Hadits Tarbawi (Alkhuluqiyah Di Tarbiyah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AL-KHULUQIYAH FI AL-TARBIYAH Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Hadits Tarabawi Dosen Pengampu: Mustajab M. Making, M.M.Pd



Disusun oleh Kelompok VI 1. Ridwan Fadilah



NIM 18.03.2017



2. Salman Nasrul Haq



NIM 18.03.1984



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Hadits Tarbawi ini yang berjudul “Al-Khuluqiyah fi AlTarbiyah”. Terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua kita yang terus mensupport kami dalam perkuliahan ini sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik. Sebagai mahasiswa kami mengharapkan bimbingan dan bantuan, saran serta dukungan dari bapak dan ibu dosen serta pihak lain agar makalah ini bisa berhasil dan berguna bagi kita semua. Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi terciptanya maklah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Bandung, 19 Oktober 2019



Penyusun kelompok



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 A.



Latar belakang ...................................................................................................... 1



B.



Rumusan masalah ................................................................................................. 2



C.



Tujuan penulisan .................................................................................................. 2



BAB II ................................................................................................................................ 4 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4 A.



Pengertian Akhlak ................................................................................................ 4



B.



Pembagian Akhlak ................................................................................................ 5



C.



Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami ................................................................... 7



D.



PEMBAHASAN HADITS .................................................................................. 11



BAB III............................................................................................................................. 15 PENUTUP........................................................................................................................ 15 A.



Kesimpulan .......................................................................................................... 15



B.



Saran .................................................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terdapat banyak hadits terkait degan akhlak, karena tujuan Nabi Muhmamad Saw adalah penyempurnaan akhlak. Nabi Muhammad Saw bersabda:



‫انما بعثت التمم مكرم االخالق‬ "Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia."(H.R .Ahmad) Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Aklak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerasukan, dan kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama. Yang kecil hormat kepada yang tua, yang tua kasih kepada yang kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan. Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan umat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan



1



kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi Muhammad s.a.w bersabda:



َ ‫سنَ ُه ْم ُخلُقًا َوأ َ ْل‬ ‫طفَ ُه ْم ِبأ َ ْه ِل ِه‬ َ ‫ِإ َّن ِم ْن أ َ ْك َم ِل ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِإي َمانًا أ َ ْح‬ "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya." (H.R.Ahmad) Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang maksudnya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Sesuatu Umat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi juga budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah, menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan lagi dia menjual Agama dan Negaranya.



B. Rumusan masalah Agar dalam menyusun makalah ini tertata rapi, maka penulis merumuskan masalah-masalah tentang Akhak ini kedalam beberapa point. Diantaranya: 1. Apa pengertian Akhlak? 2. Apa saja pembagian Akhlak? 3. Bagaimana ciri-ciri Akhlak yang bersumber dari Islam?



C. Tujuan penulisan Merujuk kepada rumusan masalah pada poin B diatas, maka tujuan dari penulisan makala ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian Akhlak



2



2. Untuk mengetahui apa saja pembagian Akhlak 3. Untuk mengetahui ciri-ciri Akhlak yang bersumber dari Islam



3



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khulqun ‫ق‬ ٌ ‫ ُخ ُل‬yang menurut bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ خ َْل ٌق‬yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq ‫ خَا ِل ٌق‬yang berarti pencipta. Demikian pula dengan Makhluqun ‫ َم ْخلُ ْو ٌق‬yang berarti yang diciptakan. Secara epistimologi atau istilah, akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf. Diantaranya ibnu maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:



َ ‫َحا ًل ِللنَّ ْف ِس َدا ِعيَةٌ ل َها َ اِلَى ا َ ْفعَا ِل َها ِم ْن‬ ‫غي ِْر فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة‬ Artinya: “keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melalakukan perbuatanperbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:



‫س ُه ْو َل ٍة َويُس ٍْر ِم ْن‬ ُ ‫صد ُُر اْ َال ْف َعا ُل ِب‬ ْ َ‫ع ْن َها ت‬ َ ‫ع ْن َه ْيئ َ ٍة ِفى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة‬ َ ٌ ‫ارة‬ َ ‫ا َ ْل ُخلُ ُق ِع َب‬ َ ‫غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة‬ Artinya: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.



4



Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut aklak “AdatulIradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:



ْ ‫عا َدة ُ اْ ِال َرا َدةِ يَ ْعنِى أ َ َّن اْ ِِل َرا َدة َ اِ َذا ا ْعتَا َد‬ ‫شيْأ ً فَعَا َدت ُ َها‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ف َب ْع‬ َ ُ‫ض ُه ْم اْل ُخلُقَ ِبأَنَّه‬ َ َ ‫ع َر‬ ‫ق‬ َ ‫ي ْال ُم‬ ِ ُ‫س َّماة ُ ِب ْال ُخل‬ َ ‫ِه‬ Artinya: “Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.” Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukanya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan akhlak. Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksunya, bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”



B. Pembagian Akhlak Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: Mahmudah dan Akhlak Mazmumah. Disamping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk mazmumah. Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal sistem pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli, dan tajalli. Takhalli adalah mengosongkan atau



5



membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahilli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Jadi dalam rangka pembinaan mental, penulisan jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka yang pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi. Sedangkan yang dimaksud Akhlak Mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela tersebut dengan Akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat Mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Demikian pula Akhlak Mazmumah dilahirkan oleh sifatsifat Mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin daripada sifat atau kelakuan batin. Beberapa Akhlak Mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali persaudaraan, menghormati tamu, merendahkan diri, berbuat baik, menundukan diri, berbudi tinggi, memelihara kebersihan badan, cenderung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam Akhlak Mazmumah, antara lain: egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba, menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex, ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros, membunuh, penipuan, 6



dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain, dan lain sebagainya yang menunjukan sifat-sifat yang tercela.



C. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami Persoalan “akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada AlQur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah. Kita telah mengetahui bahwa Akhlak islam adalah merupakan sistem moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada Nabi dan Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Memang sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak atau moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada tuhan, moral itu tumbuh dari sumber-sumber sekuler. Akhlak islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri. Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:



‫ضلُّ ْوا‬ ِ َ ‫ ت َ َر ْكتُ ِف ْي ُك ْم ا َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬: ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ع ْن اَن َِس ب ِْن ماَلِكٍ قَا َل النَّبُّى‬ ِ ‫اب‬ ‫س ْو ِل ِه‬ َّ ‫ما َ ت َ َم‬ ُ ‫سنَّةَ َو َر‬ ُ ‫هللا َو‬ َ َ ‫س ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت‬



7



Artinya: “ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”. memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahagiaan, dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintahNya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar pada: 1) Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang. 2) Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah RasulNya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia memberi sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa persaan adanya tekanan-tekanan dari luar. 3) Keyakinan akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah. 4) Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa Islam, bersasaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, diinterpresentasikan oleh ulama mujtahid. 5) Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Allah yang



8



maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisiskan hati nurani, yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan. Dengan demikian dapat ditegaskan disini bahwa dasar dari Akhlak islam secara global hanya ada dua yakni: Percaya kepada Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan, sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa sistem moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati. Dalam Islam, budi pekerti merupkan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh (suri tauladan) yang pas dan benar ialah Rasulullah Saw. Beliau memiliki Akhlak yang sangan mulia, agung, dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin umat manusia. “Akhlak” didalam ajaran Islam sangat rinci, bewawasan multi dimensi bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan tentang konsekuensi yang bagi manusia yang tidak berpegang pada “Akhlak Islam”. “Akhlak Islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.



Dalam ajaran islam memelihara terdapat sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri akhlak islamiyah yaitu: 1) Kebijakan yang mutlak Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.



9



2) Kebaikan yang menyeluruh Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kemampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat. 3) Kemantapan Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memeliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/ etika ciptaan manusia bersifat berubah-ubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dan lain sebagianya. 4) Kewajiban yang dipatuhi Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut akan siksaan Allah SWT. 5) Pengawasan yang menyeluruh Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2



}2{ ‫} َوآلأ ُ ْق ِس ُم بِالنَّ ْف ِس اللَّ َّوا َم ِة‬1{ ‫آلأ ُ ْق ِس ُم بِيَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة‬



10



Atinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.



D. PEMBAHASAN HADITS



( ‫ أكرموا أوالدكم وأحسنوا أدبهم )رواه ابن مجه‬.1 Artinya:”Muliakanlah anak-anak kalian perbaikilah akhlaknya”. Mengajarkan akhlak kepada anak lebih utama adalah dengan memberi contoh kepada mereka. Karena apapun yang kita lakukan dari gerak-gerik kita sehari-hari pasti menjadi pehatian anak-anak bahkan tidak jarang kemudian ditiru. Terutama seorang ibu yang benar-benar menjadi figur idola bagi mereka. Maka dari itu hendaklah orang tua berhati-hati dalam bertidak di depan anak. Selain itu juga membacakan atau menceritakan kisah-kisah Nabi, sahabat dan orang-orang sholeh yang patut untuk dicontoh dan ditiru.



(‫ علموا اوالدكم و أهليكم الخير و أدبوهم (رواه عبد الرزاق و سعيد بن منصور‬.2 Artinya:”Ajarkan lah kebaikan kepada anak-anakmu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik”. Disinilah peran orang tua yang bertanggung jawab untuk mendidik anakanaknya, terutama pendidikan moralnya. Seperti perbaikan jiwa anak, meluruskan penyimpangan, mengangkat anak dari kehinaan kepada anjuran bergaul dengan orang yang lebih baik. Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai orang tua untuk meningkatkan kecerdasan anak. Segala usaha tetap harus dibarengi dengan do’a, kemudian berserah diri atas usaha yang telah kita lakukan.



ُ ‫ع ْم ِرو ب ِْن‬ ‫ “أ َ َّن‬:ِ‫ع ْن َج ِده‬ ٍ ‫ش َع ْي‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ِه‬ َ ‫ب‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ أخرج التــرمذي بإسناد حسن‬.3 ِ َّ ‫سو َل‬ ‫شبَّ ُهوا ِب ْال َي ُهو ِد‬ َ َ ‫شبَّهَ ِبغَي ِْرنَا َال ت‬ َ َ‫ْس ِمنَّا َم ْن ت‬ َّ ‫صلَّى‬ ُ ‫َر‬ َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل لَي‬ 11



ُ ‫َارة‬ َ ‫اِلش‬ َ ‫ص‬ َ َّ‫يم الن‬ َ َ ‫َارة ُ بِ ْاْل‬ َ ‫اِلش‬ َ ‫ص‬ َ َّ‫َو َال بِالن‬ ِ ْ ‫ارى‬ ِ ْ ‫يم ْاليَ ُهو ِد‬ َ ‫صا ِبعِ َوت َ ْس ِل‬ َ ‫ارى فَإ ِ َّن ت َ ْس ِل‬ ‫ف‬ ِ ‫ِب ْاْل َ ُك‬ Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang berkualitas hasan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah umatku seorang yang menyerupai selain kami (baca: orang kafir). Janganlah kalian menyerupai Yahudi ataupun Nasrani karena sesungguhnya salam orang Yahudi itu berupa isyarat jari sedangkan salam orang Nasrani itu berupa telapak tangan”.



‫المترجالت‬ ‫ لعن هللاُ المخنِثين من الرجال و‬:‫ النساالبخاري قال رسول هللا ص‬.4 ِ ‫ البخاري‬.‫من النساء‬ "Allah telah mengutuk orang-orang wanita yang meniru laki-laki dan orangorang yang meniru wanita." Kedua hadits diatas membicarakan tentang Tasyabuh. Berarti meniru atau mencontoh, menjalin, mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Secara etimologis Tasyabuh adalah bentuk mashdar dari (ُ‫شبَّه‬ َ َ ‫ يَت‬- َ‫شبَّه‬ َ َ ‫)ت‬ yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rosululloh SAW dalam hal akidah, ibadah, perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri khas, dan akhlak yang merupakan ciri khas bagi mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata, “Telah kami sebutkan sekian dalil dari Qur’an, Sunnah, Ijma’, Atsar (amalan/ perkataan sahabat dan tabi’in), dan pengalaman yang semuanya menunjukan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Sedangkan menyelisihi tata cara mereka merupakan sesuatu yang disayariatkan baik yang sifatnya wajib maupun anjuran sesuai dengan tempatnya masing-masing”. Siapakan orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya?



12



Berdasarkan Hadits diatas adalah, orang-orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya meliputi ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang kafir lainnya.



‫ام َرأَةٍ ِإالَّ َم َع ذِي َم ْح َر ٍم‬ ْ ‫ الَ َي ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل ِب‬:‫ قال رهللا ص‬.5 “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali jika bersama dengan mahrom sang wanita tersebut”. Hadits ini membahas tentang masalah kholwat atau berdua-duaan antara seorang wanita dan laki-laki yang bukan mahrom. Berduaan dengan lawan jenis yang sama sekali tidak ada hubungan, atau disebut berduaan dengan perempuan asing (yang bukan istri atau mahram) hukumnya haram. Semua ulama sepakat bahwa hukum berduaan dengan perempuan asing adalah haram. Karena ketika laki-laki berduaan dengan peremuan asing, maka setan akan terus mendorong untuk melakukan perbuatan yang tidak di halalkan. Jika berduaan seperti itu adalah diharamkan atas laki-laki dan perempuan.



ِ َّ ‫سو َل‬ ‫ب‬ َّ ‫صلَّى‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬.6 ٍ ‫ض َل ِم ْن أ َ َد‬ َ ‫علَ ْي ِه قَا َل َما نَ َح َل َوا ِل ٌد َولَدًا ِم ْن ن َْح ٍل أ َ ْف‬ َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ (206 ‫ ص‬/ 7 ‫س ٍن )سنن الترمذي ج‬ َ ‫َح‬ Artinya :



“Diceritakan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya,



bahwa Rasulullah saw bersabda : Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya kecuali budi pekerti yang baik”. (H.R AtTirmidzi) Hadits ini berbicara tentang budi pekerti yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Pada umur anak-anak kecenderungannya adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, baik saudara famili terdekatnya ataupun bapak ibunya. Oleh karena itu patut menjadi perhatian semua pihak, terutama orang tuanya selaku figur yang terbaik di mata anaknya. Jika orang



13



tua menginginkan putra putrinya tumbuh dengan menyandang kebiasaankebiasaan yang baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai ajaran islam, maka orang tua harus mendidiknya sedini mungkin dengan moral yang baik. Karena tiada yang lebih utama dari pemberian orang tua kecuali budi pekerti yang baik.



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab dua diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Pengertian Akhlak a) Ibnu Maksawaih memberikan definisi sebagai berikut:



َ ‫َحا ًل ِللنَّ ْف ِس َدا ِع َيةٌ ل َها َ اِلَى ا َ ْف َعا ِل َها ِم ْن‬ ‫غي ِْر فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة‬ Artinya: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”. b) Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:



َ ‫س ُه ْولَ ٍة َويُس ٍْر ِم ْن‬ ‫غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى‬ ْ َ ‫ع ْن َها ت‬ ُ ِ‫صد ُُر اْ َال ْف َعا ُل ب‬ َ ‫ع ْن َه ْيئ َ ٍة فِى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة‬ َ ٌ ‫ارة‬ َ ‫ا َ ْل ُخلُ ُق ِع َب‬ ‫فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة‬ Artinya: Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan



dengan



mudah,



dengan



tidak



memertrlukan



pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”. c) Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi Akhlak sebagai berikut:



ً َ ‫ت‬ ُ ‫س َّماة‬ ْ ‫عا َدة ُ اْ ِال َرا َدةِ َي ْعنِى أ َ َّن اْ ِِل َرا َدة َ اِ َذا ا ْعت َا َد‬ ُ ‫ف َب ْع‬ َ ُ‫ض ُه ْم اْل ُخلُقَ ِبأَنَّه‬ َ َ ‫ِي ْال ُم‬ َ ‫ع َر‬ َ ‫شيْأ فَ َعا َدت ُ َها ه‬ ‫ق‬ ِ ُ‫ِب ْال ُخل‬ Artinya: “Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.” 15



2. Pembagian Aklak a) Akhlak Mahmudah b) Akhlak Mazmumah



3. Ciri-ciri Akhlak Islamiyah a) Kebaikan yang mutlak b) Kebaikan yang menyeluruh c) Kemantapan d) Kewajiban yang dipatuhi e) Pengawasan yang menyeluruh



4. Hadits-hadits yang berhubungan dengan Akhlak



( ‫ أكرموا أوالدكم وأحسنوا أدبهم )رواه ابن مجه‬.1 (‫ علموا اوالدكم و أهليكم الخير و أدبوهم (رواه عبد الرزاق و سعيد بن منصور‬.2 ‫ الترمذي‬.‫ ليس منّا من تشبّه بغيرنا ال تشبهوا باليهود و ال بالنصارى‬.3 ‫ البخاري‬.‫ لعن هللاُ المخ ِنّثين من الرجال و المتر ِ ّجالت من النساء‬:‫ قال رسول هللا ص‬.4 ْ ‫ ال‬:‫قال رسول هللا ص‬- .5 ‫ الصحيحين‬.‫يخلُ َو َّن أحدكم بامرأة إالّ مع ذي محرم‬ َّ َُّ‫ل ُل‬ َّ ‫س ُو َل‬ ‫س ُ ضن‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬.6 َ ْ َ ‫س ُلَّ َم قَا َل َما نَ َح َل َوا ِلدٌ َولَدْا ِم ْن نَحْ ضل أ‬ َ ُِ َ ‫ِ ُ َل ِم ْن أَدَ ض َح‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِِ (206 ‫ ص‬/ 7 ‫)سنن الترمذي ج‬ B. Saran Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk yang paling istimewa di antara makhluk-mahkluk lainnya, karena manusia memiliki akal. Oleh sebab itu marilah kita menggunakan anugrah akal tersebut dengan sebaik-baiknya, agar kita menjadi manusia yang bermanfaat dan menjadi suri tauladan bagi orang lain, salah satunya dengan mencontohkan akhlak yang baik.



16



DAFTAR PUSTAKA DR. H. Hasbiyallah, M.Ag & DR. Moh. Sulhan, S.Pd. HADIS TARBAWI. (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2015) Ibnu Hajar al Asqolany. Bulughulmaram. Bandung. CV. Gema Risalah Press Imam An-Nawawi. Riyadus Sholihin, Terjemahan, Semarang: Pustaka Nuun, 2013 https://www.academia.edu/35754534/BAHAN_HADITS_TARBAWI (akses kamis 10 Oktober 2019 jam 17.00)