Faringitis Akut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Yuspa JUMAT, 22 MEI 2015



ASKEP FARINGITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS (PHARYNGITIS)



OLEH : Ø  KARTINI WULANDARI Ø  LUCKY INDRAYANI



Ø  NURUL ASRIYANI DC



S1 KEPERAWATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR 2013/2014



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS (PHARYNGITIS) LANDASAN TEORI



      



A.    DEFINISI Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com). Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa  tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis adalah penyakit tenggorokan, merupakan respon inflamasi terhadap patogen yang mengeluarkan toksin. Faringitis juga bisa merupakan gejala dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti penyakit flu. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring kadang disebut juga sebagai radang tenggorokan.



B.     JENIS FARINGITIS A.    Faringitis Akut Faringitis Akut Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” Faringitis Akut Adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat B.     Faringitis Kronik Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau.



C.    ETIOLOGI



Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faritingitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium,dan arkanobakterium.



D.    TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu: a.       Virus Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis. Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala  ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring. . b.      Bakteri Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.



E.     PATOFISIOLOGI Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.



Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.



F.     KOMPLIKASI a.       titis media purulenta bakterialis Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. b.      Abses Peritonsiler Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.



c.       Sinusitis Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.



G.    MANISFESTASI KLINIS.



1.      Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu : Ø  Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan. Ø  Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran. Ø  Nyeri tekan nodus limfa servikal. Ø   Demam Ø  Sakit tenggorok Ø  Serak dan batuk Ø  Sakit kepala



2.        Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu : Pasien dengan faringitis kronik mengeluh sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yang terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam tenggorok dan dapat dikeluarkan dengan membatukkan, kesulitan menelan.



H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG a)      Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak. b)      Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus. c)      Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.



I.       PENCEGAHAN



Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu: Ø  Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam, flu Ø     Mencuci tangan secara teratur Ø       Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok Ø    Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering



J.      PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu: a.       Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal b.      Penicillin; diberikan secara oral c.       Eritromisin d.      Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu: 1)      Amantadine 2)      Rimantadine 3)      Oseltamivir 4)      Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B 5)      Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV



K.    PENGOBATAN             : Pemberian suplemen  dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu Ø  Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat. Ø  Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam. Ø   Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk. Ø   Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter. . KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN



      



1.      Pengkajian 1)      Data Dasar ü  Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi). 2)      Riwayat Kesehatan, meliputi : 1)      Riwayat Kesehatan Sekarang Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: a)      Alasan masuk rumah sakit b)      Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher.



2)      Riwayat Kesehatan Masa Lalu Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS. 3)      Riwayat Kesehatan Keluarga



Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama. 4)      Pemeriksaan fisik 1)      Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher 2)      Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan 3)      TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR meningkat. 5)      Pengkajian Pola Gordon ü  Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit. ü  Pola Eliminasi Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,    perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi. ü  Pola aktivas latihan Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila inflamasinya Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar kuman/virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar. ü  Pola Nutrisi Metabolic Biasanya parah. ü  Pola istirahat tidur Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.



ü  Pola persepsi diri dan konsep diri Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada ganguan. ü  Pola peran hubungan Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?



ü  Pola reproduksi dan seksualitas Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada klien? Biasanya tidak mengalami gangguan. ü  Pola koping dan toleransi stress Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres? ü  Pola nilai dan kepercayaan Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?



2.      Diagnosa Keperawatan a)      Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. b)      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan c)      Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring d)       Hipertermia berhubungan dengan peradangan



3.      Rencana Keperawatan o   Dx: Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan pro    duksi sekret ditandai dengan: DO      :           adanya sputum yang berlebihan, peningkatan frekuensi pernapasan Tujuan          : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat bernapas dengan lancer/efektif. Kriteria hasil    : a)      Klien dapat mengeluarkan sputum b)      Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20 x/menit) c)      Klien mengatakan dapat bernapas dengan lancer



Intervensi:



§  Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien. Rasional: Untuk mengetahui keadaan napas pasien. §   Anjurkan untuk minum air hangat. Rasional: Untuk mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan. §  Ajari pasien untuk batuk efektif . Rasional: agar pasien dapat secara mandiri megeluarkan sputum. §  Lakukan pengisapan sekret, bila perlu. Rasional: untuk mengelurkan sekret. §  Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran. Rasional: untuk mengencerkan dahak.



o   Dx: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan ditandai dengan: DO                        :           klien tampak lemas; porsi makan tidak dihabiskan. DS             :           nafsu makan berkurang karena sakit saat menelan. Tujuan                   :           setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil    : a)      Masa tubuh dan berat badan dalam batas normal



b)      Nafsu makan klien meningkat



Intervensi: 1.      Kaji status nutrisi pasien. Rasional: informasi dasar status nutrisi. 2.      Kaji kemampuan menelan. Rasional: mengetahui kemampuan menelan. Menetukan tindakan lebih lanjut. 3.      Beriakan makanan yang lunak. Rasional: Memudahkan dalam menelan. 4.      Berikan nutrisi melalui IVFD. Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi yang tak bisa terpunuhi lewat oral. 5.      Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien, bila perlu. Rasional: agar keluarga lebih kooperatif. 6.      Kolaborasi berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Rasional: Pemenuhan kebutuhan nutrisi.



o   Dx: Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring ditandai dengan: DO: klien tampak meringis, suhu tubuh, nadi dan RR meningkat. DS: klien mengeluh nyeri tenggorokan. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang sampai hilang diitandai dengan: Kriteria Hasil: a)      Klien tidak tampak meringis b)      Klien mengungkapkan nyeri berkurang c)      Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi untuk  mengurangi nyeri. d)     TTV dalam batas normal. nadi: 60-100 x/menit; RR: 16-20 x/menit



Intervensi: 1.      Kaji nyeri menggunakan PQRST. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan sebagi data dasar dalam menentukan tindakan. 2.      Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien



3.      Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit. 4.      Berikan informsi tentang nyeri, seperti sebab nyeri, berapa lam akan berlangsung. Raional:menambah pengetahuan keluarga. Keluarga lebih kooperatif. 5.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik Rasional: analgesik dapat mengurangi nyeri.



4)      Dx: Hipertermia berhubungan dengan peradangan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh klien dalam batas normal. Criteria Hasil: a)      Suhu tubuh: 36,5-37,5°C Intervensi: 1.      Monitor  suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan . Rasional: mengevaluasi efektivitas intervensi dan menjamin keakuratan data. 2.      Sesuaikan suhu lingkungan. Rasional: untuk kenyamanan pasien. 3.      Anjurkan asupan cairan oral. Rasional: membantu menurunkan suhu tubuh. Mencegah dehidrasi. 4.      Gunakan tindakan nonfarmakologi seperti: kenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat. Jelaskan hal-hal tersebut pada pasien dan keluarga. Rasional: dapat mengurangi demam dan memberikan rasa nyaman. Pasien dan keluarga akan lebih kooperatif.



5.      Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik. Rasional: Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus 



Daftar Pustaka



Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius FKUI Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.



Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius. Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta



Diposting oleh Unknown di 21.38 



Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest



Tidak ada komentar:



Posting Komentar



Posting LamaBeranda Langganan: Posting Komentar (Atom)



MENGENAI SAYA



Unknown



Lihat profil lengkapku



ARSIP BLOG



 o   



▼  2015 (3) ▼  Mei (3) ASKEP FARINGITIS TEORI KEPERAWATAN KONSEP DIRI



Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.