Epidemiologi Karies Gigi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI Dalam memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Semester Lima



Oleh : 1



Nabella Kusuma



101111128



2



Enov Sayu



101111129



3



Primastuti Rolini P



101111189



4



Ade Shinta



101111194



5



Dianita Ratwitasari



101111196



6



Dwi Kirwan



101111205



7



Septiana N



101111208



8



Fransisca Anggiyostiana S



101111222



9



Putaka Mastar



101111239



10 Bagus Syahru Z.



101111240



Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 2013



ABSTRAK Karies gigi atau gigi berlubang adalah penyakit yang terjadi pada gigi karena adanya interaksi plak dan bakteri rongga mulut dengan sisa makanan dan menghasilkan asam yang mampu merusak lapisan email gigi. Interaksi yang terus menerus dan lama atau kronis tersebut dapat mengkikis gigi sehingga menjadi berlubang. Karies gigi paling banyak dijumpai pada anak usia 5-17 tahun sebesar 59% (Centers for Disease Control). Sekali terkena karies gigi harus segera dirawat karena jika terlambat semakin lama akan semakin besar. Bakteri yang berinteraksi dengan plak dan sisa makanan diantaranya adalah streptococcus terutama streptococcus mutans dan lactobasilus sehingga terbentuk asam yang menyebabkan karies gigi. Natural History Diseases karies gigi adalah bakteri yang terdapat pada mulut membentuk asam karena berinteraksi dengan gula yang terkandung dalam makanan yang melekat pada permukaan gigi, selanjutnya asam tersebut melarutkan email gigi dan menghancurkan susunan gigi yang jika berlangsung lama akan menyebabkan gigi berlubang bahkan akan menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam dibawah kepala. Gejala awal karies gigi sulit dideteksi dan yang sering dijumpai adalah gejala lanjut yakni kepekaan gigi terhadap rasa manis, makanan dingin dan panas, serta lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Bentuk karies gigi dibedakan menjadi dua yakni berdasarkan stadium karies, banyak permukaan gigi yang terkena karies dan lokasinya menurut G.V. Black. Faktor risiko yang mempengaruhi karies gigi adalah usia, suku bangsa, kultur sosial penduduk, kesadaran, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut. Factor risiko tersebut mendasari aspek pencegahan dari karies gigi baik primer, sekunder dan tersier. Kata Kunci: Karies Gigi, Epidemiologi Karies Gigi, Riwayat Alamiah Karies Gigi, Faktor Risiko Karies Gigi, Pencegahan Karies Gigi.



ABSTRACT Dental caries or tooth decay is a disease that occurs on the teeth due to the interaction of plaque and oral bacteria with food scraps and produce acids that can destroy enamel . Continuous interaction and prolonged or chronic can erode teeth and become perforated . Dental caries is most founded in children aged 5-17 years by 59 % ( Centers for Disease Control ) . Once exposed to dental caries should be treated as if late the longer the greater . The bacteria that interact with the plaque and food scraps which are mainly Streptococcus mutans and Streptococcus lactobasilus form acids that cause dental caries . Natural History of dental caries diseases are bacteria found in the mouth form acid as it interacts with the sugars contained in foods that are attached to the tooth surface , then the acid dissolves tooth enamel and destroy the teeth which if prolonged will cause cavities even will cause caries penetration from email to inside of thetooth under the head . Early symptoms of dental caries is difficult to detect and are often found further symptoms that tooth sensitiv to sweet, cold and hot food , as well as holes in the hard tissues of the teeth , can be brown or black . Form of dental caries that is divided into two stages based caries , tooth surfaces affected many caries and its location according to GV Black . Factors that influence the risk of dental caries is the age , ethnicity , socio-cultural population , awareness , attitudes and behaviors towards oral health . The risk factors underlying the preventive aspects of dental caries both primary , secondary and tertiary . Keywords: Dental Caries, Dental Caries Epidemiology, Natural History of Dental Caries, Dental Caries Risk Factors, Prevention of Dental Caries.



GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai. Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi). Adanya bakteri dalam mulut merupakan sesuatu hal yang wajar. Namun, jika bakteri tersebut berlebihan akan menjadi masalah kesehatan tersendiri terutama pada gigi. Bakteri mampu mengubah semua sisa-sisa makanan khususnya gula menjadi asam. Asam yang terbentuk akibat bakteri tersebut akan memicu penumpukan lapisan dan melekat di gigi yang biasa disebut dengan plak. Plak akan biasanya akan terbentuk kurang lebih 20 menit setelah mengkonsumsi makanan. Zat asam lemak yang terdapat pada plak mampu melarutkan jaringan keras pada gigi sehingga terjadilah karies. Streptococcus mutans disebut-sebut sebagai bakteri yang sangat berperan dalam pembentukan karies. Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan) 1. Host merupakan semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakt. 2. Agent merupakan substansi atau elemen makhluk hidup/bukan makhluk hidup yang kehadirannya/ketidakhadirannya dapat menimbulkan /mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. 3. Environment merupakan kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menesuaikan diri, bertempat tinggal & berkembang biak dalam diri penjamu.



Epidemiologi penyakit ginggiva dan periodontal 



Survey epidemiologi untuk mengetahui distribusi universal dari penyakitpenyakit dalam mulut.







Penelitian epidemiologi karies gigi lebih berkembang dari pada epidemiologi penyakit periodontal. melibatkan jaringan keras dan lunak,pengukurannya lebih kompleks.







Epidemiologi adalah penelitian mengenai pola/distribusi kedinamisan penyakit gigi dalam populasI manusia. Pola ini dapat dipengaruhi : 1. umur 2. Seks



3. Ras/kelompok etnik 4. Pekerjaan 5. Karakteristik sosial 6. Tempat tinggal 7. Kepekaan 8. Keterpaparan pada agen tertentu



Tujuan epidemiologi ini adalah lebih memahami proses penyakit. 



Indeks epidemiologi atau usaha untuk mengkuatitasi keadaan klinis dalam skala yang berjenjang.







Dengan demikian dapat dilakukan perbandingan antara populasi yang menggunakan kriteria dan metode yang sama.







Prevalensi / proporsi penderita







Kriteria indeks epidemiologi yang baik







Mudah digunakan memungkinkan pemeriksaan pada banyak orang dalam waktu yang singkat.







Kondisi klinis secara objective







Reproduksible







Dapat dipakai dalam analisa statistik



Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida. Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies. Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi. Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di



gigi geraham. Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi. Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.



Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal. Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi. Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.



Penyebab Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. 



Gigi (Agent) Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah



penyebab utama dari karies. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan. 



Bakteri



Preparat Streptococcus mutans. Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak. 



Karbohidrat yang dapat difermentasikan



Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan. 



Waktu



Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam. 



Faktor lainnya (Host)



Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies. Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.



Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur. Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi. Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis. Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering. Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.



RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT



Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip Wikipedia, 2010). 1) Prepatogenesis Pada fase tersebut, individu berada dalam keadaan sehat/normal. Namun, telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit di luar tubuh manusia / lingkungan. 2) Patogenesis a. Tahap Inkubasi Di dalam tahap ini agent sudah masuk didalam tubuh tetapi gejala klinisnya belum tampak sehingga yang disebut masa inkubasi adalah waktu antara masuknya akibat penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala penyakit. Berawal dari sisa makanan yang berampur dengan hasil metabolisme bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Lactobacillus, dll yang berupa asam akan mengakibatkan proses demineralisasi pada email. b. Tahap Dini Pada tahap ini lesi karies tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya. c. Tahap Lanjut Pada tahap ini timbul gejala-gejala, antara lain sebagai berikut : a. Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin) b. Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan makanan dan minuman (panas, dingin, manis). c. Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang pulpa). d. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis e. Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau pada leher. 3) Pasca Patogenesis / Tahap Akhir



Pada tahap ini akhirnya menyebabkan gigi nekrosis merupakan permulaan terbentuknya abses odontogenik, dimana tanda klinis dari abses odontogenik terlihat adanya pus (nanah) yang terlokalisir disekitar gigi yang nekrose tersebut. Erupsinya gigi menimbulkan masalah salah satu diantaranya food impaksi, yang akan mengakibatkan mudahnya terjadi retensi makanan pada gigi tersebut, sulit untuk dilakukan pembersihan dan sulit dijangkau oleh sikat gigi, sehingga mudah untuk terjadinya karies, jika karies ini berlanjut tanpa ada penanganan yang cepat maka bakteri penyebab karies tersebut akan menyebar kesekitar apeks akar sehingga abses odontogenikpun dapat terjadi.Terdapat keluhan rasa sakit spontan atau nyeri yang terus-menerus dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau pada leher. Pada tahap akhir ini, jika pendirita memperoleh penanganan yang baik, ia dapat sembuh sempurna.namun jika tidak mendapat penanganan yang baik. Maka kematian dapt terjadi.



Faktor Risiko Terjadinya Karies 



Gigi Anatomi gigi , struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis berpengaruh pada pembentukan karies. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Komposisi gigi terdiri dari enamel di luar dan dentin di dalam, sehingga enamel memiliki peranan penting dalam proses karies.







Bakteri Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.







Waktu Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya



telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam. Sedangkan lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 



Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.







Letak geografis Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis letak kediamannya berubah-ubah seperti suhu, cuaca, air, keadaan, tanah, dan jarak dari laut.







Pengetahuan, sikap dan perilaku Kebiasaan dan perilaku menggosok gigi merupakan perawatan dasar yang dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan dan perilaku menggosok gigi sangat bepengaruh terhadap status kesehatan kebersihan gigi dan mulut seseorang (OHI-S), apabila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi dengan benar maka OHI-S akan menjadi baik dan angka kejadian karies menurun.







Jenis kelamin Vokker dan Russel menyatakan bahwa karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria demikian juga halnya anak, prevalensi karies gigi pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Hal ini di sebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki.







Suku bangsa Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara suku bangsa dengan prevalensi karies, hal ini disebabkan oleh faktor pendidikan, konsumsi makanan, jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda disetiap suku bangsa.







Kultur sosial penduduk Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet.







Diabetes mellitus Diabetes mellitus menaikkan kejadian dan jumlah karies. Tetapi bila seorang penderita telah menyadari keadaanya dan menjalankan diet, karies akan terjadi lebih sedikit dibandingkan rata-rata.







Radiasi Radiasi kepala leher menyebabkan penurunan aliran saliva dan pH saliva yang berdampak pada terjadinya karies gigi.











Penggunaan metamfetamin Metamfetamin menyebabkan mulut kering sehingga menurunkan produksi air liur. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan juga dapat memengaruhi produksi air liur. Penggunaan tembakau Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.







Makan Makanan Kariogenik Timbulnya karies gigi antara lain disebabkan karena kurangnya perhatian akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola konsumsi bahan makanan yang dapat memicu timbulnya serangan karies gigi. Bila makanan ini mempunyai daya lekat yang kuat pada gigi dan dalam waktu yang sering dan lama, maka sangat memungkinkan mikroorganisme yang ada di mulut untuk menciptakan lingkungan yang asam, sehingga lingkungan yang asam inilah yang akan melarutkan bagian organik dari gigi maka terjadilah karies gigi. Adanya anak suka mengkonsumsi makanan jajanan kariogenik akan meningkatkan resiko anak terkena karies gigi. Dengan demikian jenis makanan, waktu makan dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan kejadian karies gigi anak. Hasil penelitian Wulansari (2008) menunjukkan bahwa pola jajanan bergula pada anak sekolah dasar termasuk tinggi, dan sebagian besar mempunyai karies gigi (80,0%). Menurut penelitian Albiner dan Dumasari di Medan (2008), menemukan sebagian besar anak SD, sangat suka makanan yang bersifat kariogenik seperti makanan yang manis, lunak dan lengket. Dengan meningkatnya konsumsi snack dan makanan cepat saji yang kebanyakan mengandung gula, maka sering sulit bagi anak untuk menghindari konsumsi gula yang banyak.







Frekuensi Dan Waktu Sikat Gigi Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anakanak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi. Pentingnya upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Dalam menyikat gigi yang perlu diperhatikan adalah frekuensi dan waktu dalam melakukan kegiatan sikat gigi, karena hal ini berpengaruh terhadap terjadinya karies. Dalam penelitian terbukti bahwa frekuensi sikat gigi berhubungan dengan angka kejadian karies/DMFT pada anak-anak. Dan disarankan supaya anak-anak menyikat gigi minimal dua kali sehari



atau lebih, hal ini akan lebih baik dibandingkan dengan hanya melakukan sikat gigi satu kali perhari.



KESIMPULAN DAN SARAN Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai. Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi). Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi. Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya. Riwayat alamiah penyakit karies gigi ini terdiri beberapa tahap yaitu prepatogenesis, patogenesis, dan pasca patogenesis. Untuk tahap patogenesis dibaglagi menjadi masa inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut. Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. Sedangkan faktor resiko dari karies gigi adalah gigi, bakteri, waktu, usia, letak geografis, pengetahuan, sikap, perilaku, jenis kelamin, suku bangsa, kultur sosial penduduk, diabetes mellitus, radiasi, penggunaan metamfetamin, penggunaan tembakau, makan makanan kariogenik, waktu dan frekuensi sikat gigi.



DAFTAR PUSTAKA 1. Savedra P. 2008. Pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap laju aliran saliva pada anak usia 10-12 tahun di pesantren AlHamidiyah Depok tahun 2008 [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia 2. Anonim.2011. Karies gigi: pengukuran risiko dan evaluasi. http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat% 20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf [diakses 1 Desember 2013]. 3. Diana S, Indeswati D, Rinna ES.2005. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Majalah Kedokteran Gigi. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-107.pdf. [diakses 1 Desember 2013].



4. Yuyus R.1991. Diet yang dapat merusak gigi pada anak-anak. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_DietyangdapatMerusakGigipada Anak.pdf/15_DietyangdapatMerusakGigipadaAnak.pdf [diakses 2 Desember 2013]. 5. Sekarsari, Anggita Putri.2012. PENGARUH STATUS DIABETES MELLITUS TERHADAP DERAJAT KARIES GIGI.



http://eprints.undip.ac.id/37373/1/Anggita_Putri_Sekarsari_G2A008021_ LAPORAN_KTI.pdf. [diakses 2 Desember 2013]. 6. Noviani. Nita. 2010. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS KARIES GIGI (DMFT) SANTRI PESANTREN AL ASHRIYYAH NURUL IMAN PARUNG BOGOR. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20270368-T%2028494-Faktorfaktor%20yang-full%20text.pdf. [diakses 2 Desember 2013]. 7. http://id.shvoong.com/medicineandhealth/dentistryoralmedicine/20914 81epidemiologi-penyakit-ginggiva-dan-periodontal/#ixzz2mX004tSQ 8. http://health.diwarta.com/pengertianpenyakitkariesgigi/19/02/2012/#sthash .T7kSAmoR.dpuf