File Chek TURNITIN BELA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK DAUN KANGKUNG PAGAR (I pomea Carnea Jacq) TERHADAP JAMUR Candida albicans TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Farmasi



Oleh : Sinta Bela 17416248201078 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Penyakit infeksi mampu ditularkan dari satu orang ke orang lain kemudian dar i hewan ke manusia salah satu penyebab penyakit infeksi adalah jamur, dimana jamur banyak menimbulkan berbagai macam penyakit, perkembangan infeksi jamur karena pola hidup yang tidak sehat dan ik1im tropis Negara lndonesia yang memi1iki curah hujan dan ke1embaban tinggi hingga pertumbuhan jamur menjadi sangat baik (Dahlis a, 2017). Jamur adalah mikoorganisme yang berbentuk sel atau benang bercabang. Mi kroorganisme ini memiliki dinding sel yang kaku dan tersusun dari polisakarida atau kitin, memiliki nukleousis dan spora, kemudian tidak berklorofil dan tidak berkemban g biak secara seksual dan aseksual. Tubuh atau talus suatu jamur pada hakekatnya te rbentuk dari dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium terbentuk dari kumpulan filament-filamen yang dikenal dengan hifa. Sama halnya dengan bakteri, jamur terten tu juga merupakan flora normal pada tubuh, pada saat kondisi tubuh lemah jamur dap at berubah menjadi lebih pathogen. Infeksi yang disebabkan oleh fungi yaitu dikenal dengan mikosis (Kojong , 2016) Tanaman Ipomoea Carnea pada awalnya digunakan sebagai tanaman hias dan mendapatan sebutan nama “Morning Glory” (kemuliaan di pagi hari). Tanaman ini merupakan herba kangkung pagar tanaman tinggi sampai 2 meter, tangkai daun panjangnya sekitar 1,5 – 2,5 cm, daun bulat te1ur miring panjang, dengan ujung meruncing dan pangka1 bentuk jantung, 6-25 kali, 4-17 cm., yang mud a berambut halus rapat. Herba ini tumbuh pada populasi padat di sepanjang dasar sun gai, sungai, kanal, dan daerah tergenang (wetland) serta tanah lapang (Ganjari, 2016). Daun Ipomoea carnea memiliki khasiat sebagai pelega perut, kemudian minyak dari b iji memiliki khasiat sebagai obat penyubur rambut dan obat bisul. Untuk pelega perut diperlukan 4-5 lembar daun segar Ipomoea carnea, kemudian dicuci, diasapkan sebe ntar diatas api, dan setelah itu dimakan sekaligus (Ganjari, 2016). Kandungan kimia



dari daun kangkung pagar ini yaitu alkaioida, saponin, flavonoida, dan tanin (Ganjari, 2016). Indonesia dikenal sebagai negara tropis dengan udara lembab dan panas, di ma na jamur akan berkembang pesat dibandingkan dengan iklim lainnya. Infeksi jamur dengan mudah menyerang ketika kebersihan dan kesehatan tidak diperhatikan. Salah satu jamur yang mudah menyerang yaitu Candida albicans. Candida albicans yaitu ja mur yang sering menyebabkan penyakit seperti infeksi mulut, infeksi saluran kemih, i nfeksi saluran pencernaan, dan infeksi kulit. (Mutiawati, 2016). Candida merupakan f lora norma1 pada tubuh manusia yang bersifat memanfaatkan kesempata dan menjadi penyebab infeksi apabi1a keseimbangan f1ora dan kebersihan mulut tidak terjaga. Ca ndida a1bicans ada1ah sa1ah satu spesies jamur yang ada didalam tubuh orang yang s ehat, seperti dimu1ut, lalu kerongkongan,lalu usus, lalu saluran genital, feses, dan dib awah kuku, kulit (Dahlisa, 2017). Salah satu tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai tanaman obat yang dipergunakan di sebagian negara yaitu kangkung pagar keluarga Convolvulaceae. Tumbuhan ini memiliki potensi sebagai aktivitas antiinflamasi, antio ksidan, antidiabetes, antimikroba, penyembuh luka, imunomodulator, aktivitas kardio vaskular, efek embrotoksik, aktivitas antijamur, aktivitas hepatoprotektif, aktivitas pe nghambatan (Abriyani,E.,Fikayuniar,L.2021) Aktivitas antijamur Ipomoea carnea telah dilakukan uji untuk melawan Altern aria alternata dan Curvularia lunata). Ekstrak Kloroform dan Metanol Ipomoea carn ea mengungkapkan aktivitas antijamur terhadap sebelas pathogen dan jamur non-pato gen (Bhalerao, 2016) Dengan ada nya permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian menge nai Uji aktivitas antijamur ekstrak daun kangkung pagar (ipomea carnea jacq) terhad ap jamur candida albicans dan bagian sampel yang digunakan adalah seluruh bagian herba daun kangkung pagar.



1.1 Rumusan Masalah 1. Apa..saja..kandungan..metabolit sekunder dalam ekstrak n-heksan, etil asetat, metanol kangkung pagar (Ipomea carnea jacq.) secara kualitatif dengan skrining..fitokimia..dan..kromatografi lapis..tipis (KLT) dengan penampak bercak spesifik ? 2. Bagaimana perbandingan potensi bioaktifitas antijamur yang paling baik antara ekstrak n-heksana, eti1 asetat, methano1 daun kangkung pagar (Ipomea carnea jacq) terhadap jamur Candida albicans? 1 1.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk.mengetahui.kandungan.metabolit.sekunder dalam ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol daun kangkung pagar (Ipomea carnea jacq.) secara kualitatif dengan.skrining.fitokimia.dan.Kromatografi.Lapis Tipis (KLT) dengan penampak bercak spesifik 2. Untuk mengetahui mana yang memiliki potensi bioaktifitas antijamur yang paling baik dari.ekstrak.n-heksan,.etil asetat,.metanol daun daun kangkung pa gar (Ipomea carnea jacq.) terhadap bakteri candida albicans 1.3 Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan dan sumber informasi mengenai pemanfaatan daun kang kung pagar (Ipomea Carnea Pagar Jacq) 2. untuk memberikan informasi tentang bioaktifitas daun kangkung pagar (Ipom ea carnea jacq) yang memiliki potensi antijamur, sehingga mampu dijadikan sebagai bahan alam yang digunakan untuk pengembangan suatu sediaan farmasi tertentu



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Daun Kangkung Pagar (Ipomea Carnea Jacq) Klasifikasi daun kangkung pagar Kingdom



: Plantae



Sub Kingdom : Tracheobionta Division



: Spermatophyta



Subdivision



: Magnoliophyta



Class



: Magnoliopsida – Dicotyledons



Subclass



: Asteridae



Order



: Solanales



Family



: Convolvulaceae



Genus



: I pomoea Species : Ipomoea carnea Jacq.



English



: Bush Morning glory



Hindi



: Beshram, Behaya



Bengali



: Beshram



Oriya



: Behayo



Others



: Pink Morning Glory, Borrachero, Bush Morning Glory, Badoh Negr



o, Matacabra, Morning Glory Tree. (Bhalerao, 2016)



Gambar 2. 1 Daun Kangkung Pagar (Doc. Pribadi 2021) 2.1.1 Morfologi Tanaman Ipomoea carnea Auct Jacq. Sinonim : Ipomoea fistulosa Mart. Ex. Cholsy., Ip omoe a crassteaulis (Bth.) Bl. Robins. Tanaman semak tinggi sampai 2m, kadangkada ng tumbuh ke atas. Tangkai daun panjangnya 1,5 – 2,5 cm, daun..bulat telur..miring memanjang, dengan ujung meruncing dan pangkal bentuk jantung sampai terpancung, 6-25 kali, 4-17 cm., yang muda berambut halus rapat. Daun kecil, bulat telur, ronto k..daun..kelopak bulat panjang 5-6 mm, kelenjar madu yang terletak..di luar bunga..a ntara pangkal dan daun. Warna mahkota..ros (merah) atau ungu pucat, bentuk tabung sampai bentuk corong, Benangsari tertancap di dalam tabung, tangkai sari berbeda se kali, 2 lebih panjang dari pada 3 sisanya. Kepala sari warna putih, tangkai..putik..berb entuk..benang, kepala pucuk berbentuk 2 bola, buah kotak..berbentuk te1ur, panjang 1,5 – 2 cm, buah tidak sempurna, beruang 2-4, dengan 4 biji atau kurang. Biji hitam b erambut serupa be1udru, di Amerika tengah, kadang-kadang ditanam sebagai tanama



n hias, sering dijumpai sebagai tanaman 1iar, 1-1.000 m, hidup di sepanjang tepi sung ai, semak yang lembab, dan pinggiran jalan (Ganjari, 2016). 2.1.2 Kandungan Tanaman Daun Kangkung Pagar (Ipomoea carnea Jacq) mengandung alkaloida, saponi n, flavonoida, dan tanin (Ganjari, 2016). 2.1.3 Manfaat Tanaman Daun Kangkung Pagar (Ipomoea carnea Jacq) memiliki khasiat untuk pelega perut, kemudian minyak dari biji memiliki khasiat untuk obat penyubur rambut dan o bat bisul (Ganjari, 2016), 2.1.4 Penggunaan Tradisional Ekstrak tumbuhan utuh disiapkan dalam air panas secara luas digunakan seba gai obat antirematik, dan tanaman ini juga diyakini mengurangi efek teratogenik sikl o-fostamid (Phillips, 1994). Dalam banyak obat tradisional digunakan sebagai afrodis iak, pencahar serta katarsis (Ved, 2004). 2.2 Ekstraksi Ekstraksi yaitu proses pemisahan zat dengan pelarut yang akan memisahkan zat d ari campurannya. Pelarut yang dipakai harus bisa mengekstrak..substansi yang di ingi nkan tanpa..melarutkan material..lain. Secara..garis..besar, pemisahan secara ekstraks i..terdiri..dari.tiga langkah dasar yaitu : 1. Penambahan..sejumlah..massa..pelarut..untuk..dikontakkan..dengan..sampel, b iasanya..melalui..proses..difusi. 2.



Zat terlarut bisa terpisah..dari..sampel..dan 1arut oleh pe1arut..membentuk fa se..ekstrak.



3. Pemisahan..fase..ekstrak..dengan..sampe1 (Wilson , 2000). Ekstraksi adalah proses pemisahan.senyawa kimia.dari jaringannya yang bera sal dari hewan maupun tumbuhan dengan menggunakan pelarut tertentu. Sedangkan y ang di maksud dengan ekstrak yaitu sediaan pekat.yang di peroleh menggunakan cara mengekstrasi zat aktif dengan..menggunakan jenis pelarut..yang sesuai (Depkes RI, 2 000). Umumnya tujuan dari ekstrasi yaitu.menarik.komponen.kimia yang ada pada bahan alam. Bahan-bahan zat aktif yang terdapat pada bahan alam biasanya yaitu sen yawa antimikroba dan senyawa antioksidan pada umumnya di ekstrak dengan pelarut. Dalam proses mengekstrasi suatu simplisia digunakan beberapa jenis ekstrasi yang di gunakan dimana salah satunya yaitu jenis ekstrasi cair – padat, dimana semua prosesn ya bersifat dinamis dan dapat di sederhanakan dalam beberapa tahapan, dalam jenis e kstrasi ini ada beberapa metode yang sering digunakan yaitu : 2.2.1 Ekstraksi Cara.Dingin a. Maserasi Maserasi yaitu metode..ekstraksi..dengan mengadukan beberapa.ka1i.pada.suhu ruan gan dengan menggunakan pelarut yang telah ditentukan. Metode ini bisa digunakan menggunakan cara merendam..bahan..dengan seseka1i pengadukan. Pada umumnya.p erendaman.dilakukan.selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara.sinambung (maserasi kineti k). Kelebihan.dari.metode.ini.yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas (ter degradasi karena panas), peralatan yang digunakan re latif sederhana, murah, dan mu dah didapat. metode ini juga mempunyai ke1emahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pe1arut dengan jum1ah cukup banyak, dan adanya kemungkinan bah wa senyawa tertentu tidak bisa diekstrak karena ke1arutannya yang rendah di.suhu ru angan (Sarker , 2006)



b. Perkolasi Perkolasi adalah proses dimana serbuk tanaman direndam dalam pelarut perkolator. P elarut dituang pada bagian atas serbuk sampe1 dan didiamkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini yaitu sampe1 di.aliri.oleh.pelarut.baru. Dan kerugiannya yaitu jika sampel dalam.perkolator.tidak homogen.maka.pelarut akan sul it.menjangkau.seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Sarker , 2006)



2.2.2



.Ekstraksi Cara Panas



Di tahap metode ini me1ibatkan pemanasan se1ama proses ekstraksi berlangsung. pan as dengan otomatis akan dengan cepat proses ekstraksi daripada dengan cara dingin. Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas yaitu: a. Ekstraksi Refluks Ekstraksi ref1uks yaitu metode ekstraksi yang di1akukan di titik didih pelarut, selama waktu dan sejum1ah pe1arut tertentu dengan adanya pendingin ba1ik kondensor. Pad a umumnya di1akukan tiga sampai 1ima kali 11 pengu1angan proses pada rafinat pert ama. Ke1ebihan metode refluks ada1ah padatan yang memi1iki bentuk kasar dan taha n akan pemanasan 1angsung dapat diekstrak dengan metode ini. Ke1emahan metode i ni adalah membutuhkan jum1ah pelarut cukup banyak. (Seidel, 2006). b. Ekstraksi Soxhlet Metode soxhlet adalah metode ekstraksi yang dilakukan oleh menempatkan serbuk sa mpel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang dite mpatkan di atas labu dan dibawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dala m labu dan suhu penangas diatur dibawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini ad alah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kond ensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak wakt u. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ek strak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih (Seidel, 2006)



2.3 Taksonomi Candida Albicans Kingdom



: Fungi



Phylum



: Ascomycota



Subphylum



: Saccharomycotina



Class



: Saccharomycetes



Ordo



: Saccharomycetales



Family



: Saccharomycetaceae



Genus



: Candida



Sinonim



: Candida stellatoidea dan Oidium albicans



Spesies



: Candida albicans (Atikah , 2013)



Gambar 2. 2 fungi Candida A1bicans



2.3.1 Morfo1ogi Candida A1bicans Candida a1bicans (C. albicans) yaitu jamur 1onjong, bertunas, dengan ukuran 2-3 x 4-6 µm yang menghasi1kan pseudomise1ium baik dalam biakanatau da1am jari ngan dan eksudat. Jamur ini sebenarnya adalah anggota f1ora normal ku1it, membran mukosa sa1uran pernafasan, lalu pencernaan, dan genitalia wanita. Pada tempat-temp at ini, jamur ini menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik. Pseu



dohifa tersusun memanjang, berbentuk e1ips yang tetap menempe1 satu sama lain pa da bagian septa yang berkonstriksi dan biasanya tumbuh da1am po1a bercabang yang berfungsi untuk mengambil nutrisi yang jauh dari se1 induk atau koloni. Hifa sejati memiliki bentuk panjang dengan sisi para1e1 dan tidak ada konstriksi yang je1as anta r se1. (Atikah , 2013) 2.3.2 Etio1ogi dan Patogenesis.Kandidiasis Kandidiasis/yeast infection ada1ah infeksi jamur yang terjadi karena adanya p embiakan jamur secara ber1ebihan, dimana dalam kondisi norma1 muncu1 da1am ju m1ah yang keci1. Perubahan aktivitas vagina atau ketidakseimbangan hormona1men yebabkan jum1ah Candida ber1ipat ganda muncul geja1a Kandidiasis. Keadaan 1ain yang menyebabkan. Kandidiasis ada1ah penyebab penyakit menahun, gangguan imun yang berat, AIDS, diabetes, dan gangguan tiroid, (Mutiawati, 2016) 2.4 Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi 1apis tipis (KLT) Pemisahan dengan KLT dilakukan agar dapat mencari fase gerak yang terbaik karena akan dipakai dalam kromatografi ko1om. Fas e diam yang digunakan pada KLT ada1ah si1ika ge1 GF254 dan sebagai fase gerak di gunakan nheksana, k1oroform, eti1 asetat dan n-butano1. Bejana kromatografi sebelu m digunakan untuk e1usi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit f raksi positif f1avonoid yaitu fraksi n-heksana di1arutkan dengan pelarutnya (eluen ya ng akan dipakai)selanjutnya ditoto1kan pada plat kromatografi 1apis tipis mengguna kan pipa kapiler. sehingga kering 1alu dimasukkan pada wadah. Bi1a fase gerak te1a h mencapai batas yang ditentukan, p1at diangkat, dan dikeringkan di udara terbuka. P enampak noda yang dipakai asam su1fat. Noda yang terbentuk diamati dengan 1ampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya. (Asih, 2009)



2.5 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan adalah cara yang dapat digunakan untuk men getahui isi kandungan senyawa metabo1it sekunder dari bahan a1am. Skrining fitoki mia merupakan tahap pendahuluan agar mendapat gambaran kandungan senyawa tert entu da1am bahan a1am yang akan dite1iti. Skrining fitokimia dapat digunakan, baik secara kua1itatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif sesuai dengan tujuan yang d ilakukan. Metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat di1akukan mela1ui reaksi warna menggunakan suatu pereaksi yang sesuai. Hal penting yang dapat mempengaru hi proses skrining fitokimia yaitu pemi1ihan pe1arut dan metode ekstraksi. Pe1arut ya ng tidak sesuai bisa menyebabkan senyawa aktif yang diinginkan tidak bisa tertarik s ecara baik, jelas dan sempurna (Advistasari, 2018). 2.6 Antijamur Antijamur merupakan bagaian dari antibiotik yang membunuh atau memperlam bat pertumbuhan jamur, sedangkan antibiotik merupakan suatu substansi kimia yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies mikrooganisme, yang dalam konse ntrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Jawetz, E.2005) 2.7 Metode Sumuran Metode sumuran dilakukan dengan membuat lubang yang dibuat tegak lurus pa da agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Jumlah dan letak lubang dises uaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diisi dengan sampel yang akan diu ji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidakn ya daerah hambatan disekeliling lubang.



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini yaitu penelitian Eksperimental dengan metode pendekatan kualit atif laboratorium untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung pad a ekstrak daun kangkung pagar dan melakukan uji bioaktifitas antifungi pada ekstrak daun kangkung pagar terhadap jamur candida albicans.



3.2 Alat.dan.Bahan 3.2.1.Alat Alat-alat.yang digunakan.pada.penelitian.ini adalah maserator,.timbangan digi tal (SKA digital), tabung reaksi (iwaki), spatula, corong (iwaki), pipet tetes (pyrex), pi pet volume (pyrex), labu ukur (pyrex), batang pengaduk,beaker glass (pyrex), Erlenm eyer (pyrex) , pipa kapiler (gmbh+cokg), chamber, botol coklat, vial 15 ml, maserato r, oven , cawan petri, Rotary Evaporator ( ika rv), water bath (memmert), plat KLT, Lampu UV, lemari pendingin, LAF (mascotte) jangka sorong (tricle), incubator (mem mert), jarum ose, mikropipet, Bunsen, masker (sensi), sarung tangan (safe gloves), aut oclave (agm medica). 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Ekstrak Daun Kangkung Pagar (Ipo moea Carnea Jacq) (balitro bogor) , etil asetat, methanol, n-heksana, (bratacho), Jam ur Candida Albicans (laboratorium UI), Potato Dextrose Agar (oxoid), dragendrof, bu buk magnesium, Fecl3, HCl 2N, H2S4 pekat, aquadest, HCL pekat, KOH 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini yaitu penelitian Eksperimental dengan metode pendekatan kualitatif lab oratorium untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstr ak daun kangkung pagar dan melakukan uji bioaktifitas antifungi pada ekstrak daun k angkung pagar terhadap jamur candida albicans. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserator, timbangan digital (S KA digital), tabung reaksi (iwaki), spatula, corong (iwaki), pipet tetes (pyrex), pipet v



olume (pyrex), labu ukur (pyrex), batang pengaduk,beaker glass (pyrex), Erlenmeyer (pyrex) , pipa kapiler (gmbh+cokg), chamber, botol coklat, vial 15 ml, maserator, ov en , cawan petri, Rotary Evaporator ( ika rv), water bath (memmert), plat KLT, Lam pu UV, lemari pendingin, LAF (mascotte) jangka sorong (tricle), incubator (memmer t), jarum ose, mikropipet, Bunsen, masker (sensi), sarung tangan (safe gloves), autocl ave (agm medica). 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekstrak Daun Kangkung Pagar (Ip omoea Carnea Jacq) (balitro bogor) , etil asetat, methanol, n-heksana, (bratacho), Ja mur Candida Albicans (laboratorium UI), Potato Dextrose Agar (oxoid), dragendrof, bubuk magnesium, Fecl3, HCl 2N, H2S4 pekat, aquadest, HCL pekat, KOH



3.3 Variabe1.Penelitian 3.3.1 Variabe1.independent Variabe1 independent atau variabe1.bebas pada penelitian.ini yaitu,.ekstrak daun kang kung pagar. 3.3.2 Variabe1 dependent Variabe1 dependent atau variabe1.terikat.pada.penelitian.ini.yaitu skrining fitokimia, o rganoleptic dan rendemen Rf, zona hambat. 3.4 Prosedur penelitian .4.1



Persiapan Sampel



Tanaman Kangkung Pagar segar yang telah dirajang dan dikeringkan. Tanaman yang t elah dikeringkan, kemudian dihaluskan menggunakan blender. Sampel yang telah dihal uskan kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat.



.4.2



Pembuatan Reagen Untuk Uji Fitokimia



Reagen yang digunakan pada Uji Fitokimia adalah : 1. Pereaksi Mayer Sebanyak 1,36 gram raksa (II) klorida dilarutkan dengan 60 mL aquadest di dalam bea ker glass. Kemudian di dalam beaker glass terpisah, 1 gram kalium iodida dilarutkan d engan 10 mL aquadest, kedua larutan tersebut dicampurkan dan disaring. Campuran ini diencerkan hingga 100 mL di dalam labu ukur dengan aquadest. 2. Pereaksi Lieberman-Burchard Sebanyak 5 mL anhidrida asetat dan 5 mL asam sulfat pekat dicampurkan secara perla han di dalam beaker glass, lalu diencerkan hingga 100 mL dengan pelarut etanol. 3. Larutan Besi (III) Klorida 5% Sebanyak 5 gram kristal besi (III) klorida dimasukan kedalam beaker glass. Kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 100 mL. 4. Larutan Asam Sulfat 2 N



Sebanyak 13,9 mL asam sulfat pekat dimasukkan kedalam beaker glass yang telah beri si 100 mL aquadest secara perlahan melalui dinding gelas, kemudian diencerkan hingg a volume 250 mL. 5. Larutan Natrium Hidroksida 1% Sebanyak 1 gram Natrium Hidroksida dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 mL dalam beaker glass. .4.3



Ekstraksi sampel



Di tahap ini sampe1 diekstraksi dengan cara metode maserasi dengan cara.simplisia da un kangkung pagar direndam dalam maserator sampe1 terlebih dahulu ditimbang, kem udian sampel direndam menggunakan pelarut etil asetat, n-heksan, methanol yang di tampung maserat sampai serbuk.terendam.diaduk. Setelah itu sampe1 dibiarkan selama 4x24.jam dan lakukan seseka1i pengadukan. Kemudian sampe1 disaring, sampai d iperoleh ekstrak..cair. Kemudian seluruh ekstrak cair yang diperoleh dijadikan satu un tuk dilakukan dievaporasi sampai sedikit kenta1. lalu agak kenta1, uapkan di atas.wate rbath dengan suhu 50°C agar memperoleh ekstrak yang lebih kenta1. selanjutnya hitun g rendemen ekstrak yang didapatkan. (Rumayar, 2020)



3.3.4 Skrining Fitokimia 1. Alkaloid 1 ml ekstrak daun kangkung pagar+ 2 ml HCl 2N



dipanaskan 5 menit k emudian disaring



Filtrat + 2 tetes laruta n dragendrof



larutan warna jingga



Gambar 3. 1 Alkaloid 2. Flavonoid



1 ml ekstrak kangkung pagar + 0,1 g bubuk M agnesium



+ 5 tetes HCl 2N



Larutan warna kuning, jingga atau merah



Gambar 3. 2 Flavonoid 3. Fenolik



2 ml ekstrak kangkung pa gar + 2 tetes larutan FeCl3 1 %



Panaskan pada suhu 50˚C



Larutan warna hijau keku ningan Gambar 3. 3 Fenolik 4. Steroid 2 ml ekstrak kangkung pagar HCl pekat



+ 1 tetes H2SO4 pekat



Larutan hijau kebirua n Gambar 3. 4 Steroid



5. Saponin 2 ml ekstrak kangkung pag ar + 5 ml aquadest



+10 tetes KOH



Kocok 5 menit



Busa yang konstan 10 m enit Gambar 3. 5 Saponin 6. Tanin



2 ml ekstrak kangkung pagar



+ 3 ml FeCl3 1%



Panaskan 5 menit



Larutann biru kehit aman Gambar 3. 6 Tanin 3.3.5 Penetapan Kadar Air Penetapan Kadar Air. Ditimbang seksama 1 g ekstrak dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditara. Ratakan dengan menggoyangkan hingga merupakan lapisan setebal (5 mm – 10 mm) dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap, buka tutu pnya, biarkan krus dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh u ntuk menghitung perse ntase susut pengeringannya. (Depkes RI, 1980). 3.3.6 Penentuan Bobot Jenis Bobot jenis menggunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi d engan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru di didihkan pada suh u 25oC, buang kelebihan ekstrak cair dan timbang. Bobot jenis ekstrak cair adalah



hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam pikn ometer pada suhu 25oC (Depkes RI, 2000)



3.5 Kromatografi lapis tipis KLT Uji senyawa metabolit sekunder daun kangkung pagar (Ipomea Carnea Ja cq) menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol dengan metode maserasi. Ekstrak dipekatkan menggunakan evaporator pada suhu 35°C. Uji kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap ekstrak pekat menggunakan pelarut pengembang (fase gerak) adalah N-Heksan : Etil Asetat (6:4) dan untuk fase diam yang digunakan adalah silika GF254 , kemudian ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah kering dimasukan kedalam bejana (chamber), bila fase gerak telah mencapai batas, plat diangkat, noda yang terjadi diteliti oleh 1ampu.UV 254nm.dan366nm selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan penampak bercak spesifik, penyemprotan dilakukan untuk mempermudah identifikasi bercak KLT. Untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid digunakan pereaksi Dragendrof, untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid digunakan pereaksi sitoborat, untuk mengidentifikasi senyawa tanin/fenolik digunakan pereaksi FeCl3 5% dan untuk mengidentifikasi senyawa terpenoid dan steroid



digunakan pereaksi Lieberman burchard kemudian hitung Rf nya [CITATION Place holder1 \l 1033 ]. 3.6 Persiapan Uji Aktivitas Antijamur 3.6.1 Pembuatan Media jamur Potato Dextrose Agar (PDA) ditimbang dalam 20 ml aquadest pada Erlen meyer lalu panaskan di atas hot plate sampai larutan berwarna jernih, lalu di sterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah itu, dimasukan kedalam cawan petri dan dinginkan pada suhu ruangan / masukan kedalam Laminar Air Flow (Dolih, G. 2009). 3.6.2 Media Peremajaan Jamur Sebanyak 1-2 ose Koloni jamur diambil dari biakan murni yang tersedia, di lakukan secara aseptis dengan jarum ose dan digoreskan pada media agar miring k emudian diinkubasikan dalam inkubator. [ CITATION Ros09 \l 1033 ]. 3.6.3 Pembuatan.Larutan.Kontro1 Pelarut.kontro1 positif positif yang digunakan adalah ketoconazole dan kon tro1 negatif yang dipakai adalah 1arutan.CMC.1% [ CITATION Dew10 \l 1033 ]



3.6.4 Uji Aktivitas Antijamur 1 ml suspensi jamur Candida albicans diambil dengan mikropipet lalu dituang dalam cawan petri steri1dan kurang lebih 10-20 m1 media PDA steri1 dituangkan dala m cawan petri steri1 yang berisi suspensi.jamur. Kemudian media PDA pada cawan p etri dibiarkan padat lalu buat 1ubang sumuran di media supaya berada ditengah cawan. petri. Kemudian pada semua 1ubang sumura cawan petri ditambahkan ekstrak daun ka ngkung pagar. kemudian cawan petri ditutup rapih lalu diberi 1abe1, 1a1u inkubasi did alam incubator pada suhu 37oC se1ama 24-72.jam.



3.6 Diagram Alir



KANGKUNG PAGAR DETERMINASI PENGOLAHAN SIMPLISIA



SIMPLISIA KANGKUNG PAGAR



KADAR AIR



EKSTRAK HEKSAN



ETIL



SKRINING FITOKIMIA



METANOL METODE EKSTRAKSI MASERASI BERTINGKAT



KLT



UJI ANTI JAMUR



DENGAN METODE SUMURAN



UKUR ZONA HAMBAT



. HASIL



KESIMPULAN



Gambar 3. 7 Diagram Alir



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tahap pada penelitian ini yaitu dilakukan determinasi tanaman, tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Daun kangkung pagar. Tanaman dilakukan deter minasi di Laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor Jawa Barat. Pus at Penelitian Biologi Bogor dengan nomor surat B-237/IV/DI.01/II/2021, pada tanggal 17 januari 2021. Tujuan determinasi adalah untuk mengidentifikasi kecocokan atau ke benaran tanaman yang akan digunakan. Hasil determinasi menujukan bahwa tanaman yang digunakan benar Ipomea Carnea Jacq Tabel 4. 1 Hasil Determinasi No 1



No Kol Kangkung Pagar



Jenis Ipomea Carnea Jacq



Suku Convolvulaceae



4.2 Persiapan Sampel Tanaman Kangkung Pagar (ipomea carnea jacq) segar yang telah dirajang dan dikeringkan. Tanaman yang telah dikeringkan, kemudian dihaluskan menggunakan ble



nder. Sampel yang telah dihaluskan kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat. Proses pengeringan ini juga bermanfaat untuk mengurangi kandungan air dari simplisia sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur. Daun kangkung pagar yang sudah kering lalu disortasi kering.untuk dipisahkan dari pengotor.yang.terbawa.pada tahap



pengeringan.



Setelah



dilakukan



sortasi



kering



kemudian



dihaluskan



menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia yang kemudian akan dilakukan proses ekstraksi menggunakan metode maserasi.



4.3.Ekstraksi Hasil ekstraksi daun kangkung pagar didapatkan ekstrak kental n-hexana seban yak 19,6 gram dengan rendemen 1,96%, ekstrak kental etil asetat seban yak 127 denga n rendemen 1,2 , ekstrak kental metanol sebanyak 147, 4 gram dengan hasil rendemen 14,74%. Tabel 4. 2 Hasil Ekstraksi Bertingkat Daun Kangkung Pagar



No 1 2 3



Ekstrak Kental N-hexana Etil asetat Metanol



Bobot (gram) 19,6 gram 127,3 gram 147, 4 gram



Rendemen % 1,96 % 12,73 % 14,74 %



Dari data tabel tersebut diketahui nilai bobot dan rendemen ekstrak kental tertin ggi berturut-turut dihasilkan oleh ekstak kental metanol (polar), ekstrak kental etil aset at (semi polar) dan yang paling sedikit menghasilkan ekstrak adalah ekstrak kental n-h exana (non polar). Pengaruh banyaknya ekstrak yang diperoleh adalah karena bedanya kepolaran pada tiap-tiap pe1arut sehingga diduga senyawa bioaktif daun kangkung pag ar banyak yang bersifat polar dibandingkan dengan non polar. Faktor lain yang mempe ngaruhi nilai rendemen adalah lokasi tumbuh, waktu pemanenan, suhu ekstraksi, lama ekstraksi dan konsentrasi pelarut (Maharani,et all, 2009). Kemudian adapun pemilihan metode ekstraksi yaitu maserasi merupakan metode yang aman dipakai untuk bahan ya ng tahan.dan.tidak.tahan pada proses panas 1a1u hindari rusaknya senyawa metabolit sekunder secara termolabil.



4.4 Parameter Ekstrak Parameter ekstrak parameter spesifik.dan.non.spesifik. hasil parameter spesifik ekstrak bisa dilihat di tabel beriku init: Tabel 4. 3 Hasi1 Parameter.Spesifik.dan.Non.Spesifik



Karakterisasi .Parameter spesifik



Hasi1



1. Identitas  Nama Lain



-



Ipomoea carnea Jacq



 Bagian Tumbuhan



-



Daun



 Nama Indonesia



-



Kangkung Pagar



-



Kental



-



Coklat agak hitam



-



Khas



-



Pahit



2. Organoleptik N-heksan  Bentuk  Warna  Bau  Rasa



Metanol  Bentuk



 Kental



 Warna



 Coklat agak hitam



 Bau



 Khas



 Rasa



 Pahit



Etil asetat  Bentuk



 Kental



 Warna



 Coklat agak hitam



 Bau



 Khas



 Rasa



 Pahit



.Parameter non spesifik Kadar air daun kangkung pagar (Ip



8%



omoea carnea Jacq)



.Parameter..spesifik digunakan untuk mengungkap identitas dan organo1eptik e kstrak.yang dipakai. Tanaman yang dipakai adalah kangkung pagar Ekstrak terbuat da



ri daun tersebut. Pemeriksaan organo1eptik dilakukan dengan pengena1an fisik oleh p ancaindera untuk menggambarkan bentuk,.bau,.warna,.rasa. Di tahap parameter non spesifik adanya perlakuan kadar air, kadar air digunakan agar dapat penetapan residu air sete1ah pengenta1an atau.pengeringan. Hasi1 penetapan kad ar air oleh ekstrak daun kangkung pagar sebesar 8%. Range kadar.air.tergantung jenis. ekstrak, untuk ekstrak kering kadar air kurang dari 10% . Kadar air menentukan stabilit as suatu ekstrak, biasanya kadar air yang beresiko adalah lebih dari10%. 4.5 Skrining.Fitokimia Hasi1 uji penapisan fitokomia pada ekstrak daun kangkung pagar dalam berbag ai fase menunjukan adanya senyawa flavonoid Tabel 4.4 Hasi1 Skrining Fitokimia Simplisia Daun Kangkung Pagar Uji Fitokimia



Pereaksi



Warna



Keterangan



A1ka1oid



Dragendrof



Kuning



(-)



Mayer



Endapan Putih



(+)



F1avonoid



(+)



Saponin



Serbuk mg+hcl+am Jingga Merah il alkohol HCL Tidak berbuih



Tanin



Gelatin 1%



Hijau Kehitaman



(+)



Kuinon



KOH



Merah Kecoklata n



(-)



Triterpenoid



HCL+H2SO4



Hijau Terang



(-)



Steroid



HCL+H2SO4



Hijau Terang



(-)



(-)



keterangan: (+) Terkandung Senyawa Metabo1it sekunder : (-) Tidak Terkandung Senyawa Metaboit sekunder Tabel 4. 5 Hasi1 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kangkung Pagar Uji Fitokimi a



Pereaksi



Hasil Pengamatan N-Hexana



Alkaloid



Dragendrof



(-)



Etil Asetat (+)



Metanol (+)



Mayer



(-)



(-)



(-)



(-)



(+)



(+)



Saponin



Serbuk Mg+HC L+Amil alkohol HCL



(-)



(-)



(+)



Tanin



Gelatin 1%



(-)



(+)



(-)



Steroid/ trite rpenoid



HCL+H2SO4



(+)



(-)



(+)



Flavonoid



keterangan: (+) terkandung Senyawa Metabo1it sekunder : (-) Tidak terkandung Senyawa Metabo1it sekunder dari tabe1 diatas menujukan bahwa ekstrak (ipomea carnea jacq) senyawa aktif yang terkandung yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. kemudian Simplisia dau n kangkung pagar mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, tanin 4.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analisis KLT dilakukan dengan ekstrak daun kangkung pagar agar diperoleh el uen dengan sesuai, hingga bisa memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung dida1 am sampel. Pengujian Kromatografi Lapis Tipis ini juga dilakukan untuk mempertegas hasil pada senyawa metabolit sekunder yang diperoleh pada saat skrining fitokimia. Di



tahap pengujian ini digunakan pelarut pengembang (fase.gerak) n-heksan dan etil asetat 6:4 kemudian fase.diam menggunakan silika GF254. Untuk menggambarkan senyawa alkaloid memakai pereaksi Dragendrof, senyawa flavonoid memakai pereaksi sitoborat, senyawa tanin atau fenolik dengan pereaksi FeCl 3 5% dan senyawa terpenoid atau steroid memakai pereaksi Libernan burchard (LB). Hasi1 penampak bercak pada KLT diamati pada UV.254 dan.UV 366 untuk melihat spot noda yang dihasilkan. Ekstr ak dapat dipisahkan dengan baik menggunakan eluen campuran n-hexana: etil asestat (6:4) terdapat penampakan noda yang je1as dan terpisah. baik. Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Kromatografi Lapis Tipis Jenis Ekstra k N-heksan



Etil Asetat



Metanol



Kandungan Kimia Flavonoid Alkaloid Tanin Steroid Flavonoid Alkaloid Tanin Steroid Flavonoid Alkaloid Tanin Steroid



Pereaksi



RF



Hasil



Sitoborat Dragendorf Fecl3 5% Liebermen burchard Sitoborat Dragendorf Fecl3 5% Liebermen burchard Sitoborat Dragendorf Fecl3 5% Liebermen burchard



0,65 0,78 0,28 0,63 0,40 0,75 0,29 0,48 0,34 0,60 0,28 0,36



+ + + + + + + + + + + +



Berdasarkan hasil pengujian KLT yang diperoleh ditunjukan. Adanya kandungan s enyawa pada f1avonoid, a1ka1oid,.tanin,.dan.steroid, ekstrak n-heksan hasil RF (0,65) (0,78), (0,28), (0,63), etil asetat hasil RF (0,40), (0,75), (0,29), (0,48) dan metanol a setat dengan hasil RF (0,34), (0,60), (0,28), (0,36). 4.7 Penetapan Diameter.Zona.Hambat Penetapan diameter.zona.hambat uji aktifitas antijamur ekstrak etil asetat, n-he ksana , methanol daun kangkung pagar (ipomea carnea jacq). Dilakukan dengan pemb uatan media agar PDA (potato dextrose agar) sebanyak 11,7 gram dalam 300 ml aquad est kemudian dimasukan kedalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan menggunakan ko mpor listrik sampai media berubah menjadi jernih lalu 1akukan steri1isasi dengan auto k1af di suhu.121oC setelah itu didiamkan kemudian dituangkan pada cawan petri seban yak 25 ml. uji antijamur dilakukan dengan berbagai macam variasi konsentrasi pada ek strak yaitu 120%, 100%,80%, 60%, K+, dan K-.Pada penelitian zona hambat dilakuka n dengan metode difusi sumuran ke1ebihan da1am cara ini adalah 1ebih mudah meng ukur 1uas zona hambat yang terbentuk oleh iso1at beraktivitas tidak hanya di permuka an tapi sampai bawah lalu kekurangan dari metode ini adalah sangat rentan tercemar sa at pembuatan 1ubang dan pada saat memasukan sampe1 karena sering membuka cawa n daripda.metode difusi.disk. Hasi1 diameter zona hambat ditunjukan pada tabe1 di bawah ini



Tabel 4. 7 Diameter.Zona.Hambat Diameter.zona.hambat (mm) Sampel



Konsentrasi



 



rata-rata (mm)



 



 



Ekstrak     N-heksan      



    60% 80% 100% 120% kontrol (+) ketoconazole



I 3,691 4,698 5,026 8,37 21,373  



Candida Al bicans II 2,6855,025 5,025 9,363 18,705  



-



  III 3,02 3,695 4,038 9,37 20,65  



-



    3,132 4,472 4,696 9,034 20,242  



-



-



     



kontrol (-)



  Etil asetat    



CMC 1% 60% 80% 100%



 



  2,02 3,686 5,356



  2,09 3,013 4,703



  2,02 4,7 7,701



2,026 3,799 5,92



          Metanol              



120% kontrol (+) Ketoconazole kontrol (-) CMC 1% 60% 80% 100% 120% kontrol (+) Ketoconazole Kontrol (-) CMC 1%



9,375 15,375



10,706 16,038



9,705 15,701



9,928 15,704



-



-



-



  2,026 3,028 7,242 11,254 17,532    



 



  2,02 3,016 7,691 12,028 17,37   -



 



  2,02 3,03 6,361 10,703 18,843 -



 



2,09 3,04 7,676 11,031 16,385    



Diameter zona hambat yang terbentuk kemudian dapat dihitung memakai jangk a..sorong..dengan satuan milimeter (mm). pada setiap pengujian terdapat perbedaan pa da setiap ekstrak N-heksan, etil asetat dan metanol terhadap pertumbuhan candida albi cans. Pada penelitian ini diketahui, tinggi rendahnya konsentrasi ekstrak N heksan, metano1 dan eti1 asetat mempunyai diameter zona hambat berbeda. Pada ekstrak n-he ksana dengan konsentrasi tertinggi ditunjukan pada konsentrasi 120% (9,034 mm) dan k+ (20,242 mm), dan konsentrasi terendah ditujukan oleh konsentrasi 60% (3,132 mm) kemudian pada ekstrak etil asetat konsentrasi tertinggi ditunjukan pada konsentrasi 120 % (9,928 mm) dan k+ (15,704 mm) dan konsentrasi terendah ditujukan pada konsentra



si 60% (2,026mm), kemudian pada ekstrak metanol konsentrasi tertinggi yaitu ditujuka n oleh konsentrasi 120% (11,254mm) dan k+ (17,532mm). Ketoconazo1e digunakan sebagai kontro1 positif karena ia adalah salah satu pil ihan.obat.antijamur. Mekanisme.kerja ketokonazo1 adalah berinteraksi..dengan enz im.agar bisa meng-hambat demeti1asi 1anostero1 menjadi ergostero1 yang penting pada membrane fungi (Masloman, 2016). Pada penelitian ini kontrol positif pada zona hambat ekstrak metanol 17,532 mm sedangkan zona hambat ekstrak etil asett 15,704 mm dan zona hambat n-heksana (20,242 mm). Pada kontrol negatif yang digunakan yaitu CMC 1% tetapi pada kontro1 negatif ini tidak ditunjukan adanya zona.hambat. Menurut (Dewi, 2019) aktivitas antifungi pada ekstrak etano1 daun kesum didu ga penyebab adanya efek sinergisme dari setiap metabo1it sekunder yang terkandung, yaitu saponin, f1avonoid, alka1oid,..terpenoid, dan feno1 metabo1it sekunder memi1ik i potensi sebagai senyawa antifungi. Daun kangkung pagar mengandung senyawa flavo noid, alkaloid, tanin,steroid. Hal ini menujukan bahwa ekstrak daun kangkung pagar da pat digunakan sebagai antijamur. Kemudian dapat disimpulkan bahwa uji antijamur ekstrak.pelarut n-heksan, eti1 asetat dan metano1 bahwa zona hambat yang pa1ing tinggi pada ekstrak metano1 dengan hambatan 11,254mm pada konsentrasi 120% Hal t ersebut menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut bisacmenghambat pertumbuhan.jamu r candida.albicans.dengan.kuat.



Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji One Way ANOVA



atau uji Kruskal Wallis, sebelum melakukan uji One Way ANOVA ada



beberapa..syarat..wajib..untuk..dapat..menggunakan uji One Way ANOVA yaitu.uji norma1itas dan.uji.homogenitas. Apabila.salah.satu syarat.tidak.terpenuhi maka tidak dapat dilakukan perhitungan menggunakan uji One Way ANOVA akan tetapi harus menggunakan uji Kruskal Wallis. Uji norma1itas data memi1iki tujuan agar mengetahui apakah data berdistribusi norma1 atau tidak berdistribusi norma1 Tabel 4. 8 Hasil Uji Norma1itas



Konsentrasi N_Hexana 60% 80% 100% 120% Kontrol Posit if Metanol 60% 80% 100% 120%



Tests of Norma1ity Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. ,253 3 ,294 3 ,276 3 ,383 3



. . . .



Shapiro-Wilk Statistic df ,964 3 ,921 3 ,942 3 ,755 3



Sig. ,636 ,455 ,537 ,012



,283



3



.



,934



3 ,504



,276 ,211 ,381 ,293



3 3 3 3



. . . .



,942 ,991 ,758 ,922



3 3 3 3



,537 ,817 ,019 ,458



Kontrol Posit ,219 if Etil_Aseta 60% ,276 t 80% ,220 100% ,306 120% ,293 Kontrol Posit ,176 if a. Li11iefors Significance.Correction



3



.



,987



3 ,782



3 3 3 3



. . . .



,942 ,987 ,904 ,922



3 3 3 3



3



.



1,000



,537 ,778 ,398 ,459



3 ,982



Dari hasi1 pada tabe1 Test of Norma1ity di atas, di peroleh nilai Shapiro-Wilk untuk data N-Hexana konsentrasi 60% adalah 0,636, konsentrasi 80% 0,455 ,konsentr asi 100% 0,537 , konsentrasi 120% 0,012 dan kontrol positif 0,504. Untuk data Metano l konsentrasi 60% adalah 0,537 , konsentrasi 80% 0,817 ,konsentrasi 100% 0,019 , ko nsentrasi 120% 0,458 dan kontrol positif 0,782. Dan data Etil Asetat konsentrasi 60% adalah 0,537, konsentrasi 80% 0,778 ,konsentrasi 100% 0,398 , konsentrasi 120% 0,4 59 dan kontrol positif 0,982. Berdasarkan dasar pengambi1an keputusan dalam uji norma1itas di atas maka data percobaan untuk ke tiga sampel >0,05. Dengan..demikian dapat disimpu1kan bah wa data percobaan ketiga sampe1 ( N-Hexana, Metanol dan Etil Asetat ) adalah berdist ribusi normal



Uji homogenitas bertujuan agar menggambarkan varian antar kelompok mempunyai varian yang sama atau beda, dan uji homogenitas adalah syarat kedua yang perlu dipenuhi jika ingin me1akukan pengujian data menggunakan..uji One Way ANOVA Tabel 4. 9 Hasi1 Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Levene Statis tic df1 df2 N_Hexana 3,921 4 10 Metanol 4,021 4 10 Etil_Aseta 4,415 4 10 t



Sig. ,036 ,034 ,026



Berdasarkan data SPSS diatas , di peroleh angka Levene statistic N Hexana seb esar 3,921 dengan Signifikansi atau probabi1itas (Sig) sebesar 0,036 ,angka Levena st atistic Metano1 sebesar 4,021 dengan Signifikansi atau probabi1itas (Sig) sebesar 0,03 4 , Dan angka Levena statistic Etil Asetat sebesar 4,415 dengan Signifikansi atau proba bilitas (Sig) sebesar 0,026 ,maka dapat disimp1lkan bahwa ketiga percobaan tersebut a da1ah sama atau homogen



Uji One Way ANOVA bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat daya antija mur ekstrak N-heksana, eti1 asetat dan metano1 daun kangkung pagar terhadap pertumbuhan jamur candida albicans Tabel 4. 10 Hasi1 Uji Anova ANOVA Sum of Squar es Df N-Heksan Between Group s Within Groups Total Metanol Between Group s Within Groups Total Etil-Asetat Between Group s Within Groups Total



Mean Squar e



586,305



4



5,961 592,265



10 14



485,715



4



5,182 490,897



10 14



357,313



4



7,597 364,910



10 14



F



146,576 245,912



Sig. ,000



,596 121,429 234,328



,000



,518 89,328 117,588 ,760



,000



Berdasarkan Output Anova ketiga percobaan sampel (N Hexana, Metanol dan e til Asetat) diatas, didapatkan nilai Sig dengan nilai 0,000 < 0,05 hingga dapat dikatakan bahwa rata-rata tersebut yaitu “Berbeda” secara.signifikan.



BAB.V KESIMPULAN.DAN.SARAN



1.1 Kesimpulan



1. Kandungan.metabo1it sekunder dalam ekstrak n-heksana, eti1 asetat, dan metano1 daun kangkung pagar (Ipomea carnea jacq.) secara kua1itatif dengan skrining fitokimia ekstrak kangkung pagar adalah alkaloid, flavonoi d, saponin, dan tanin. kemudian Simplisia daun kangkung pagar memiliki kandungan a1kaloid, f1avonoid, steroid, tanin dan kromatografi 1apis tipis (KLT) yang paling baik adalah ekstrak N-heksana denga Rf 0,78 dengan penampak bercak spesifik. 2. Daun kangkung Pagar (Ipomoea carnea Jacq) memiliki aktivitas yang dapa t menghambat antijamur. Dengan ditujukannya bahwa adanya zona hambat pada jamur candida albicans. 1.2 Saran Diharapkan dapat di1akukan pene1itian 1ebih 1anjut mengenai iso1asi senyawa metabo1it sekunder dari ekstrak N-heksan, ekstrak eti1 asetat dan ekstrak metano1 dari ekstrak daun kangkung pagar.