin translasi sel, mengarahkan produksi viral protein ke tingkat yang lebih tinggi. 6.



Pemasangan: RNA baru yang disintesis dikemas di dalam kapsid. Partikel viral terangkai melalui morfogenesis, dan pembelahan proteolitik dari protein kapsid membentuk partikel akhir : poliprotein P1 terbelah menjadi protomer yang tersusun oleh VP0, 1, dan 3, yang bersama – sama bersatu dan membungkus RNA viral. Perangkaian terjadi 4-6 jam setelah infeksi.



7.



Pematangan: Proses pematangan virus melibatkan pengikatan dari VP0 ke dalamVP2 dan VP4.



8.



Pembebasan : Partikel kemudian dilepaskan dari sel inang melalui proses lisis sel. Proses ini lebih seperti untuk pemrograman awal yang mengambil alih setelah beberapa waktu setelah proses protein sintesis dan RNA sintesis pada sel inang berhenti. Partikel virus yang bebas sekarang dapat menginfeksi sel inang lain. Migrasi ke jaringan saraf akan menghasilkan suatu penyakit disebut paralytic poliomyelitis. Penghancuran sel akan terjadi kira - kira 6-10 jam setelah infeksi (Koch, 2005).



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 16



Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu, pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus polio. Poliovirus mengandung 2 macam antigen yang dapat dideteksi dengan berebagai macam reaksi imunologi yaitu Antigen A & H. Untuk poliovirus galur yang dilemahkan (untuk vaksinasi) maka protein kapsid UP1 dengan satu atau lebih Antigen memegang peranan penting dalam interaksi dengan Antibodi netralisasi sedang UP2 dan UP3 juga berinteraksi tetapi kurang kuat dibanding UP1. Poliovirus relatif tahan terhadap bahan asam(pH 3)dan beberapa enzim proteolitik, hal inilah yang menyebabkan virus ini dapat disebarkan melalui Saluran pencernaan. Selain itu virus ini jaga tahan terhadap alkohol 70%, lisol 25 %, eter,deoksikholat dan berbagai macam detergent. Viru ini sensitif terhadap formaldehid 0.3%, HCl 0,1 N, juga bahan halogen lainnya. Maka daripada itu bahan formaldehid 0.3% merupakan pilihan untuk desinfeksi juga bisa dengan pemanasan, pengeringan dan cahaya. H. Taksonomi Virus Polio Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik (morfologi, genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya, protein,



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 17



antigenic, dan sifat biologisnya) hingga tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies 



Ordo virus : merupakan pengelompokan famili virus yg memiliki banyak kesamaan karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran ”Virales” oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus).







Famili



virus:



merupakan



pengelompokan



genus



virus



yg



memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya.



Famili



virus



ditandai



dg



akhiran



“Viridae”.



Contohnya:Picornaviridae. 



Genus virus: merupakan pengelompokan spesies virus yg memiliki banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus”. Ditandai dengan akhiran “Virus” (misal: Genus Enterovirus).







Spesies virus: menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yg mirip replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya. Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus). Pada tahun 1976



ICTV



(International



Commite



on



Taxonomy



of



Virus)



mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA dan virus polio termasuk dalam golongan virus RNA. Divisi : Protophyta Kelas : Mikrotatobiotes Ordo : Virales Famili: Picornaviridae Genus: Enterovirus



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 18



Species: Poliovirus I. Ekologi Virus Polio Virus masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi (memperbanyak diri). Biasanya penularannya melewati feses, misalnya feses yang mengandung virus polio mencemari sumber air minum warga kemudian air yang dikonsumsi oleh manusia tersebut membawa virus polio dan sampai ketubuh manusia. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tipe sel dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga tempat replikasi pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran cerna terutama “bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah virus polio memang bereplikasi di tempat tersebut atau “hanya terserap” oleh jaringan limfe setelah bereplikasi di sel epitel saluran cerna. Fase ini berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio pada fase ini dapat ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses penularan (Afie’s, 2009). Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus polio akan menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum tulang, hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan lemak coklat dan otot (Afie’s, 2009). Mekanisme virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat masih belum diketahui secara pasti. Ada 3 hipotesis, yang pertama, virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat melalui transport axon (sel syaraf panjang yang menghantarkan signal syaraf) dengan arah yang berlawanan (signal syaraf bergerak dari sistem syaraf pusat ke otot, virus bergerak dari otot ke sistem syaraf pusat). Hipotesis kedua adalah virus menembus sawar darah otak, independen dari keberadaan reseptor seluler untuk virus polio (CD155). Dan hipotesis ketiga, virus polio diimpor ke sistem syaraf pusat melalui sel Mikrobiologi & Parasitologi



Page 19



makrofag (mekanisme kuda Trojan). Sampai saat ini, mayoritas bukti ilmiah mendukung hipotesis yang pertama (Afie’s, 2009). Pada beberapa kasus polio di daerah daerah secara epidemiologis menunjukkan bahwa disamping imunitas masyarakat yang rendah juga disebabkan sanitasi atau sumber air yang di pakai warga yang berperan cukup besar dalam penyebaran virus polio. J. Penularan Virus Polio Masa inkubasi polio biasanya 7 – 14 hari dengan rentang 3 – 35 hari. Manusia merupakan satu – satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar – manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan hygiene sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro – fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Penularan melalui serangga belum dapat dibuktikan. Pada akhir masa inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan 36 jam kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3 – 6 minggu atau lebih. Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1 % saja. Dari semua kelumpuhan, 90 % akan sembuh dengan sendirinya dan sekitar 10 % akan mengalami kelumpuhan menetap. Angka kelumpuhan pada bayi lebih kecil daripada orang dewasa.



K. Gejala dan Tanda Terkena Virus Polio Gejala awal biasanya terjadi selama 1 – 4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain yang biasa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarah pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 20



dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf terasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam. Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid paralisis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologis dan reflex patologis negative. WHO mengatakan bahwa kelumpuhan dapat disebabkan oleh lebih dari 100 macam penyebab, namun di Indonesia sampai saat ini dilaporkan kelumpuhan disebabkan oleh 23 penyakit. Sebanyak 60 – 70 % kelumpuhan disebabkan oleh Guillain Barre Syndrome (GBS). Untuk membuktikan apakah kelumpuhan disebabkan oleh polio atau bukan, harus dibuktikan oleh pemeriksaan laboratorium yang sudah terakreditasi WHO yaitu di laboratorium Biofarma, BBLK Surabaya dan Laboraturium Puslit Penyakit Jakarta. Diagnosis banding yang mirip dengan polio adalah mielitis transerva, yaitu suatu peradangan sumsum tulang belakang. Kelumpuhan layuh biasanya menyerang kedua tungkai, bersifat akut, dan lemas. Reflex biologis dan reflex patologis negative, bisa disertai dengan gangguan buang air kecil dan besar. Diagnosis banding lainnya adalah GBS, dimana terjadi demam disertai dengan gejala kelumpuhan yang berangsur dari ujung kaki naik ke atas dengan batas tegas, bila sudah sampai pergelangan membentuk gambaran seperti sarung tangan / kaki (glove phenomenon). Kelumpuhan menyerang kedua tungkai, reflex fisiologis negative, sedangkan reflex patologis positif. Bila kelumpuhan menyerang otot saluran pernapasan, maka penderita dapat mengalami sesak nafas sampai meninggal. Respons pertama terhadap infeksi virus polio biasanya bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 - 8 % infeksi virus polio tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam,



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 21



mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, otot menjadi lemah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, penderita dapat sembuh dalam beberapa hari. Namun, bila virus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik 1 2% dan poliomyelitis paralitik (kelumpuhan) 0,1-1%. Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, virus polio telah mencapai selaput otak (meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit punggung dan leher. Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut dimulai dengan fase preparalitik selama 1-2 hari. Strain poliovirus menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Gejalanya adalah badan panas, nyeri kepala, muntah atau mencret, nyeri pada otot-otot, kemudian terjadi kelumpuhan pada anggota gerak, lengan atau tungkai yang sifatnya lemas (flacid paralisis). Lumpuh lemas (flacid paralisis) terjadi karena hilangnya refleks atau penurunan refleks pada lengan dan tungkai, yang terjadi akibat kerusakan neuron motor bawah. Jika tidak adanya kekebalan alami akan menyebabkan terserangnya batang otak yang menyebabkan poliomyelitis bulbar. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan. Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Menurut Widodo Judarwanto (2005), fase-fase infeksi virus polio adalah sebagai berikut. 1. Stadium akut (sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu). Ditandai dengan suhu tubuh meningkat, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan itu terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan.



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 22



Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas yang cenderung menetap. 2. Stadium subakut (2 minggu s/d 2 bulan). Ditandai dengan menghilangnya demam, kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan, kemudian timbul kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi. 3. Stadium konvalescent (2 bulan s/d 2 tahun). Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. 4. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.



Gambar Anak yang terkena polio



L. Pengobatan Pada Penderita Polio Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan sufortif untuk meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan pisioterapi untuk meminimalkan



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 23



kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Efektif Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans AFP.



M.Pencegahan Dan Pemberantasan Virus Polio World Health Assembly (WHA) pada tahun 1988 menetapkan dunia bebas polio pada tahun 2005, dengan tahapan : (1) tahun 2000 diharapkan tidak ada lagi trasmisi virus polio liar lagi, (2) tahun 2004 diharapakan South East Asian Region Organization (SEARO) terbentuk. SEARO adalah suatu system pembagian



wilayah



WHO



yang



meliputi



wilayah



regional



Asia



Tenggara.apabila resolusi ini berjalan sesuai rencana maka WHO beserta negara – negara di seluruh dunia akan enghentikan imunisasi polio pada tahun 2010 seperti halnya keberhasilan membasmi virus cacar. 1.



Eradikasi polio (erapo) Pengertian eradikasi polio adalah keadaan dimana suatu Negara bebas kasus polo liar selama 3 tahun berturut – turut dan didukung oleh system surveilans yang mantap. System surveilans mantap dibuktikan dengan : a.



Zero report, yaitu laporan mingguan dari Puskesmas dan Rumah Sakit lengkap dan tepat mskipun tidak ditemukan 1 kasus AFP pun.



b.



AFP rate 1 (100%), yaitu harus bisa menemukan kasus AFP dan membuktikannya melalui pemeriksaan laboratorium bahwa hal tersebut bukan karena penyakit polio.



Strategi erapo adalah : 1)



Mempertahankan imunisasi rutin dengan cakupan yang tinggi.



2)



Melaksanakan program imunisasi tambahan seperti : 



PIN 1995, 1996 dan 1997







Sub PIN (1998 – 1999), daerah berisiko tinggi (focus)







Sub PIN 2000 – peningkatan imunitas







Mopping up (kegiatan seperti PIN pada suatu daerah untuk mencegah dan menanggulangi transmisi).



Mikrobiologi & Parasitologi



Page 24



3)



SAFP sesuai standar sertifikasi.



4) Pengamanan virus polio di laboratorium.



2. SAFP (Surveilance acute flaccid paralysis) SAFP adalah suatu pengamanan ketat pada semua kasus kelumpuhan yang mirip pada kelumpuhan pada kasus poliomyelitis, yaitu akut (