Hipertermia Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah ”Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dan Bayi Resiko Tinggi” Dosen Pengampu : Rubiati Hipni, SST., M.Keb



Disusun oleh : Kelompok 3 Annisa Farida



P07124118166



Miliani Nur



P07124118212



Bekty Eka Yuniavi



P07124118174



Nur Syifa S



P07124118225



Dewi Kurnia



P07124118180



Resma Arianti



P07124118231



Ghina Mahdiyah



P07124118198



Roinda Khoirotun Najah



P07124118237



Maulida Hayati



P07124118210



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEBIDANAN DIII SEMESTER III A 2019



KATA PENGANTAR



Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dan Bayi Resiko Tinggi”. Makalah ini disusun sebagai salah satu komponen penugasan dalam mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Ibu Rubiati Hipni, SST., M.Kebyang telah membimbing penyusunan makalah ini, dan kepada rekan-rekan yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Selain itu, penyusun juga menyadari masih banyak kekurangan dalan makalah kami, sehingga penyusun membuka tangan selebar-lebarnya kepada pihak yang ingin memberi kritik dan saran demi kebaikan makalah ini. Semoga berguna bagi kemajuan penyusun dan pembaca.



Banjarbaru, Desember 2019



Kelompok 3



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1 A.



Latar Belakang .................................................................................................................................. 1



B.



Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1



C.



Tujuan ............................................................................................................................................... 1



BAB II KONSEP DASAR........................................................................................................................ 3 A.



Pengertian ......................................................................................................................................... 3



B. Etiologi .............................................................................................................................................. 3 C. Gejala ................................................................................................................................................ 4 D.



Klasifikasi Hipertermia ..................................................................................................................... 5



E. Penanganan Hipertermia Neonatus ................................................................................................... 8 BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................................. 10 BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................ 13 A.



Kesimpulan ..................................................................................................................................... 13



B.



Saran ............................................................................................................................................... 13



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 14



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir. Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan. Hipertermi pada neonatus



merupakan kejadian umum di seluruh dunia. Hipertermi



adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan : Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris, Latihan / gerakan yang berlebihan.



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud hipertermi ? 2. Apa etiologi dari hipertermi ? 3. Apa saja gejala dari hipertermi ? 4. Apa saja klasifikasi hipertermia ? 5. Apa saja penanganan hpertermia pada neonatus ? 6. Apa saja cara untuk mencegah hipertermia ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hipertermi 2. Untuk mengetahui apa etiologi dari hipertermi 3. Untuk mengetahui apa saja gejala dari hipertermi



1



4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi hipertermia 5. Untuk mengetahui apa saja penanganan hpertermia pada neonatus 6. Untuk mengetahui apa saja cara untuk mencegah hipertermia



2



BAB II KONSEP DASAR



A.



Pengertian Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu tubuh mencapai sekitar 37,8°C per oral atau 38,8°C per rectal secara terus menerus disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermia



adalah



kondisi



suhu



tubuh



tinggi



karena



kegagalan



termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian. Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus (Asuhan keperawatan.com.I Ziddu.com)



B. Etiologi Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu.



Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat



pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein dan zat lain , terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.



3



1. Fase – fase Terjadinya Hipertermi a. Fase I : awal 1) Peningkatan denyut jantung 2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan 3) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi 4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi 5) Rambut kulit berdiri 6) Pengeluaran keringat berlebih 7) Peningkatan suhu tubuh b. Fase II : 1) proses demam 2) Kulit terasa hangat / panas 3) Peningkatan nadi & laju pernapasan 4) Dehidrasi ringan sampai berat 5) Proses menggigil lenyap 6) Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf 7) mulut kering 8) bayi Tidak mau minum 9) lemas c.



Fase III : pemulihan 1) Kulit tampak merah dan hangat 2) Berkeringat 3) Menggigil ringan 4) Kemungkinan mengalami dehidrasi



C. Gejala 1. suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas) 2. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang. 3. Kulit memerah 4



4. Malas minum 5. Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit 6. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit 7. Letargi 8. Kedinginan,lemas 9. Bisa disertai kejang



D. Klasifikasi Hipertermia 1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas a. Hipertermia maligna Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat. b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH) Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat. c. Endocrine Hyperthermia (EH) Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit). 2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas. a. Hipertermia neonatal 5



Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh: 1) Dehidrasi Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi. 2) Overheating Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama. 3) Trauma lahir Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C. 4) Heat stroke Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak



6



segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada. 5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE) Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri. 6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS.Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. 7



Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.



E. Penanganan Hipertermia Neonatus 1. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC) 2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu 3. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal 4. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi 5. Memastikan bayi mendapat cairan adekuat a. Izinkan bayi mulai menyusu b. Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering) 1) Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi 2) Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat 3) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah yang rendah 6. Cari tanda sepsis 7. Berikan antibiotik jika terjadi infeksi 8. Setelah keadaan bayi normal : a. Lakukan perawatan lanjutan b. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam 9. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang berlebihan 8



F. Pencegahan Terhadap Hipertermia 1. Kesehatan lingkungan. 2. penyediaan air minum yang memenuhi syarat. 3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya. 4. Pemberantasan lalat. 5. Pembuangan sampah pada tempatnya. 6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat. 7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi. 8. Makan makana yang bersih dan sehat 9. Jangan biasakan anak jajan diluar



9



BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN Hari/tanggal



: Selasa, 2 Desember 2019



Jam



: 09.00 WIB



IDENTITAS 1. IdentitasPasien Nama Bayi



By. Ny. S



Tanggal lahir



22 November 2019



Umur



10 hari



Jenis Kelamin



Laki-laki



2. Identitas Orang Tua Ibu



Ayah



Nama



Ny. S



Tn. R



Umur



29 tahun



30 tahun



Agama



Islam



Islam



Suku / Bangsa



Banjar/Indonesia



Banjar/Indonesia



Pendidikan



SLTP



SLTA



Pekerjaan



Ibu Rumah Tangga



Swasta



Alamat



Swasta



Swasta



10



PROLOG Pada tanggal 22 November 2019 jam 06. 15 WITA, Ibu melahirkan anak pertama dengan spontan belakang kepala, segera menangis, warna kulit merah muda, denyut jantung 120x/menit, dan pergerakan aktif, nilai Apgar Score 8, 9, 10. Jenis kelamin laki – laki dengan BB lahir 3400 gram, PB : 51 cm, Lingkar kepala : 33 cm, Lingkar dada : 32 cm. Lama pada kala 1 fase aktif yaitu 1 jam dari jam 04.00 – 05.00 WITA, lama kala II yaitu 15 menit dari jam 06.00 – 06.15 WIITA, bayi dilakukan IMD dan berhasil dalam 40 menit. By. Ny. S berumur 10 hari di antar oleh ibunya ke Puskesmas Martapura karena sudah demam selama 2 hari. Menurut ibunya demam bayinya naik turun. Ny S mengatakan tubuh bayinya terasa lemas, sering menangis dan nafsu bayinya untuk meminum ASI kurang dalam beberapa hari ini.



DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan bayi rewel dan badan terasa hangat selama 2 hari DATA OBJEKTIF Keadaan umum keadaan umum lemas dan pucat, kesadaran composmentis, suhu 40,5˚C, respirasi 41 x/menit, nadi 140 x/menit. Berat badan 3600 gram, Panjang badan 52 cm, Lingkar kepala 34 cm, Lingkar dada 33 cm. Bayi teraba hangat, Bentuk kepala simetris, rambut merata warna hitam, , tidak ada pembengkakan. Bentuk mata simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan, kelopak mata terbuka, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada pengeluaran lendir. Bentuk bibir simetris, tidak ada kelainan pada bibir, bibir tidak sianosis ,. Letak antara mata dan telinga sejajar, kedua telinga simetris, tidak ada pengeluaran cairan. Leher tidak ada benjolan. Kedua tangan simetris, gerakan normal dan aktif, jumlah jari lengkap. Tidak ada pembesaran di daerah abdomen. Genitalia testis sudah memasuki skrotom tidak ada epispadia, tidak ada pembengkakan.Bentuk simetris antara kedua kaki, pergerakan normal dan aktif, jumlah jari lengkap.



11



ANALISA Bayi baru lahr umur 10 hari dengan Hipertermia PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu kepada orang tua bayi mengenai hasil pemeriksaan fisik bahwa bayi ibu dengan Hipertermia. Ibu memahami penjelasan yang diberikan 2. Memberitahu ibu pasien bahwa hipertermia disebabkan karena proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh. Ibu mengerti 3. Melakukan inform choice dan inform consent terhadap semua tindakan yang akan dilakukan untuk mempermudah petugas kesehatan melakukan intervensi kepada pasien. Telah dilakukan 4. Meletakkan bayi di tempat dari lokasi yang sejuk agar suhu badan bayi menurun dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC). Telah dilakukan 5. Melakukan pemasangan infus untuk memperbaiki metabolisme tubuh bayi dan mencukupi kebutuhan cairan. Telah dilakukan. 6. Memberitahu ibu untuk memberikan pakaian kepada bayi yang mudah menyerap keringat. Agar bayi merasa nyaman dan untuk membantu penguapan tubuh. Ibu mengerti dan telah dilakukan. 7. Memberikan kompres hangat pada dahi, ketiak, leher, dan lipatan paha untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Telah dilakukan 8. Melakukan pemantauan suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal 36,5˚C hingga 37˚C. Telah dilakukan 9. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antipiretik jika panas tidak turun. Telah dilakukan. 10. Melakukan observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam dan pantau warna kulit agar mengetahui perubahan tanda – tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh dan untuk mengetahui adanya kejang dan dehidrasi. Telah dilakukan 11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sebanyak 400-600 ml atau sekitar satu setengah hingga dua setengah gelas air sehari gunanya untuk supaya bayi tidak kekurangan cairan dalam tubuhnya. Ibu memahami penjelasan yang diberikan 12



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga



kesehatan



lingkungan,



penyediaan



air



minum



yan



memenuhu



syarat,pembuangan kotora manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap pada bayi,makan-makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.



B. Saran Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah ke depannya bisa lebih baik.



13



DAFTAR PUSTAKA



Habel, A.1990, Ilmu Penyakit Anak , Bina Rupa Aksara, Jakarta. Kemala, P., ar., 1998, Kamus Suku Kedokteran Dorlan, Penerbit Buku Keokteran EGC, Jakarta. Sudarti dan Afroh Fauzan. 2012, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha Medika. Yogyakarta. http://www.Ibu dan Balita.net/info/makalah-Hipertermia - lengkap.html http://alamsyah.web.id/news/makalah-asuhan-kebidanan-pada-bayi-dengan-Hipertermia.



14