Filosofi Batik Parang Rusak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Filosofi Batik Parang rusak Batik parang memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi berupa petuah agar tidak pernah menyerah



sebagaimana ombak laut ᄃ yang tak pernah berhenti bergerak. Batik parang pun menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik itu dalam arti ᄃ upaya memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga ᄃ di mana batik parang di masa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada anak-anaknya. Dalam konteks tersebut, motif parang mengandung petuah dari orang tua agar melanjutkan perjuangan ᄃ yang telah dirintis. Garis lurus diagonal melambangkan rasa hormat dan keteladanan, serta kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran ᄃ. Aura dinamis dalam motif ini juga menganjurkan kecekatan, kesigapan, dan kesinambungan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Artinya, tidak ada kata berhenti. Begitu menyelesaikan satu pekerjaan ᄃ, segeralah berlanjut kepada pekerjaan berikutnya. Batik parang biasa digunakan dalam upacara ᄃ pelantikan. Misalnya seorang senapati yang hendak berangkatperang ᄃ, dilantik oleh raja di pendopo atau alun-alun, dengan harapan pulang membawa kemenangan. Dewasa ini, motif parang digunakan dalam wisuda sarjana, penganugerahan bintang tanda jasa atau penghargaan dalam lomba ᄃ. Motif parang juga sering ditemukan dalam dunia ᄃ pendidikan dalam bentuk kover buku ᄃ, seragam, piala, dan sebagainya karena secara ekspilisit motif



parang juga memiliki makna kecerdasan. Sangat jarang motif parang digunakan untuk menghadiri upacara pernikahan ᄃ. Apalagi digunakan sebagai busana pengantin. Kalangan masyarakat Jawa menganggap, menggunakan motif parang sebagai busana pernikahan akan menyebabkan rumah ᄃ tangganya nanti dipenuhi percekcokan. Dalam acara ᄃ semacam ini biasanya digunakan motif lain seperti motif semen yang mengandung arti kesuburan, atau motif truntum dan kawung yang mengandung makna kebijaksanaan, motif sidomukti, sidoasih, atau sidoluhur dan sejenisnya yang mengambil motif sulur-suluran.