Farmakoterapi 2 Skizofrenia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SKIZOFRENIA FARMAKOTERAPI 2 Dosen Pengampu : Apt. Heni Lutfiyati, M.Sc



Disusun oleh : 1. Halizah Damay Atmoko



(18.0605.0038)



2. Aninda Tri Yuliasari



(18.0605.0039)



3. Widya Krisna Murti



(18.0605.0040)



PROGRAM STUDI S1-FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG MAGELANG 2020



SKIZOFRENIA A. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi. 2. Mampu mengidentifikasikan masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi.



B. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah melakukan praktikum ini, maka mahasiswa mampu memahami materi skizofrenia berdasarkan lteratur yang ada dalam menyelesaikan kasus dan penelusuran informasi. C. DASAR TEORI Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatri yang kompleks, ditandai dengan adanya gangguan berpikir berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau dan perubahan perilaku. Tanda lain pada skizofrenia berupa hilangnya motivasi (avolitin), menurunnya pengendalian emosi serta sulitnya berbicara. Tiga gejala terakhir merupakan gejala negatif yang secara kolektif sering disebut dengan sindrom deficit (Hafifah et al., 2018) Penyebab masih belum diketahui secara pasti. Penelitian menunjukkan kelainan pada struktur otak dan fungsi otak. Factor genetik dan lingkungan juga berperan dalam perkembangan penyakit ini. Kedua orang tua mengalami penyakit ini dapat beresiko 40% menderita skozofrenia (Hafifah et al., 2018). Beberapa patofisiologi skizofrenia berdasarkan penyebabnya adalah:



1. Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri otak. Penurunan



volume



hipokampus



berhubungan



dengan



kerusakan



neuropsikologis dan penurunan respons terhadap antipsikotik tipikal. 2. Hipotesis dopaminergic. Skizofrenia dapat disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA). 3. Disfungsi glutamatergik. Penurunan aktivitas glutamatergik berkaitan dengan munculnya gejala skizofrenia. 4. Kelainan serotonin (5-HT). Pasien skizofrenia memiliki kadar serotonin 5- HT yang lebih tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan adanya peningkatan ukuran ventrikel. Gejalanya ada negatif, positif, dan kognitif. Gejala positif (gejala psikotik) ditandai dengan munculnya gejala berupa, halusinasi (mendengar suara atau pikiran dari luar dirinya), delusi (sikap yang aneh, sering paranoid dan timbul kecurigaan dan gangguan berpikir (pemikiran dan ucapan tidak logis). Gejala negatif pada skizofrenia ditandai dengan penurunan fungsi sosial dan emosional, termasuk ekspresi, cara bicara, kemauan serta aktivitas sosial dan hedonik. Gangguan kognitif ditandai dengan adanya gangguan dalam hal attention (perhatian), kecepatan berpikir dan penyelesaian masalah. Algoritma Farmakoterapi Skizofrenia



(Wells et al., 2015) 1. Farmakoterapi skizofrenia a. Antipsikotik Generasi Pertama Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja dengan cara memblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar 65% hingga 80% reseptor D2 di striatum dan saluran dopamin lain di otak. Jika dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua, antipsikotik ini memiliki



tingkat afinitas, risiko efek samping ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia yang lebih besar. Efektif digunakan untuk menangani gejala positif dan mengurangi kejadian relaps dan memiliki efek rendah terhadap gejala negatif. Efek samping yang ditimbulkan ekstrapiramidal akut, hiperprolaktinemia serta tardive dyskinesia. Efek samping tersebut disebabkan oleh blokade pada jalur nigrostriatal dopamine dalam jangka waktu lama (Hafifah et al., 2018). b. Antipsikotik Generasi Kedua Antipsikotik generasi kedua, seperti risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidon aripriprazol, paliperidone, iloperidone, asenapine, lurasidone dan klozapin memiliki afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada reseptor dopamin. Sebagian besar efek sampinynya yaitu ke naikan berat badan dan metabolism lemak. Klozapin merupakan antipsikotik generasi kedua yang efektif dan tidak menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. Oleh karenanya, klozapin digunakan sebagai agen pengobatan lini pertama. Obat-obat antipsikotik dan rentang dosisnya



(Wells et al., 2015) 2. Rehabilitasi psikososial



a. Terapi Kognitif Terapi kognitif secara signifikan meningkatkan fungsi sosial dan memperbaiki beberapa gejala, seperti delusi dan halusinasi. b. Social Skills Training Penelitian oleh Shimada et al. (2013), menunjukkan bahwa SST berpotensi meningkatkan fungsi kognitif karena adanya pengalaman belajar yang membutuhkan ingatan dan perhatian yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Hal ini juga disebutkan oleh Kern et al. (2009), yang menyatakan bahwa SST meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penderita skizofrenia. c. PPANSS (Positive and Negative Syndrome Scales) PANSS digunakan pada pasien rawat inap skizofrenia untuk mengetahui status kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan, seperti gejala positif, negatif, dan psikopatologi umum. PANSS terdiri dari 30 pertanyaan yang dinilai dengan skala 1-7 tergantung pada berat atau ringannya gejala. Jika skor PANSS pasien dari awal hingga akhir pengobatan terus menurun maka terapi tersebut dapat dikatakan berhasil. d. LAI (Long-acting Injectable) Farmakoterapi, baik antipsikotik oral maupun LAI merupakan treatment utama dalam terapi skizofrenia. LAI disarankan untuk pasien yang memiliki tingkat kepatuhan rendah. Penelitian oleh Schreiner et al. (2017), membuktikan bahwa sebanyak 472 partisipan yang melakukan peralihan dari oral antipsikotik (aripiprazole,



olanzapine,



quetiapine,



risperidone



dan



paliperidone



extendedrelease) menjadi paliperidone palmitat 1x selama 1 bulan memberikan respon dan tolerabilitas yang baik. D. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan :



Alat



: laptop, LCD



Bahan



: kasus, referensi penunjang



2. Cara Kerja : a. Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok. b. Setiap kelompok diberikan satu kasus sesuai dengan materi praktikum (kasus diberikan pada hari pelaksanaan praktikum dan penelusuran informasi dilakukan mahasiswa pada jam kegiatan praktikum). c. Masing-masing kelompok membuat laporan sementara yang berisi hasil diskusi kelompok mengenai kasus. d. Kegiatan praktikum terdiri dari pre-test, presentasi serta diskusi antar kelompok. e. Pada akhir praktikum, mahasiswa mengumpulkan laporan resmi dari hasil penyempurnaan laporan praktikum sementara



E. METODE PENYELESAIAN Kasus pada praktikum farmakoterapi 2 yang berasal dari hasil rekam medik maupun observasi langsung ke pasien perlu adanya analisa dan diselesaikan permasalahan tersebut. Metode yang digunakan untuk penyelesaian kasus skizofrenia kali ini adalah menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan). 1. Subjective Gejala Pasien



 Perubahan tingkah laku  Mudah lupa  Diam  Tremor  Bingung  Sulit tidur  Rigiditas kurang  Tidak mau berkomunikasi  Menangis tanpa sebab



 ± 1 bulan terakhir mengamuk, memukul, merusak, bingung  Pernah opname beberapa hari setelahnya tidak pernah kontrol dan minum obat Hasil Psikiatrik



 Keadaan Umum : Rigiditas