Formulasi Suspensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Formulasi Sediaan Suspensi", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari hal-hal apa saja yang menyangkut formulasi sediaan suspensi. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.



Klaten, ………….. 2015 Penulis



DAFTAR ISI



JUDUL MAKALAH...................................................................................................1 KATA PENGANTAR.................................................................................................2 DAFTAR ISI...........................................................................................................3 BAB I...................................................................................................................3 PENDAHULUAN......................................................................................................3 I.



Latar Belakang.................................................................................................3



BAB II..................................................................................................................3 PEMBAHASAN........................................................................................................3 II.



Pengertian...................................................................................................3



Formula Umum.....................................................................................................3 Macam-macam suspensi :...........................................................................................3 Syarat suspensi......................................................................................................3 Suspending Agent...................................................................................................3 Penggolongan Suspending agent :..................................................................................3 Bahan pembasah....................................................................................................3 FORMULASI SUSPENSI..........................................................................................3 Uraian Bahan.....................................................................................................3 Perhitungan Dosis :...............................................................................................3 Penimbangan :....................................................................................................3 Cara Kerja :.......................................................................................................3 EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI.................................................................................3 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................3



BAB I PENDAHULUAN



I.



Latar Belakang Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan



terjadinya



penetrasi



medium



dispersi



ke



dalam



serbuk.



Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.



BAB II PEMBAHASAN



II.



Pengertian Suspensi atau suspension menurut farmakope edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut, yang terdispersi dalam fase cair. suspensi oral merupakan sediaan suspensi yang ditujukan untuk penggunaan secara oral. Suspensi menurut farmakope III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Suspensi menurut USP XXVII, suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk pemakaian oral. suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair, untuk pemakaian kulit. Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian diluar telinga. Menurut formularium nasional, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa.



Formula Umum suspensi umumnya mengandung : zat aktif bahan pensuspensi (suspending agent) bahan pembasah (wetting agent/humektan) antioksidan bila perlu pemanis dan anticaking pewarna dan flavour pewangi dan floculating agent pengawet



Macam-macam suspensi : suspensi oral suspensi topikal suspensi tetes telinga suspensi optalmik



Syarat suspensi Menurut FI IV 1995 supensi harus : 



tidak boleh dipakai melali intra vena dan intratekal







suspensi digunakan secara tertentu misal untuk mata, harus menggunakan pengawet







suspensi harus dikocol sebelum digunakan







suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat



Menurut FI III 1979 suspensi harus : 



zat terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap







jika dikocok harus terdispersi kembali







dapat menggunakan zat tambahan untuk menjamin stabilitas sediaan suspensi







kekentalan sediaan tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang







karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran suspensoid tetap konstan dalam waktu penyimpanan yang cukup lama.



Suspending Agent Suspending agent berfungsi untuk memperlama pengendapan, mencegah penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.



Penggolongan Suspending agent : 1. golongan polisakarida : gom akasia, tragakan, Na-alginat, starch, karagen, gum 2. turunan selulosa : metil selulosa, CMC-Na, avicel, hidroksi etil selulosa 3. golongan clay : bentonit, veegum 4. polimer sintetik : golongan carbomer



Bahan pembasah Bahan pembasah (wetting agent) / humektan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, memperkecil sudut kontak, meningkatkan dispersi bahan yang hidrofob.



Sistem pembentukan suspensi



Ø Sistem flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.



Ø Sistem deflokulasi Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali. Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : Ø Deflokulasi a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal. c. Sedimen terbentuk lambat. d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. e. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairanatasberkabut.



Ø Flokulasi a.Partikel merupakan agregat yang bebas. b. Sedimen terjadi cepat c.Sedimen terbentuk cepat d. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula e. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.



FORMULASI SUSPENSI R/ Sulfadiazin



3



CMC



1%



Glycerin



20 %



Propylen Glycol



15 %



Sukrosa



67 %



Ethyl Vanillin



0,01 %



Aqua dest



100 ml



ad



Mf. Suspensi S t



dd



I C



Pro : Ranita



Uraian Bahan 1. Sulfadiazin Pemerian : Serbuk; putin, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hamper tidak berbau; tidak berasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (955)P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Khasiat : Antibakteri Dosis Maksimum : Sekali 2 g, sehari 8 g. (FI Ed.III : 579)



2. CMC Kegunaan : Suspending Agent Konsentrasi : 1% atau 2% dari jumlah sediaan (IMO : 110)



3. Glycerin Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)P; praktis tidak larut dalam kloroformP, dalam eterP dan dalam minyak lemak. (FI Ed.III : 271) Kegunaan: Humektan ≤ 30% dari jumlah sediaan (HOPE :283)



4. Propylen Glycol Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. (FI Ed. III : 534) Kegunaan : Sebagai Pengawet/Preservative Konsentrasi : Preservative 15-30% (HOPE :592)



5. Sukrosa Kegunaan : Sweetening agent 67% (HOPE : 704)



6. Ethyl Vanillin Konsentrasi : 0,01% Kegunaan : Sebagai pewarna dan pengaroma sediaan farmasi (HOPE : 261)



7. Aqua dest Kegunaan : Sebagai pelarut dan zat tambahan



Perhitungan Dosis : Banyak sediaan = 100 ml =6,67 = 6 x pakai 15 1. Sulfadiazin ( 2/8 g) =3 g = 3000 mg Dp : 1 x p = 3000 mg : 6 = 500 mg 1 Hp = 500 mg x 3 = 1500 mg = 1,5 g DM : 1 x p = 2 g 1 Hp = 8 g



Penimbangan : 1. Sulfadiazin = 3 g



2. CMC =



x 100 = 1 g



 Air Kurpus = 10 x 1 = 10 g = 10 ml



3. Glycerin =



x 100 = 20 g



4. Propylen Glykol =



5. Sukrosa =



x 100 = 67 gr



6. Ethyl vanillin = 7. Aqua dest



x 100 = 15 g



ad



x 100 = 0,01 g = 10 mg 100 ml



Cara Kerja : 1. Timbang masing-masing bahan 2. Kalibrasi botol dengan volume 100 ml



3. Larutkan Sukrosa dengan air qs di atas penangas air, guna mempercepat kelarutan sukrosa. Sisihkan. 4. Basahi Sulfadiazin dengan Gliserin di dalam gelas beaker, aduk ad homogeny. Sisihkan. 5. Larutkan/kembangkan CMC dengan air kurpus di dalam lumpang dengan cara taburkan CMC di atas air kurpus yang tersedia di dalam lumpang, aduk ad homogeny. Tambahkan Propylen glycol, aduk ad homogeny. Tambahkan bahan no.4, gerus ad homogeny. Tambahkan Sukrosa yang sudah dilarutkan, aduk ad homogeny. Tambahkan Ethyl vanillin, aduk ad homogeny. 6. Masukan sediaan kedalam botol. Cukupkan sediaan dengan aqua dest sampai batas kalibrasi. 7. Kemas dan beri etiket putih.



EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI 1. Uji Organoleptis Uji Organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau, rasa dan tekstur dari suspense sebelum dan sesudah kondisi dipercepat. Adanya perubahan warna, bau, rasa dan tekstur suspense pada kondisi sebelum dan sesudah dipercepat menunjukan ketidak stabilan suspensi.



2. Penentuan pH Penentuan pH dilakukan dengan kertas pH universal. Adanya perubahan pH pada formula suspense menunjukan ketidak stabilan sediaan.



3. Penentuan Viskositas Kesuksesan penentuan sifat-sifat reologi suatu system tertentu sebagian besar tergantung dari pemilihan metode instrumental yang benar (Voight,1994). Penentuan viskositas dapat menggunakan alat viscometer Brookfield menggunakan spindle no.2 dengan kecepatan 6 rpm.



4. Pengamatan Volume Sedimentasi Endapan yang terbentuk harus dengan mudah terdispersi kembali dengan pengocokan merupakan prosedur evaluasi dasar yang paling umum (Lachman,1994).



DAFTAR PUSTAKA



Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed.III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ansel. CH, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed,IV, UI Press., Jakarta. Parrot, L . E., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental, Burgers Publishing Company. Raymond. CR, 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients Ed.VI, London, UK.