Farmakoterapi ISPA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Definisi ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai hidung (saluran pernapasan atas) sampai alveoli (saluran pernapasan bawah).(WHO, 2007) Pengertian lain ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari.(Salemba Medik, 2008) Epidemiologi ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Diperkirakan hampir empat juta orang di dunia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, dan yang paling banyak menyebabkan kematian adalah infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.(Kemeskes RI, 2011) Etiologi dan Faktor Risiko Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virusbakteri. Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi memerlukan tindakan pencegahan dan kesiapan khusus.(Kemeskes RI, 2011)



Terjadinya ISPA bervariasi dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA. Untuk penyebaran ISPA berkaitan dengan: 1. Kondisi lingkungan (polusi udara, kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan, musim, dan temperatur); 2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan serta langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan kapasitas ruang isolasi pasien ISPA); 3. Faktor dalam diri manusia, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan penderita ISPA menularkan infeksi, imunitas, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum; dan 4. Karakteristik patogen, seperti cara penularan, faktor virulensi patogennya, dan jumlah atau dosis patogennya (ukuran inokulum).(WHO, 2014) Patogenesis Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya patogen dengan tubuh. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita. Masuknya patogen seperti virus dan atau bakteri melalui droplet dan atau droplet nuklei ke dalam saluran pernafasan dapat membuat pertahanan tubuh pertama berupa silia pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong ke arah faring, jika mekanisme pertama tersebut



gagal maka patogen akan merusak lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi pada lapisan mukosa saluran pernafasan membuat seseorang mengalami batuk kering. Kerusakan lebih lanjut pada lapisan saluran pernafasan dapat menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada mukosa permukaan saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran mukus yang melebihi jumlah normal. Rangsangan dari mukus yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk berdahak. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.(Yanti H, 2013) Diagnosis ISPA Mendiagnosis infeksi saluran pernapasan akut terkadang kesulitan, karena gejala yang muncul seperti hanya demam saja, bisa mengarah ke ISPA ataupun ke penyakit lainnya. Perjalanan penyakit infeksi saluran napas akan berbeda dengan penyakit lainnya. Diagnosis ISPA pada balita dan dewasa tidak ada perbedaan yang khusus. Ada peralatan diagnosis standar untuk penyakit di saluran napas, seperti X-Ray dada, biopsy paru, polymerase chain reaction assays (PCR), serta kultur bakteri dan virus.(Schluger NW, 2010) Beberapa gejala seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, ingusan, suara serak, nyeri kepala dapat dicurigai sebagai ISPA. Tanda dan Gejala Klinis ISPA Tanda gejala ISPA menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI), 2002 antara lain(Riadi M,2013): 1. Batuk 2. Serak (anak bersuara parau)



3. Pilek 4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 38,5 º C 5. Sesak napas Tanda dan gejala ISPA pada balita dan dewasa tidak jauh berbeda, tetapi dapat lebih berbahaya pada balita. Batuk, sulit bernapas, napas cepat, adanya tarikan dada, mengorok dapat terjadi pada anak yang mengalami ISPA, terutama pneumonia.(Depkes RI, 2008) Ada juga dari sumber lain yang menyebutkan bahwa tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Pada sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotic akan menyebabkan kematian.(Lakoro FA, 2014)



DAFTAR PUSTAKA 



WHO. Pedoman interim WHO dalam pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan



kesehatan[Internet].



Jenewa:



WHO;



2007.



Availablefrom:



http://www.who.int/csr/resources/publications/ 



A M. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.







Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.







Yanti H. Hubungan lingkungan dalam ruang kelas dengan kejadian ispa pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013 [Internet]. UIN Jakarta. 2013



[cited



2015



Jan



31].



Available



http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25572/1/HERIS



from: MA



YANTI - FKIK.pdf 



Goh DYT, Shek LPC, Wah LB. Acute respiratory tract infections in children : outpatient management. Kesehatan Internasional. 1999.







Department pandemic and epidemic disease WHO. Infection prevention and control of epidemic and pandemic-prone acute respiratory infections in health care. John Conly, Sergey Eremin, Wing Hong Seto CLP-S, editor. Switzerland: WHO; 2014.