HSI Al Ushul Sittah 1-5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah – Halaqah 1 | Muqaddimah Ushulu As-Sittah Bagian 1 January 5, 2021 Ummu Syifa ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ ‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬ Halaqah yang pertama dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi Rahimahullah. Kita akan bersama-sama mempelajari tentang sebuah kitab yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi Rahimahullah yaitu kitab yang berjudul Al-Ushulu As-Sittah yang artinya enam kaidah. Dan ini adalah termasuk karangan beliau yang sangat bermanfaat. Dan dia meskipun ringkas akan tetapi mengandung banyak faedah. Yang hendaknya seorang muslim mengetahui faedah-faedah ini. Beliau menyebutkan di dalam kitab ini, enam perkara yang sangat penting. Beliau adalah seorang ulama yang bernama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi. Beliau lahir pada tahun 1115 Hijriyyah dan menimba ilmu agama ini semenjak kecil. Dan diantara gurunya adalah bapak beliau sendiri, demikian pula ulamaulama besar yang lain di zaman beliau, seperti Asy Syaikh Muhammad Al Hayah As Sindi, dan juga yang lain. Dan di dalam mencari ilmu, beliau telah pergi ke beberapa daerah, diantaranya adalah ke Basrah, demikian pula ke daerah-daerah di Hijaz seperti Mekkah dan juga Madinah dan menimba ilmu dari para ulama yang tinggal di sana. Dan hampir-hampir beliau menuju ke kota Syam (daerah Syam) untuk menimba ilmu di sana, hanya karena ada rintangan dan halangan tertentu akhirnya beliau mengurungkan niatnya. Dan beliau termasuk ulama yang gigih di dalam menghidupkan Al Qur’an, menghidupkan As Sunnah, mengajak manusia kembali kepada Allah, bertauhid kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Dan beliau meninggal pada tahun 1206 Hijriyyah. Dan telah meninggalkan karangan yang sangat banyak, yang sangat bermanfaat. Diantaranya adalah: – Al Ushul Ats-Tsalatsah – Al Qawa’idul Arba’ – Ushulul Iman – Kasyfusy Syubuhat – Kitabut Tauhid



Dan diantaranya adalah kitab yang Insya Allah akan kita pelajari yaitu Al-Ushulu As-Sittah. Beliau berkata, ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ Memulai kitabnya dengan basmalah. Meniru dan mengikuti apa yang Allah lakukan di dalam Al Qur’anul Karim, karena Allah Subhānahu wa Ta’āla memulai kitabnya dengan basmalah. Demikian pula mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ketika Beliau menulis surat yang isinya adalah dakwah kepada raja-raja yang ada di zaman Beliau ‫ﷺ‬. Beliau memulai kitabnya dengan basmalah. Oleh karena itu di sini pengarang memulai kitabnya dengan basmalah. ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ Dan ‫ ب‬di sini adalah ‫ ب‬al-isti’anah yaitu ‫ ب‬yang fungsinya untuk memohon pertolongan. Orang yang mengatakan ‫ بسم هللا‬pada hakikatnya dia telah memohon pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ismillah dengan nama Allah. Kalimat yang mufrad, yang tunggal, yaitu ism dan dia disandarkan kepada kalimat lafdzul jalalah dan ini maknanya adalah mencakup seluruh nama Allah Subhānahu wa Ta’āla. Orang yang mengatakan ‫ بسم هللا‬berarti dia telah beristi’anah (memohon) pertolongan dengan seluruh nama Allah Subhānahu wa Ta’āla. Allah (lafdzul jalalah) adalah nama Allah yang paling a’dham (paling besar) yang disandarkan kepadanya nama-nama Allah yang lain. Oleh karena itu setelahnya disebutkan Ar-Rahman Ar-Rahim. Dan Ar-Rahman Ar-Rahim adalah nama diantara nama-nama Allah. Diambil dari Ar-Rahmah yang artinya kasih sayang. Dan perbedaan antara Ar-Rahman dengan Ar-Rahim disebutkan oleh para ulama diantaranya adalah: Ar-Rahman adalah kasih sayang Allah yang lebih umum mencakup orang yang beriman dan mencakup orang yang kafir kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Orang kafir juga mendapatkan bagian dari kasih sayang Allah Subhānahu wa Ta’āla. Allah memberikan rezeki kepada mereka, memberikan makan kepada mereka, memberikan minum kepada mereka, memberikan kesehatan kepada mereka, memberikan anak, memberikan istri, memberikan harta, dan ini semua adalah termasuk kasih sayang Allah Subhānahu wa Ta’āla.



Adapun Ar-Rahim, maka mengandung rahmat, mengandung kasih sayang yang lebih khusus yaitu kasih sayang yang Allah berikan kepada orang-orang yang beriman. Berupa hidayah kepada jalan yang lurus, berupa keimanan, berupa rasa tenang ketika dzikrullah. Ini semua adalah termasuk kasih sayang Allah Subhānahu wa Ta’āla akan tetapi dikhususkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla kepada orang-orang yang beriman dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla. Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.



HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah – Halaqah 2 | Muqaddimah Ushulu As-Sittah Bagian 2 January 5, 2021 Ummu Syifa ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ ‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬ Halaqah yang ke dua dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah. Kemudian beliau mengatakan, ‫ق َما‬ َ ْ‫ضحًا لِ ْل َعوَّام فَو‬ ِ ‫ب ِستَّةُ أُصُوْ ٍل بَيَّنَهَا هللاُ تَ َعالَى بَيَانًا َوا‬ ِ ‫ك ْال َغاَّل‬ ِ ِ‫ت ال َّدالَ ِة َعلَى قُ ْد َر ِة ْال َمل‬ ِ ‫ َوأَ ْكبَ ِر اآليَا‬، ‫ب‬ ِ ‫ب ْالع َُجا‬ ِ ‫ِم ْن أَ ْع َج‬ َ‫يظُنُّهُ الظَّانُّوْ ن‬ “Termasuk sesuatu yang paling mengherankan, yang paling menakjubkan, dan termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar yang menunjukkan tentang kekuasaan Allah, Dzat yang Maha Menguasai. Perkara-perkara atau pokok-pokok yang dijelaskan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla dengan penjelasan yang sangat jelas bahkan dipahami oleh orang-orang awam, orang-orang yang biasa di dalam kecerdasannya di atas dari apa yang disangka oleh orang-orang yang menyangka.” ‫ث َّم بَع َد هَذا َغلِطَ فيها َكثي ٌر ِمن أَذ ِكيا ِء ْال َعالَـم‬ “Kemudian setelah itu salahlah kebanyakan dari orang-orang yang cerdas diantara manusia ini.” ‫ابن آ َد َم‬ ِ ‫َو ُعقَاَل ُء‬ “Dan orang-orang yang berakal dari anak-anak Adam.” ‫إِاَّل أَقَ َّل ْالقَلِي ِْل‬ “Kecuali sedikit saja diantara mereka.”



Maksud dari ucapan beliau rahimahullah di dalam muqaddimah kitab beliau ini, “Bahwasanya di sana ada perkara-perkara (yang maksudnya adalah enam perkara yang selalu akan beliau sebutkan) yang telah Allah jelaskan di dalam Al Quranul Karim dengan penjelasan yang sangat jelas. Sampai saking jelasnya, perkara-perkara ini dipahami oleh orang-orang yang awam sekalipun atau kasarannya orang yang bodoh, orang yang jahil. Akan tetapi ternyata banyak diantara orang-orang yang cerdas salah di dalam memahami perkara ini.” Dipahami oleh sebagian orang, bahkan orang yang awam, akan tetapi di sana ada orang yang cerdas atau bahkan dianggap pintar dan ulama oleh sebagian manusia, akan tetapi ternyata dia salah di dalam memahami enam perkara ini. Ini adalah maksud dari ucapan beliau rahimahullah di dalam muqaddimah kitab ini. Sebelum beliau menyebutkan enam perkara ini, beliau ingin menyampaikan kepada kita, mengingatkan kepada kita, bahwasanya perkara-perkara yang akan beliau sebutkan, dipahami oleh orang awam akan tetapi banyak orang yang cerdas dan mengaku dia adalah mengemban ilmu agama ternyata dia salah di dalam memahami perkara tersebut. Dan ini menunjukkan kepada kita bahwasanya hidayah dan taufiq adalah di tangan Allah Subhānahu wa Ta’āla, tidak berkaitan dengan kecerdasan seseorang. Terkadang Allah Subhānahu wa Ta’āla menunjukkan Al Haq (kebenaran) kepada seorang yang mungkin diantara manusia dianggap sebagai orang yang awam. Namun Allah mengharamkan kebenaran ini dari sebagian orang yang dianggap sebagai orang yang cerdas. Dan ini menunjukkan bahwasanya hidayah dan taufiq (petunjuk) adalah di tangan Allah Subhānahu wa Ta’āla. ‫ضلُّ َمن يَ َشٓا ُء َويَ ْه ِدى َمن يَ َشٓاء‬ ِ ُ‫ي‬ “Allah Subhānahu wa Ta’āla menyesatkan siapa yang dikehendaki, dan memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki.” (QS. An Nahl: 93/QS. Fathir: 8) Meskipun dia adalah orang yang awam, dianggap terbelakang oleh sebagian orang, tetapi kalau Allah Subhānahu wa Ta’āla berkehendak memberikan hidayah kepadanya niscaya dia termasuk orang yang mendapatkan petunjuk. Dan ini menjadikan kita untuk senantiasa merendahkan diri kita di hadapan Allah Subhānahu wa Ta’āla, meminta hidayah kepada-Nya. Dan kita jangan bertawakal dengan ilmu yang kita miliki, kecerdasan yang kita miliki, meminta kepada Allah Subhānahu wa Ta’ala petunjuk supaya Allah menunjukkan kepada kita kebenaran dan menjauhkan kita dari syubhat dan juga kebathilan. Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.



HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah – Halaqah 3 | Penjelasan Pokok Pertama Bagian 1 January 6, 2021 Ummu Syifa ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ ‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬ Halaqah yang ke tiga dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah. Kemudian beliau menyebutkan perkara yang pertama yang dipahami oleh orang-orang awam di kalangan kaum muslimin akan tetapi banyak orang-orang cerdas yang tidak memahami perkara ini. Beliau mengatakan, ُ ْ‫ض ِّد ِه ال ِذيْ ه َُو ال ِّشر‬ ِ‫ك بِاهلل‬ ِ ُ‫ َوبَيَان‬، ُ‫ إِ ْخاَل صُ ال ِّدي ِْن هلِل ِ تَ َعالَى َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ له‬: ‫اَأْل َصْ ُل اأْل َ َّو ُل‬ Perkara yang pertama adalah: Mengikhlaskan agama untuk Allah Subhānahu wa Ta’āla, tidak ada sekutu baginya, dan menjelaskan lawan dari keikhlasan ini yaitu syirik kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Diantara perkara yang sudah Allah jelaskan di dalam Al Qur’an dengan penjelasan yang gamblang (penjelasan sangat jelas) adalah masalah mengikhlaskan agama ini hanya untuk Allah dan bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah Subhānahu wa Ta’āla, juga menjelaskan tentang bahaya syirik kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Ini semua Allah sebutkan dengan jelas di dalam Al Qur’an. ‫َو َكوْ نُ أَ ْكثَ ِر ْالقُرْ آ ِن فِي بَيَا ِن هَ َذا اأْل َصْ ِل ِم ْن ُوجُوْ ٍه َشتَّى بِكَاَل ٍم يَ ْفهَ ُمهُ أَ ْبلَ ُد ْال َعا َّم ِة‬ Dan bahwasanya sebagian besar ayat-ayat Al Qur’an adalah untuk menjelaskan tentang: 1. Ikhlas kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla di dalam ibadah. 2. Menjelaskan tentang bahayanya kesyirikan di dalam beribadah kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. ‫ِم ْن ُوجُوْ ٍه َشتَّى‬ “Dalam bentuk-bentuk yang sangat berbeda, dengan cara yang berbeda.” Artinya Allah Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al Qur’an menjelaskan tentang perkara ini dalam berbagai cara (penjelasan). ‫بِكَاَل ٍم يَ ْفهَ ُمهُ أَ ْبلَ ُد ْال َعا َّم ِة‬



“Dengan ucapan yang dipahami oleh bahkan orang yang paling bodoh diantara orang-orang awam.” Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan Al Qur’an ini sebenarnya semuanya adalah tauhid dari awal sampai akhir. Dan diantara buktinya, surat yang pertama, demikian pula surat yang terakhir isinya adalah tentang masalah tauhid. Al Fatihah penuh dengan makna tauhid. ُ‫ك ن َۡست َِعین‬ َ ‫ِّین ۞ ِإیَّاكَ ن َۡعبُ ُـد َوإِیَّا‬ ِ ِ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ َربِّ ۡٱل َع ٰـلَ ِمینَ ۞ ٱلر َّۡح َم ٰـ ِن ٱل َّر ِح ِیم ۞ َم ٰـل‬ ِ ‫ك یَ ۡو ِم ٱلد‬ Di dalamnya ada: • Tauhid Asma’ wa Shifat • Tauhid rububiyah • Tauhid al uluhiyyah ُ‫ك ن َۡست َِعین‬ َ ‫إِیَّاكَ ن َۡعبُ ُـد َوإِیَّا‬ “Hanya kepada-Mu lah Ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mulah Ya Allah, kami memohon pertolongan.” Demikian pula surat An Naas, ( ‫اس‬ ِ ِ‫اس ۝ َمل‬ ِ َّ‫اس ۝ إِلَ ٰـ ِه ٱلن‬ ِ َّ‫ك ٱلن‬ ِ َّ‫)قُ ۡل أَعُو ُذ بِ َربِّ ٱلن‬ Ini semua adalah tauhid kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla (meminta perlindungan kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla) Raja manusia, sesembahan manusia. Semua surat di dalam Al Qur’an isinya adalah tentang tauhid. Penjelasan tentang bagaimana keutamaan tauhid, bagaimana cara bertauhid, penjelasan tentang bahaya kesyirikan, apa bentuk kesyirikan, penjelasan tentang pahala bagi orang yang bertauhid dan adzab bagi orang yang berbuat syirik. Bahkan kisah-kisah yang ada di dalam Al Qur’an banyak diantaranya yang berkaitan dengan masalah tauhid. Bagaimana kisah nabi Nuh alayhissallam? Kisahnya adalah bagaimana beliau berdakwah dan mendakwahi umatnya kepada tauhid. Demikian pula kisah nabi Shalih, nabi Hud, nabi Syu’aib dan juga nabi-nabi yang lain. Kalau kita tadabburi ternyata Al Qur’an semuanya adalah masalah tauhid. Masalah (mengikhlaskan ibadah untuk Allah Subhānahu wa Ta’āla) dan tentang bahaya kesyirikan. Namun ternyata banyak diantara manusia yang tidak memahami tentang perkara ini. Bahkan termasuk orang yang cerdas diantara mereka. Kenapa demikian?



Diantara sebabnya adalah: 1. Al I’rodh (seseorang berpaling dari agama Allah Subhānahu wa Ta’āla). Tidak mau mempelajari agama Allah, sibuk dengan yang lain (sibuk dengan dunianya, sibuk dengan hobinya). Dan dia berpaling tidak mau menekuni dan tidak mau mempelajari agama Allah Subhānahu wa Ta’āla. 2. Al Kibr (sombong). Dia mengetahui kebenaran akan tetapi dia tidak mau mengamalkan dan menerima kebenaran tersebut. Sebagaimana dilakukan oleh iblis ketika diperintahkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla melakukan sujud penghormatan kepada nabi Adam alayhissallam akan tetapi enggan dan sombong, dan dia adalah termasuk orang-orang yang kafir. Al Qur’an diturunkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla tujuan utamanya adalah untuk diamalkan, ditadabburi, dipahami dan bukan hanya sekedar dibaca atau diperbaiki tajwidnya atau diambil berkahnya ketika membaca. Semua itu adalah termasuk kebaikan, akan tetapi bukan tujuan utama diturunkannya Al Qur’an. Tujuan utama diturunkannya Al Qur’an adalah untuk ditadabburi kemudian setelah itu diamalkan di dalam kehidupan kita sehari-hari. ۟ ُ‫ك لِّيَ َّدبَّر ُٓو ۟ا َءايَ ٰـتِ ِهۦ َولِيَتَ َذ َّك َر أُ ۟ول‬ ٌ ۭ ‫ِكتَ ٰـبٌ أَن َز ْلنَ ٰـهُ إِلَ ْيكَ ُمبَ ٰـ َر‬ ‫ب‬ ِ ‫وا ٱأْل َ ْلبَ ٰـ‬ (QS. Sad: 29) Sebuah Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu yang berbarokah supaya mereka manusia mentadabburi ayat-ayat Allah Subhānahu wa Ta’āla, memikirkan, membaca, kemudian memahami maknanya dan memikirkan makna tersebut. Dan supaya orang-orang yang cerdas dan berakal mengingat Allah Subhānahu wa Ta’āla dengan membaca ayat-ayat tersebut. Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.



HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah – Halaqah 4 | Penjelasan Pokok Pertama Bagian 2 January 7, 2021 Ummu Syifa ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ ‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬ Halaqah yang ke empat dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah. Kemudian beliau mengatakan,



ْ َ‫صار عَلى أَ ْكثَ ِر األُ َّم ِة َما صا َر؛ أ‬ ْ ُ‫ظهَ َر لَـهُ ُم ال َّشيْطان‬ ،‫صير في حُقوقِ ِه ْم‬ ‫ص الصَّالِحينَ َوالتَّ ْق‬ ‫اإلخ‬ ‫ث َّم لَـ َّما‬ َ ‫الص في ص‬ َ َ ِ ِ ‫ُور ِة تَنَ ُّق‬ ْ َ ِّ َ ِّ ‫باع ِه ْم‬ َ ْ‫َوأظهَ َر لهُ ُم الشر‬ ِ ‫ك بِاهللِ في صُو َر ِة َمحبَّ ِة الصَّالِحينَ َوات‬ Kemudian ketika menimpa umat ini apa yang menimpanya berupa kejahilan dan lain-lain, maka syaithan menampakkan kepada mereka, bahwasanya keikhlasan dan tauhid ini adalah sebagai bentuk penghinaan dan peremehan terhadap orang-orang yang shalih. Ketika menimpa umat ini kebodohan, dan mereka jauh dari ilmu agama, jauh dari bimbingan para ulama, jauh dari petunjuk Al Qur’an dan juga hadits, maka syaithan menampakkan kepada mereka, bahwasanya tauhid (mengEsa-kan Allah Subhānahu wa Ta’āla) itu artinya adalah meremehkan orang-orang yang shalih dan meremehkan hak-hak meraka. Dan ini adalah salah satu bentuk talbis dari syaithan dalam usaha menyesatkan manusia. Syaithan menampakkan di mata manusia bahwasanya orang yang bertauhid berarti dia adalah orang yang tidak menghormati orang yang shalih, tidak menghormati Nabi, tidak menghormati wali. Dan untuk memperjelas perkara ini kita terangkan kembali bagaimana kisah nabi Nuh alayhissallam bersama kaumnya dan bagaimana awal terjadinya kesyirikan di permukaan bumi ini. Di zaman nabi Nuh alayhissallam, ada lima orang yang shalih yang dikenal oleh kaumnya dengan ibadahnya, dengan amalannya, dengan keshalihannya. Ketika mereka berlima ini meninggal dunia, datanglah syaithan dan mewahyukan kepada mereka (kaum nabi Nuh) supaya mereka membuat patung-patung, kemudian dinamakan dengan nama orang-orang yang shalih tersebut. Tujuannya adalah supaya ketika mereka merasa malas di dalam beribadah, ketika mereka melihat orang-orang shalih tersebut berada di hadapan mereka di majelis mereka, meskipun sebagai patung, diharapkan mereka bisa bersemangat kembali, mengingat tentang keshalihan mereka dan semangat di dalam beribadah kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Ketika generasi ini meninggal dunia, datang kembali syaithan dan mengatakan kepada orangorang tersebut, bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung-patung ini, tujuannya adalah untuk diibadahi, disembah. Dan telah dilupakan ilmu, maka akhirnya mereka menyembah orang-orang shalih tersebut yang dibuat simbolnya berupa patung. Ini adalah awal terjadinya kesyirikan di permukaan bumi. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, ۟ ُ‫َوقَال‬ َ ‫وا اَل تَ َذر َُّن َءالِهَتَ ُك ْم َواَل تَ َذر َُّن َو ۭ ًّدا َواَل س َُوا ۭ ًعا َواَل يَ ُغ‬ ‫ق َونَ ْس ۭ ًرا‬ َ ‫وث َويَعُو‬ Dan mereka berkata, “Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan janganlah kalian tinggalkan Waddan, Suwa’an, Yaghuts dan Ya’uq dan juga Nasr.” (QS. Nuh: 23) Mereka ini adalah lima nama orang yang shalih. Ini adalah nama orang-orang shalih yang meninggal yang kemudian disembah oleh kaumnya nabi Nuh alayhissallam.



Ketika terjadi kesyirikan pertama kali di permukaan bumi yang dilakukan oleh kaumnya nabi Nuh alayhissallam, akhirnya Allah Subhānahu wa Ta’āla mengutus nabi Nuh yang merupakan rasul yang pertama. Allah mengutus nabi Nuh alayhissallam kepada mereka untuk mengajak mereka kembali kepada tauhid dan menjauhi kesyirikan ini. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, ْ ‫ٱعبُد‬ ۡ ‫َولَقَ ۡد أَ ۡر َس ۡلنَا نُوحًا إِلَ ٰى قَ ۡو ِمِۦه فَقَا َل ٰيَقَ ۡو ِم‬ ُ‫ُوا ٱهَّلل َ َما لَ ُكم ِّم ۡن إِ ٰلَ ٍه غ َۡي ُره‬ Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka beliau berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah oleh kalian selain Dia.” (QS. Al Mu’minun: 23) Beliau mengingatkan umatnya siang dan malam dalam keadaan rahasia maupun terangterangan selama 950 tahun, mengajak mereka untuk kembali kepada Allah. Mengingatkan mereka bahwasanya ini adalah termasuk perbuatan syirik yang tidak diridhai oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla. Meskipun yang disembah adalah orang-orang shalih. Mengajak mereka untuk bertauhid dan meng-Esa-kan ibadah ini hanya untuk Allah Subhānahu wa Ta’āla. Namun ternyata yang mengikuti dakwah beliau dan ajakan beliau adalah orang yang sangat sedikit dan menganggap bahwasanya apabila kita hanya menyembah Allah Subhānahu wa Ta’āla, seakan-akan kita ini telah meremehkan orang-orang yang shalih. Ini adalah termasuk talbis dari iblis laknatullah). Menganggap (menunjukkan) di mata manusia bahwasanya ikhlas kepada Allah berarti kita harus meremehkan dan merendahkan kedudukan orang-orang yang shalih. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang menolak dakwahnya nabi Nuh alayhissallam. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, ْ ُ‫…… َوقَال‬.. ۡ‫وا اَل تَ َذر َُّن َءالِهَتَ ُكم‬ (QS. Nuh: 23) Mereka saling berwasiat diantara mereka, “Janganlah kalian tinggalkan sesembahansesembahan kalian.” √ Kita harus menghormati orang yang shalih √ Kita harus menjunjung tinggi kedudukan mereka Apabila diminta dan diseru hanya menyembah kepada Allah, hati mereka resah, hati mereka gelisah. ۡ ُ‫َوإِ َذا ُذ ِك َر ٱهَّلل ُ َو ۡح َده‬ َ‫ٱش َمأ َ َّز ۡت قُلُوبُ ٱلَّ ِذينَ اَل ي ُۡؤ ِمنُونَ بِٱأۡل ٓ ِخ َر ۖ ِة َوإِ َذا ُذ ِك َر ٱلَّ ِذينَ ِمن دُونِ ِٓۦه إِ َذا هُمۡ يَ ۡست َۡب ِشرُون‬ (QS. Az-Zumar: 45) Apabila hanya disebutkan Allah saja, ketika diminta hanya bertauhid kepada Allah, hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat menjadi resah, gelisah, tidak tenang hatinya ketika disebutkan hanya Allah Subhānahu wa Ta’āla saja. Tapi ketika disebutkan bersama Allah yang lain, maka tiba-tiba hati mereka menjadi sangat



gembira, bahagia. Oleh karena itu di sini beliau mengatakan, “Syaithan menampakkan kepada mereka, bahwasanya ikhlas dan tauhid berarti kita harus meremehkan orang-orang yang shalih.” Dan ini sekali lagi adalah termasuk talbis syaithan yang sudah berjanji dari awal di hadapan Allah Subhānahu wa Ta’āla untuk menyesatkan manusia dan menghias-hiasi diantara mereka yang bathil menjadi benar, yang benar menjadi bathil dengan berbagai cara. Bagaimana supaya mereka menyimpang dari shirathal mustaqim, dari jalan yang lurus. Entah menyimpangnya ke kanan, atau ke kiri, atau ke atas, atau ke bawah, yang jelas mereka menyimpang dari jalan yang lurus. Dari mana bisa digoda, maka mereka akan menggodanya. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, ‫ك ۡٱل ُم ۡستَقِي َم‬ َ َ‫ص ٰ َرط‬ ِ ۡ‫۞ أَل َ ۡق ُعد ََّن لَهُم‬ ٰ َ‫۞ ثُ َّم أَل ٓتِيَنَّهُم ِّم ۢن بَ ۡي ِن أَ ۡي ِدي ِهمۡ َو ِم ۡن َخ ۡلفِ ِهمۡ َوع َۡن أَ ۡي ٰ َمنِ ِهمۡ َوعَن َش َمٓائِلِ ِهمۡۖ َواَل تَ ِج ُد أَ ۡكثَ َرهُمۡ َش ِك ِرين‬ (QS. Al A’raf: 16-17) (Iblis) berjanji untuk menyesatkan mereka dari shirathal mustaqim, dan akan didatangi baik dari kanannya, dari kirinya, dari atasnya, dari bawahnya, sehingga mereka menjadi orangorang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Syaikh di sini, menghias-hiasi di mata manusia bahwasanya orang yang bertauhid berarti dia meremehkan orang-orang yang shalih. Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.



HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah – Halaqah 5 | Penjelasan Pokok Pertama Bagian 3 January 8, 2021 Ummu Syifa ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ ‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬ Halaqah yang ke lima dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah. Kemudian beliau mengatakan, ْ َ‫َوأ‬ ‫اع ِه ْم‬ َ ْ‫ظهَ َر لَهُ ُم ال ِّشر‬ ِ َ‫ك بِاهللِ فِي صُوْ َر ِة َم َحبَّ ِة الصَّالِ ِح ْينَ َواتِّب‬ Dan mereka (syaithan) menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan kepada Allah. Dengan dipoles seakan-akan itu adalah termasuk mencintai orang-orang yang shalih dan mengikuti mereka. Dan ini adalah termasuk makar dan juga tipu daya syaithan. Tidak langsung mengatakan asyrikbillah (hendaklah engkau menyekutukan Allah), tidak!



Tapi menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan dan dipoles dengan mengatakan, “Ini adalah termasuk mencintai orang yang shalih.” Semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita memahami agama ini, dan menampakkan kebenaran itu kebenaran dan menampakkan bahwasanya yang bathil adalah sesuatu yang bathil. Di dalam agama Islam tidak ada pertentangan antara tauhid dan mencintai orang-orang yang shalih, ikhlas kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla, yang sesuai amalannya dengan Al Qur’an dan juga hadits-hadits Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang shalih baik dhahirnya maupun bathinnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kedudukan di sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla, dengan ketaqwaan mereka. ‫إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم‬ “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla diantara kalian adalah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kalian.” (QS. Al Hujurat: 13) Orang-orang yang shalih dan mereka bertingkat-tingkat ketaqwaannya. Kita diperintahkan untuk menghormati mereka. ‫إِنَّ َما يَ ْخ َشى ٱهَّلل َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْٱل ُعلَ َم ٰـٓؤ ُ۟ا‬ “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (QS. Fathir: 28) Dan Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‫إِ َّن ال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ األَ ْنبِيَا ِء‬ “Para ulama adalah pewaris para nabi.” Mewarisi ilmu mereka, mengajak manusia untuk berpegang teguh dengan warisan para nabi, para ulama jelas memiliki keutamaan yang tinggi di sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla. Dan kita diperintahkan untuk mencintai, mengikuti, meneladani mereka di dalam keshalihan ini. Ini adalah cara untuk mencintai orang-orang yang shalih, yaitu dengan mencintai mereka dengan hati kita sesuai dengan kadar keimanan mereka, demikian pula mengikuti mereka dan meneladani mereka di dalam ibadah mereka kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Menghormati orang yang shalih dan mencintai mereka adalah diperintahkan, namun penghormatan ini memiliki batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syar’iat. Ada batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak boleh penghormatan kita kepada orang-orang yang shalih melebihi dari batasan-batasan ini. Kalau sampai melebihi maka berarti masuk di dalam apa yang dinamakan dengan Al Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih.



Dan ghuluw terhadap orang-orang yang shalih adalah sebab terjadinya kesyirikan pertama kali di permukaan bumi ini seperti yang terjadi pada kaumnya nabi Nuh alayhissallām. Oleh karena itu Allah Subhānahu wa Ta’āla mencela ahlul kitab karena mereka berlebihlebihan terhadap nabi Isa alayhissallam. Beliau adalah seorang Rasul, seorang hamba, tetapi mereka saking ghuluw-nya (berlebihlebihan), mengatakan bahwasanya Nabi Isa adalah anak Allah Subhānahu wa Ta’āla. ۟ ُ‫وا فِى ِدينِ ُك ْم َواَل تَقُول‬ ۟ ُ‫ب اَل تَ ْغل‬ َّ ‫وا َعلَى ٱهَّلل ِ إِاَّل ْٱل َح‬ ‫ق إِنَّ َما ْٱل َم ِسي ُح ِعي َسى ٱبْنُ َمرْ يَ َم َرسُو ُل ٱهَّلل ِ َو َكلِ َمتُ ٓۥهُ أَ ْلقَ ٰىهَٓا إِلَ ٰى َمرْ يَ َم‬ ِ ‫يَ ٰـٓأ َ ْه َل ْٱل ِكتَ ٰـ‬ ۟ ‫َورُو ۭ ٌح ِّم ْن هُفَٔـََٔـا ِمنُوا بِٱهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه‬ (QS. An Nisa: 171) Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian ghuluw di dalam agama kalian dan janganlah kalian mengatakan atas nama Allah kecuali yang Haq (kecuali yang memang ada dalilnya). Sementara ucapan mereka, Isa adalah anak Allah, ini adalah suatu yang tanpa ada dalil dari Allah. Sesungguhnya Isa bin Maryam adalah seorang Rasulullah, bukan seorang anak Allah dan kalimat Allah yang Allah tiupkan pada Maryam, yaitu dengan ucapan Allah kun fayakun. Allah Subhānahu wa Ta’āla mencela orang-orang ahlul kitab, orang-orang Nashrani karena mereka ghuluw terhadap orang yang shalih, para nabi adalah pemukanya orang-orang shalih. Demikian pula Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan beliau adalah sebaik-baik Rasul namun beliau mencela umatnya untuk ghuluw terhadap beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan melarang mereka untuk ghuluw terhadap beliau. Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, ْ َ‫طرُونِي َك َما أ‬ ْ ُ‫اَل ت‬ ‫ى ِعي َسى ا ْبنَ َمرْ يَ َم‬ َ َّ‫ت الن‬ ِ ‫ط َر‬ ِ ‫صا َر‬ “Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihlebihan terhadap Isa ibnu Maryam.” Larangan dari beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada kita semua meskipun kita mencintai beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam. َ‫اس أَجْ َم ِعين‬ ِ َّ‫ال ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى أَ ُكونَ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َولَ ِد ِه َو َوالِ ِد ِه َوالن‬ Dan tidak akan dinamakan seseorang beriman sampai mencintai beliau lebih dari anaknya, lebih dari orang tuanya, lebih dari semua manusia. Akan tetapi beliau melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam. ‫إنما أنا عبد فقولوا عبدهللا ورسوله‬ “Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, bukan sesembahan, bukan seorang Tuhan, tapi aku adalah seorang hamba yang menyembah kepada Allah. Maka katakanlah oleh kalian bahwasanya aku adalah seorang hamba Allah dan juga seorang Rasul.” Maka di dalam syahadat ‫ واشهد ان محمدا عبده ورسوله‬dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan juga Rasul-Nya.



Pertama kita bersaksi bahwasanya beliau adalah seorang hamba, artinya tidak disembah. Dan ke dua kita bersaksi bahwasanya beliau adalah seorang Rasul, artinya harus dibenarkan dan diikuti syar’iatnya. Kalau kita dilarang untuk berlebih-lebihan kepada beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentunya kepada yang lain lebih dilarang. Tidak ada yang lebih mulia kedudukannya di sisi Allah daripada beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan diantara bentuk ghuluw terhadap orang-orang yang shalih di zaman sekarang adalah diantaranya: • Berdo’a kepada orang-orang yang shalih yang sudah meninggal atau dinamakan dengan tawasul. • Demikian pula membangun kuburan mereka, menghias-hiasi kuburan mereka. • Demikian pula ber’itikaf berdiam diri di kuburan mereka. Ini semua adalah termasuk bentuk diantara ghuluw terhadap orang-orang shalih. Berdo’a adalah termasuk ibadah yang tidak boleh diserahkan kecuali kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.