Fitokimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Nur Maulida Azizah Kelas / Npm : Reguler Pagi A / A 171 035 1. Penapisan Fitokimia Metode Farnsworth Farnsworth NR. Biological and phytochemical screening of plant. J.Pharm.Sci; 1966. p.65-225.



Metode MMI



1. Identifikasi golongan alkaloid. Identifikasi Alkaloid Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk - Reaksi pengendapan dilembabkan dengan 5 mL amonia 25% Larutan percobaan untuk pengendapan dalam mortir. Setelah itu ditambahkan alkaloid dibagi dalam 4 golongan 20 mL kloroform gerus dan disaring. sebagai berikut : Filtrat berupa larutan organik a. Golongan 1 digunakan untuk percobaan Larutan percobaan dengan alkaloid selanjutnya. Sebagian larutan ini membentuk garam yang tidak larut : diteteskan pada kertas saring yang telah asam silikowolframat LP,asam ditetesi peraksi Dragendorff. fosfomolibdat LP dan asam Terbentuknya warna merah atau jingga Foswolframat LP. menunjukkan adanya alkaloid. Sisa b. Golongan II larutan organik diekstraksi 2 kali Larutan percobaan dengan alkaloid dengan asam klorida (1:10 v/v). membentuk senyawa kompleks Kedalam dua tabung reaksi yang bebas, kemudian membentuk masing-masing berisi 5 mL larutan endapan : buchardat LP dan organik tersebut ditambahkan beberapa Wagner LP. tetes pereaksi Dragendorff dan pereaksi c. Golongan III Mayer. Terbentuknya endapan merah Larutan percobaan dengan alkaloid dengan pereaksi Dragendorff atau membentuk senyawa adisi yang endapan putih dengan pereaksi Mayer tidak larut : Mayer LP, Dragen membuktikan adanya alkaloid. Droff LP, dan Marme LP. d. Golongan IV Larutan percobaan dengan alkaloid membentuk ikatan asam organic dan alkaloid : Hager LP. Cara Percobaan : Timbang 500 ml g serbuk simplisia, ditambhakan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml, panaskan diatas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrate pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes bouchardat LP. Jika pada ke dua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang



larut dalam methanol P dengan Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid. Lanjukan percobaan dengan mengocok sisa filtrate dengan 3 ml ammonia pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian volume kloroform P. ambil fase organic, tambhakan natrium sulfat anhidrat P, saring. Uapkan filtrate diatas tangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2N. Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan percobaan, serbuk mengandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan menggunakan 2 golongan larutan percobaan yang digunakan. - Reaksi Warna Cara percobaan : Lakukan penyarian dengan campuran eterkloroform seperti pada reaksi pengendapan. Pindahkan beberapa ml filtrate pada cawan porselin, uapkan. Pada sisa tambahan 1sampai 3 tetes larutan percobaan seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Larutan percobaan. Asam sulfat P, asam nitrat P, frohde LP dan erdman LP. 2. Identifikasi golongan flavonoid. Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk dididihkan dalam 100 mL air panas selama 5 menit kemudian disaring. Terhadap 5 mL filtrat ditambahkan serbuk magnesium, 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL alkohol kemudian dikocok kuat, dibiarkan memisah. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.



Identifikasi Flavonoid. Larutan percobaan. Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 ml sediaan berbentuk cairan, dengan 10 ml methanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Saring panas melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan filtrate dengan 10 ml air. Setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan. Ambil lapisan methanol , uapkan pada suhu 40o dibawah tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P,saring. Cara Percobaan. 1. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml sampai 2 ml etanol (95%) P;tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml asam klorida 2N, diamkan selama 1 menit.



3. Identifikasi golongan saponin. Sebanyak 10 mL larutan percobaan pada identifikasi flavonoid dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa setinggi 1-10 cm yang dalam waktu kurang lebih 10 menit dan tidak hilang pada penambahan setetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin.



Tambhakan 10 tetes asam klorida pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol) 2. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam ml etanol (95%) P; tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auoron. 3. Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, basahkan sisa dengan aseton P, tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P, panaskan hati-hati diatas tangas air dan hindari pemanasan yang berlebihan. Campur sisa yang diperoleh dengan 10 ml eter P. Amati dengan sinar ultra violet 366 nm; larutan berfluorosensi kuning intensif, menunjukan adanya flavonoid. Identifikasi Saponin - Pembuihan Cara percobaan Masukan 0,5 g serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi, tambhakan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik.(Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok kuatkuat selama 10 menit); terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm samapi 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2N, buih tidak hilang.



Jadi, antara metode fransworth dan yang ada di MMI hampir memiliki kesamaan tetapi yang menjadikannya beda adalah yang ada pada MMI lebih banyak metode untuk mengidentifikasi suatu metabolit sedangkan metode fransworth menggunakan metode yang simple.



2. Metode Pengeringan a. Untuk tanaman rendah, misalnya lumut,jamur,thalus, agar-agar, dan rerumputan laut dikeringkn dengan cara dijemur dibawah sinar matahri. Setelah kering disimpan dalam kantung kedap udara. b. Untuk bahan berupa akar, pengeringan dilakukan dengan cara dirajang atau dipotongpotong pendek, kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur di bawah matahari langsung tanpa pelindung. c. Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih dahulu, baru dijemur. Dapat pula buah diperam ( misalnya asam), baru dijemur. Sementara untuk buah pala (Myristica fragrans) atau cabai merah ( capsicum annuum) bisa langsung dijemur atau dioven Syarat pengeringan menggunakan oven adalah panasnya tidak boleh lebih dari 60 ℃. d. Untuk bahan berupa bunga hanya diangin- anginkan ditempat yang teduh atau jika menggunakan oven maka suhu diatur rendah sekitar 25-35℃. e. Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibelah terlebih dahulu, diserut, atau dipecah, kemudian langsung dijemur dibawah matahari langsung. f. Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang terlebih dahulu untuk memperluas permukaan, kemudian dijemur dibawah matahari tidak langsung ( ditutp kain hitam). Tujuannya untuk menghindari penguapan yng terlalu cepat yang dapat berakibat menurunkan mutu minyak atsiri didalam bahan. Penjemuran tidak langsung bertujun untuk menghindari kontak langsung dengan pancaran gelombang ultraviolet. g. Bahan- bahan eksudat seperti getah ( opium dan sebagainya ), daging daun lidah buaya, dan biji jarak,( Ricinus communis) yang akan diambil minyak lemaknya tidak perlu dilakukan proses pengeringan. h. Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil minyak atsirinya maka cara pengeringan yang dianjurkan adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan proses oksidasi udara (Gunawan dan Sri,2004). 3. Metode Pembuatan Serbuk Pembuatan serbuk simplisia merupakan proses awal pembuatan ekstrak. Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan melalu proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandngan kimia yang dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu. Derajat kehalusan serbuk simplisia terdiri dari serbuk sangat kasar, kasar, agar kasar, halus dan sangat halus. Kecuali dinyatakan lain, kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ekstrak merupakan serbuk simplisia halus seperti tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk(Anonim, 2008). 4. Cara Pembuatan Pereaksi Mayer, Bouchardat, Dragendorff dan Stiassny Pereaksi Mayer Sebanyak 1,36 g raksa (II) klorida, dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).



Pereaksi Bouchardat Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995). Pereaksi Dragendorff Sebanyak 8,0 g bismuth (II) nitrat dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat kemudian dicampurkan dengan larutan kalium iodide sebanyak 27,2 g dalam 50 ml air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml (Depkes RI, 1995). Pereaksi Stiassny ( Formaldehid 30% -asam klorida perbandingan 2:1) (Depkes RI, 1995). 5. Penentuan Karakteristik Simplisia 1. Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluena). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, dan tabung penerima. Cara kerja: Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu destilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995) 2. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). 3. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 oC sampai bobot tetap.



Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). 4. Penetapan Kadar Abu Total Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). 5. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). 6. Mengapa di alkaloid ditambahkan kloroform ammonia sedangkan di flavonoid diberi air dan dipanaskan ? Alkaloid ditambahkan kloroform ammonia adalah Flavonoid diberi air dikarenakan pada umumnya bahwa flavonoid memiliki ikatan dengan gula yang menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air atau pelarut polar (Markham,1988 ) dan dipanaskannya senyawa ini untuk meningkatkan kelarutannya karena flavonoid merupakan senyawa yang tahan panas.



Daftar Pustaka Anonim.2008. Farmakope Herbal. Edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI.1995.Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan keenam. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farnsworth NR. Biological and phytochemical screening of plant. J.Pharm.Sci; 1966. p.65-225 Markham, K.R.,1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata.15. Bandung : ITB