10 0 216 KB
PREVALENSI
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh corynebacterium diphtery yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit, dan lesi lain dari orang lain yang terinfeksi.
ETIOLOGI :
Agen yang menyebabkan difteria adalah corynebacterium diphteriae. Spesies corynebacterium merupakan kuman batang gram-positif, tidak bergerak, pleomorfi, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan beku dan kering.Kuman tumbuh secara aerob, bisa dalam media sederhana, tetapi lebih baik dalam media yang mengandung K-tellurit atau media Loeffler.Ciri khas C. diphtheriaeadalah kemampuannya memproduksi eksotoksin baik in vivo maupun in vitro.
KELOMPOK 11: 1. 2. 3. 4. 5.
FIKA IKHSANTI N FITRI RAMADHANTY NININ LATIFATUL N TRI AMBARWATI WIDIA NUR’AINI
Dalam tahun 982-1986 rata-rata dirawat 200-400 kasus difteria setiap tahun dengan angka kemarian sekitar 4-7%, tahun 1989 terdapat 130 kasus dengan angka kematian 3,08, Kementerian Kesehatan mengungkapkan 66 persen dari kasus kejadian luar biasa (KLB) difteri yang terjadi sepanjang 2017 KOMLIKASI: 1. Miokarditis 2. Neuritis 3. Nefritis
FAKTOR RISIKO
FAKTOR PENYEBAB
disebabkan oleh bakteriCorynebac terium diphtheriae.
FAKTOR HOST
FAKTOR PRILAKU
Faktor host yang mempengaruhi kejadian penyakitini pada umumnyayaitu :
Kebiasaan yang dilakukan seharihari yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan atau penyebaran penyakit difteri.
Umur Statusimunis
asi.
Terpapar cynobacterium difteriae di udara PENATALAKSANAAN 1. Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) 2. Pemberian antibiotika: Eritromisin: 40-50 mg/kg/hari Azitromisin 3. Kortikosteroid
Masuk ke dalam tubuh melalui sal. pernapasan
FAKTOR LINGKUNGAN Tingkat kepadatan hunian
rumah Sanitasi rumah, serta faktor pencahayaan dan ventilasi. Faktor lingkungan lain yang dapat mempengaruhi munculnya meliputi: lingkungan fisik, biologi, social dan ekonomi.
Lab : Pemeriksaanbakteriolo gis Kultur Toksigenisitas
Hinggap di mukosa tubuh
MengeluarkanToksin (eksotoksin)
Resiko penyebarluasan infeksi
LOKAL
Infeksi Nasal
Infeksi Tonsil &Laring
Peradangan
\ mukosa hidung
Influensa
Proses peradangan
Menekan serabut saraf nyeri
Pemeriksaan EKG
Perubahan sel point
Bersihan jalan napas tidak efektif
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Infeksi Pada Laring Jantung
Nekrosistoksik dan degenerasi hialin
Reaksi peningkatan suhu
Produksi secret naik
Penumpukan sekret
SISTEMIK
Seluruh tubuh
Reaksi demam
Peningkatan suhu tubuh
Nyeri padan tonsil
Miokaaditis payah jantung
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko kekurangan volume cairan
Apneu
Bersihan jalan napas tidak efektif Edema kongesti infiltrasi sel morte nuclear pada serat otot & ssistem konduksi
Nyeri menelan
Anoreksia
Pembesaran Pseudomembran
Obstruksi Jalan napas
Evaporasi naik
Kehilangan cairan tubuh
Penumpukan sekret
Risiko Penurunan curah jantung
Pemeriksaan Radiologi
INTERVENSI
INTEVENSI
Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dx : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dx : Resiko penyebarluasan infeksi
Mandiri
Mandiri
INTERVENSI
Kaji status pernapasan, observasi irama dan bunyi pernapasan. Atur posisi kepala ekstensi. Lakukan fisioterapi dada Persiapan anak untuk dilakukan trakheostomi
Kaji
kemampuan
anak
Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan, lingkar lengan, konjungtiva, indeks masa tubuh, laboratorium draah.
Kolaborasi :
Kolaborasi
Lakukan pemasangan nasogastric tube. Kolaborasikan pemberian diet yang adekuat. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral
Mandiri
Tempatkan anak pada ruangan khusus Pertahankan isolasi yang ketat di Runah Sakit Gunakan prosedur perlindungan infeksi
Kolaborasi
Lakukan penghisapan lendir jika jalan napas tersumbat. Berikan oksigen sebelum dan sesudah dilakukan penghisapan lendir. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah. Lakukan intubasi jika diindikasikan.
Dx : Risiko kekurangan volume cairan
Mandiri
makan.
INTERVEENSI
Berikan antibiotik sesuai order.
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti: membran mukosa kering, turgor kulit kurang, produksi urine menurun, frekuensi denyut jantung dan pernapasan meningkat, tekanan darah menurun, dan fontanel cekung.
Monitor intake dan output cairan secara tepat, dan pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan parental jika intakle cairan peroral tidak adekuat.
INTERVENSI
INTERVENSI
Dx :risiko penurunan curah jantung
Dx : nyeri
Pantau frekuensi/irama jantung, TD dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan. Pertahankan tirah baring dalam posisi semi fowler. Auskultasi bunyi jantung. perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4. Berikan tidakan kenyamanan, misalnya: perubahan posisi, gosokan punggung dan aktivitas hiburaan dalam toleransi jantung.
Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri. Observasi ketidaknyamanan non verbal Ajarkan untuk menggunakan tekhnik non farmakologi misalnya relaksasi, guided imageri, terapi music dan distraksi Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan. Missal suhu, lingkungan, cahaya dan kegaduhan. Pemberian analgetik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Widiya, Herwin Astuti dan Angga Seful. 2010. “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Pernapasan” Jakarta. Trans Infomedia. 2. Puwono, Sumarno S. 2010. “Infeksi dan Pediatri Tropis”. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 3. Suradi dan Rita Yuliani. 2010. “Asuhan Keperawtan Pada Anak” . Jakarta. CV SAGUNG SETO. 4. https://www.alomedika.com/penyakit/penyakitinfeksi/difteri/diagnosis