14 0 721 KB
EVIDENCE BASED PRACTICE PENGARUH INTERVENSI DAN PERAN KEPERAWATAN TERHADAP DEPRESI PADA PASIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II Dosen Pengampu: Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes Dosen Pembimbing: Anita K. S.Kep., Ns., M.Kep
OLEH: KELOMPOK 4 Arifin Triyanto NIM. 16/403416/PKU/16234 Happy Kurniati Suleman NIM. 16/403436/PKU/16254 Indra NIM. 16/403444/PKU/16262 Yayu Nidaul Fithriyyah NIM. 16/403485/PKU/16303
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017
ii
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis berhasil menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II tentang “Peran dan Pengaruh Intervensi Keperawatan terhadap Depresi pada Pasien dengan Rheumatoid Arthritis”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat kami harapkan. Pada kesempatan ini kami menghanturkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes selaku dosen pengampu dan Ibu Anita K. S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas kelompok ini. Akhirul kalam, kami selaku penulis senantiasa berdoa semoga bantuan dan bimbingan ibu serta saudara-saudara mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. “Aamiin.....”
Yogyakarta, 15 Maret 2017
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................
1
C. Tujuan ..........................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Reumatid Athritis ..........................................................
4
B. Manifestasi Klinik Reumatid Athritis...........................................
4
C. Etiologi Reumatid Athritis............................................................
5
D. Faktor Resiko Reumatid Athritis..................................................
6
E. Patofisiologi Klinik Reumatid Athritis.........................................
6
F.
Komplikasi Reumatid Athritis......................................................
7
G. Hubungan Reumatid Athritis dengan Depresi..............................
8
H. Penataksanaan Reumatid Athritis.................................................
9
I.
9
Terapi Farmakologik Reumatid Athritis.......................................
BAB III ANALISA JURNAL A. Penelusuran Jurnal .......................................................................
11
B. Identitas Jurnal..............................................................................
12
C. Karakteristik Jurnal......................................................................
13
BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI A. Pembahasan Jurnal ......................................................................
16
B. Implikasi Keperawatan.................................................................
27
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................
31
B. Saran.............................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis adalah penyakit imflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik Rheumatoid Artritis (RA) adalah terjadinya
kerusakan
menyebabkan Mekanisme
dan
kerusakan imunologis
proliferasi
pada
tulang
tampak
pada
membran
sendi,
ankilosis,
berperan
penting
sinovial, dan
dalam
yang
deformitas.
memulai
dan
timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, RA adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Ningsih, 2012 ). Angka kejadian RA di dunia berkisar 40/100.000, rasio perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah 3:1 (Silman et al, 2009). Faktor risiko penyakit RA pada dewasa adalah 3,6% untuk perempuan dan 1,7% untuk laki-laki (Kourilovitch et al, 2013). Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di Indonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Hasil Riset
Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun
2013 prevalensi
penyakit RA berdasarkan diagnosis nakes di Indonesia adalah 11,9% (dari jumlah penduduk 245,4 juta jiwa) dan berdasarkan diagnosis atau gejala adalah 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%), dan Papua (15,4%). Prevalensi Penyakit Rheumatoid Arthritis berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%) dari jumlah penduduk 446.497.175 juta jiwa dan Bali (30%) (KemenKes, 2013). Penyebab RA hingga saat ini belum diketahui, ada yang mengatakan bahwa RA disebabkan oleh mikroplasma, virus, dan sebagainya, tetapi hal itu belum terbukti karena ada beragam faktor lain yang turut memengaruhinya, termasuk kecenderungan genetika, yang bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan, ada beberapa kasus Rheumatoid Artritis yang berhubungan dengan kondisi stres yang berat, seperti kehilangan pasangan hidup (suami/istri) secara
2
tiba-tiba, kehilangan seluruh harta benda dalam sebuah kebakaran, kehilangan anak yang sangat disayangi, hancurnya bisnis/perusahaan yanng dimiliki, dan sebagainya (Junaidi, 2012). RA merupakan penyakit kronis yang berdampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cedera (Junaidi, 2012). Kondisi penyakit kronis seperti RA berhubungan dengan peningkatan risiko depresi dan bunuh diri. RA penyakit kronis yang mempengaruhi 1,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat yang mempengaruhi seseorang baik secara fisik dan psikologis. gangguan depresi utama adalah umum pada pasien dengan RA, dengan prevalensi 13-42%, setidaknya dua sampai empat kali lebih tinggi pada populasi umum. Pada pasien dengan RA keadaan depresi dapat memperburuk karakteristik klinis dan fungsi sosial penderita, sehingga memerlukan penanganan yang tepat (Margaretten, et al 2011). Perawat merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan, sehingga perawat ikut terlibat dalam melakukan perawatan pada pasien RA dengan fokus utama tidak hanya terkait masalah dari aspek fisik tetapi juga dalam aspek bio-psikososial-spiritual pasien yang dapat meningkatkan status kesehatan. Namun dalam memberikan pelayanan yang seimbang diperlukan adanya pengetahuan, kemauan dan ketrampilan serta sikap profesional perawat mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, dengan mitra kerjanya sampai cara pengambilan keputusan (Arwani, 2002). Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Peran dan Pengaruh Intervensi Keperawatan terhadap Depresi pada Pasien Rheumatoid Arthritis”. B. Rumusan Masalah
3
“Bagaimana peran dan pengaruh intervensi keperawatan terhadap depresi pada pasien dengan rheumatoid arthritis?” C. Tujuan 1. Melakukan penulusuran literatur ilmiah terkait peran dan pengaruh intervensi keperawatan terhadap depresi pada pasien dengan rheumatoid arthritis. 2. Melakukan telaah jurnal terkait peran dan pengaruh intervensi keperawatan terhadap depresi pada pasien dengan rheumatoid arthritis. 3. Melakukan analisis implikasi keperawatan berdasarkan jurnal untuk diterapkan di Indonesia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
A. Definisi Reumatid Athritis Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon et al, 2002). RA adalah penyakit autoimun sistemik (Symmons, 2006). B. Manifestasi Klinis Reumatid Athritis Adanya beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada penderita Artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan karena penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat,mati rasa, dan kesemutan. 2. Poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang sekitarnya. Kerusakan ini terutama pada sendi perifer, termasuk sendisendi di tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris,namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang. 3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu berulang dari satu jam. 4. Artritis erosive, merupakan ciri khas Artritis reumatoid pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik melibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram. 5. Deformitas, Kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Dapat terjadi pergeseran urnal atau deviasi jari, subluksasi sendi meta karpo falangenal, deformitas boutonni dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi matatersal. Sendi-sendi yang sangat besar juga dapat terserang dan akan
5
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. 6. Nodul-nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan suatu petunjuk penyakit yang aktif dan lebih 7. Manifestasi ekstraartikuler, artritis reumatoid juga dapat menyerang juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. C. Etiologi Reumatid Athritis Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009) 1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009). 2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009). 3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009). 4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
6
5. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012). D. Faktor Resiko Reumatid Athritis Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, paparan salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khusunya kopi decaffeinated (Suarjana, 2009). Obesitas juga merupakan faktor resiko (Symmons, 2006). E. Patofisiologi Reumatid Athritis Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
7
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996). F. Komplikasi Reumatid Athritis Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi yang serius pada RA. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang sering terjadi pada tulang dagu, metakarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula terjadi, yang tersering adalah ankilosis, luksasio, dan fraktur. Komplikasikomplikasi ini terjadi tergantung berat, lama penyakit dan akibat pengobatan dengan steroid. Komplikasi yang lain adalah vaskulitis, ensefalitis. Amiloidosis sekunder dapat terjadi walaupun jarang dan dapat fatal karena gagal ginjal. RA adalah bukan hanya penyakit kerusakan sendi. Hal ini dapat melibatkan hampir semua organ. Masalah yang mungkin terjadi meliputi (Kumar, 2007): 1. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. 2. Anemia karena kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan cukup sel-sel darah merah baru kerusakan pada jaringan paru (paru artritis). 3. Cedera pada tulang belakang saat tulang leher menjadi tidak stabil sebagai akibat dari RA. 4. Reumatoid vaskulitis (radang pembuluh darah) yang dapat menyebabkan bisul dan infeksi kulit, pendarahan tukak lambung, dan masalah saraf yang menyebabkan nyeri, mati rasa, atau kesemutan. Vaskulitas juga dapat mempengaruhi otak, saraf dan jantung, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, atau gagal jantung. 5. Pembengkakan dan peradangan pada lapisan luar jantung atau perikarditis dan dari otot jantung (miokarditis). Kedua kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. 6. Sindrom Sjogren yang merupakan gangguan autoimun di mana kelenjar yang memproduksi air mata dan ludah yang hancur. Kondisi ini dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk ginjal dan paru.
G. Hubungan Reumatid Arthritis dengan Depresi
8
Menurut Margaretten, et al (2011) dalam artikel “Depression in patients with
rheumatoid
arthritis:
description,
causes
and
mechanisms”.
RA
mempengaruhi pasien baik secara fisik maupun psikologis. Kejadian depresi merupakan hal
umum yang terjadi pada pasien RA dan mengarah kepada
penurunan kesehatan. Pasien dengan RA terbukti memiliki kesehatan yang lebih buruk dan meningkatkan risiko kematian. Secara khusus, depresi pada pasien dengan RA merupakan faktor risiko mortalitas karena berefek terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan infark miokard, keinginan bunuh diri. Selain konsekuensi kesehatan yang memburuk, depresi dapat menyebabkan hilangnya produktivitas kerja dan peningkatan biaya kesehatan pada pasien RA. Depresi yang terjadi pada pasien RA sering kali diabaikan dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Hubungan antara depresi dan RA bersifat multifaktorial yaitu dalam beberapa kasus ada kemungkinan bahwa depresi dicetuskan karena masalah sosial ekonomi pada pasien RA. Dalam kasus lain, depresi diakibatkan kecacatan dari RA akibat peradangan sistemik. Adapun faktor yang memicu depresi pada RA menurut beberapa penelitian dijabarkan di bawah ini: 1. Faktor Sosial Ekonomi a. Penghasilan b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Ras/etnis 2. Kondisi Lingkungan 3. Faktor Pasien a. Jenis kelamin b. Umur c. Ras/etnis d. Mekanisme Coping/dukungan sosial 4. Faktor penyakit RA a. Peradangan Penyakit b. Rasa sakit/ nyeri c. Status Fungsional / kecacatan d. Remisi klinis
9
H. Penataksanaan Reumatid Athritis Terapi Artritis Reumatoid RA harus ditangani dengan sempurna. Penderita harus
diberi
penjelasan
bahwa
penyakit
ini
tidak
dapat
disembuhkan
(Sjamsuhidajat, 2010). Terapi RA harus dimulai sedini mungkin agar menurunkan angka perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk dalam 3 bulan sejak muncul gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) (surjana, 2009). Terapi RA bertujuan untuk : 1. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien 2. Mempertahakan status fungsionalnya 3. Mengurangi inflamasi 4. Mengendalikan keterlibatan sistemik 5. Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular 6. Mengendalikan progresivitas penyakit 7. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi I.
Terapi Farmakologik Reumatid Athritis Obat-obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok, yaitu (Symmons, 2006): 1. NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan sendi. 2. Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat dan Sulphasalazine. Obat-obatan ini merupakan golongan DMARD. Kelompok obat ini akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit dan mengurangi respon fase akut. Obat-obat ini memiliki efek samping dan harus di monitor dengan hati-hati. 3. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala simptomatis dan tidak memerlukan montoring, tetapi memiliki konsekuensi jangka Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi kecil untuk pasien dengan penyakit sistemik. 4. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin inflamasi. Belum ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam terapi RA. 5. Panjang yang serius.
10
Terapi yang dikelompokan diatas merupakan terapi piramida terbalik, dimana pemberian DMARD dilakukan sedini mungkin. Hal ini didapat dari beberapa penelitian yaitu, kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit, DMARD terbukti memberikan manfaat yang bermakna bila diberi sedini mungkin, manfaat penggunaan DMARD akan bertambah bila diberi secara kombinasi, dan DMARD baru yang sudah tersedia terbukti memberikan efek yang menguntungkan bagi pasien. Sebelumnya, terapi yang digunakan berupa terapi piramida saja dimana terapi awal yang diberikan adalah terapi untuk mengurangi gejala saat diganosis sudah mulai ditegakkan dan perubahan terapi dilakukan bila kedaaan sudah semakin memburuk (Suarjana, 2009). DMARD (Disease Modifying AntiRheumatic Drugs), pemilihan jenisnya pada pasien harus mempertimbangkan kepatuhan, berat penyakit, pengalaman dokter, dan penyakit penyerta. DMARD yang paling sering digunakan adalah MTX (Metrothexate), hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazin, leflunomide, infliximab dan etarnecept. (Suarjana, 2009).
11
BAB III ANALISA JURNAL A. Penelusuran Jurnal Perumusan PICO: P (Population ) I (Intervention)/eksposure C (Compare) O (Outcome)
: Rheumatoid arthritis (RA) : Nursing intervention, role of nurse :: Reduce Depression
Rumusan masalah PICO “ Apakah intervensi dan peran keperawatan dapat menurunkan depresi pada pasien rheumatoid arthritis?”. Kemudian dilakukan penelusuran artikel publikasi pada database jurnal yaitu web.b.ebscohost.com dan www.sciencedirect.com dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Penelusuran Jurnal No Data Base Search Searched Strategy
Article Found
Limit Searching By years publication , Full Text,
Arthicle Relevan with Purpose
Title of Article
Total
1.
Science Direct
rheumato id arthritis AND nursing interventi on
5,249 article
150 article
1 article
“Effects of Nursing Interventions on Depression of Patients With Rheumatoid Arthritis: A MetaAnalysis of Randomized Controlled Trials
2 article
2
Ebscohost.
rheumato id arthritis AND nusing role
110
17 article
1 article
The Nurse’s Role in Addressing Unmet Treatment and Management Needs of Patients With Rheumatoid Arthritis: DelphiBased Recommendation s
B. Identitas Jurnal
art icl e
12
1. Jurnal Pertama
Judul
: Effects of Nursing Interventions on Depression of Patients With Rheumatoid Arthritis: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials
Penulis
: Emeline Minichiello, Luca Semerano, Marie-Christophe Boissier
Sumber
: Joint Bone Spine 83 (2016) 625–630
2. Jurnal Kedua
Judul
: The Nurse’s Role in Addressing Unmet Treatment and Management Needs of Patients With Rheumatoid Arthritis: Delphi-Based Recommendations
Penulis
: Jane E. D. Cottrell, RN, CCRP, Monique Jonas, RN, Ulrika Bergsten, RN, PhD, Etienne Blaas, MSc,Jenny de la Torre Aboki, RN, BSc, MSc, Catriona Howse, RN, Jana Korandova, RN, Päivi Löfman, PhD, DRN, Carin Logtenberg, RN, Terri Lupton, RN, Catherine Mallon, RN, Susan Oliver, RN, David Pickles, RN, and Leeanna Bulinckx, RN, BScN
Sumber
: International Journal of Nursing Knowledge. Volume 24, No. 2, June 2013
13
C. Karakteristik Jurnal Tabel 2. Karakteristik Jurnal (N=2) Author and
Level Evidence
Title and Aim of
Years Jurnal 1:
Metode Intervention Result Article Judul: Effects of Peneliti melakukan Berdasarkan penelitian yang Sebanyak 14 penelitian Level
Minichiello
Nursing
et al (2016)
Interventions
on penelitian
Depression
of MEDLINE,
pencarian
Patients
pubikasi didapatkan,
intervensi masuk
di keperawatan yang diberikan inklusi
dalam untuk
dilakukan analisis
antara lain: internal family review, dengan responden
With EMBASE, Cochrane system based psychotherapy; sebanyak
Rheumatoid
library dan pencarian aerobic,
isometric
and Gejala
1803
pasien.
depresi
diukur
Arthritis: A Meta- secara manual tanpa isotonic exercise; nurse led menggunakan Analysis Randomized
of pembatasan
bahasa. group
Kriteria
penelitian lyengar
Controlled Trials. yang Tujuan:
diambil
Tujuan merupakan
patients
yaitu kombinasi
yoga
education, Dalam
etanercept
methotrexate;
adalah
untuk trial, durasi intervensi education,
mereview
secara ≥ 4 minggu, terdapat breathing; kelompok
dan termasuk
analisis,
keperawatan didalamnya
stress latihan akativitas, panduan psycho pengobatan,
pendidikan
relaxation, kesehatan dan psikoterapi cognitive berhubungan
kontrol behavioural therapy (CBT); penurunan
penelitian dengan sebagai pembanding, group
kuesioner.
pooled
program; intervensi
dari penelitian ini randomised controlled management,
sistematis
kriteria Meta-
education,
dengan depresi
(RR:
self -0,67; CI: -0,89 sampai
I:
14
pendekatan metaanalisis
management;
untuk
low
impact
aerobic exercise; mindfullnes
-0,46) dengan signifikansi p< 0,01.
bukti orang dewasa dengan based stress reduction; home ilmiah tentang rheumatoid arthritis, based self management; publikasi dalam hubungan occupational therapy bahasa apapun sejak intervensi education, individual diterima, terdapat keperawatan dan treatmen; radon spa therapy, pengkajian terhadap depresi pada a series of baths containing pasien dengan gejala psikologis. natural radon dan carbon rheumatoid dioxide; revelaed RA leaflet. arthritis. Judul: The Peneliti Tidak terdapat intervensi Perawat mengkaji
Jurnal 2: Jane et al (2013)
lebih
banyak Level IV:
Nurse’s Role in menggunakan metode
menghabiskan
waktu Single
Addressing Unmet delphi
dengan
pasien deskriptif/
dibandingkan
dokter. qualitative
Treatment Management
yaitu
and pendekatan komunikasi
Perawat merupakan posisi
Needs of Patients kelompok
secara
With Rheumatoid terstruktur
tentang
mengekplorasi kebutuhan
Arthritis: Delphi- masalah
yang
pasien, melakukan edukasi
Based
Jenis
tentang
kompleks.
Recommendations. metode Delphi yang
yang
unik
untuk
teatmen,
adminitrasi, teknik injeksi
15
Tujuan:
untuk dipakai
mengevaluasi peran
yaitu
collaborative
mandiri,
menentukan
delphi
kesiapan dan pemahaman
yang
tentang treatmen, monitor
perawat method
dalam manajemen melibatkan survei dan
perkembangan
dan
pasien
keamanan,
dan
dengan pertemuan
untuk
rheumatoid
diskusi. Peneliti juga
mengkoordinasikan
arthritis.
menggunakan
perawatan dengan setting
kuesioner
yang
mencakup area utama yaitu
kebutuhan
pasien dan dalam
dengan
peran
RA
perawat
memenuhi
kebutuhannya.
multidisiplin.
16
BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI A. Pembahasan Jurnal Jurnal I: Effects of Nursing Interventions on Depression of Patients With Rheumatoid Arthritis: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Penelitian ini merupakan penelitian meta analisis terhadap 14 penelitian Randomised Controlled Trial (RCT). Ditampilkan pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Deskripsi penelitian RCT (n=14)
17
Penelitian yang diikutkan dalam meta analisis berdasarkan hasil pencarian diberbagai database dan memenuhi kriteria inklusi seperti yang telah diuraikan dalam tabel di atas. Beberapa penelitian lainnya tereksklusi dengan alasan ketidaksesuaian dalam randomisasi, kontrol yang tidak adekuat, tanpa ada pengukuran intervensi yang adekuat atau tanpa gejala depresi yang detail. Ekstaksi data dilakukan oleh 2 penulis secara mandiri dan data dikumpulkan menggunakan form yang sudah terstandar. Perbedaaan yang muncul diselesaikan dengan mereview artikel asli dan diskusi kelompok. Data yang dikumpulkan meliputi penulis pertama, tahun publikasi, desain, besar sampel, gender, usia, pengukuran intervensi, durasi intervensi, penilaian outcome, kualitas skor, RR dari depresi, CI, dan covariat adjusted dalam analisis statistik. Sedangkan outcome dalam penelitian meta-analisis ini adalah keparahan depresi pada pasien rheumatoid arthritis. Kualitas dari penelitian yang direview dinilai menggunakan tool 10 poin penilaian kualitas yang digunakan untuk menilai besar sampel, metode sampling, tingkat pertisipasi, penilaian outcome, dan kriteria paratisipan dalam penelitian. Hasil penilaian kualitas penelitian dikategorikan dalam kualitas rendah (skor 0-3), kualitas rendah ke sedang (skor 4-6), kualitas sedang ke tinggi (skor 7-8), dan kualitas tinggi (skor 9-10). Berdasarkan hasil penilaian tersebut kualitas ertikel penelitan berada pada median 4/10. Sebanyak 62% artikel penelitan pada skor 5/10 atau dibawahnya. Tidak ada satupun artikel yang mencapai skor maksimal 10. Dari ke empat belas penelitian tersebut, memiliki intervensi yang bervariasi dengan durasi intervensi mulai dari 6 minggu sampai 1 tahun. Penjelasan terapi dijabarkan di bawah ini: Tabel 4. Deskripsi Jenis Intervensi Keperawatan Jenis intervensi Uraian Sebanyak 8 penelitian menerapkan jenis intervensi latihan: Aerobik Latihan intensitas relatif rendah dilakukan dalam durasi yang lebih lama. Jenis latihan ini tergantung pada metabolisme atau energi proses menghasilkan tubuh dan mencakup Latihan isotonik
beragam kegiatan. Latihan kontraksi dinamik yang meliputi kontraksi kosentrik (otot memendek) adalah,
18
kontraksi otot yang lebih umum, yang di dalam otot terdapat tegangan, penyebab otot kua
dan
kontraksi
eksentrik
(otot
memanjang) terjadi apabila otot memanjang dan berada dalam teganggan, tetapi dengan Isometrik
kecepatan yang berlawanan dengan gravitasi. Latihan Kontraksi otot yg tidak disertai perubahan ukuran panjang, sehingga tidak terjadi gerak sendi, tetapi hanya terjadi
Program yoga lyengar
kenaikkan tonus otot Latihan yoga yang menggunakan gerakan tertentu yang lebih berfokus pada keselarasan
Relaksasi
tubuh dan keseimbangan pada tubuh. Proses melawan efek otonomis
yang
menyertai rileksasi dengan kecemasan dan ketegangan sehingga akan menimbulkan Pernafasan
counter conditioning atau penghilangan. Cara melakukan nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
nafas
secara
perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan Latihan visualisasi
ventilasi
paru
meningkatkan oksigenasi darah. Teknik berimajinasi seperti
dan
melakukan
perjalanan ke suatu tempat yang damai, atau situasi yang tenang. Sebanyak 7 penelitian menerapkan jenis intervensi psikoterapi: Manajemen stress Teknik kemampuan penggunaan sumber daya
(manusia)
secara
efektif
untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan Psiko-edukasi
emosional
tanggapan (respon) Kegiatan yang
yang
muncul
dilakukan
karena untuk
meningkatkan pemahaman atau keterampilan
19
sebagai usaha pencegahan atau meluasnya Cognitive
behavioral
gangguan psikologis therapy Konseling yang diarahkan kepada modifikasi
(cbt)
fungsi
berpikir, merasa
dan
dengan
menekankan
otak
bertindak, sebagai
penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, Terapi mental berbasis keluarga
bertindak, dan memutuskan kembali. Kegiatan dengan cara interaksi/ melibatkan pasien dengan keluarga untuk membantu
psikologis pasien. Sebanyak 6 penelitian menerapkan pendidikan kesehatan Booklet Edukasi dengan media booklet Nurse led education Edukasi yang diberikan oleh perawat led (klinik- klinik yang dipimpin oleh perawat (nurse-led).
Namun,
semua
nurse-led
merupakan bagian yang tidak terpisah dari primaiy care dan dibiayai oleh pemerintah (bukan swasta).) 1 peneltian menerapkan kombinasi etenercept dan methotrexate. Hasil dari pooled analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhubungan dengan penurunan masalah psikologi pada pasien dengan RA dengan RR: -0,67; CI -0,89 sampai -0,46 dan p < 0,01, dengan heterogenity p