Fiqhul Lughah  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Menurut anda, definisi mana yang paling representatif/tepat perihal “bahasa” ? Berikan alasannya dengan jelas. jawaban: Sudah banyak ahli dari berbagai kalangan yang membuat definisi tentang ―bahasa‖. Menurut Ibnu Jinni (391 H), bahasa adalah bunyi-bunyi yang diungkapkan oleh setiap kaum untuk menyatakan tujuan-nya. Dalam definisi ini, Ibnu Jinni menegaskan bahwa bahasa adalah fenomena yang berfungsi sosial, yaitu menghubungkan para anggota masyarakat. Dan setiap masyarakat memiliki bahasa tertentu. Menurut De Saussure, bahasa adalah sistem mentalistik yang merupakan dasar berlangsungnya hubungan unsur-unsur kebahasaan, baik pada tataran fonologi atau morfologi maupun sintaksis. Dia berpendapat bahwa sistem inilah yang membatasi nilai fungsional segala kata, meskipun bukan sistem itu saja yang melakukan demikian itu, tetapi juga – di samping itu – perbedaannya, dengan bukti bahwa apabila kita mendengar suatu bahasa asing yang belum kita ketahui sebelumnya, maka kita akan mendapati kesulitan dalam membedakan kata-kata dalam kalimat atau membedakan kalimat dalam paragraf. Dan kita akan berpendapat bahwa yang kita dengar itu bukanlah bunyi-bunyi yang berbeda dan tidak bermakna. O



2. Apa hubungan antara dialek dengan fiqhul-lughah ? (urgensi memahami dialek untuk keperluan fiqhul-lughah) Jawaban 3. Jelaskan secara bahasa, definisi dari istilah al-fiqhu ? jawaban: Dalam Al-Wajiz fi Fiqhul Lughah karya Abdul Qadir mengutip dari Lisanul Arab karya Ibnu Mundzir mengartikan al-fiqhu secara bahasa adalah



ِ َ ‫ّالعِْل ُم‬:ّ‫الف ّقو‬ ُ‫ّبالشىء َّوّال َف ْهمّلَّو‬ Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia, al-fiqhu adalah ilmu pengetahuan tentang sesuatu; kepahaman. Dalam Lisanul-‗Arab sendiri, Faqiha fiqhan berarti 'alima 'ilman; faqiha 'anhu dengan kasrah berarti fahima. Adapun dalam Kamus Al-Mawrid, verba faqaha (‫ )فقو‬memiliki arti yang sama dengan ‗allama (‫ (علَّم‬to teach (memberi pelajaran); instruct (menginstruksikan); educate (mendidik).



Adapun dalam bentuk isim, fiqih (‫ )الفقه‬bermakna jurisprudence (ilmu



hukum); doctrine (doktrin). Dalam Kamus Al-Munawwir, faqaha (‫ )فقو‬memiliki arti mengerti; memahami. Faqaha memiliki bentuk mashdar fiqhan (‫)ف ْقها‬. Dalam Mu'jam Maqayis al-Lughah, karangan Ibnu Faris:



ِ ّ ُ‫ثّّاَفْ َق َه ّاه‬ َ ْ‫تّاحلدي‬ ُ ‫فَق ْه‬ Saya memahami hadits yang paling faqih.



‫وّكلّعلمّبشىءّفهوّفِ ْقو‬ pengetahuan akan sesuatu adalah fiqh.



ّ ُ‫الّيَ ْف َقوُ َّوالَّيَْن َقّو‬ Ia tidak memahami.



ّ‫ك‬ َّ َ‫ّاذاّحيَتُوُّل‬ َّ ُ‫اَفْ َق ْهت‬ َ ‫َّيئ‬ َ ‫كّالش‬ Saya memberi pema-haman tentang sesuatu kepadamu apabila perkara itu telah saya jelaskan kepadamu. Dari beberapa pengertian al-fiqhu dari berbagai sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa al-fiqhu memiliki arti yang sama dengan al-fahmu. Perbedaan keduanya adalah al-fiqhu lebih pada hukum (yurispodensi). 4. Jelaskan secara historis munculnya istilah fiqhul-lughah ! Jawaban: Penamaan atau penggunaan fiqhu al-lughah di mulai atas penamaan kitab Abu Mansur Abdul Malik bin Muhammad Ats-tsa‘aalaby yang bernama fiqhu al-lughah. Namun nama ini tidaklah sesuai dengan isinya yang membahas tentang bahasa serta yang berkaitan dengannya. Namun, hanya sebuah pembahasan saja didalamnya yang berkaitan dengan judul bukunya yaitu hanya terdapat pada bab terahir yang berjudul Sirrul ‗Arabiyah. Kitab Ibnu Faris dan Tsa‘labi dalam analisisnya sesuai dengan konten fiqhul-lughah. Maka objek fiqhul-lughah menurut mereka adalah identifikasi kata-kata Arab dan maknamaknanya, klasifikasi katakata ini dalam topik-topik, dan kajian-kajian yang berkaitan dengan hal itu. Kitab Ibnu Faris mencakup seperangkat masalah teoretis sekitar bahasa, terutama lahirnya bahasa. Kitab Tsa‘labi mencakup bagian kedua, yaitu sirrul ‗Arabiyyah. Dalam bagian kedua Tsa‘labi telah mengkaji sejumlah topik yang berkaitan dengan bangun kalimat bahasa Arab. Akan tetapi kedua pengarang itu bersepakat bahwa fiqhullughah adalah mengkaji makna kata-kata dan mengklasifikasikannya ke dalam topiktopik. Ahmad bin Faris membatasi maksud fiqhullufhah dalam mukaddimah bukunya yang tersebut tadi. Lalu dia mengatakan bahwa ilmu bahasa Arab terbagi atas dua bagian: asal (pokok) dan far‘i (cabang). Adapun Far‘i adalah pengetahuan tentang isim dan sifat. Dan



inilah yang dimulai ketika belajar. Adapun asal (pokok) adalah pembicaraan tentang topik, prioritas, dan sumber bahasa kemudian tentang tulisan Arab dalam dialog dan variasi seninya, baik secara hakiki maupun majazi. 5. Bagaimana hubungan antara filologi dan fiqhul-lughah ? Jawaban: Istilah



filologi.



atau philology (Inggris).



Istilah Secara



ini,



berasal



etimologis



dari kata



kataphilologie (Prancis) ini



terdiri



atas



dua



morfem: philo ‗pencinta‘, dan loghos ‗ilmu‘ atau ‗ucapan‘. Dengan demikian secara etimologis filologi berarti pencinta ilmu atau pencinta ucapan. Secara terminologis, menurut Verhaar (1988: 5): ―Filologi adalah ilmu yang menyelidiki masa kuno dari suatu bahasa berdasarkan dokumen-dokumen tertulis.‖ Pernyataan Verhaar ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Tamam Hasan. Menurut Hasan, filologi adalah ilmu yang mengkaji serta mengkritisi teks-teks klasik dari berbagai aspeknya. Menurutnya, ciri khas filologi adalah berorentasi pada bahasa kuno. Pada perkembangan berikutnya, selain berorientasi pada bahasa kuno, filologi juga bersifat komparatif. Hal ini terjadi ketika para filolog Eropa menemukan adanya beberapa persamaan antara bahasa Eropa dengan bahasa Sansekerta. Sampai pase ini, filologi mendapat label baru yaitu komparatif.



6. Apa perbedaan antara ilmul-lughah dan fiqhul-lughah ? Jawaban: Dalam buku Mula:khas Fiqhul-Lughah, terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai hubungan antara fiqhul-lughah dan „ilmul-lughah. 1. Fiqhul-lughah berbeda dengan „ilmul-Lughah



ّ .ّ‫ّاوّظاىراتّيفّلغةّخمصوصة‬,‫ّعلمّيدرسّلغةّمنّاللغاتّدراسةّخمصوصة‬:ّ‫فقوّاللغة‬ Fiqhul-lughah: ilmu yang mempelajari tentang bahasa tertentu atau fenomena bahasa tertentu



.ّّ‫ّعلمّيدرسّاملقارنةّاوّاملقابلةّبنيّلغتنيّاوّاكثرّمنّاللغاتّاالنسانية‬:ّ‫علمّاللغة‬



Ilmul-lughah: ilmu perbandingan dua bahasa atai lebih dari bahasa manusia. 2. Fiqhul-lughah sama dengan „ilmul-lughah. Dalam buku tersebut, terdapat kesalahan, yakni terbaliknya definisi antara fiqhullughah dan ilmul-lughah. Seharusnya:



.ّّ‫ّعلمّيدرسّاملقارنةّاوّاملقابلةّبنيّلغتنيّاوّاكثرّمنّاللغاتّاالنسانية‬: ‫فقوّاللغة‬ ‫ّاوّظاىراتّيفّلغةّخمصوصة‬,‫ّعلمّيدرسّلغةّمنّاللغاتّدراسةّخمصوصة‬:ّ‫علمّاللغة‬ Menurut Yaqub (1982) Secara terminologis, ilmul-lughah (‫ )اللغة علم‬adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, atau telaah ilmiah mengenai bahasa seperti yang telah dikemukaan di atas. Sedangkan filologi “hubbub al-kalam li ta‟miq fi dirasatihi min haistu qawaidihi wa usulihi wa tarikhihi. (Subhi Shalih) Menurut Yaqub (1928), perbedaan antara keduanya adalah: 1.



Cara pandang ilmul-lughah terhadap bahasa berbeda dengan cara pandang fiqhullughah. Ilmul-lughah memandang/mengkaji bahasa untuk bahasa, sedangkan fiqhul-lughah mengkaji bahasa sebagai sarana untuk mengungkap budaya.



2.



Ruang lingkup kajian fiqhul-lughah lebih luas dibanding ilmul-lughah. Fiqh lughah ditujukan untuk mengungkap aspek budaya dan sastra. Para sarjananya melalukan komparasi antara satu bahasa dengan bahasa lain. Bahkan membuat rekonstruksi teks-teks klasiknya guna mengungkap nilai-nilai budaya yang dikandungnya. Sedangkan ilmul-lughah hanya memusatkan diri pada kajian struktur internal bahasa saja.



3.



Secara historis, istilah fiqhul-lughah sudah lebih lama digunakan dibanding istilah ilmul-lughah.



4.



Sejak dicetuskannya, ilmul-lughah sudah dilabeli kata ilmiah secara konsisten, sedangkan fiqhul-lughah masih diragukan keilmiahannya.



5.



Mayoritas kajian fiqhul-lughah bersifat historis komparatif, sedangkan ilmullughah lebih bersifat deskriptif sinkronis.



Atas dasar pertimbangan itu, dalam beberapa kamus bahasa Arab, kedua istilah itu penggunaanya dibedakan. 7. Apa yang anda ketahui tentang lembaran amarna (akhetaton) dan lontar elephantine, apa hubungannya dengan fiqhul-lughah, jelaskan !



jawaban: Lembaran amarna dan lontar elephantine merupakan bukti adanya Bahasa Akkad dan Bahasa Aram. Lembaran amarna merupakan bukti bahwa adanya Bahasa Akkad yang berkembang hingga tahun 1400 SM. Adapun lontar elephantine merupakan bukti adanya Bahasa Aram. Dalam blog http://bigmats86.wordpress.com diakses tanggal 16 Maret 2014, pukul 15.00Prasasti Amarna atau Amarna Letter adalah arsip-arsip korespondensi berbentuk lembaran-lembaran tanah liat, terutama arsip diplomatik, antara kerajaan Mesir kuno dengan negara-negara lain yang menjadi koleganya. Menurut para arkeolog, prasasti ini dibuat selama masa kerajaan Mesir 1600-1100 SM, yaitu masa paling makmur Mesir dan dicatat sebagai puncak kejayaan kekuatan Mesir. Amarna sendiri adalah nama modern Mesir, yang penggunaan nama Amarna itu dikukuhkan oleh Firaun Akhenaten (13501330 SM) di masa Dinasti ke-18 Mesir. Sekedar catatan, Firaun Akhenaten ini adalah firaun Mesir yang monotheis dan menyembah Aten—Dia Yang Esa dan Tersembunyi. Adapun lontar ellepanthine koleksi naskah kuno Yahudi yang berasal dari abad ke-5 SM. Mereka datang dari komunitas Yahudi di Elephantine, kemudian disebut yeb, pulau di sungai Nil. Taufiqurrahman (2008: 178-179) dalam skripsi Retno Kurniasih yang berjudul ‗Piramida Peninggalan Budaya dari Peradaban Mesir Kuno‘ memaparkan bahwa gelombang emigrasi dari Jazirah Arab ke sabit Suburgelombang Akkad dan Amurru, 3000-1800 SM- menyebarkan bahasa Akkad ke seluruh wilayah ini. Hal ini berlangsung hingga 1400 SM, yang dibuktikan oleh lembaran Amarna (Akhetaton) Mesir, ketika Akkad menjadi bahasa percakapan umum dan pemerintahan, diucapkan dan ditulis oleh penduduk pribumi Mesir. Bahasa Aram mulai menggantikan bahasa Akkad setelah 1200SM, digunakan di sleuruh Sabit Subur, dan mulai mengembangkan dialek yang khas di setia subwilayahnya. Bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani, bahasa Kanaan,dan bahasa daerah orang Yahudi di Asia Barat, seperti ditunjukkan oleh daun lontar Ellepantine (Mesir) abad ke-6. begitu juga bahasa daerah seluruh wilayah ini sampai datangnya Islam pada abad ke-7 M. Bahasa Arab kemudian menggantikan bahasa Arab di selururh Asia Barat.



Lembaran amarna dan lontar ellephantine merupakan bukti adanya rumpun Bahasa Semit, terutama bahasa Aram dan Bahasa Akkad. Dari adanya bukti tersebut dapat dijadikan sebagai kajian Fiqhul-Lughah, yakni dengan mempelajari Bahasa Akkad dan Bahasa Aram. Kemudian dengan adanya Bahasa Akkad dan Bahasa Arram, dilakukan pengkajian terhadap lembaran Amarna dan lontar Ellephantine. Pengakajian tersebut juga melibatkan komparasi atau perbandingan dengan rumpun antar Bahasa Semit, dalam hal ini adalah Bahasa Akkad dan Bahasa Aram. Komparasi tersebut merupakan kajian dalam fiqhul-lughah. 8. Apa yang anda fahami mengenai istilah SEMIT, sebutkan pembagian bahasa Semit. jawaban: Dalam beberapa literatur, terjadi perbedaan pendapat tentang asal-muasal kata semit. Ada yang berpendapat bahwa semit merupakan nisbah dari salah satu putra Nabi Nuh, yakni Sam. Sam dinisbatkan menjadi Sammiyun, Semit yang artinya Orang-orang Sam, atau pengikut Sam. Pendapat yang lain adalah semit merupakan kata tersendiri yang tidak menginduk dari kata yang lain. Alasan yang lain adalah Sam, putra Nabi Nuh tidak memiliki pengikut. Dalam rabbani.blogspot.com/2011/10/d-bahasa-semit.html diakses 16 Maret 2014 pukul 15.00 Bahasa Semit adalah bahasa-bahasa yang dipergunakan bangsa-bangsa dari keluarga besar Sam beserta cabang-cabangnya. Ada tiga pendapat yang paling masyhur tentang negeri asal bangsa Semit, yaitu: 1. Bangsa Semit berasal dari bagian Barat Daya Asia yakni negeri Hijaz, Yaman, Najd, dan sekitarnya. Di antara yang berpendapat demikian adalah orientalis dari perancis, Renan dan Broclman dari Jerman. 2. Bangsa Semit berasal dari Babilonia. Yang berpendapat demikian ialah para sejarawan Arab dan beberapa ahli tafsir. 3. Bangsa Semit berasal dari Kan‘an. Ini merupakan pendapat sebagian ahli dari bangsa Yahudi karena chauvimisme, karena rasa kedengkian dan ambisi untuk kemegahan sejarahnya dan kelicikan bangsa israil. Pembagian Bahasa Semit juga mengalami perbedaan pendapat. Jawwad ‗Ali dalam bukunya Al-Mufashshal fî Târîkh Al-„Arab Qabl Al-Islâm, jilid I memaparkan Bahasa Semit sendiri menurut beberapa sejarawan merupakan cabang dari bahasa Afro-Asiatik.



Rumpun bahasa Semit terbagi menjadi 2 yaitu, Lughât Asy-Syarqiyah dan Lughât AlGharbiyah. Lughât Asy-Syarqiyah adalah bahasa Akkadia yang terdiri dari bahasa Asyuria dan bahasa Babilonia. Sedangkan Lughât Al-Gharbiyah terbagi menjadi dua yaitu Al-Gharbiyah Asy-Syimaliyah dan Al-Gharbiyah Al-Janubiyah. Al-Gharbiyah AsySyimaliyah terbagi lagi menjadi dua yaituAl-Iramiyah—termasuk di dalamnya bahasa Siryaniyah—dan Al-Kan‟aniyah.Sedangkan, Al-Gharbiyah Al-Janubiyah terbagi menjadi dua juga yakni Al-Atsbubiyahdan Al-„Arabiyah. Di sinilah letak bahasa Arab di antara bahasa-bahasa Semit atau Samiyah. Adapun Rubin dalam buku A Brief Introduction to the Semitic Languages membagi Bahasa Semit menjadi dua bagian, yaitu West Semit (Semit bagian Barat) dan East (Semit bagian Timur). Selanjutnya, dapat dilihat pada tabel yang bersumber dari buku tersebut: Proto-Semitic



West Semitic



Modern South Arabian



East Semitic



Ethiopian



Central Semitic



Ebalie



Arabic



Say Hadic



Northwest Semitic



Ugaritic



Canaanite



Hebrew



Akkadian



Aramaic



Moubite



Phoenician



10. bagi mahasiswa yang memiliki nomer absen genap = menuliskan sejarah bahasa Aram di wilayah bulan sabit subur (berlandaskan pada buku A Brief Introduction to the Semitic Languages, karya Aaron D. Rubin, 2010: hal: 18-19)



Jawaban: Bahasa Aram terbukti keberadaannya sekitar tahun 900 SM, bersamaan dengan ditemukannya Bahasa Ibrani. Inilah bukti bahwa Bahasa Aram dan Bahasa Ibrani merupakan Bahasa Semit yang memiliki sejarah terpanjang, yakni sekitar 3.000 tahun. Namun tidak seperti bahasa Ibrani, bahasa Aram tidak pernah berhenti sebagai bahasa lisan. Selama hampir tiga ribu tahun, Aram dapat dibagi menjadi beberapa dialek, baik secara kronologis dan geografis. Ada berbagai skema periode bahasa Aram, berikut merupakan tema yang paling umum: Old Aramaic



( 900-700 SM)



Imperial Aramaic



(700-200 SM)



Middle Aramaic



(200 SM - 200 M)



Late Aramaic



(200-700 CE)



N eo-Aramaic (or Modern Aramaic)



(Sampai saat ini)



Periode tersebut dibagi menjadi dua, yaitu Awal Imperial Aramaic (700-550 SM) dan Imperial Aramaic (550-200 Be). Imperial Aramaic (juga disebut Resmi, Klasik, Standard) menjadi lingua franca di Timur Tengah. Tetap meluas bahkan selama periode Helenistik dan Romawi. Namun penggunaan bahasa Aram mulai menurun hanya dengan penyebaran Islam di abad ke-7. Diskusi dialek Aram sering rancu oleh fakta bahwa ada beberapa istilah yang mengacu pada corpora yang mengandung lebih dari satu dialek Aram (misalnya , Biblical Aramaic, Targum Aram, Talmud Aramaic, dan Qumran Aram ) , serta istilahistilah yang mengacu pada korpus dalam dialek (misalnya Aramaic Mesir dalam Imperial Aramaic). Sebagai contoh, Biblical Aramaic mengacu pada bahasa Aram dari kitab Ezra dan Daniel serta beberapa kata-kata lain dalam Alkitab. Namun Aram Ezra adalah jenis Imperial Aramaic (berasal dari abad ke-5 SM) , sedangkan Daniel adalah jenis bahasa Aram Tengah (berasal dari abad ke-2 SM) . Sudah pada periode Aramik Lama ada bukti perbedaan dialek geografis , tetapi tidak sampai akhir periode Aram Tengah. Perbedaan tersebut sepenuhnya ada dalam catatan .



Pada saat ini, Perbedaan yang jelas antara Barat (Palestina dan Nabatean) dan timur dialek (Suriah dan Mesopotamia) menjadi jelas . Dengan periode Aram Akhir beberapa tradisi sastra bahasa Aram yang sangat penting dikembangkan, dan perbedaan dialek menjadi lebih jelas. Syriac , dialek awalnya dari Edessa (sekarang anlIurfa, di tenggara Turki) , menjadi bahasa Liturgis utama kekristenan di Fertile Crescent. Bagian Barat, ditemukan Yahudi Aram Palestina (bahasa Palestina Talmud dan Targum), Kristen Palestina Aram , dan Sa Maritan Aramaic . Di sebelah timur wilayah Syria yang ditemukan terkait erat Yahudi Babilonia Aram (bahasa Late Aramaic Dialec Talmud Babilonia) dan Mandaic.



Western Neo-Aramaic



CENA



Eastern Neo-Aramaic



NENA



Neo Mandaic



Bahasa Aram telah berkembang menjadi beberapa dialek modern, secara kolektif dikenal sebagai Neo-Aramaic . Banyak dialek Neo - Aramaic cukup berbeda disebut bahasa. Neo-Aramaic secara tradisional telah digunakan di daerah noncontiguous meliputi bagian dari Suriah, Turki tenggara, Irak utara, dan barat laut dan barat daya Iran, terutama oleh komunitas Yahudi dan Kristen. Namun, sebagai akibat dari pergolakan politik yang besar dari abad ke-20 (terutama Perang Dunia I, pembentukan Negara israel, dan agresi Saddam Hussein ) Banyak pengguna Neo-Aramaic mengungsi dari ini daerah. Hampir semua pembicara Yahudi Neo-Aramaic telah pindah ke Israel atau Amerika Serikat sejak tahun 1948, dan banyak orang Kristen juga telah beremigrasi ke Amerika Serikat, Eropa, atau Australia. Perpecahan antara dialek timur dan barat yang terlihat pada periode Tengah dan Akhir Aram telah bertahan hingga masa kini, meskipun tidak ada bahasa modern. Pada masa modern sisa cabang barat, yang dikenal sebagai Western Neo–Aramaic bertahan hanya tiga dialek, yaitu di Desa Suriah Ma'lula, Bax'a, dan Jubb'adin. Sisa modern bahasa, orang-orang dari Timur Neo-Aramaic, dapat dibagi menjadi tiga subkelompok: Central Timur Neo–Aramaic (CENA), Northeastern Neo-Aramaic (NENA), dan Neo-Mandaic .



Cabang Central Timur Neo-Aramaic hanya mencakup Turoyo, tapi hampir punah , dialek. Turoyo adalah yang paling berkembang dari bahasa Neo-Aramaic, baik dalam wilayah asli (wilayah Tur Abdin dari tenggara Turki) dan luar negeri. Di Swedia dan Jerman, beberapa buku di Turoyo telah diterbitkan dalam beberapa tahun terakhir. NeoMandaic sangat terancam punah, refleks modern Mandaic, bahasa agama Mandean dan para pengikutnya. The Northeastern Neo-Aramaic termasuk sekitar 150 dialek yang berbeda, yang saling dimengerti. Mereka secara tradisional digunakan di wilayah tersebut dikenal sebagai Kurdistan. Sejumlah dialek NENA telah diteliti dengan baik dalam beberapa tahun terakhir, tetapi lebih banyak lagi belum diselidiki sepenuhnya. Satu fakta menarik tentang bahasa NENA adalah bahwa pengelompokan dialek dalam banyak kasus berdasarkan afiliasi agama, bukan lokasi geografis. Jadi, dialek Yahudi Neo-Aramaic satu kota mungkin bisa dipahami oleh pembicara Kristen Neo-Aramaic dari kota yang sama, tetapi tidak untuk Yahudi desa lain. Bahasa Aram Neo, khususnya orang-orang dari kelompok NENA , telah sangat dipengaruhi oleh bahasa non-Semit (terutama Kurdi dan Turki). Oleh karena itu dalam banyak hal cukup berbeda dari dialek klasik Bahasa Aram. http://bigmats86.wordpress.com Kurniasih, Retno. (2010). Piramida Peninggalan Budaya dari Peradaban Mesir Kuno. Skripsi Sastra Arab FIB UI: tidak diterbitkan. Jawwad ‘Ali, Al-Mufashshal fî Târîkh Al-‘Arab Qabl Al-Islâm, (Madinah: Dar As-Saqi, 2001)



http://munawarmadina.blogspot.com/2013/07/ilm-al-lughah-al-lisaniyat-al-alsuniyah.html Shabih Shaleh, Darasat fi Fiqh al-Lughah, Maktabah Uhalliyah, Beirut: 1962.



Muhammad ibn Ibrahim al-Hamid, Fiqh al-Lughah, Dar Ibn Khudzinbit: 562 M.