Embolisasi Arteri Uterina [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT EMBOLISASI ARTERI UTERINA



Disusun Oleh : Faza Mahta Hafizha 1610221021



Pembimbing : dr. Andi Darwis, Sp.Rad(K)



Kepaniteraan Klinik Bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Periode 20 November 2017 – 22 Desember 2017



LEMBAR PENGESAHAN



REFERAT EMBOLISASI ARTERI UTERINA



Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi RSUP Persahabatan



Disusun Oleh : Faza Mahta Hafizha 1610221021



Pembimbing



dr. Andi Darwis, Sp. Rad(K)



ii



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Embolisasi Arteri Uterina” dengan baik. Referat ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di SMF Radiologi RSUP Persahabatan. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada dr. Andi Darwis, Sp.Rad(K) selaku pembimbing dan moderator dalam pembuatan referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran. Aamiin.



Jakarta, Desember 2017



Penulis



iii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv



BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. .. 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. .. 2 2.1 Anatomi Uterus ...................................................................................................... .. 2 2.2 Embolisasi ............................................................................................................... . 6 2.2.1 Definisi…………………………………………………………………….... 7 2.2.2 Indikasi…………………………………………………………………...…. 7 2.2.3 Bahan yang digunakan…………………………………………………...…. 8 2.2.4 Persiapan Sebelum Embolisasi………………………..…………….....….. 10 2.2.5 Pertimbangan Setelah Embolisasi………………………………………..…11 2.3 Embolisasi arteri uterine………………………………………………………....... 12 2.3.1 sejarah…………………………………………………………………….. 12 2.2.3 Definisi…………………………………………………………………… 12 2.2.3 Indikasi…………………………………………………………………… 13 2.2.4 Kontraindikasi……………………………………………………………. 13 2.2.5 Prosedur…………………………………………………………………... 13 2.2.6 Teknik…………………………………………………………………….. 15 2.2.7 Gambaran Radiologi…………………………………………………….... 17 2.2.8 Pasca Bedah………………………………………………………………. 18 2.2.9 Efek Samping…………………………………………………………….. 18 2.2.10 Pemeriksaan Lanjutan…………………………………………………... 18 2.2.11 Keuntungan………………………………………………………………18 2.2.12 Kerugian………………………………………………………………… 18 2.2.13 Komplikasi……………………………………………………………… 19



iv



2.2.14 Prognosis………………………………………………………………... 19 BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21



v



BAB I PENDAHULUAN



Embolisasi adalah salah satu teknik radiologi intervensi yang merupakan suatu prosedur invasi non bedah atau bedah minimal yang dilakukan oleh ahli intervensi radiologi dan ahli intervensi neuroradiologi. Prosedur ini akan menempatkan agen embolan melalui kateter pada pembuluh darah (feeding artery) utama dari target dan mencegah aliran darah ke tempat tersebut untuk suatu tujuan medis tertentu. Di Indonesia prosedur embolisasi masih jarang diakukan namun sekarang sudah mulai berkembang di beberapa rumah sakit besar. Tujuan dari embolisasi terutama adalah untuk mengontrol perdarahan, mengurangi rasa sakit dan secara bertahap dapat mengurangi ukuran suatu tumor. Embolisasi



arteri



uterina



merupakan



salah



satu



alternatif



dalam



penatalaksanaan salah satunya myoma uteri. Prinsip dasar terapi ini adalah mengurangi perdarahan pada myoma dengan penyumbatan arteri uterina sehingga myoma dapat mengecil. Data di Amerika pada tahun 2015, sekitar 300.000 wanita tiap tahun dilakukan operasi histerektomi oleh karena myoma uteri. Pada pasien yang tidak menginginkan operasi karena alasan tertentu, misalnya belum mempunyai keturunan terapi harus menghadapi kemungkinan pengangkatan rahim, terapi ini dapat menjadi pilihan.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Anatomi Uterus Uterus terdiri dari tiga bagian besar, yaitu, fundus uteri yang berada di bagian uterus proksimal, badan rahim (korpus uteri) yang berbentuk segitiga, dan leher rahim (serviks uteri) yang berbentuk silinder. Korpus uteri adalah bagian terbesar uteri, merupakan 2/3 bagian dari rahim. Pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat utama bagi janin untuk berkembang dan hidup. Serviks uteri terbagi kepada dua bagian, yaitu pars supra vaginal dan pars vaginal. Saluran yang menghubungkan orifisium uteri internal (oui) dan orifisium uteri external (oue) disebut kanalis servikalis, dilapisi kelenjar-kelenjar serviks. Bagian rahim antara serviks dan korpus disebut isthmus atau segmen bawah rahim. Bagian ini akan mengalami peregangan dalam proses kehamilan dan persalinan. Dinding rahim secara secara histologiknya terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan mukosa (endometrium) di dalam, lapisan otot-otot polos (lapisan miometrium) di tengah, dan lapisan serosa (lapisan peritoneum) di luar. Lapisan otot-otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik yang berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka sehingga perdarahan berhenti.



2



Pembuluh darah yang menperdarahi uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarika. Arteri uterina merupakan cabang utama dari arteri hipogastrika yang masuk ke dasar ligamentum latum dan membelok ke medial menuju ke sisi uterus. Pada waktu membelok ke medial, arteri uterina menyilang di depan ureter. Dekat dengan bagian supravaginal dari serviks, arteri uterina bercabang menjadi dua cabang utama. Cabang yang lebih kecil arteri servikovaginalis, memberi darah pada bagian bawah serviks dan bagian atas vagina. Cabang utama membelok secara tajam ke atas dan selanjutnya sebagai pembuluh darah yang berbelok-belok dan berjalan sepanjang kedua sisi uterus, pembuluh darah ini bercabang ke bagian atas serviks dan juga membentuk cabang lain yang menembus badan uterus. Mendekati tuba, cabang utama arteri uterina bercabang menjadi tiga cabang terminal : cabang fundus, tuba, dan ovarium. Pada cabang ovarium arteri uterina mengadakan anastomosis dengan cabang terminal arteri ovarika; cabang tuba dengan melalui mesosalping memberi darah pada sebagian dari tuba; cabang fundus memberi darah ke fundus uteri. Kurang lebih 2 cm sebelah lateral serviks, arteri uterina menyilang di atas ureter. Pada titik ini dimana arteri uterina dan vena uterina terletak dekat dengan ureter mempunyai arti yang sangat penting saat pembedahan, karena pada waktu



3



histerektomi ureter dapat terluka atau terikat ketika pembuluh darah uterina diklem dan diikat.



Arteri ovarika, merupakan cabang langsung dari aorta, memasuki ligamentum latum melewati ligamentum infundibulopelvikum. Pada hilus ovarium, arteri ovarika bercabang menjadi beberapa cabang yang lebih kecil dan memasuki ovarium, sedangkan cabang utama dari arteri ovarika berjalan sepanjang ligamentum latum dekat mesosalping menuju kebagian atas batas lateral uterus dimana beranastomosis dengan cabang ovarium arteri uterina. Masih terdapat banyak anastomosis yang lain diantara arteri pada kedua sisi uterus. Pada kedua sisi uterus, vena arkuatus bersatu membentuk vena uterina, yang mengalirkan darah ke vena hipogastrika dan seterusnya ke vena iliaka komunis.



4



Sebagian dari darah uterus bagian atas dan darah dari ovarium serta bagian atas ligamentum latum dikumpulkan kedalam beberapa vena yang terletak di dalam ligamentum latum, yang membentuk pleksus pampiniformis dan berakhir di vena ovarika. Vena ovarika kanan mengalirkan darah ke vena cava, sedangkan vena ovarika kiri mengalirkan darah ke vena renalis kiri. Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria iliaka interna (arteria Hipogastrika) dan arteria ovarika. Arteria



Uterina



adalah



cabang



utama arteria



Iliaca



Interna (arteria



Hypogastrica) yang masuk uterus melalui ligamentum latum. Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri.. Pada tempat setinggi servik pars supravaginalis, arteria uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar berjalan kearah atas melalui dinding lateral uterus. Kira-kira 2 cm lateral servik, arteria uterina menyilang ureter dan hal ini perlu memperoleh perhatian saat melakukan histerektomi atau ligasi arteri uterina.



Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika. Arteria Ovarica merupakan cabang langsung



dari Aorta yang



memasuki



ligamentum



latum



melalui ligamentum



5



infundibulopelvicum. Didaerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria ovarica selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx. Terdapat anastomosis pembuluh arteri uterina dan ovarica. Bagian endometrium disuplai darah oleh arteriol spiralis dan basalis. Arteriol spiralis yang memegang peran dalam mensturasi dan member nutrisi kepada janin yang sedang berkembang dalam uterus.



6



2.2 Embolisasi 2.2.1



Definisi Embolisasi adalah prosedur invasi non bedah atau bedah minimal, yang



dilakukan oleh ahli intervensi radiologi dan ahli intervensi neuroradiologi. Prosedur ini dengan sengaja menyuntikkan emboli (materi penyumbat) kedalam pembuluh darah terpilih untuk suatu tujuan medis tertentu. Penyumbatan pembuluh darah dapat dilakukan dengan penyumbatan mekanis langsung atau dengan kombinasi antara penyumbatan mekanis dan



pembuatan



trombus. Prosedur ini dilakukan sebagai prosedur endovaskular oleh konsultan ahli radiologi intervensi di ruang bedah. Sebagian besar pasien yang menjalani prosedur ini dapat dilakukan dengan sedikit sedasi atau tanpa sedasi, meskipun hal ini tergantung pada organ yang akan diembolisasi. Pasien yang menjalani embolisasi otak atau embolisasi vena portal biasanya diberikan anestesi general atau total. Akses ke organ tersebut diperoleh melalui suatu kawat pemandu dan kateter. Gambar-gambar ini kemudian digunakan sebagai peta untuk ahli radiologi untuk mendapatkan akses ke pembuluh yang benar dengan memilih kateter yang sesuai tergantung pada 'bentuk' dari anatomi sekitarnya. Setelah kateter berada di organ yang akan dituju, pengobatan dapat dimulai. 2.2.2 Indikasi Embolisasi Embolisasi adalah tindakan yang efektif untuk memberikan terapi terhadap perdarahan dan menghentikan suplai darah pada suatu massa. Embolisasi dapat dilakukan sebagai terapi definitif atau sebagai terapi tambahan pada suatu tindakan. Pengaplikasian terapi embolisasi yang aman dan efektif memerlukan keterampilan yang tinggi, pengenalan terhadap bahan emboli yang akan digunakan dan pengetahuan tentang cara pengaplikasian masing-masing dari bahan-bahan tersebut. Embolisasi telah menjadi



suatu terapi yang sangat berguna sejak



pengaplikasiannya dalam berbagai tujuan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:



7



Malformasi pembuluh darah: digunakan untuk penyumbatan pada aneurisma didapat maupun bawaan seperti pada cerebral, visceral dan ekstremitas, pseudoaneurisma, dan abnormalitas pembuluh darah lain yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan. Perdarahan non trauma: terapi pada perdarahan rekuren atau perdarahan akut seperti pada batuk darah, perdarahan gastrointestinal, perdarahan



postpartum,



perdarahan iatrogenic dan perdarahan karena neoplasma. Trauma: untuk mengontrol perdarahan massif seperti laserasi pada lien atau perdarahan pelvis. Embolisasi



pada



arteri



uterina: devaskularisasi pada leiomioma uterina dan



adenomiosis untuk mengurangi perdarahan. Embolisasi onkologi: untuk mengurangi gejala, mencegah dan mengatasi perdarahan, mengurangi perdarahan selama operasi, meningkatkan angka bertahan hidup dan kualitas hidup. Seperti pada pasien dengan karsinoma sel pada renal, dan keganasan pada tumor baik primer maupun sekunder. Ablasi jaringan: ablasi dari neoplasma jinak dan jaringan non neoplasma yang berefek negatif bagi pasien, seperti hipersplenisme, hipertensi



renovaskuler



refrakter, proteinuria pada gagal ginjal terminal. Redistribusi aliran darah: untuk melindungi jaringan yang normal seperti pada arteri gastroduodenal dan embolisasi pada arteri gastrika kanan pada arteri hepatik kemoembolisasi dan radioembolisasi. Penatalaksanaan kebocoran pembuluh darah termasuk pada pembuluh darah kolateral. Sebagai penghantar terapi regional dimana obat atau zat lain disuntikkan melalui cara embolisasi ini, seperti kemoterapi dan virus onkolitik. Membentuk jalur enterokutaneus pada keadaan abnormal jalur limfatik dimana prosedur embolisasi akan menyumbat saluran antara organ dengan organ atau kavitas ke permukaan kulit, kebocoran pada duktus toraksikus, dan limfedema. 2.2.3 Bahan Emboli Pemilihan bahan emboli tergantung dari efek klinis yang diinginkan oleh seorang dokter dengan mempertimbangkan karakteristik dari tiap bahan. Dengan



8



lebih mengenal karakteristik setiap bahan emboli akan menentukan keberhasilan dari tindakan embolisasi tersebut. Dalam sejarah, bahan yang pertama dikenal untuk embolisasi adalah bekuan darah. Bahan ini mudah dan cepat didapat selain mempunyai biokompatibilitas yang tinggindengan tubuh pasien. Tetapi bahan ini mempunyai waktu kerja yang terbatas karena oklusi dan rekanalisasi dapat terjadi dalam hitungan jam sampai beberapa hari. Bahan berikutnya yang dikembangkan adalah filamen yang diambil dari fasia dura atau tensor fasia lata. Bahan ini biasanya digunakan pada malformasi vaskular pada intrakranial. Saat ini seiring perkembangan dari cairan dan zat partikulat, filamen, bekuan darah, dan fasia tidak digunakan lagi. Bahan emboli modern dapat bersifat sementara atau digunakan



permanen.



bahan emboli permanen yang dapat ditemukan dalam berbagai



Biasanya bentuk



seperti cairan, partikulat, coil dan balon.



9



Pemilihan bahan emboli khusus untuk kasus per individu tergantung pada tingkat pembuluh darah yang diinginkan untuk dioklusi dan durasi oklusi yang diperlukan. Kondisi pasien juga mempengaruhi pendekatan yang digunakan dalam embolisasi. Pasien tidak stabil memerlukan prosedur yang sifatnya penyelamatan nyawa yaitu embolisasi dengan kerja cepat. Sebagai contoh, dalam kasus perdarahan panggul, embolisasi dengan gelfoam yang tersebar atau embolisasi dari arteri iliaka internal yang mungkin lebih tepat daripada embolisasi koil yang superselektif. Selain itu dapat juga dilakukan pada pasien yang stabil dimana waktu prosedur tidak menjadi sebuah perhatian. Juga, status koagulasi harus diketahui. Karena bahan emboli berfungsi baik dengan oklusi mekanik langsung atau dengan tambahan yang menyediakan kerangka kerja bagi pembentukan trombus sebagaimana disebutkan di atas, status koagulasi pasien dapat mempengaruhi pemilihan bahan emboli. Sebuah balon dilepas sehingga menyebabkan oklusi pembuluh darah langsung yang tidak tergantung dari status koagulasi pasien, sedangkan jaringan oklusi setelah diembolisasi dengan koil dapat diperpanjang pada pasien dengan kelainan koagulasi. 2.2.4 Persiapan Sebelum Embolisasi Pemahaman yang terperinci tentang anatomi pembuluh darah target, dan terutama pembuluh darah kolateral yang potensial penting untuk prosedur embolisasi yang aman dan efektif. Dalam beberapa kasus, embolisasi pembuluh darah yang lebih proksimal dan lebih distal dari daerah perdarahan mungkin diperlukan untuk menghindari perdarahan berulang melalui pembuluh darah kolateral. Dengan demikian, kecuali pada pasien sangat tidak stabil, angiogram yang berkualitas tinggi harus diperoleh untuk memvisualisasikan pembuluh darah yang mensuplai lesi target atau daerah perdarahan. Dalam kasus perdarahan perut, angiografi umumnya harus dimulai dengan suntikan (misalnya, aorta) nonselektif untuk



mengidentifikasi



anomali anatomi (seperti arteri aksesori ginjal) atau sumber perdarahan yang tidak biasa atau tak terduga. Sebagai aturan umum, sistem kateter koaksial harus digunakan untuk prosedur embolisasi karena pendekatan ini memungkinkan pemindahan kateter dalam



10



tanpa kehilangan akses. Memiliki kemampuan ini sangat penting bagi kateter itu sendiri karena dapat menjadi tersumbat oleh bahan emboli. Selain itu, kateter yang dipilih harus sesuai dengan bahan emboli yang direncanakan. Untuk embolisasi partikulat, lumen dalam kateter mikro harus cukup besar untuk ukuran partikel yang dipilih. Selain itu, karena embolisasi partikulat bergantung pada aliran darah antegrade untuk membawa partikel ke dalam wilayah sasaran, profil kateter harus cukup rendah untuk memaksimalkan



aliran



antegrade



(dalam jaringan kecil, ini mungkin



memerlukan kateter mikro). Untuk embolisasi dengan menggunakan kumparan, sisilubang kateter harus dihindari karena kumparan sebagian dapat diekstrusi sebelum mencapai ujung kateter. Kateter poliuretan juga harus dihindari karena gesekan yang tinggi saat meluncurkan kumparan. Selain itu, diameter kateter dan kumparan harus sesuai. Kateterisasi selektif jaringan target dilakukan dengan menggunakan teknik kateter standar. Setelah kateter berada dalam posisi yang diharapkan, angiogram selektif melalui kateter harus dilakukan untuk memastikan bahwa posisi benar. Hal ini juga penting untuk memastikan bahwa posisi kateter stabil. 2.2.5 Pertimbangan setelah embolisasi Kebanyakan pasien mengalami rasa sakit yang berhubungan dengan iskemia setelah embolisasi organ padat. Tingkat nyeri cenderung meningkat dengan embolisasi pada pembuluh darah yang lebih distal karena infark jaringan mungkin terjadi. Intensitas nyeri yang bervariasi antara individu, sehingga pasien yang dikontrol dengan analgesia biasanya digunakan opiat untuk penanganan nyerinya. Dalam rangka untuk mengontrol rasa sakit yang tepat, pasien harus dirawat semalam di rumah sakit. Biasanya nyeri berkurang setelah 12 jam, memungkinkan beralih ke analgesia per oral pada hari berikutnya. Antara 10% dan 30% dari pasien dengan sindrom postembolisasi yang terdiri dari nyeri, demam, leukositosis



membutuhkan



perawatan



rumah



sakit.



mual, Secara



muntah, dan umum



gejala



berkepanjangan, diatasi dengan pengobatan simtomatik dalam beberapa hari. Karena sindrom



postembolisasi



bisa



sulit untuk membedakan dari infeksi, antibiotik



11



profilaksis direkomendasikan untuk embolisasi organ padat. Sebuah dosis tunggal sebelum prosedur biasanya cukup, tetapi dalam kasus tertentu-misalnya, setelah ablasi limpa dianjurkan penggunaan antibiotik. 2.3. Embolisasi Arteri Uterina



2.3.1 Sejarah Akhir tahun 1980 dan awal 1990, Dr. Jacques Ravina melakukan embolisasi arteri uterina pada pasien yang akan menjalani pembedahan mioma. Sebagai suatu usaha untuk mengurangi angka kejadian perdarahan tanpa diduga pasien-pasien yang arteri uterinanya telah diembolisasi beberapa minggu sebelum jadwal operasi membatalkan



untuk



operasi, karena gejala perdarahan, nyeri dan gejala akibat



pembesaran mioma menghilang



setelah



diembolisasi.



Penemuan



yang



tidak



disangka ini membawa perubahan dalam penanganan mioma uteri. Dewasa ini embolisasi arteri uterina telah berkembang untuk mengobati mioma uteri. Arteri uterina yang mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen emboli (partikel polyvinyl alkohol). Keamanan dan kemudahan dari embolisasi arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan mengobati semua bentuk mioma. Jaringan parut dan perlengketan yang terlihat dengan tindakan pembedahan, tidak terlihat pada embolisasi arteri uterina. 2.3.2 Defenisi



12



Embolisasi arteri uterina adalah suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara memasukkan agen emboli ke arteri uterina. 2.3.3 Indikasi Indikasi untuk tindakan ini adalah: 



Ada kontra indikasi terhadap pengobatan dan pembedahan yang mempunyai keluhan yang belum dapat diatasi (menoragia, nyeri pelvis,penekanan mioma terhadap organ disekitarnya).







Pasien yang ingin mempertahankan uterus.







Pasien yang tidak menghendaki tindakan pembedahan.



2.3.4 Kontra Indikasi



2.3.5 Prosedur Embolisasi Arteri Uterina 1) Persiapan Pasien Pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan penunjang. 2) Persiapan Prabedah - Izin tertulis untuk melakukan tindakan - Pasien dipuasakan sejak malam hari - Rambut pubis harus dicukur habis - Dua jam sebelum tindakan diberikan antibiotik sebagai profilaksis 3) Persiapan Alat - Angiografi



13



Prosedur embolisasi menggunakan angiografi digital subtraksi dan dibantu fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah atau memperlihatkan ekstravasasi darah secara tepat. Digital Subtraction Angiography menawarkan keuntungan berupa manipulasi gambaran yang memperlihatkan gambaran seketika, dan alat ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gambaran dengan kontras yang rendah, dimana medium kontras yang diinjeksikan jumlahnya lebih sedikit. Hal ini sangat berguna pada pasien yang mempunyai resiko yang tinggi pada pemakaian kontras. - Kateter angiografi Kateter berukuran panjang, berbentuk tabung berongga yang menjadi jalur lewatnya kontras, material untuk embolisasi, atau pengobatan terapeutik. Kateter



mempunyai



ukuran



yang



disebut French, digunakan untuk



menunjukkan diameter bagian kateter. Ukuran



yang



biasanya



digunakan



adalah 4F – 9F. kateter angiografi juga memiliki berbagai bentuk, termasuk lengkung tunggal atau lebih. Kateter didisain radiolusen untuk melihat gelembung-gelembung atau radio opaq. Syarat kateter yang digunakan adalah : a. Harus dapat mempertahankan bentuk (memori) b. Harus dapat dipelintir atau diputar (turgue) c. Dapat mengikuti kabel pembimbing dengan baik (tractability). -Kabel Pembimbing (guide wires) Kabel pembimbing berukuran tipis yang terbuat dari bahan besi tahan karat. Kabel pembimbing sangat fleksibel, ukuran panjangnya sangat bervariasi dari 100 – 300 cm dan diameternya 0,025” – 0,045”. Ukuran yang biasa digunakan adalah 0,016” – 0,01, kabel ini juga dapat dipelintir atau digulung dan dibuat sesuai bentuk yang kita inginkan, sehingga dapat diarahkan ke area yang akan diperiksa.



14



Kabel pembimbing dapat dibungkus dengan teflone, poliuritane, polietilen, atau bungkus hidrofilik, sehingga dapat mencegah kerusakan dinding pembuluh darah. Kabel pembing juga dapat diberikan heparin mengurangi kemungkinan terbentuknya gumpalan darah dan terbentuknya emboli. - Jarum pungsi arteri Berukuran panjang 2 1/8 inci atau 3 ¼ inci dan mempunyai ukuran guage yang bervariasi. Ukuran 16 – 20 G paling sering digunakan dan standarnya adalah ukuran 18 G. Semua jarum yang digunakan pada angiografi mempunyai dinding yang lebih tipis bila dibandingkan dengan jarum hipodermik. - Agen emboli Polivinyl alkohol adalah partikel plastik sintetis yang kecil seperti pasir dengan ukuran yang bervariasi. Ukuran ideal belum dapat ditentukan. Ravina dkk memakai polivinyl alkohol berukuran antara 150 – 500 mikron. Goodwin dkk memakai partikel berukuran 500 – 710 mikron. Katz dkk, memakai “gel form” sebagai agen emboli untuk embolisasi arteri uterina. 2.3.6 Teknik Embolisasi 1. Dilakukan aseptik dan antiseptik di daerah lipatan paha (ingiuinal) kanan dengan betadine. 2. Dilakukan tindakan anestesi epidural yang bertujuan untuk memblokir persyarafan didaerah pelvik. 3. Daerah pungsi pada daerah yang teraba denyut arteri (yang diraba dengan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis). Antara jari telunjuk dan jari tengah, dan jari manis digunakan untuk meraba dan memfiksasi arteri fermoralis. 4. Jarum pungsi arteri beserta mandrin ditusukan kearah denyut yang paling besar dekat jari tengah dengan sudut ± 600. 5. Setelah jarum masuk, mandirin dicabut dan jarum dimasukkan perlahan- lahan ke atas.



15



6. Bila jarum pungsi arteri berada di lumen arteri, maka dimasukkan kabel pembimbing (guide wire) melalui jarum ke dalam lumen arteri.Dibawah tuntunan fluoroskopi, ujung kabel pembimbing dimasukkan ke arteri iliaka komunis kanan melewati arkus aorta, selanjutnya masuk ke arteri iliaka komunis kiri kemudian ke arteri iliaka interna kiri dan seterusnya ke arteri uterina kiri. 7. Kateter dimasukkan melalui kabel pembimbing dibawah tuntunan fluoroskopi sampai ke arteri ufterina kiri. Kabel pembimbing di cabut selanjutnya kateter dibilas dengan NaCl. 8. Diinjeksikan agen emboli sehingga aliran darah ke mioma terhenti. Kateter dikeluarkan dan dimasukkan kembali melalui pembuluh darah pelvis ke arteri uterina kanan dengan bantuan kabel pembimbing dan fluoroskopi, kemudian diinjeksi agen emboli di ulangi kembali. Jika telah diyakini bahwa aliran darah ke arteri uterina kanan sudah berhenti maka kateter dikeluarkan. Sebagian besar kateterisasi ateri uterina dilakukan dengan menggunakan arteri femoral unilateral. karena kebanyakan fibroid uterus, baik tunggal maupun multipel, menerima suplai darah dari kedua arteri rahim kateterisasi arteri uterine bilateral lebih baik dilakukan. kateterisasi bilateral juga memungkinkan penilaian global terhadap aliran rahim dan memungkinkan pengendalian teknis prosedur yang lebih baik.



16



Vaskularisasi dan embolisasi fibroid uterus. (a) Gambar menunjukkan suplai arteri uterus bilateral ke fibroid. Pasokan bilateral biasa terjadi, sehingga membuat pendekatan bilateral menguntungkan bagi keberhasilan embolisasi. (b) Diagram menunjukkan UFE dilakukan dengan partikel polivinil yang ditanamkan melalui kateter.



2.3.7 Gambaran Radiologi Berikut merupakan contoh gambaran angiogram uterus sebelum dan sesudah embolisasi.



(a) gambaran angiografi pengurangan digital yang diperoleh pada fase arterial menunjukkan fibroid besar (panah) yang diproyeksikan dari sisi kiri rahim. (b) gambaran angiografi yang diperoleh setelah embolisasi menunjukkan oklusi pembuluh fibroid. Arteri uterin (panah) masih dipatenkan.



17



Masih terdapat aliran lambat di arteri rahim pada akhir prosedur embolisasi karena pembuluh darah arteri ukurannya besar sehingga embolisasi hanya menghambat aliran darah ke fibroid saja dan tidak menutup keselurahan dari arteri uterus. 2.3.8 Pasca Bedah Pasien berada di rumah sakit selama 24 jam untuk memastikan tidak dijumpai adanya komplikasi. Obat yang diberikan paska tindakan adalah anti inflamasi non steroid (ibuprofen 4 x 600 mg perhari selama 10 hari) untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan serta anti piretik (acetaminofen 4x325 mg per hari). 2.3.9 Efek Samping Setelah tindakan embolisasi pasien akan mengalami efek samping dini sebagai sindroma paska embolisasi berupa nyeri akibat iskemia, kelelahan dan banyak juga pasien yang kehilangan nafsu makan, mual, dan malaise, dan sepertiga memiliki demam ringan. Gejala ini secara kolektif dikenal sebagai sindrom postembolisasi. 2.3.10 Pemeriksaan Lanjutan Pasien harus melakukan pemeriksaan ulang dalam beberapa minggu, setelah tindakan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan ultrasonografi atau MRI pada minggu kedua dan bulan ketiga setelah tindakan untuk menilai hasil dari embolisasi. 2.3.11 Keuntungan Embolisasi  Tidak terjadi proses perlengketan  Mengobati semua mioma secara bersamaan  Tidak dijumpai pertumbuhan kembali mioma yang diobati  Jika terjadi perdarahan pervaginam 87 – 90 %, berhenti dalam 24 jam  masa pemulihan yang lebih singkat  tidak dilakukan tindakan anestesi umum 2.3.12 Kerugian Embolisasi Uterina 



Resiko negatif dari zat penggumpal darah







Kerusakan dan memar pada pembuluh darah, di mana kateter dimasukkan



18







Zat penggumpal darah ditempatkan di area yang salah







Infeksi







Organ mengalami cedera, misalnya uterus di mana embolisasi uterin fibroid dilakukan



2.3.13 Komplikasi



2.3.14 prognosis  Secara teknis sukses dilakukan, tetapi 10-15 % tidak respon  5 % prosedur gagal secara teknis  2 % terjadi komplikasi serius yang memerlukan histerektomi karena iskemik dan infeksi uterus  1-2 % Mengalami penurunan fungsi ovarium



19



BAB III PENUTUP



Embolisasi adalah tindakan yang efektif untuk memberikan terapi terhadap perdarahan dan menghentikan suplai darah pada suatu massa. Terapi embolisasi arteri uterina merupakan tindakan pengobatan invasif minimal dengan trauma fisik yang minimal kepada pasien (ukuran luka operasi), tidak membutuhkan anestesi umum, mengurangi tingkat infeksi, dapat mempertahankan uterus serta mempercepat waktu pemulihan sehingga memperpendek waktu tinggal di rumah sakit. Komplikasi dari terapi ini angka kejadiannya sangat rendah dan tidak memliki dampak negatif terhadap fertilitas dan kehamilan selanjutnya.



20



DAFTAR PUSTAKA



1. Current consept in Uterine Fibroid Embolization. http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.326125514#_i6ing 2. Uterine Artery Embolization for Treartment on Fibroid https://www.medscape.com/viewarticle/722335 3. Uterus Anatomy: Overview, Gross Anatomy, Natural Variant http://emedicine.medscape.com/article/1949215-overview 4. Embolisasi dan Bahan Embolisasi. https://www.kankertht-kepalaleher.info/wpcontent/uploads/2016/05/Embolisasi-dan-bahan-embolisasi.pdf 5. Anatomi Uterus dan Vaskularisasi pada Uterus. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60911/Chapter%20II.pdf?sequence =4&isAllowed=y 6. Uterine Artery Embolization for the treatment of uterine foibroid : An Out patient Procedure. https://www.academia.edu/34012973/Uterine_artery_embolization_for_the_treatment_of_u terine_fibroids_An_outpatient_procedure_?auto=download 7. Dampak Embolisasi Arteri Uteria terhadap Fertilitas dan Kehamilan. http://repository.maranatha.edu/1663/ 8. Uterine Artery Embolization - Weintraub - 2002 - Journal of Ultrasound in Medicine - Wiley Online Library. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.7863/jum.2002.21.6.633/full 9. Uterine Fibroid Embolization (UFE) https://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=ufe 10. Radiologi Intervensi. https://www.omni-hospitals.com/articles/index/98 11. Blinkert CA. Embolization tools and techniques. Applied Radiology.2002;55-64.2. 12. Jafar G, Sapoval MR, Kundu S, et al.Guidelines for peripheral and visceral vascular embolization training. JVascIntervRadiol. 2010;21:436-441. 13. 4. Vaidya S, Tozer KR, Chen J. An overview of embolic agents. SeminInterventRadiol. 2008;25:204-215. 14. 6. Athanasoulis CA, Waltman AC, Barnes AB, Herbst AL. Angiographic control of pelvic bleeding from treated carcinoma of the cervix. GynecolOncol. 1976;4:144-150. 15. Derdeyn CP, Moran CJ, Cross DT, et all. Polyvinyl Alcohol Particle Size and Suspension Characteristics. Am J Neuroradiol. 1995;16:1335-1343. 16. Lubersky M, Ray C, Funaki B. Embolization agents- which one should be used when? Part 1: Large-vessel



21