Faringitis Akut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELAKANG



Faringitis (dalam bahasa latin, pharinginitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu kerongkongan(pharynx). Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis merupakan gangguan tenggorokan yang paling umum dan merupakan inflamasi faring akut maupun kronis. Penyakit ini tersebarluas di antara orang dewasa yang tinggal atau bekerja dilingkungan berdebu atau kering, yang menggunakan suaranya secara berlebihan, yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi tembakau atau alkohol, atau yang menderita sinusitis kronis, batuk persisten, atau alergi. Faringitis yang tidak disertai komplikasi biasanya sembuh dalam 3 sampai 10 hari. Beberapa bentuk parah, misalnya mononukleosis-faringitis parah, bisa menyebabkan obstruksi jalan napas. (Williams, Lippincott, Wilkins. 2008) Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaann tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.



1.2



RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Apa definisidari faringitis ? 1.2.2 Apa saja etiologi dari faringitis ? 1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari faringitis ? 1.2.4 Bagaimana pathway penyakit faringitis ? 1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari faringitis ? 1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari faringitis ? 1.2.7 Apa saja macam-macam Faringitis ?



1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penulisan ini adalah agar perawat atau pembaca dapat mengetahui dan memahami tentangFaringitis. 1.3.2 TujuanKhusus 1.3.2.1 Untukmengetahuidefinisi dari faringitis 1.3.2.2 Untukmengetahuietiologi dari faringitis 1.3.2.3Untuk mengetahuipatofisiologi dari faringitis 1.3.2.4 Untukmengetahui bagaimana pathway penyakit faringitis 1.3.2.5 Untukmengetahuimanifestasi klinis dari faringitis 1.3.2.6 Untukmengetahui bagaimana penatalaksanaan dari faringitis 1.3.2.7 Untukmengetahui macam-macam faringitis 1.4 MANFAAT PENULISAN Dengan membaca makalah ini pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dan dapat dipraktekkan di masyarakat.



BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Laporan pendahuluan Faringitis 2.1.1 Definisi Faringitis (dalam bahasa latin, pharinginitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Faringitis



(bahasa Latin:



pharyngitis), adalah suatu penyakit



peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu kerongkongan(pharynx). Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis merupakan gangguan tenggorokan yang paling umum dan merupakan inflamasi faring akut maupun kronis. Penyakit ini tersebarluas di antara orang dewasa yang tinggal atau bekerja dilingkungan berdebu atau kering, yang menggunakan suaranya secara berlebihan, yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi tembakau atau alkohol, atau yang menderita sinusitis kronis, batuk persisten, atau alergi. Faringitis yang tidak disertai komplikasi biasanya sembuh dalam 3 sampai 10 hari. Beberapa bentuk parah, misalnya mononukleosis-faringitis parah, bisa menyebabkan obstruksi jalan napas. (Williams, Lippincott, Wilkins. 2008) Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam.Pada pemeriksaann tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.



2.1.2 Etiologi Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, penyebab seperti flu, aderovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, kommobakterium, neissaria gonorrthoea atau chlanydiameumoria. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi udara, merokok, alergi, penyakit refluks asam lambung. Faringitis juga dapat disebabkan oleh 2 penyebab, yaitu :



Viral



Bakterial



Adenovirus Coronavirus



Klamidia Streptokokus hemolitik



Influenza



beta-



kelompok



A Mikoplasma



Parainfluenza Rhinovirus



a. Faringitis disebabkan oleh bakteri. 1) Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) 15% kasus faringitis. (a) Gambaran klinis berupa: demam lebih dari 101.5°F, tonsillopharyngeal eritem dan eksudasi, pembengkakan limfonodi leher, sakit kepala, muntah pada anak-anak, petechiae palatal, biasa terjadi pada cuaca dingin. (b) Suatu ruam scarlatiniform juga dihubungkan dengan infeksi GABHS ruam kemerahan pada ekstremitas dan lidah memerah (strawberry tongue). 2) GroupC, G, F Streptococci ( 10%), mungkin secara klinis tidak bisa dibedakan dari infeksi GABHS, namun Streptococcus jenis ini tidak menyebabkan sequelae immunologic. Streptococci grup C dan G telah



dilaporkan sebagai penyebab radang selaput otak (meningitis), endocarditis, dan empyema subdural. (a) Arcanobacterium Chlamydia pneumoniae (5%), gejala mirip dengan



M



pneumoniae.



Faringitis



biasanya



mendahului



terjadinya peradangan pada paru. (b) Corynebacterium diphtheriae. (c) Bakteri yang jarang namun dapat dijumpai pada faringitis yaitu Borrelia species, Francisella tularensis, Yersinia species, and Corynebacterium ulcerans. (d) (Corynebacterium) haemolyticus ( 5%) banyak terjadi pada dewasa muda,gejalanya mirip dengan infeksi GABHS, berupa ruam scarlatiniform. Pasien sering mengeluh batuk. (e) Mycoplasma pneumoniae, pada dewasa muda dengan headache, faringitis, and nfeksi pernafasan bawah. Kira-kira 75% pasien disertai batuk. 3) Viral pharyngitis. (a) Adenovirus (5%) (b) Herpes simplex (< 5%) (c) Coxsackieviruses A and B (< 5%) (d) Epstein-Barr virus (EBV) (e) CMV (f) HIV-1



4) Penyebab lain Candida sp. Pada pasien-pasien dengan riwayat pengbatan penekan sistem imun.Banyak terjadi pada anak dengan gambaran plak putih pada orofaring. Udara kering, alergi (postnasal tetes), trauma kimia, merokok, neoplasia (Kazzi, et.al.,2006).



2.1.3



Patofisiologi Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi



mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal.berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases (Kazzi, et.al.,2006) . Penurunan terjadi melalui droplet. Kuman menginflikisasi lapisan epitelkemudian bila epitel terkikis maka jaringan kimfola bereaksi pembendungan peradangandengan infikkerasi dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi pembuluh darah dinding faring menjadi lebar, bentuk sumbatan yang berwarna kuning atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid tampak bakteri folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior pada tenggorokan atau faringitis.



PATHWAY



ParingitisInfflamasi Demam



Nyeri



Penguapan Sputum



edema mukosa



mukosa kemerahan batuk



Kesulitan menelan



Penurunan volume cairan Doplet



Penularan



Kurang pengetahuan



Gangguan nutrisi Tidak efektif pembersihan jalan nafas



2.1.4 Manifestasi Klinis 1) Yang sering muncul pada faringitis adalah: a. Nyeri tenggorok dan nyeri menelan b. Tonsil (amandel) membesar c. Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan d. Pembesaran kelenjar getah bening di leher. 2) Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala-gejala sistemik akan muncul: a. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri telinga. b. Peningkatan jumlah sel darah putih. 3) Selain itu tanda dan gejala faringitis adalah : a. Keinginan menelan yang mendesak, konstan, dan semakin menjadi b. Koriza c. Eksudat yang terbatas di area linfosit tenggorokan d. Warna merah dan inflamasi yang tergenalisasi di dinding posterior 2.1.5



faring Penatalaksanaan 1. Beri analgesik dan obat kumur hangat yang mengandung garam dengan tepat



2. Pantau asuhan dan output dan lihat adakah tanda dehidrasi. Kaji kekencangn kulit, selaput lendir, dan tangis (pada anak kecil) 3. Cukup asup cairan dingin untuk menyejukan tenggorokan pasien. Selain itu, minta pasen menelan dal ukuran normal, bukan menyesapnya. 4. Lakuakan perawat mulut untuk mencegah kekeringan mulut dan pioderma oral, dan pertahankan lingkungan yang nyaman. 2.1.6 Klasifikasi 1. Faringitis akut Faringitis akut adalah inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organism virus hamper 70%. Streptokokus group A adalah organism bakteri paling umum yang berkenaan dengan faringitis akut, yang disebut sebagai “strep throat”. (Brunner & Suddarth, 2001 : 548 ) Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent,2004) A. Jenis Faringitis Akut Faringitis Virus Biasanya



tidak



Faringitis Bakteri ditemukan



nanah



di Sering ditemukan nanah di



tenggorokan



tenggorokan



Demam, biasanya tinggi.



Demam.



Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat



meningkat ringan sampai sedang



Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan membesar



sampai



ringan



sedang



kelenjar getah bening



pada



Tes apus tenggorokan memberikan hasil Tes negative



apus



tenggorokan



memberikan hasil positif untuk strep throat



Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh Bakteri bakteri



tumbuh



pada



biakan di laboratorium



B. Etiologi Faringitis Akut 1. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman. 2. Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti N. gonorrhoeae, C. diphtheria, H. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. 3. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza virus dan Coxsackie virus. 4. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi udara kering, merokok, alergi, trauma tenggorok (misalnya akibat tindakan intubasi), penyakit refluks asam lambung, jamur, menelan racun, tumor. C. Patofisiologi Faringitis Akut Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal.berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases (Kazzi, et.al.,2006) . D. Manifestasi Klinis Faringitis Akut



Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membrane mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan; folikel limfoid membengkak dan dipenuhi dengan eksudat; dan perbesaran serta nyeri tekan nodus limfe servikal.Demam, malaise, dan sakit tenggorok juga bisa timbul.Serak, batuk, dan rhinitis bukan hal yang tidak umum. Infeksi virus tidak terkomplikasi biasanya hilang dengan segera, dalam 3 sampai 10 hari setelah awitan. Namun faringitis yang disebabkan oleh bakteri yang lebih virulen sepertistreptokokus Group A adalah penyakit yang lebih parah selama fase akut, dan jauh lebih penting karena insiden dari bahaya komplikasi. Komplikasi ini termasuk sinusitis, otitis media, abses peritonsilar, mastoiditis, adenitis servikal, demam reumatik, dan nefritis. Kultur tenggorok merupakan cara utama dalam menentukan organism penyebab setelah diresepkan terapi yang sesuai. Usap nasal dan kultur darah mungkin juga dilakukan untuk mengidentifikasi organisme. (Brunner & Suddarth, 2001 : 548 ) Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular. (Rusmarjono,et.al.,2001). Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 % pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus sebelumnya.Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus meningkat pada musim dingin.Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah.Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior.Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif.Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai



coryza dan krusta hidung.Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. (Alan, et.al.,2001). Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue, serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah (Vincent, et.al., 2006).



E. Pemeriksaan Penunjang Faringitis Akut 1. Pemeriksaan terhadap apus tenggorok. 2. Skrining terhadap bakteri Streptokokus. 3. Darah rutin menunjukkan peningkatan jumlah lekosit. 4. Kultur dan uji resistensi bakteri bila diperlukan. F. Penatalaksanaan/Terapi Faringitis Akut Jika diduga atau ditunjukkan adanya penyebab bacterial, pengobatan dapat mencakup pemberian agens antimicrobial. Untuk streptokokus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organism resisten terhadap eritromisin (seperlima organism streptokokus group A dan kebanyakan S, aureus resisten terhadap penisilin dan eritromisin), digunakan sefalosporin. AntibiotiK diberikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring. Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada napsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang, tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat diminum dalam jumlah yang cukup dengan mulut.Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk



memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan, dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari. (Brunner & Suddarth, 2001 : 549 ) 1. Keperawatan 1) Istirahat di tempat tidur sampai demam hilang 2) Diet makanan lunak 3) Banyak minuet 4) Kompres leher dengan es bisa digunakan meredakan rasa sakit (Keperawatan Medikal Bedah, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin. Lockhart) 2. Medik 1) Pemberian antibiotik golongan penisilin atau sulfonanida selama lima hari 2) Antipiretik 3) Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan 4) Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin (Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 2. FARINGITIS KRONIK Faringitis kronik adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu kadangkala juga disebut radang tenggorokan. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi virus grub A Streptococcuc hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan orang dewasa. Penularan biasanya terjadi melalui sekret hidung dan ludah.Terdapat 2 bentuk faringitis kronik yaitu hiperplastik dan atrofil. a. Faringitis Kronik Hiperplastik yaitu terjadinya perubahan mukosa pada dinding posterior faring. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata/berglanular. Biasanya penderita memiliki kebiasaan mengkonsumsi rokok dan alkohol serta kebiasaan bernafas melalui mulut. b. Faringitis Kronik Atropi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan ranngsangan serta infeksi pada faring.



A. Etiologi faringitis kronik Faringitis kronik bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,termasuk virus penyebab common cord, flu,adeno virus, makononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis kronik adalah streptokokus grup A korinebakterium akronabakterium, neiseria gonorrnoeae atau chlamydia pneumoriae. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi udara kering,merokok,alergi,msering mengkonsumsi makanan dan minuman yang panas. gangguan pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakanpenyebab yang jarang ditemukan.Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaiansuara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang merangsangmukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat. Gambaran klinis berupa: demam lebih dari 101.5°F, sakit kepala, muntah pada anak-anak, petechiae palatal, biasa terjadi pada cuaca dingin. B. Patofisiologi faringitis kronik Penularan terjadi melalui droplet kuman menginfiltrasi lapisan eppitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiktrasi leukosit polimorfunuklear.Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal.berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases (Kazzi, et.al.,2006) . Begitu pula hiperemi, pembuluh dasar dinding faring menjadi lebar.Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat pada folikel limfoid.Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak pada dinding



faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehinnga timbul pada tenggorokan atau faringitis. C. Manifestasi Klinis faringitis kronik Yang sering muncul pada faringitis kronis adalah: 1. 2. 3. 4. 5.



Pasien mengeluh gatal ditenggorokan Demam bisa mencapai 40 C Pembesaran kelenjar getah bening Kadang-kadang batuk Tenggorokan berasa kering Setelah bekteri atau virus mencapai sistemik maka gejala-gejala sistemik akan muncul:



1. 2. 3. 4.



Letih dan lesu Nyeri pada sendi otot Hilang nafsu makan Peningkatan jumlah sel darah putih



D. Pemeriksaan Penunjang faringitis kronik a. Pemeriksaan Fisik 1) Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan. 2) Skrining terhadap bakteri streptokokus. 3) Darah putih menunjukan peningkatan jumlah leukosit. 4) Kultur dan uji resitensi bakteri bila diperlukan b. Pemeriksaan Laboratorium 1. GABHS rapid antigen detection test Merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up. 2. Kultur tenggorok



Merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu



diagnosis



dari



faringitis



yang



disebabkan



oleh



bakteri



GABHS.Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan sempel dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior.Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibioti. E. Penatalaksanaan faringitis kronik 1. Untuk mengurangi nyeri tenggorokan dapat diberikan obat antinyeri (analgetik) seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. 2. Untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada saluran faring, pada pasien dapat dianjurkan untuk mengurangi makanan yang berminyak dan panas, serta dianjurkan untuk istirahat. Serta 3. Pengembalian fungsi yang optimal. 4. Apabila penyebabnya diduga infeksi firus, pasien cukup diberikan analgetik dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. 5. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti. c. Penatalaksanaan Keperawatan/Pendidikan Pasien Untuk



mencegah



penyebaran



penyakit



infeksi,



pasien



diinstruksikan untuk menghindari kontak dengan orang lain sampai demam benar-benar menghilang dan meghindari penggunaan alkohol, tembakau, asap rokok, dan pemajanan terhadap dingin. Polutan lingkungan atau tempat kerja harus dihindari atau minimal dengan menggunakan masker.Pasien diberi dorongan untuk memperbanyak minum.Berkumur dengan larutan normal sesering mungkin agar dapat menghialangkan rasa tidak nyaman. Pelega tenggorokan akan menjaga tenggorok tetap lembab. 3.FARINGITIS SPESIFIK



Faringitis spesifik terbagi menjadi dua yaitu: a. Faringitis luetika Treponema palidum dapat menimbukan infeksi di daerah faring seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.  Stadium primer Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan. 







Stadium sekunder Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah laring. Stadium Tertier Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan palatum.Jarang pada dinding posterior faring.Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fumgsi palatum secara



permanen. b. Faringitis Tuberkulosis Faring tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovium dapat timbul tuberkulosis faring primer.Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris.Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring



anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum.Saat ini juga penyebaran secara limfogen.



BAB 3 ASKEP TEORI A. PENGKAJIAN 1. Integritas ego Gejala: perasaan takut akan kehilangan suara, kuatir bila pembedahan mempengaruhi hibungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. Tanda: ansietas, depresi. 2. Makanan / cairan Gejala: kesulitan menelan Tanda: kesulitan menelan , mudah tersedak, bengkak, inflamasi/drainase. Oral, kebersihan gigi buruk. 3. Hygiene Gejala : kemunduran kebersihan gigi. Tanda: kebutuhan bantuan perawatan dasar. 4. Neurosensori



Gejala: kesemutan, parestesia otot wajah. Tanda: hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular). Kesulitan menelan, kerusakan membran mukosa. 5. Nyeri/kenyamanan Gejala: sakit tenggorok, penyebaran nyeri ketelingan dan wajah, nyeri lokal pada orofaring. Tanda: perilaku berhati hati, gelisah, nyeri wajah, gangguan tonus otot. 6. Pernapasan Gejala: riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum Tanda: dispnea, sputum, darah 7. Keamanan Gejala: perubahan pendengaran.



8. Interaksi sosial Gejala: kurang dukungan sistem keluarga, masalah tentang kemampuan berkomunikasi, bergabung dalam interaksi sosial. Tanda: bicara kacau, enggan untuk bicara. B.



DIAGNOSA 



Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi







berlebihan sekunder akibat proses inflamasi. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas`atas sekunder akibat







infeksi Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas







atas. Defisit volumer cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan







cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam. Kurang pengetahuan mengenai pencehgahan infeksi berhubungan dengan kurang terpajan tentang peyakit dan pengobatan serta prosedur perawatan.



C. PRIORITAS MASALAH 



Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi







berlebihan sekunder akibat proses inflamasi. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas`atas sekunder akibat







infeksi Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas atas.



D.



INTERVENSI Diagnosa 1: Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebihan



Intervensi : 1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas, auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis. Rasional: Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret. 2. Tinggikan kepala 30 – 40 derajat Rasional: memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru. 3. Dorong menelan bila pasien mampu Rasional: mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral, menurunkan resiko aspirasi. 4. Dorong batuk efektif dan napas dalam Rasional: memobilisasi sekret umtuk membersihkan jalan napas atas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.



Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas atas akibat infeksi Intervensi : 1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan perubahan nyeri yang tepat. Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan. 2. Pantau tanda vital Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri. 3.



Berikan analgetik sesuai indikasi Rasional: menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.



Diagnosa 3: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas. Intervensi : 1.



Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi Rasional: alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam macam, pasien apat sadar dan beradaptasi pada penullisan.



2. Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain contoh pendengaran, penglihatan. Rasional: adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi 3.



Berikan cara yang tepat dan kontinyu untuk memanggil perawat, contoh bel pemanggil atau lampu Rasional: pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan bererspon terhadap panggilan



4.



Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, bahasa isyarat. Rasional: memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah



5.



Berikan komunikasi nonverbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.



Rasional: mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang 6. Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin. Rasional: meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen. Diagnosa 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan tentang informasi penyakit dan pengobatannya. Intervensi 1. kaji potensial kerja sama dalam program pengobatan dirumah termasuk orang terdekat sesuai indikasi. Rasional: orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan. 2. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana. Rasional:



menurunnya



rentang



perhatian



pasien



dapat



menurunkan



kemampuan untuk menerima /memproses dan mengingat/menyimpan informasi yang diberikan. 3.



Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama. Rasional:



proses



pemulihan



dapat



berlangsung



dalam



beberapa



minggu/bulan dan informasi yang dapat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidak mampuannya dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang lama. Diagnosa 5: Defisit volume cairaengan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesia yang berkaitan dengandemam. Intervensi : 1. Anjuurkn pasien untuk banyak mengonsumsi air mineral Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh. 2. Pasang selang NGT guna memasukkan cairan dan nutrisi ke tubuh pasien jika tidak dapat menggunakan secara oral.



Rasional : membantu pemasukan makanan ke dalam tubuh.



D. IMPLEMENTASI Diagnosa 1: Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebihan Implementasi : 1. Mengawasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas, auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis. Rasional: Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret. 2. Meninggikan kepala 30 – 40 derajat Rasional: memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru. 3. Mendorong menelan bila pasien mampu Rasional: mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral, menurunkan resiko aspirasi. 4. Mendorong batuk efektif dan napas dalam Rasional: memobilisasi sekret umtuk membersihkan jalan napas atas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan. Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas atas akibat infeksi Implementasi : 1. Mengaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan perubahan nyeri yang tepat.



Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan. 2. Memantau tanda vital Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri. 3. Memberikan analgetik sesuai indikasi Rasional: menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain. Diagnosa 3: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas. Implementasi: 1.



Mengaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi Rasional: alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam macam, pasien apat sadar dan beradaptasi pada penullisan.



2. Menentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain contoh pendengaran, penglihatan. Rasional: adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi 3.



Memberikan cara yang tepat dan kontinyu untuk memanggil perawat, contoh bel pemanggil atau lampu Rasional: pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan bererspon terhadap panggilan



4.



Memberikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, bahasa isyarat. Rasional: memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah



5.



Memberikan komunikasi nonverbal, contoh sentuhan dan gerak fisik. Rasional: mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang



6. Mengingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.



Rasional: meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen. Diagnosa 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan tentang informasi penyakit dan pengobatannya. Implementasi: 1. Mengaji potensial kerja sama dalam program pengobatan dirumah termasuk orang terdekat sesuai indikasi. Rasional: orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan. 2. Memberikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana. Rasional:



menurunnya



rentang



perhatian



pasien



dapat



menurunkan



kemampuan untuk menerima /memproses dan mengingat/menyimpan informasi yang diberikan. 3. Mendiskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama. Rasional:



proses



pemulihan



dapat



berlangsung



dalam



beberapa



minggu/bulan dan informasi yang dapat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidak mampuannya dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang lama. Diagnosa 5: Defisit volume cairaengan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesia yang berkaitan dengandemam. Implementasi : 1. Menganjuurkn pasien untuk banyak mengonsumsi air mineral Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh. 2. Memasang selang NGT guna memasukkan cairan dan nutrisi ke tubuh pasien jika tidak dapat menggunakan secara oral. Rasional : membantu pemasukan makanan ke dalam tubuh. D.



EVALUASI



Hasil yang diharapkan: 1. Mempertahankan jalan napas tetap paten dengan mengatasi sekresi a. Melaporkan penurunan pada kongesti b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi 2. Melaporkan perasaan lebih nyaman a. Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kantung panas, kumur, istrahat. b. Memperagakan higyne mulut yang adekuat. 3. Menunjukan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan dan tingkat kenyamanan. 4. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat. 5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi alergi. 6. Menunjukan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara adekuat. 7. Bebas dari tanda dan gejala infeksi: a. Menunjukan tanda-tanda vital normal (suhu tubuh, frekuensi nadi dan pernapasan) b. Tidak terdapat drainase plurelen c. Bebas dari nyeri pada telinga, sinus, dan tenggorokan.



BAB 4



PENUTUP A. Kesimpulan Faringitis adalah gangguan saluran pernafasan bagian atas, timbul akibat rangsangan dan infeksi pada faring karena terjadinya rinitis atrofi, sehingga udara pernapasan tidak diatur suhu dan kelembapannya. Rinitis kronik, sinusitis, inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol, inhalasi uap yang merangsang infeksi, daerah berdebu, kebiasaan bernafas melalui mulut. Adapun keluhan dengan rasa gatal, kering, serta berlendir yang sukar dikeluarkan di tenggorokan, disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior faring granular. B.



Saran Melalui makalah ini diharapkan : 



Para pembaca dan masyarakat mampu memahami dan mengerti







tentang penyakit faringitis ini Para tenaga kesehatan mampu memberikan usulan keperawatan







kepada pasien khususnya faringitis secara profesional Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan menghindari alasan yang bisa mengakibatkan faringitis.



DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2011.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC



Soepardi, Afiaty Arsyat, dkk. 2007. Edisi ke 6 THT Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI Hilger PA.1994.Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring.Buku Ajar Penyakit THT ed.6. Jakarta: EGC.