Goet: Seni Sastra Masyarakat Manggarai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GOET UNGKAPAN SENI SASTRA DALAM MASYARAKAT MANGGARAI 1. Pendahuluan Manggarai merupakan salah satu daerah yang terkenal akan sastra lisannya. Banyak hal dalam kebudayaan Manggarai yang berupa sastra lisan, misalnya seni tarik suara dalam berbagai acara adat yang biasa di sebut “neggo”, bundu ( teka teki atau sejenis permainan tebak-tebakan), tombo turuk ( dongeng), dan go’et ( sejenis puisi lama). Pada umumnya sastra lisan Manggarai mempunyai nilai moral untuk membentuk karakter setiap individu terutama anak muda yang masih membutuhkan pengawasan orangtua.1 Salah satu contoh sastra lisan yang dapat membentuk karekter setiap individu adalah Go’et. Go’et umumnya sering diartikan sebagai peribahasa. namun dibalik peribahasa itu masih memiliki arti yang sangat mendalam bagi kehidupan masyarakat Manggarai. Go’et dalam budaya Manggarai biasa digunakan pada saat pembicaraan resmi (acara adat) yang berorientasi untuk mendidik dan mengajar secara impilisit yang artinya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Struktur dan bentuk go’et umumnya tidak terlalu rumit dan sulit. Go’et umunya hanya terdiri dari dua baris dan bahkan ada yang terdiri dari satu baris. setiap baris hanya berisi satu kalimat. baris pertama umumnya memuat gambaran dan makna yang akan dipertegas dalam baris kedua. baris kedua merupakan nilai, makna dan isi yang ingin disampaikan atau di ajarkan. isi dan pesan yang hendak di sampaikan lewat go’et menyentuh berbagai dimensi kehidupan manusia pada umumnya dan masyarakat manggarai pada khususnya. setiap persoalan yang timbul dalam kehidupan masyarakat Manggari pada umunya dapat ditemukan dalam go’et.Go’et yang ada dalam budaya Manggarai muncul dari situasi dan persoalan masyarakat manggarai itu sendiri dan di dampingi kehidupan alam yang tampil mempesona sebagai bentuk pengajarannya. Setiap go’etgo’et yang disampaikan masing-masing memiliki makna yang sangat mendalam dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai. Go’et itu akan menjadi sebuah panutan bagi seorang ataupun sekelompok orang untuk membentuk kepriabdian mereka.



2. Pandangan para ahli tentang pribahasa 1



http://fransdarma.blogspot.co.id/2017/01/goet-sastra-lisan-manggarai.html. diakses pada 14 oktober 2017.



1



a. Kamus Besar Bahasa Indonesia Peribahasa merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya biasanya mengiaskan maksud tetrtentu (dalam peribahasa teramasuk juga bidal, ungkupan perumpmaan).2 b. Menurut Harimurti Kridalaksana peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun-temurun, digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasehat, pengajaran atau pedoman hidup.3



c. Menurut Lukman Ali Peribahasa adalah kalimat ringkasan yang berisi perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau tingkah laku.4 3. Goet-goet dalam bahasa manggarai5 a. Neka Ngonde Holes, Neka Méjeng Hése Arti ungkapan: jangan malas membalik badan dan jangan malas untuk berdiri. Pengertianungkapan: berkaitan dengan tingkah laku anak zaman sekarang selalu malas dalam segala hal. Isi ungkapan:pesan yang hendak disampaikan kepada anak-anak muda agar mereka tidak menjadi seorang pemalas yang akhirnya dapat menghancurkan masa depannya sendiri dan masa depan keluarga. Makna ungkapan :Orang yang rajin bagi orang Manggarai akan memperoleh kesuksesan dalam hidup. Sebagai contoh sukses dalam belajar dan memperoleh ilmu yang cukup, paling tidak untuk membenahi hidupnya. Dan di sisi lain, boleh dikatakan kesuksesannya itu akan membuat ia menjadi seorang yang pintar dan pandai berbicara. Orang yang terpandang di kampungnya karena terkenal akan kesalehan dan kebijakannya yang terlihat dari tindakan-tindakan dan tutur katanya. 2



Anton. M.Moeliono et. al, (penyut) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka, 2007,



hlm. 858. 3



Anggita Kusuma Wardani, “Analisis Persamaan Makna Peribahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata Hito dengan Peribahasa Indonesia (Studi Komparatif Bahasa Jepang dengan Bahasa Indonesia)” (Skripsi Sarjana, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Semarang , 2015), hlm. 2. 4 Ibid.,hlm. 9 5 Bagian ini diambil dari hasil wawancara per telepon seluler dengan Bonefasius Seludin, Ketua Rw 02 Golo Lando, Desa Lentang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, pada tanggal 9 oktober 2017.



2



Penggunaanungkapn : ungkapan ini disampaikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.Hal ini dilakukan padasat seorang anak ingin melanjutkan setudinnya kejenjang yang lebih tinggi. b. Uwa haeng wulang, langkas haeng ntala Arti ungkapan: Tua sampai di bulan dan tinggi sampai di langi. Pengertian ungkapan: seseorang akan berhasil ketika memiliki impian atau cita-cita yang tinggi dan bekerja keres untuk mencapai hal itu. Isi ungkapan: ketika sesorang yang yang ingin pergi meranaau untuk terus mengejar impiannya harus tetap menjaga diri dengan baik dan jangan bebrbuat sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri dengan itu ia akan mencapai keberhasilan sesuai dengan citacitanya dan membawa pulang dengan tubuh yang tetap sehat dan semangat. Makna ungkapan: semoga umurpanjang dan harus memiliki impian yang tinggi. Memiliki cita-cita setinggi langit Penyampaian ugkapan:ungkapan ini disampaikan pada saat acara adat yang di ungkapkan oleh seseorang yangdi beri kepercayaan untuk Torok6 untuk seorang yang pergi merantau dengan tujuan melanjutkan studi.Ungkapan ini sebagai harapan dari orang-orang kampung terlebih khusu orang tua dari anak itu agar dia tetap semangat dalam mengejar cita-citanya. c. Nai ca anggit tuka ca leleng Arti ungkapan: satu hati, Pengertian ungkapan:Dalam tradisi manggarai sangat menghayati ungkapan ini. Hidup dalam sebuah kelompok tidak boleh berpeca bela harus seling mendukung dan seia sekata. Konteks dari ungkapan ini setiap orang Manggarai harus selalu kompak dan bersatu. Kekompakan dan kebersatuan itu terungkap dalam perjumpaan dan musyawarah jika ingin memutuskan sesuatu atau sebuah persoalan. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat, dan pendapatnya itu diharapkan dapat membangun kesejahteraan hidup bersama. Dan kesejahteraan itu terlihat dari hasil kesepakatan yang adil dalam musyawarah tersebut. Dengan memperoleh kesepatan bersama yang adil maka tidak akan ada konflik atau perbantahan



Torok adalah berbicara adat dengan lidah yang sangat lincah untuk mengungkapakan sesuatu. Karena setiap mengeluarkan ungkapan denagn suara yang lantang dan tegas penuh makna. 6



3



Isi ungkapan: pesan yang mau disampaikan dari ungkapan ini adalah harus saling bekerja sama dan jangan ada kekacauan dalam hidup bermasyarakat. Makna ungkapan: Makna dari ungkapan ini adalah kebersamaan atau persatuan dan musyawarah dalam hidup bersama (kesatuan hati). Penggunaan ungkapan: Ungkapan ini biasa disampaikan oleh tu’a adat untuk seluruh masyarakat yang mendiami kampung itu. Ungkapan ini juga biasa di ugkapakan pada saat upacara adat yang berhubungan dengan kampung itu. d. Nai ngalis tuka ngengga Arti ungkapan : orang yang berhikmat dan bijaksana Pengertian ungkapan :berhubungan dengan orang yang renda hati dan suka menolong. Isi ungkapan: jangan berlaku sombong didepan orang lain dan cobalah untuk saling membantu sesama. Setiap kelebihan yang dimiliki setiap pribadi bukanlah tanda sebagi orang hebat dan yang paling dihormati melainkan untuk membantu sesama saudara yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan segala sesuatu yang dapat membawa mereka mencapai kehidupan yang lebih baik. Makna ungkapan penuh kebijaksanan dan keiklasan untuk menerima dan memberi.orang yang sabar penuh bijaksana dan sopan santun. Suka membantu orang-orang susah, menerima dan mengerti dengan keadaan orang alain. Penggunaan ungkapan: Unkapan ini biasa disampaikan pada saat seseorang sedang berada dalam kesulitan dan meminta pertolongan orang lain. e. Teti toe decing lako toe baro. Arti Ungkapan : pergi tanpa pamit Pengertian ungkapan :berkaitan dengan tata krama dan sopan santun Isi ungkapan :pesan yang disampaikan lewat ungkapan ini agar manusia dan masyarakat bersikap, berprilaku, berbuat dan bertindak sesuai dengan tatakrama dan sopan santun yang berlaku dalam budaya Manggarai. Makna ungkapan : mempunyai nilai ajaran untuk dilaksanakan dalam kehidupannyata. penggunaan ungkapan: Disampaikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.Unkapan ini juga biasa disampaikan pada saat seorang anak yang hendak pergi bertamu dengan maksut dan tujuan tertentu. f. Mejok déko, ngguing wuli, lélak médak, momang nggotak. 4



Arti ungkapan : keinginan yang penuh gairah untuk bercinta denagn orang lain dan hawa nafsu yang tinggi sehingga ketika dirayu dan di pegang tubuhnya tidak meolak justru menerima dengan senag hati. Pengertian ungkapan : wanita yang tidak menolak bila dipegang atau dibelai, melayani dengan gairah serta menerima permintaan pria dengan senang hati. Isi ungkapan : pesan bagi kaum wanita agar tidak terbuai oleh rayuan kaum pria. Makna ungkapan : kaum wanita mampu mempertahankan kehormatan, harga diri serta harkat dan martabatnya sehingga tidak disia-siakan kaum pria. Kaum pria menghargai kaum wanita sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai harkat serta martabat yang sama. Penggunaan ungkapan : dilakukan orang tua wanita atau juru bicara mendatangi orang tua pria untuk menyampaikan perbuatan anak mereka. Kedatangan orang tua wanita kepada orang tua pria dalam istilah daerah Manggarai ialah lakong7. Bila pria mengakui perbuatannya dan mau bertanggungjawab maka orang tua kedua belah pihak menyelesaikan pembicaraan tentang belis serta jujur hingga memasuki jenjang pernikahan. Dengan demikian hubungan badani yang dilakukan kedua insan atas saling cintai serta sepakat untuk hidup sebagai suami isteri. g. Mohasn na’a ronag kali rona agu kokak, jurak na’a tu’ag kali tu’a agu kula Arti Ungkapan:sedih yang kurasakan karena bersuami yang berlaku bejat. Hancurnya diriku karena memiliki mertua yang tidak baik dan kasar Pengertian ungkapan : penyesalan seorang wanita yang telah berumah tangga, karena sering mendapat tekanan, baik dari suami maupun mertua. Sang suami hanya menuntut isteri mengerjakan segala sesuatu yang diinginkan suami. Sikap sang suami terhadap isteri seolah-olah antara majikan dengan pembantu rumah tangga. Isteri selalu diomelin. Mertua diharapkan sebagai pengganti orang tua wanita, tetapi kenyataannya lain. Mertua menunjukkan sikap yang tidak mengakui kegiatan-kegiatan rumah tangga yang telah dilakukan menantu. Mertua tidak memberikan petunjuk yang baik terhadap menantu dalam hal memperbaiki kekeliruan, melainkan mencela, dikatai, dianggap malas.



lakong adalah sebuah istilah yang biasa digunakan dalam bahasa manggarai yang berarti meminta pertanggung jawaban dari pihak pria yang sudah melakukan hubungan badania dengan perempuan yang belum menjadi status suami istri. 7



5



Isi ungkapan : bagi para perempuan yang masi muda agar memepertimbangkan dengan matang sebelum menerima lamaran pemuda sebagai calon suami. Kaum wanita harus mengetahui identitasnya dan sifat serta watak calon suami, sehingga mendapat gambaran cara-cara menghadapinya bila sudah menjadi kluarga yang sah. Para orang tua harus menyerahkan pilihan kepada anak gadis sendiri untuk calon suaminya. Orang tua boleh memberi saran serta pertimbangan, tetapi keputusan tetap pada anak sendiri. Makna ungkapan : orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada anak perempuanmemili calon suaminya. Untuk semua kaum perempuan muda di sarankan untuk berhatihatimenerima lamaran dari seorang peria. Alangkah baiknya mengenalnya secara mendalam tanpa harus lansung menerima dan pada ahirnya merugikan diri sendiri karena kekerasan dalam rumah tangga. Dengan mengenalnya secara mendalam kaum perempuan mengetahui latar belakannya dan tingkah laku pria itu. Kaum pria harus menyadari dan menghargai martabat perempuan. Ketika sudah menjadi klurga yang sah tidak beloh berlaku kasar terhadap istri. Suami harus menyadari peran istri dalam rumah tangga. Ketika ada persoalan dalam keluarga istri juga berperan penting dalam memecahkan masala itu demi kesejahteraan hidup berkeluarga. Sealain itu mertua juga harus menerima menantunya dengan sepenuh hati dan apa adanya. Menrtua juga menggap sang menantu sebagai bagian dari anggota keluarga. Karena itu mertua harus menunjukkan sikap sebgai pengganti orang tua bagi menantu wanita, membina hubungan yang akrab, hindarkan sikap bermusuhan. Penggunaan ungkapan : digunakan kaum pria maupun wanita dalam bentuk lagu karena prihatin dengan penderitaan serta tekanan batin seorang ibu rumah tangga. Sebagai sindiran terhadap penderitaan isteri seseorang yang diperlakukan secara tak sewajarnya baik oleh sang suami maupun mertua (dalam bentuk lagu). h. Oke’ rona ngoeng, di’an lelo ilang Arti kata: membuang suami nikah, nafsu bercinta dengan pria lain. Pengertian ungkapan: Istri yang melakukan hubungan gelap dengan pria lain, mempunyai pria simpanan. Isi ungkapan : Perbuatan melanggar kehormatan rumah tangga yang dilakukan wanita yang telah maupun yang belum mempunyai anak.



6



Makna ungkapan: Mempunyai nilai moral dan ajaran bagi manusia dan masyarakat, agarMenghindarkan perbuatan yang melanggar kehormatan rumah tangga. Menyadari bahwa melakukan hubungan badani antara pria dan wanita bukan suami-istri adalah perbuatan tercela dan melanggar kehormatan rumah tangga orang lain. Penggunaan ungkapan : Diucapkan sebagai sindiran dan untuk mematahkan sikap, prilaku dan perbuatan ibu rumah tangga yang melakukan hubungan badani dengan pria lain. Ungkapan ini diiucapkan berupa percakapan di antara kaum ibu, atau berupa lagu oleh kaum pria. i. Tai cala wa’i borek cala bocel Arti ungkaapan: memiliki banyak anakakan mendapat rejeki yang berlimpah. Pengertian ungkapan: dalam kepercaya masyarakat manggarai jika seseorang memiliki banyak anak maka ia akan mendapatkan rejeki yang banyak atau rejeki yang berlimpah. Isi ungkapan :setiap orang tua harus merawat anaknya denagan baik jangan membiarkan mereka terlantar. Karena anak kelak akan menjadi orang yang membantu orang tuannya sendiri. Makna ungkapan: banyak anak banyak rejeki. Inilih yang menjadi kepercayaan orang manggari. Setiap keluaraga perlu memiliki banyak anak karena anak-anak itu akan menjadi penolong bagi orangtua ketiak mereka menginjak masa tua. Selain itu ketika anakanak menginjak masa dewasa dan bisa mencarai nafka dengan sendirinya mereka akan membantu membiayai hidup mereka serta merawat orang tuannya. Penggunaan ungkapan:menggambarkan situasi dalam kehidupan masyarakat manggarai dengan latar belakang kepercayaan leluhur manggarai bahwa banyak anak banyak rejeki. j. Neka pa salang wanag neka cenggo salang leo Arti ungkapan: segala usaha dan pekerjaan harus terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Pengetian ungkapan:setiap impian yang ingin dicapai tentu memiliki hasrat usaha yang keras. Segal usaha dan pekerjaan yang ingin dicapai akan menjadi gagal ketiak tidak ada keseriusan dari dalam pribadi setiap orang. Isi ungkapan:bagi anak sekolah terus berjuang untuk mencapi impiannya dan jangan perna berpaling dari segal karya dan usaha yang ia capai selama duduk di bangku sekolah. Bagi para pekerja teruslah bekerja untuk mencapi kesusksesan yang mebawa kebahagiaan.



7



Makna ungkapan:setiap usaha dan pekerjaan yang ingin dicapai akan berhasil ketika setiap pribadi yang ingin mencapi hal itu terus berjalan pada jalan yang ia tempu untuk keberhasilan dalam impiannya. Penggunaan ungkapan:disampaikan oleh orang tua kepada anaknya. Dilakukan pada saat anaknya pergi merantau. 4. Penutup Setiap go’et yang diungkapkan dalam bahasa Manggarai memiliki makna sebagai sumber pedomaan hidup yang di jalani setiap pribadi atau kelompok masyarakat dalam budaya manggarai.Go’et menjadi sebuah sarana motifasi bagi kehidupan orang manggarai. Hampir setiap kegiatan atautindakan yang dilakukan oleh orang Manggarai semuanya termuat dalam Go’et. dalam budaya Manggarai termuat beberapa jenis go’et yaitu tentang nilai religius, nilai kesehatan, tentang persahabatan, tentang permusuhan, tentang kebijaksanaan, tentang member motifasi, tentang menjaga nama baik, yang berhubungan dengan leluhur,dan lain sebagainya. Semua hal yang disebut di atas masing-masing memiliki nilai yang membentuk kehiduapan masyarakat manggarai. Dalam praktek pengungkapan goet tidak disebut serta merta jenis-jenis go’et itu namun dalam prakteknya lansung menyebut sala satu ungkapan goet yang sesuai dengan konteks acara adat dengan sendirinya masyarakat akan mengeti maksut dari go’et itu.



DAFTAR PUSTAKA



8



Internet http://fransdarma.blogspot.co.id/2017/01/goet-sastra-lisan-manggarai.html. diakses pada 14 oktober 2017. Kamus Moeliono, M. Anton. et. al, (penyun).Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 858. Wawancaara Seludin, Bonefasius. Wawancara per telepon seluler, 9 oktober 2017. Karya yang tidak diterbitkan (skripsi) Wardani, Agita Kusuma.“Analisis Persamaan Makna Peribahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata Hito dengan Peribahasa Indonesia (Studi Komparatif Bahasa Jepang dengan Bahasa Indonesia)”. Skripsi, Universita Negeri Semarang, 2015.



9