Resume Karies Gigi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR KARIES GIGI Disusun guna memenuhi tugas Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Dosen Pengampu : Dr.Drg. Henry Setyawan Susanto, MS



DISUSUN OLEH : Dini Kusumastuti 25010116120013 A 2016



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017



Pengertian Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010). Karies gigi adalah merupakan penyakit jaringan keras gigi ( email, dentin, sementum) yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan adanya proses demineralisasi jaringan keras gigi diikuti kerusakan unsur – unsur organik ( Kidd dan Bechal, 1992) Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu (Chemiawan, 2004). Klasifikasi Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu: a) Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior. b) Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior. c) Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior. d) Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior. e) Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior. Kelompok Risiko Tinggi a) Orang dengan yang hidup dengan kemiskinan b) Orang dengan pendidikan c) Status ekonomi yang rendah d) Kelompok etnis minoritas e) Individu dengan ketidakmampuan perkembangan f) Imigran g) Individu dengan HIV/AIDS h) Lansia yang lemah i) Orang dengan beberapa faktor gaya hidup yang berisiko Patofisiologi Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu



tertentu, kemudian berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Patofisiologi karies gigi menurut Miller, Black, dan William adalah awalnya asam terbentuk karena adanya sukrosa dan bakteri dalam plak. Permukaan email banyak mengandung kristal fluorapatit yang tahan terhadap asam sehingga asam hanya melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah email. Sukrosa akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga terbentuk asam dan dextran. Dextran akan melesatkan asam yang terbentuk pada permukaan email gigi. Bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali maka akan terbentuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan, 2004).



Etiologi Karies Gigi Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies yaitu etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor risiko karies adalah faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm dan dapat mempermudah terjadinya karies. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan, 2004). Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004). Faktor Resiko



a) Pengalaman karies gigi b) Kurangnya penggunaan fluor c) Oral higiene yang buruk d) Jumlah bakteri e) Saliva f) Pola makan dan jenis makanan Distribusi Penyebaran Penyakit Perbandingan dari frekuensi dan distribusi karies gigi global dirumitkan dengan kriteria diagnostik yang berbeda antar studi. Tetapi turunnya prevalensi dan keparahan karies pada gigi permanen telah ditunjukkan pada banyak negara berkembang berapa dekade terakhir. Tren Penyebaran Karies Gigi Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan RI pada tahun 1994, ternyata jumlah masyarakat yang berkunjung ataupun pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat karies gigi menduduki jumlah terbesar yaitu 53,05%.27 Karies merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya menderita karies. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%, diantaranya sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas angka nasional yaitu : -



DKI Jakarta 29,1% Jawa Barat 28% Yogyakarta 32,1% Jawa Timur 27,2% Kalimantan Selatan 36,1% Sulawesi Utara 31,6% Sulawesi Tengah 35,6%



- Sulawesi Selatan 36,2% - Sulawesi Tenggara 28,6% - Gorontalo 30,1% - Sulawesi Barat 32,2% - Maluku 27,2% - Maluku Utara 26,9%.



Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999) : a. Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan Perempuan (91,67%) b. Prevalensi karies berdasarkan daerah : Urban (91,06%) dan Rural (90,84%) c. Prevalensi karies berdasarkan pulau : Jawa dan Bali (86,59%), Sumatera (94,41%), Kalimantan (94,85%), Sulawesi (99,28%) d. Prevalensi karies berdasarkan umur : 12 tahun (76,62%), 15 tahun (89,38%), 18 tahun (83,50%), 35-44 tahun (94,56%), dan 65 tahun ke atas (98,57%). Area Penelitian DanPengembangan 



Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit karies gigi.











Penelitian yang telah banyak dilakukan lebih menitik beratkan pada prediktor biologis seperti level Streptococcus mutans, Lactobacillus dan kandungan fluor saliva. Sensitivitas ketiga prediktor tersebut sangat tinggi hanya pada prevalensi penyakit yang tinggi pula, sehingga spesifitasnya sangat rendah oleh karena angka positif palsunya juga tinggi. Penelitian tentang penyebab penyakit karies gigi secara multidimensional, baik faktor psikososial dan biologi belum banyak dilakukan.



Pengembangan penyakit karies gigi masih sangat banyak dan masih cukup membahayakan. Terutama di daerah terpencil yang dimana kurang adanya penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Dan sekarang mulai dikembangkannya konstruksi vaksin dari DNA anti karies melalui proses rekayasa genetika. Vaksin yang didapatkan mencegah penimbunan bakteri penyebab karies. Vaksin ini dapat mencegah terjadinya karies gigi sejak dini. Pencegahan Karies Gigi 1. Pencegahan Primer Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (spesific protection). Upaya promosi kesehatan meliputi pemberian informasi mengenai cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. 2. Pencegahan Sekunder Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas. 3. Pencegahan Tersier Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini. Sumber : Chemiawan E., Gartika M., Indriyanti R. 2004 . Perbedan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS kota Bandung tahun 2004. Bandung : Universitas Padjadjaran Gayatri, Rara Warih dan Mardianto. 2016. Gambaran Status Karies Gigi Anak Sekolah Dasar Kota Malang. Jurnal Preventia. Vol. 1, No.1 : 42-50. Ramadhan, Azhary, dkk. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Angka Karies Gigi Di Smpn 1 Marabahan. Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 1, No. 2 : 173-176.



Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Sukmana, Bayu Indra. 2016. Gambaran Karies Dengan Menggunakan Dmf-T Pada Masyarakat Pesisir Pantai Kelurahan Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 1, No. 2 : 182-185.