Kel.4 Ilmu Lughah An-Nafs [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ahmad
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAKIKAT PEMEROLEHAN BAHASA, PERIODE PEMEROLEHAN BAHASA, PEMEROLEHAN FONOLOGI, MORFOLOGI, SINTAKSIS DAN SEMANTIK Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Lughah An-Nafsi Dosen pengampu: Dr. Ahmad Royani S. Ag., M. Hum.



Disusun Oleh: Muhammad Hafizh Abdillah 80 2



11190120000055



Nurafni Oktaviani 90



11190120000066



Ainurridho 80



11190120000076



KELAS 4 B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kita sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Al-Lughah An-Nafsi yaitu makalah tentang “Hakikat Pemerolehan Bahasa, Periode Pemerolehan Bahasa, Pemerolehan Fonolgi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik”. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW nabi akhir zaman yang telah mengenalkan kita kepada syariat yang benar. Beliau adalah suri teladan umat sepanjang zaman. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan bekal ilmu dan kemampuan yang terbatas, tidaklah mudah untuk membuat suatu makalah yang sempurna, dengan segala kerendahan hati dan rasa terima kasih yang dalam, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.



Bekasi, 20 Maret 2021



Penulis



Susi santi: pemebalajarn bhs kedua pada anak2 dan dewasa? Siti sopiahL bgmn cara ortu mendidik anak dg pembiasaan bhs arab?



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Bahasa merupakan sarana komunikasi utama dalam kehidupan manusia di dunia ini baik dalam bentuk tulisan, lisan, maupun yang hanya berupa simbol tertentu. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi karena manusia adalah makhluk sosial yang mau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia lain. Secara umum bahasa yang digunakan manusia di belahan dunia mana pun adalah sama karena bahasa itu universal. Adapun letak perbedaannya terdapat pada variasi bahasanya. Pemerolehan bahasa pada manusia diawali dari anak-anak ketika belajar berbicara. Umumnya manusia dapat mempersepsi dan kemudian memahami ujaran orang lain merupakan unsur pertama yang harus dikuasai manusia dalam berbahasa. Manusia hanya dapat memproduksi ujaran apabila dia mengetahui aturan-aturan yang harus diikuti yang dia peroleh sejak kecil. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak kanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu hakikat pemerolehan bahasa ? 2. Apa saja periode pemerolehan bahasa ? 3. Apa itu pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik ? C. Tujuan Penulisan 1.



Mengetahui hakikat pemerolehan bahasa



2.



Mengetahui periode pemerolehan bahasa



3.



Mengetahui pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik



BAB II PEMBAHASAN



A. Hakikat Pemerolehan Bahasa 1. Pemerolehan Bahasa Pertama Menurut Dardjowidjojo pemerolehan bahasa adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya. Sementara Chaer memberikan pengertian bahwa pemerolehan bahasa atau acquisition adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.1 Dengan kata lain pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung terhadap anak-anak yang belajar menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan pemerolehan bahasa kedua, dimana bahasa diajarkan secara formal kepada anak.2 Umumnya manusia dapat mempersepsi dan kemudian memahami ujaran orang lain merupakan unsur pertama yang harus dikuasai manusia dalam berbahasa. Manusia hanya dapat memproduksi ujaran apabila dia mengetahui aturan-aturan yang harus diikuti yang dia peroleh sejak kecil. Pemerolehan bahasa pada umur dewasa memunculkan wujud bahasa yang berbeda daripada pemerolehan bahasa sejak anak masih kecil berkaitan erat dengan struktur serta organisasi otak manusia. Dalam penelitian Dardjowidjodjo (2010) Ia meneliti perkembangan atau pemerolehan bahasa cucunya. Berdasarkan penelitian tersebut maka terlahir teori-teori yang menjadi acuan psikolinguistik saat ini.



1



Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Hlm. 167. Suci Rani Fatmawati, “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak”. Dalam Jurnal Lentera, Vol. XVIII, No. 1, Juni 2015. Hlm.66. Diakses pada 18 Maret 2021 pukul 23.23 WIB. 2



2. Pemerolehan Bahasa Kedua Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan.3 B. Periode Pemerolehan Bahasa Menurut Arifuddin tahap pemerolehan bahasa dibagi menjadi empat tahap atau empat periode, sebagai berikut: 1. Periode Pralinguistik (Masa Meraba) Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vokal atau konsonan tertentu. Tetapi, secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan. a. Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif untuk menyatakan rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Sekalipun bunyi-bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya. b. Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain. c. Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi yang lebih lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi. d. Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehannya merupakan pengulangan konsonan dan v okal yang sama seperti/ba ba ba/, ma ma ma/, da da da/.



3



Tatat Hartati, Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak. Dalam Modul BBM 2.Hlm.16



2. Periode satu – kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18 bulan. Pada masa ini, anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Tegasnya, satu – kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat. Oleh karena itu, frase ini disebut juga tahap holofrasis. 3. Periode dua – kata Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan dua kata dalam berbicara. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya, apa yang dituturkan anak hanyalah katakata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Katakata yang tidak penting, seperti halnya kalau kita menulis telegram, dihilangkan. 4. Periode banyak – kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai bersekolah. Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Pada umur 5-6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.4 C. Pemerolehan Fonologi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik 1. Pemerolehan Fonolgi Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Proses mengeluarkan bunyibunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi ‘dekutan’ (Dardjowidjojo 2012:244). Anak mendekutkan bermacam macam bunyi yang belum jelas identitasnya. Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vocal sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris dinamakan babbling, yang telah diterjemahkan menjadi ‘celotehan’. Celotehan dimulai dengan konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal.



4



Suci Rani Fatmawati, “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak”.Dalam Jurnal Lentera, Vol. XVIII, No. 1, Juni 2015. Hlm.70-71. Diakses pada 18 Maret 2021 pukul 23.23 WIB



2. Pemerolehan Morfologi Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah maknanya karena proses afiksasi (prefiks, sufiks, simulfiks). Misalnya, kata satu dapat berubah menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan, persatuan, kesatuan, kebersatuan, mempersatukan, dan seterusnya. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya, anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada periode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen. 3. Pemerolehan Sintaksis Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata atau bagian kata. Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata dari seluruh kalimat itu. Yang menjadi pertanyaan adalah: kata mana yang dipilih? Seandainya anak itu bernama Fajri dan yang ingin dia sampaikan adalah Fajri mau makan, apakah dia akan memilih kata jri (untuk Fajri), mau (untuk mau), ataukah kan (untuk makan)? Dari tiga kata pada kalimat Fajri mau makan, yang baru adalah kan. Karena itulah anak memilih kan, dan bukan jri, atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan ujaran satu kata atau USK (one word utterance), anak tidak sembarangan saja memilih kata itu; dia akan memilih kata yang memberikan informasi baru. 4. Pemerolehan Semantik Menurut beberapa ahli psikologi perkembangan, kanak-kanak memperoleh makna suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantik kata itu satu demi satu sampai semua fitur semantik dikuasai, seperti yang dikuasai oleh orang dewasa (Mc.Neil, 1970, Clark, 1997). Clark secara umum menyimpulkan perkembangan pemerolehan semantik ini ke dalam empat tahap. Pertama, tahap penyempitan makna kata. Tahap ini berlangsung antara umur satu sampai satu setengah tahun (1,0 – 1,6). Pada tahap ini, kanak-kanak menganggap satu benda tertentu yang disebut ‘gukguk’ hanyalah anjing yang dipelihara di rumah saja, tidak termasuk yang berada di luar rumah. Kedua, tahap generalisasi berlebihan. Tahap ini berlangsung antara usia satu setengah tahun hingga dua tahun setengah (1,6 – 2,6). Pada tahap ini, anak-anak mulai



menggeneralisasikan makna suatu kata secara berlebihan. Jadi, yang dimaksud dengan anjing atau ‘gukguk’ adalah semua binatang berkaki empat. Ketiga, tahap medan semantik. Tahap ini berlangsung antara usia dua setengah tahun sampai usia lima tahun (2,6 – 5,0). Pada tahap ini, kanak-kanak mulai mengelompokkan kata-kata yang berkaitan ke dalam satu medan semantik. Pada mulanya, proses ini berlangsung jika makna kata-kata yang digeneralisasi secara berlebihan semakin sedikit -- setelah katakata baru untuk benda-benda yang termasuk dalam generalisasi ini dikuasai oleh kanak-kanak. Umpamanya, kalau pada utamanya, kata anjing berlaku untuk semua binatang berkaki empat, namun setelah mereka mengenal kata kuda, kambing, harimau maka kata anjing berlaku untuk anjing saja. Kelima, tahap generalisasi. Tahap ini berlangsung setelah kanak-kanak berusia lima tahun. Pada tahap ini, kanakkanak telah mulai mampu mengenal benda-benda yang sama dari sudut persepsi, bahwa benda-benda itu mempunyai fitur-fitur semantik yang sama. Pengenalan seperti ini semakin sempurna ketika usia kanak-kanak itu semakin bertambah. Jadi, ketika berusia antara lima tahun sampai tujuh tahun, misalnya, mereka telah mengenal apa yang dimaksud dengan hewan.5



5



Azhar Umar, HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA, (Kementrian pendidikan dan kebudayaan , 2003). Hlm.12-14



Bab III PENUTUPAN A. Kesimpulan Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Tahap pemerolehan bahasa pertama dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap pemerolehan sintaksis dan tahap pemerolehan fonologi B. Saran Dengan mempelajari tahapan-tahapan ini pelajar mampu menguasainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengajarkan dan menggunakan bahasa yang baik bagi anak-anak agar anak dapat memperoleh kosa kata yang baik untuk tumbuh kembang dan bisa menguasai bahasa.



Daftar Pustaka



Chaer,Abdul.2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik Jakarta: Rineka Cipta Umar, Azhar.2003. HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA, Kementrian pendidikan dan kebudayaan Fatmawati, Rani, Suci. Pemerolehan Bahasa Pertama Anak. Dalam Jurnal Lentera, Vol. XVIII, No. 1, Juni 2015. Diakses pada 18 Maret 2021 pukul 23.23 WIB. Hartati, Tati. Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak. Dalam Modul BBM 2