Frozen Thawed [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH IMUNOHEMATOLOGI DAN BANK DARAH CARA PEMBUATAN FROZEN-THAWED RED BLOOD CELLS (UNTUK TRANSFUSI GOLONGAN DARAH YANG JARANG) Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Imunohematologi dan Bank Darah



Kelompok 6: 1. Atya Rakhmatul Maula



(P1337434117078)



2. Yuyun sentosa



(P1337434117079)



3. Kartika Kusuma Wardani



(P1337434117080)



4. Laeli Cahya Ningrum



(P1337434117081)



5. Ulfa Indah Pratiwi



(P1337434117082) Tingkat III Reguler B



TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2019



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah Imunohematologi dan Bank darah yang berjudul CARA PEMBUATAN FROZEN-THAWED RED BLOOD CELLS (UNTUK TRANSFUSI GOLONGAN DARAH YANG JARANG). Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas teori mata kuliah Imunohematologi dan Bank darah. Makalah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, serta bantuan dari berbagai pihak yang membantu berjalanya proses penulisan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Hj. Nurul Qomariyah S.Pd, M.Pd selaku dosen koordinator mata kuliah Kimia Imunohematologi dan Bank darah. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempuranaan makalah ini.



Semarang, 9 September 2019



Kelompok 6



ii



DAFTAR ISI



Halaman Halaman Judul ................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................. iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang.................................................................................................. 1 B. Tujuan............................................................................................................... 2 C. Manfaat............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 A. Pengertian Frozen-Thawed Cryoprecipitate................................................ 3 B. Tujuan dilakukan Frozen-Tahwed................................................................ 3 C. Cara Pembuatan Frozen-Thawed Cryoprecipitate....................................... 4 D. Penyimpanan dan Ketahanan Sampel.......................................................... 5 E. Keuntungan dan Kekurangan Frozen-Tahwed............................................. 5 F. Hal-hal yang Harus Diperhatikan................................................................. 6 G. Reaksi Transfusi........................................................................................... 6 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9



iii



iv



i



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penggunaan transfusi darah yang tepat dapat meningkatkan dan menyelamatkan kualitas hidup seseorang. Sebaliknya, pemberian transfusi darah yang tidak tepat/ tidak sesuai indikasi dapat merugikan pasien dalam beberapa hal, antar lain segi biaya dan risiko efek samping transfusi baik yang berhubungan dengan risiko penularan penyakit infeksi maupun akibat reaksi imunologis dan risiko tuntutan medikolegal apabila nantinya terjadi efek samping yang tidak diinginkan. Transfusi yang tepat atau rasional dapat diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi seseorang dari morbiditas dan mortilitas yang tidak dapat dicegah atau diterapi dengan cara lain selain dengan transfusi darah. Produk darah adalah setiap suspensi terapeutik yang dibuat dari darah manusia. Dari produk darah kemudian dibuat menjadi komponen darah. Komponen darah berawal dari darah lengkap (whole blood) merupakan darah dari donor yang dikumpulkan dalam sebuah wadah yang berisi larutan pengawet antikoagulan, dan belum dipisahkan komponennya. Darah lengkap dapat dibuat komponen darah yang antara lain sel darah merah pekatt (Packed Red Cells), plasma, TC, dan Kriopresipitat (The Clinical Use a Blood, 2001) Seorang donor yang melakukan donor darah maka akan memberikan komponen whole blood (WB) yang dapat dipecah menjadi beberapa fraksi komponen darah. Satu unit whole blood dapat menyediakan 1 unit packed red cells (PRC), trombosit konsentrat, dan Fresh Frozen Plasma (FFP). Sedangkan komponen lainnya yaitu Kriopresipitat dan sel darah putih untuk transfusi. Komponen- komponen tersebut dapat dipisahkan dengan teknologi apheresis. Penyimpanan dari komponen darah itu pun berbeda-beda dalam mempertahankan fungsinya. Frozen thawed red blood cells merupakan proses pencairan dari darah yang telah disimpan dan dibekukan pada suhu 40C. Proses ini digunakan untuk transfusi cryoprecipitate/kriopresipitat,



dimana



mengandung



presipitasi



dari



fresh



frozen



plasma/FFP saat thawing pada suhu 40C dan dicampur dengan 10-20ml. Presipitat ini mengandung sebagian besar faktor VIII dan fibrinogen dari unit plasma asalnya. Proses thawing ini biasanya digunakan pada seseorang yang mempunyai jenis darah yang jarang pada umunya. Indikasi pemberian kriopresipitat yang tepat yaitu pada pengobatan 1



hemofilia A (Defisiensi faktor VIII), pengobatan defisiensi faktor XIII, dan pengobatan hipofibrinogenemia atau disfibrinogenemia. Pada penulisan ini akan membahas mengenai“Frozen Thawed Red Blood Cells atau Pencucian Sel Darah Merah” dalam kegiatan transfusi darah. B. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari frozen thawed cryoprecipitate 2. Mengetahui cara pembuatan dari frozen thawed cryoprecipitate 3. Mengetahui cara penyimpanan dari frozen thawed cryoprecipitate 4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari frozen thawed cryoprecipitate 5. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam frozen thawed cryoprecipitate 6. Mengetahui cara pencegahan reaksi transfusi C. Manfaat 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah imunohematologi bank darah. 2. Menambah referensi terhadap transfusi darah.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Frozen-Thawed Cryoprecipitate Cryoprecipitate atau dikenal dengan beberapa istilah seperti faktor antihemophilic cryoprecipitate, AHF cryprecipitated, Pooled,atau hanya cryo merupakan protein endap plasma yang tidak larut dalam suhu dingin. Bahan baku untuk membuat cryprecipitate adalah Fresh Frozen Plasma (FFP) yang kemudian dicairkan dalam suhu (1-6 oC). Untuk mendapatkan cryoprecipitate supernatan (cryosupernatant, cryprecipitate-poor atau cryoprecipitate-reduced plasma) dihilangkan,kemudian dibekukan kembali pada suhu -20oC atau kurang agar presipitat tetap tersuspensi dalam beberapa mililiter plasma. Cryoprecipitate kaya akan faktor VIII, faktor Von Willebrand, Fibrinogen (Faktor XIII) dan fibronektin. Dalam tiap unit biasanya mengandung 80-100 IUfaktor VIII,150300 mg (4.4-8.8 μmol/L) fibrinogen, ~80 Von Willebrand Factor (VWF),40 - 60 IUfaktor XIII dan 30-60mg fibronektin. B. Tujuan Dilakukan Frozen-Thawed Kriopresipitat merupakan plasma yang tidak terlarut pada suhu dingin yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan dilakukan proses frozen thawed secara perlahan pada suhu 4-60C. Proses frozen thawed yang dilakukan bertujuan untuk mencairkan plasma segar yang telah dibekukan untuk dilakukan tranfusi darah. Dalam kriopresipitatter ini terdapat komponen yang kaya akan faktor pembekuan, terutama faktor VIII, faktor IX, von Willebrand’s factor dan fibrinogen, oleh karena itu transfusi kriopresipitat ini sering dilakukan pada penderita defisiensi faktor koagulasi terutama faktor VIII. Indikasi Transfusi Kriopresipitat yaitu : 1. Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) Hemofilia A merupakan kelainan koagulasi herediter yang disebabkan olehdefisiensi atau disfungsi faktor pernbekuan (F) VIII. Penyakit ini ditandai denganperdarahan berulang, yang paling sering adalah hemartrosis yaitu perdarahan kedalam rongga sendi, hematoma dan delayed bleeding. Beratnya perdarahan padahemofilia A berkorelasi dengan aktivitas F VIII. Pada hemofilia A berat denganaktivitas F VIII 5-40%, perdarahan terjadi jika ada trauma berat atau tindakanbedah. 2. Penyakit Von Willebrands



3



Penyakit von Willebrand’s adalah penyakit yang disebabkan defek pada faktor VIII dalam plasma disertai gangguan agregasi trombosit pada subendotel dinding pembuluh darah. Adanya gangguan tersebut menyebabkan masa perdarahan memanjang. Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominant, autosomal resesive, dan X-linked resesive. Gejala yang sering tampak adalah perdarahan kulit dan mukosa. Di dalam mulut penyakit ini gejalanya tampak berupa perdarahan gusi. Tujuhpuluhlima persen penderita penyakit ini mengalami epistaksis. Perdarahan yang timbul pada penyakit ini bersifat sporadic, periodik, dan spontan. Penyakit ini sering menimbulkan komplikasi perdarahan pada pasien setelah dilakukan tindakan bedah, misalnya odontektomi, tonsilektomi, adenotomi, dan pencabutan gigi 3. Hipofibrinogenemia Hipofibrinogenemia adalah kekurangan fibrinogen yang beredar, biasanya di bawah 100 mg persen. Hal ini mungkin terlihat dalam kondisi seperti abrupsio plasenta, emboli cairan amnion, kematian janin, dll, di mana fibrinogen dihabiskan oleh koagulasi diseminata intravaskular. 4. Defisiensi faktor VIII yang didapat (DIC dan tranfusi masif dilusi) 5. Defisiensi faktor XIII. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nency, 2011 yang membahas mengenai Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi Komponen Darah didapatkan hasil bahwa penggunaan kriopresipitat paling banyak pada penderita hemofili terutama hemofili A, karena kriopresipitat ini memang kaya faktor VIII yang merupakan penyebab hemofili A yaitu defisiensi faktor A. Faktor ini mampu menormalkan waktu pembekuan pada pasien hemofilia A. Faktor VIII merupakan non-enzimatik plasma protein yang penting koagulasi darah yang normal. Ketersediaan konsentrat kriopresipitat faktor VIII, sejak 1965 telah menghasilkan peningkatan yang luar bisa dalam pengelolaan klinis hemofilia A. C. Cara Pembuatan Frozen-Thawed Cryoprecipitat  Pra analitik : 1. Mengenakan APD lengkap 2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan  Analitik : 1. Darah diterima kurang dari 6 jam 2. Disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 12 menit 3. Memisahkan plasma dengan sel darah merah 4. Plasma dibekukan di suhu – 70o C selama 24 jam 5. Cairkan pada suhu 4oC pada shaking water bath 6. Centrifuge kembali dengan kecepatan 4000 rpm selama 12 menit 7. Maka akan didapatkan cryoprecipitate  Post analitik : 1. Menyimpan cryoprecipitate 4



2. Melepas APD D. Penyimpanan dan Ketahanan Sampel Pengolahan AHF/ Anti hemophilic factor berasal dari FPP yang di thawing/dicairkan semalaman (overnight) pada suhu 20C hingga 60C. Kemudian disentrifugasi menggunakan pemutaran cepat pada suhu 20C hingga 60C. Plasma yang sudah miskin cryopresipitate dipindahkan dan dibelukan ulang dengan cepat. Penyimpanan dan ketahanan sampel dilakukan pada suhu : - Suhu dibawah 250C, untuk lama simpan 36 bulan serta digunakan pula untuk suhu -



transportasi. Suhu 180C-250C untuk lama simpan 3 bulan.



E. Keuntungan dan Kekurangan Frozen-Thawed  Keuntungan kriopresipitat untuk transfusi: 1. Persiapan yang sederhana 2. Kemungkinan timbulnya allogenic-antibody (inhibitor) lebih kecil 3. Harga lebih murah dibandngkan F VIII concentrate  Kerugian kriopresipitat untuk transfusi: 1. Dalam teknik pembuatannya dapat menyebabkan kerusakan karena efek mekanik yang kurang baik pada kualitas F VIII. 2. Hanya bertahan 30 menit setelah proses frozen thawing F. Hal-hal yang harus diperhatikan Dalam pelaksanaanya untuk megurangi terjadinya kesalahan dalam perlakuan maka petugas haru memerhatikan hal hal yakni: 1. Komponen tidak tahan pada suhu kamar, sehingga harus sesegera mungkin ditransfusikan. 2. Selalu memperhatikan penyimpanan whole blood dan prosedur pembekuan, pencairan, dan kadar pemulihan factor VIII karena hal tersebut merupakan critical factors 3. Pengolahan whole blood dalam waktu 6 jam dari pengambilan 4. Penggunaan teknik pembekuan plasma waktu 30 menit baik dalam 70oC etanol bath tube atau freezer -85oC 5. Sentrifugasi pada 4.500xg selama 10 menit di 4oC diikuti pengeringan supernatant di ruang dingin 4oC 6. Penyimpanan presipitat pada -20oC sampai siap digunakan 7. Pencairan dalam water bath 37oC selama 15 m3nit diikuti penambahan 20ml saline 0.15 M untuk waktu 20 menit pada suhu kamar, dan campur dengan lembut sebelum penggabungan unit untuk transfusi dan campur dengan lembut sebelum penggabungan unit untuk transfusi 8. Darah dicampur dengan antikoagulan saat proses phlebotomy



5



9. Kantong darah yang lebih besar harus digunakan untuk volume plasma, misalnya 200ml plasma harus dibekukan dalam kantong 600ml 10. Plasma harus segera dilakukan sentrifugasi segera setelah pencairan lengkap 11. Cryoprecipitate harus dibekukan lagi pada dry ice 12. Hindari penyimpanan dalam waktu lama G. Reaksi Transfusi Pelaksanan transfusi darah tidak lepas dari resiko komplikasi atau resiko yang menimbulkan gejala klinis pada pasien. Setiap reaksi yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang umum atau khusus bagi pasien. Gejala yang ditimbulkan akan muncul dalam waktu kisaran 24 jam semenjak proses transfusi atau 24 jam setelah transfusi. Reaksi transfusi yang mungkin timbul diantaranya: 1. Kerusakan Paru akut akibat Transfusi (Transfusion-Related Acute Lung Injury = TRALI) Reaksi ini terjadi ketika permeabilitas mikrosirkulasi paru meningkat yang menyebabkan banyak cairan dan protein bocor lalu masuk ke ruang alveoli dan interstisial paru. Insiden bervariasi antara 1:1300 – 1:500 transfusi, dan sangat berhubungan dengan jenis komponen darah yang ditransfusikan. Insiden tertinggi terjadi pada transfusi fresh frozen plasma (FFP) yaitu 1:66.000, diikuti dengan platelet sebesar 1:420.00 dan terakhir eritrosit 1:2.860.000. Mekanisme pasti terjadinya reaksi ini masih belum jelas. Pada banyak kasus kerusakan paru akut akibat transfusi dihubungkan dengan adanya antibodi granulosit pada pendonor atau resipien. Antibodi ini, paling sering anti human leukosit antigen (HLA) I atau II, yang ada pada plasma donor akan bereaksi dengan leukosit resipien menyebabkan adhesi dan aktivasi leukosit pada endotel paru. Proses tersebut menghasilkan pelepasan enzim proteolitik dan reactive oxygen species dan menyebabkan cedera endotel. Aglutinasi leukosit juga terjadi dan menyebabkan obtruksi kapiler paru, dan diduga aglutinasi granulosit bersama dengan aktivasi komplemen terjadi dalam jaringan vaskuler paru, menyebabkan endotel kapiler rusak sehingga terjadi kebocoran cairan kedalam alveoli. Gejala yang timbul umumnya berupa ”respiratory distress” berat yang tibatiba, disebabkan oleh sindrom edema pulmonal non kardiogenik. Gejala pada pasien dapat berupa demam, menggigil, batuk kering, sesak, dan hipotensi 4-6 jam setelah transfusi. Pada pemeriksaan radiologis nampak infiltrat interstisial bilateral. Untuk kasus ringan penanganan dilakukan dengan pemberian oksigen mungkin sudah cukup, sedangkan untuk kasus berat diperlukan intubasi dan bantuan penafasan, pasien



sebaiknya



dirawat



di



ruang



6



intensif.



Penggunaan



diuretik



tidak



direkomendasikan karena gelaja yang muncul tidak disebabkan oleh kelebihan beban sirkulasi dan selain itu juga dapat menyebabkan hipotensi. 2. Alergi Reaksi alergi merupakan reaksi transfusi yang sering terjadi. Reaksi alergi akan muncul satu jam setelah transfusi. Reaksi ini terjadi karena unsur yang bertindak sebagai alergen akan mnegaktifkan sel mast maupun basofil. Pelepasan substan karena adanya aktivitas sel mast (histamin) akan menyebabkan vasodiltasi (pelebaran pembuluh darah) yang ditandai dengan warna kulit kemerahan. Gejala yang akan dirasakan pada pasien antara lain gatal, pembengkakan pada area wajah, termasuk bibir atau mulut. Pada kondisi parah, pasien dapat mengalami kesulitan bernapas. 3. Keracunan sitrat Dalam penyimpaan darah agar awet dan tidak beku maka diberikan campuran sitrat untuk mengikat kalsium agar tidak terjadi bekuan. Pasien yang memiliki penyakit hati akan rentang mengalami reaksi trasfusi yang ditimbulka oleh sitrat karena hati tidak mengikuti pemberian transfusi dengan cepat dan tidak dapat memetabolasi sitrat. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurasi resiko yang terjadi akibat transfusi dapat dilakukan dengan memerhatikan unsur unsur yang terlibat dalam proses penyediaan komponen darah, dimulai dari kriteria pendonor darah, pengambilan darah donor, pengolahan komponen darah, kontrol kualitas komponen darah, penyimpanan komponen darah, pemeriksaan pre-transfusi sampai darah didistribusikan ke pasien juga perlu diperhatikan.



7



Daftar Pustaka Maheshwari, Nanda. 2008. Clinical Pathology, Haematology and Blood Banking. second edition. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Buku Saku Hematologi/ Larry Watrebury; alih Bahasa, Sugi Suhandi. cetakan 1. ed 3. Jakarta: EGC, 2001 Christopher D. Hillyer at all. 2009. Transfusion Medicine and Hemostasis : Clinical and Laboratory aspects. first edition: elsevier Widyastuti, Yunita dkk. 2016. Manajemen Transfusi Masif pada Pediatrik. Jurnal komplikasi anestesi. Fakultas Kedokteran UGM Vol 3 (2). Silitonga, Evi Musafni,dkk. 2016. “Kader Pemulihan Faktor VIII pada Pembuatan Kriopresipitat”. Universitas Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 49. No. 2. Juni 2016. Winiati, Endang. 1993. “Gejala Klinik dan Pemeriksaan Laboratorik Penyakit Von Willwbrand’s (Studi Pustaka)”. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indnonesia, Vol 1, No. 1. 1993. Nency, Yetty Movieta, Dana Sumanti. 2011. “Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi Komponen Darah pada Anak”. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 3, Oktober 2011. Lary, Waterbury. 1998. Buku Saku Hematologi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.



8