I Putu Raka Nata - Buku Model Pembelajaran CTL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah buku yang berjudul “Model Pembelajaran Contextual And Teaching Learning (CTL)” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan buku ini, tidak sedikit hambatan yang menghadang. Berkat bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak, hambatan itu dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya hasil yang optimal. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.



Singaraja, Juni 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………….ii DAFTAR ISI………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN……………………………………1 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hakikat Pembelajaran Contextual teaching and Learning…………..………………………………….6 2.1.1 Pengertian CTL………………………………...6 2.1.2 Teori yang Melandasi CTL………………...….12 2.1.3 Konsep Pembelajaran CTL……………………17 2.1.4 Karakteristik Pembelajaran CTL……………...20 2.1.5 Asas-asas CTL………………………………...22 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Contextual And Teaching Learning ………………...28 2.3. Dampak Langsung dan Iringan……………………...28 2.4. Kelebihan dan Kekurangan…………………………29 RPP………………………………………………………….32 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan……………………………………………..53



DAFTAR PUSTAKA JURNAL INTERNASIONAL



iii



BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses pembelajaran bagi manusia untuk dapat mengerti, paham serta dapat membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan yang mendukung pembangunan di masa mendatang merupakan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Guru memerlukan wawasan yang luas dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar agar bisa melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru harus mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, serta langkahlangkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas keguruan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses memahami sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang, yaitu guru dan siswa. Dimana guru sebagai pengajar dan siswa yang belajar. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai



1



keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan menunjangnya, yaitu komponen tujuan, materi, strategi belajar mengajar, dan evaluasi. Masing-masing komponen akan saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dari komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai



prinsip



atau



teori



sebagai



pijakan



dalam



pengembangannya. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lainnya. Menurut Sadia (2014) tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal jika para siswanya belajar dengan motivasi dan antusiasme yang tinggi dan benar-benar menikmati kegiatan belajar. Siswa secara sadar belajar dengan menggunakan waktu belajarnya secara efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirancang dapat secara optimal. Namun saat ini, bagaimana guru harus merancang program pembelejaran agar para siswa menggunakan waktu belajarnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya. Namun, disadari bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik yang dapat berlaku untuk semua situasi dan kondisi.



Efektivitas



suatu



model



pembelajaran



sangat



bergantung pada karakteristik materi pelajaran, peserta didik,



2



lingkungan belajar, dan sarana penunjang pembelajaran. Seorang guru dapat melakukan variasi dan disversifikasi model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas sehingga yang menjadi target dan sasaran pembelajaran dapat tercapai optimal. Dengan meragamkan kegiatan proses pembelajaran di kelas, maka siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Mendisversifikasikan kegiatan pembalajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh guru, termasuk mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi model pembelajaran Contextual and Teaching Learning. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk membangun



pola



yang



mewujudkan



makna,



dengan



menghubungkan konten akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik (Surdin, 2018). Pembelajaran



kontekstual



memokuskan



proses



pembelajaran kearah yang sesuai dengan keadaaan yang dialami siswa dalam lingkungannya. Sejalan dengan teori kognitif-konstruktivistik, pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, akan mendorong siswa membangun pemahaman



dan



pengetahuannya



sendiri.



Hal



ini



mengindikasikan bahwa siswa akan masuk dalam pembelajaran



3



yang menarik dan memacu mereka lebih cepat dalam kualitas intelektual. Teori yang sejalan pembelajaran CTL adalah teori konstruktivisme.



Pada



dasarnya



pendekatan



teori



konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa



harus



secara



individual



menemukan



dan



mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisi bila diperlukan. Dalam model pembelajaran CTL ini dikembangkan dari teori belajar



konstruktivisme.



Teori



konstruktivsme



lebih



mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana. Model pembelajaran



CTL



akan



mneggalakkan



siswa



untuk



berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Sehingga memperbolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Sehingga, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan



dan



membangkitkan



potensi



siswa,



menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Selain aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, dimana adanya interaksi atau komunikasi antara guru



4



dengan siswa, siswa dengan siswa, serta siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang diharapkan.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hakikat



Pembelajaran



Contextual



teaching



and



Learning ( CTL ) 2.1.1.



Pengertian Pendekatan Contextual teaching



and Learning ( CTL ) Pendekatan Kontekstual atau disebut juga Contextual and Teaching Learning (CTL) pada hakikatnya adalah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya



dengan



pembelajaran



efektif



(Sadia,



2014:103). Pendekatan adalah: Proses, cara, perbuatan yang diusahakan dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Contextual Teaching and Learning terdiri dari tiga kata. context artinya berhububgan dengan suasana atau keadaan. Teaching artinya mengajar. Learning artinya Pengetahuan.



5



Menurut bahasa berasal dari bahasa latin yang artinya mengikuti keadaan, situasi dan kejadian. Adapun pengertian CTL menurut Depdiknas adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari- hari. Dengan demikian Contextual teaching and Learning adalah sistem belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerjaan. CTL adalah mengajar dan belajar yang menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan. Johnson mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari- hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosial dan budaya. Sedangkan The Washington State Consortium for Contextual pembelajaran



Teaching



and



kontekstual



Learning adalah



mengartikan



pengajaran



yang



memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan



6



menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia yang nyata.



Pembelajaran



konteks



terjadi



ketika



siswa



menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja. Center on Education and Work at The University of Wisconsin Madison, mengartikan Pembelajaran Kontekstual adalah suatu konsepsi belajar- mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan



membantu



siswa



membuat



hubungan



antara



pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa



pembelajaran



CTL



adalah



pendekatan



pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari- hari, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat maupun warga negara. Dengan pembelajaran CTL guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kompetensi yang mereka miliki, dengan tujuan untuk menemukan makna materi dan menerapkan



7



pengetahuan



yang



didapatnya.



Siswa



memperoleh



pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sediki, dan dari proses mengontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara utuh untuk dapat menemukan



materi



yang



dipelajari



dan



menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung didalamnya: a) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan siswa hanya dapat menerima materi pelajaran saja secara



pasif, akan tetapi



proses



mencari dan



menemukan sendiri materi pelajaran. b) CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara belajar di sekolah dengan



8



kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan. c) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam



kehidupan,



artinya



CTL



bukan



hanya



mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari- hari. 2.1.2 Teori yang Melandasi Contextual teaching and Learning (CTL) Beberapa Teori yang berkembang yang melandasi CTL adalah sebagai berikut: a) Knowledge- Based Contructivism Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal, melainkan mengalami, dimana peserta didik dapat mengkontruksi sendiri



pengetahuannya, melalui



partisipasi



inovatif



aktif



secara



dalam



proses



pembelajaran. b) Effort- Based learning/ Incremental Teory Of Intellegence



9



Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan mendorong siswa memiliki komitmen terhadap belajar. c) Socialization Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan terhadap tujuan belajar. Oleh karena itu, faktor sosial dan budaya merupakan bagian dari system pembelajaran. d) Situated Learning Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional, baik dalam konteks secara fisik maupun konteks sosial dalam rangka mencapai tujuan belajar. e) Distributed Learning Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang didalamnya harus ada terjadinya proses berbagi pengetahuan dan bermacam- macam tugas.



Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seluruh siswa untuk mengontruksi atau membangun pengetahuan



dalam



dirinya



melalui



usaha



yang



optimal/bersungguh-sungguh juga dipengaruhi faktor sosial dan budaya yang ada disekitarnya.



10



Teori lain yang mendukung pembelajaran kontekstual adalah: f) Teori Perkembangan dari Piaget Menurut Piaget: bagaimana seseorang memperoleh kecakapan



intelektual,



pada



umumnya



akan



berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ia ketahui pada satu sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman. g) Teori Belajar Vygotsky Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sesuai dengan teori sosiogenesis. Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber- sumber sosial di luar dirinya. h) Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan- aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam pisokologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan



11



kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Yaitu siswa diberi kesempatan



yang



seluas-luasnya



untuk



mengembangkan ide-ide yang ia miliki, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. i) John Dewey Metode Pengajaran Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati- hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan- kesimpulan yang definitif melalui lima langkah, yaitu: 1. Siswa mengenali masalah- masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri. 2. Selanjutnya



siswa



akan



menyelidiki



dan



menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang di hadapinya. 3. Lalu dia menghubungkan uraian- uraian hasil analisisnya



itu



mengumpulkan



atau



satu



berbagai



sama



lain,



kemungkinan



dan guna



memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri. 4. Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing- masing.



12



5. Selanjutnya ia mencoba mempraktekkan salah atu kemungkinan



pemecahan



terbaik .Hasilnya tidaknya



yang



dipandangnya



akasn membuktikan



pemecahan



masalah



itu.



betul-



Bilamana



pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.



Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran CTL adalah siswa diharapkan mampu memperoleh kecakapan intelektual dan dapat membangun sendiri



pengetahuan



dalam



dirinya



serta



mampu



memecahkan atau menyelesaikan permasalah yang ada, karna guru berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, oleh karenanya guru . Dengan begitu siswa akan terbiasa mandiri dan menjadi lebih kreatif dan inovatif di dalam pembelajaran.



2.1.3 Konsep Pembelajaran Contextual Teaching Learning ( CTL ) Kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata



13



dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari- hari. Landasan Konstruktivisme



Filosofis yaitu



CTL



filosofis



belajar



adalah yang



menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal, tetapi mengontruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta- fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep Kurikulum 2013 yang diberlakukan, Kurikulum 2013 dilandasi dengan pemikiran bahwa beberapa kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu pembelajaran yang dudukung situasi dalam kehidupan nyata. Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center For Occupational Research) di Amerika menjabarkannya menjadi lima konsep bawahan yang disingkat REACT yaitu: 1. Relating adalah bentuk belajar dalam kontek kehidupan



nyata



pembelajaran menghubungkan



atau



harus situasi



pengalaman



nyata,



digunakan



untuk



sehari-hari



dengan



informasi baru untuk dipahami atau dengan



14



problema untuk dipecahkan. 2. Experincing adalah belajar dalam konteks ekplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan



yang



diperoleh



siswa



melalui



pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inguary. 3. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep



dan



informasi



ke



dalam



kebutuhan



kehidupan mendatang yang dibayangkan. 4. Coorperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk ini tidak hanya membantu siswa belajar materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain. 5. Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan



pengetahuan



pengalaman



berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.



Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi



15



siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan, yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan hanya didapat dari guru. CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa



untuk dapat menerapkannya dalam



kehidupan mereka. Dari konsep di atas terdapat tiga hal yang harus kita pahami: a) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses pengalaman secara langsusng. b) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan



16



nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bagi siswa materi tidak hanya berfungsi secara funfsional, akan tetapi materi tersebut juga dipelajari dan tertanam erat dalam memori mereka, sehingga tidak akan mudah dilupakan. c) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi juga bagaimana materi itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.



2.1.4 Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terdapat pembelajaran



beberapa



karakteristik



dalam



proses



yang menggunakan pendekatan CTL yaitu:



1.



Kerja sama



2.



Saling menunjang



3.



Menyenangkan, tidak membosankan



4.



Belajar dengan bergairah



5.



Pembelajaran terintegrasi



6.



Menggunakan berbagai sumber



7.



Siswa aktif



17



8.



Sharing dengan teman



9.



Siswa kritis, guru kreatif



10. Dinding dan lorong- lorong penuh dengan hasil kerjasama, peta- peta, gambar, artikel, humor dan lain- lain 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain- lain. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada sekedar memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar- mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa 2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama 3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual



18



4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan pertimbangan pengalaman yang dimiliki siswa 5. penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti Melaksanakan dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.



2.1.5 Asas-asas Contextual teaching and Learning ( CTL ) a. Konstuktivisme Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembangan filsafat kontruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean Piage menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut Suparno, secara garis besar prinsip- prinsip kontruktivisme yang diambil adalah: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; 2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar. 3. Siswa aktif mengkontruksi secara terus- menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep



19



yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah; 4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa berjalan mulus. b. Inquiri Asas kedua dalam pembelajaran Contextual Teaching Learning ( CTL ) adalah inquiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencapaiaan dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa



dapat



menemukan



sendiri



materi



yang



harus



dipahaminya. Ada berapa langkah dalam kegiatan menemukan (inquiri) yang dapat dipraktekan di kelas : 1. Merumuskan Masalah 2. Mengamati dan melakukan observasi 3. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya yang lain 4. Mengkomunikasikannya karya



atau



menyajikan



hasil



kepada pembaca, teman sekelas, guru atau



audien yang lain. 5. Bertanya (Questioning)



20



Belajar



pada



hakekatnya



adalah



bertanya



dan



menjawab pertanyaan. Bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan



seseorang



dalam



berpikir.



Dalam



proses



pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan- pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2. Mengecek pemahaman siswa 3. Membangkitkan respon siswa 4. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa 5. Mengetahui hal- hal yang sudah deketahui siswa 6. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi petanyaan dari siswa d. Masyarakat Belajar (Learning Comminity) Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu



21



permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan ontuk memecahkan suatu persoalan. e. Pemodelan (Modelling) Yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa/ peserta didik. f. Refleksi ( Reflection ) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang baru diterima. Dengan begitu sisswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. g. Penilaian Nyata (Authentic Assessment) Proses



pembelajaran



konvensional



yang



sering



dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa / peserta didik telah menguasai materi pelajaran. Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar- benar belajar atau tidak,



22



apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual ataupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.



Secara ringkas ada tujuh pilar CTL dan kelemahan pembelajaran Tradisional/ Konvensional, dapat disusun dalam tabel berikut:



TABEL 3



Perbandingan



Pendekatan



CTL



dengan



Pendekatan



Konvensional/ Tradisional.



1



Pilar/ Pendekatan Solusi, Pendekatan CTL Konvensional/ Indikator Tradisional masalah Konstruktivm Belajar berpusat Belajar yang e pada siswa untuk berpusat pada guru, mengkontruksi formal dan serius bukan menerima



23



2



Inquiri



Pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya



Pengetahuan diperoleh siswa dengan duduk, mengingat seperangkat fakta, memisahkan kegiatan fisik dengan intelektual



Belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi, menghasilkan pengetahuan dan keputusan Kerjasama dan maju bersama, saling membantu Pembelajaran yang multi ways timbul mencoba hal- hal baru



Belajar adalah kegiatan konsumtif, menyerap informasi menghasilkan kebingungan dan kebosanan



3



Bertanya



4



Masyarakat Belajar



5



Pemodelan



6



Refleksi



Pembelajarn yang konprehenshif, evaluasi diri dendiri/ internal dan ekternal



7



Penilaian Authentic



Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, tes dan non tes multi aspects



Individualistis dan persaingan yang melelahkan w Pembelajaran ayang one way, yseragam takut s ,mencoba, takut salah Pembelajaran yang terkotakkotak, mengandalkan respon ekternal/ guru Penilaian hasil, paper and pencil test kognitif.



24



2.2. Sintak Model Pembelajaran Contextual and Teaching Learning (CTL) Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran Contextual and Teaching Learning terdiri dari tujuh komponen yang menjadi langkah-langkah dalam proses pembelajaran (Suastra, 2017:103). Adapun langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Sintaks Pembelajaran CTL FASE ATAU



PERILAKU GURU DAN



TAHAPAN



SISWA



Fase 1:



Guru menjelaskan



Konstruktivisme



kompetensi yang harus dicapai siswa serta manfaat dari proses pembelajaran serta pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru menggali pengetahuan awal siswa serta menganalisis misskonsepsi siswa.



Fase 2:



Siswa dibagi ke dalam



Modelling



kelompok kecil, sesuai



25



dengan jumlah siswa. Guru menyajikan model atau fenomena dan setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan observasi. Melalui observasi siswa ditugaskan mencatat berbagai hal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fase 3:



Guru melakukan Tanya



(Questioning)



jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok/individu siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.



Fase 4:



Siswa melakukan observasi



Inquiri



dan mencatat hasil observasinya dengan menggunakan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya, serta menganalisis hasil observasinya.



26



Fase 5:



Siswa mendiskusikan hasil



Masyarakat Belajar



temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masingmasing. Selanjutnya masingmasing kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam pleno kelas. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.



Fase 6:



Dengan bantuan guru, siswa



Evaluasi



menyimpulkan hasil observasinya. Simpulan tersebut merupakan pengetahuan atau keterampilan baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran melalui penemuan. Guru melakukan penilaian autentik dan memberikan tugas kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman, memperluas dan memperdalam



27



pengetahuan/keterampilannya berkaitan dengan topic/materi yang telah dipelajari. Fase 7:



Siswa juga melakukan



Refleksi



refleksi diri melalui selfevaluation.



2.3. Dampak Langsung dan Iringan a. Dampak Langsung (Instruksional) Dampak langsung pembelajaran merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar. Yunus



(2013:42)



menyebutkan



dalam



sebuah



penelitiannya di sebuah sekolah bahwa dampak langsung yang diperoleh melalui penggunaan model pembelajaran CTL yakni motivasi yang diperoleh peserta didik di kelas eksperimen (model pembelajaran CTL) lebih baik dari pada kelas kontrol (model pembelajaran konvensional). Kemudian, terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran muatan lokal (Autocad) yang menggunakan model pembelajaran CTL dengan model



28



pembelajaran konvensional, dan Model Pembelajaran CTL berpengaruh lebih dari 10% terhadap hasil belajar peserta didik. Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan, media belajar, fasilitas belajar, dukungan keluarga, sekolah dan lain sebagainya. b. Dampak Iringan Dampak iringan yang bisa diperoleh yaitu akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan karena pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa.



2.4. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Contextual and Teaching Learning ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dimana kelebihannya, yaitu: 1.



Belajar menjadi lebih bermakna dan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dan kehidupan nyata;



2.



Belajar lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena model pembelajaran



kontekstual



mencakup



aliran



konstruktivisme, yang mengasumsikan siswa dapat



29



menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme, siswa diharapkan



belajar



melalui "pengalaman"



daripada "menghafal" 3.



Menumuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari.



4.



Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya kepada guru.



5.



Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.



6.



Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan pembelajaran



Adapun kerugian yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran Contextual and Teaching Learning ini, adalah: 1. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri. 2. Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya



karakteristik



siswa



karena



harus



menyesuaikan dengan kelompolnya. 3. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang



30



tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya. Dari penjelasan di atas maka seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL harus dapat memperhatikan keadaan siswa dalam kelas. Selain itu, seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal, seperti mampu membagi kelompok secara heterogen, agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.



31



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL AND TEACHING LEARNING



Satuan Pelajaran



: SMA



Mata Pelajaran



: Fisika



Kelas/Semester



: X/2 (dua)



Pokok Bahasan



: Suhu dan Kalor



Sub Pokok Bahasan



: Perubahan Wujud Zat



Model Pembelajaran



: Contextual Teaching and Learning



Metode Pembelajaran



: Diskusi, Informasi, dan Demonstrasi.



Alokasi waktu



: 2 JP (2 x 45 menit)



I. Kompetensi Inti KI. 1 :



Menghayati



dan



mengamalkan



ajaran



agama yang dianutnya. KI. 2 :



Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan



32



sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI. 3 :



Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,



dan



humaniora



dengan



wawasan



kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,



serta



menerapkan



pengetahuan



prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI. 4 :



Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.



II. 1.1



Kompetensi Dasar Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya



melalui pengamatan



fenomena alam fisis dan pengukurannya.



33



2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;



jujur;



teliti;



cermat;



tekun;



hati-hati;



bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan , melaporkan, dan berdiskusi 3.6 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada berbagai kasus nyata. III.



Indikator Pembelajaran



3.6.1 Menjelaskan konsep kalor dan pengaruhnya terhadap suhu dan wujud zat 3.6.2 Membedakan karakteristik perubahan wujud zat 3.6.3 Menjelaskan perubahan wujud zat dalam bentuk diagram. 3.6.4 Menjelaskan factor-faktor yang memengaruhi perubahan wujud zat. 3.6.5 Memberikan contoh peristiwa perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari. IV.



Tujuan Pembelajaran



4.6.1 Siswa dapat menjelaskan konsep kalor dan pengaruhnya terhadap suhu dan wujud zat melalui diskusi kelas. 4.6.2 Siswa dapat membedakan karakteristik perubahan wujud zat melalui diskusi kelas. 4.6.3 Siswa dapat menjelaskan perubahan wujud zat dalam bentuk diagram melalui diskusi kelas.



34



4.6.4 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perubahan wujud zat melalui percobaan sederhana. 4.6.5 Siswa dapat memberikan contoh peristiwa perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari melalui diskusi kelas.



V. Alat/Bahan/Media Pembelajaran Alat dan bahan praktikum yang disediakan antara lain 2 buah gelas aqua, garam secukupnya, dan es secukupnya.



VI. Uraian Materi



Perubahan wujud zat sebenarnya terjadi karena adanya pengaruh energi



panas (kalor).



Ketika suatu zat/benda



melepaskan atau menerima kalor maka ia akan mengalami perubahan wujud. Saat zat padat menerima kalor/panas maka ia akan berubah wujud menjadi cair



(mencair) atau gas



35



(menyublim). Jika zat cair menerima kalor maka ia akan berubah wujud menjadi gas (menguap).



Itulah sebabnya



mengapa kapur barus yang diletakkan di tempat terbuka lamalama akan habis karena berubah menjadi gas. Dengan demikian peristiwa perubahan wujud zat mencair, menyublim dan menguap membutuhkan kalor. Sebaliknya, ketika zat melepaskan kalor (mengalami pendinginan) maka zat cair akan berubah wujud menjadi padat (membeku) dan



zat gas akan berubah menjadi zat cair



(mengembun). Itulah sebabnya mengapa pada pagi hari terdapat embun yang merupakan perubahan wujud dari uap air di udara menjadi air karena suhu udara yang dingin saat malam hari. Dengan demikian perubahan wujud zat membeku dan mengembun terjadi akibat pelepasan kalor.



4.1 Pengertian Perubahan Wujud Zat Perubahan wujud zat adalah perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud zat yang lain.zat ini bisa terjadi



karena



peristiwa



pelepasan



dan



penyerapan



kalor.Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai oleh atam/senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Semisal air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas harus mencapai titik didihnya.



36



Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud zat yang lain. Wujud zat sendiri merupakan bentuk-bentuk berbeda yang didapatkan dari berbagai fase materi berlainan. Sejarahnya, pembedaan ini didasari oleh perbedaan kualitatif dalam sifat bulk dengan keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume, dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut; dan sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang tersedia. Perubahan wujud zat dapat terjadi karena peristiwa pelepasan dan penyerapan kalor. Wujud zat merubah ketika titik tertentu tercapai oleh atam/senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Semisal air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas harus mencapai titik didihnya. Selain itu, wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase. Sebuah transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perubahan drastis dari sifat-sifatnya. Perbedaan wujud zat yang berbeda adalah tiap keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain dengan sebuah transisi fase. Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud padat yang berbeda.



37



4.2 Contoh Perubahan Wujud Zat A. Mencair



Mencair merupakan peristiwa perubahan zat padat menjadi cair, hal ini karena adanya kenaikan suhu (panas). Contoh perubahan Zat Padat Menjadi Zat Cair misalnya es dalam sirup lama-lama berubah menjadi air. Juga mentega yang dipanaskan di wajan berubah menjadi minyak. Peristiwa mencair yang lain yaitu pada batu es yang berubah menjadi air, lilin yang dipanaskan, dan lain-lain. B. Mengkristal



38



Mengkristal dalam peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi padat ataupun sebaliknya. Untuk membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat menjadi gas. Mengkristal adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi padat. Contohnya adalah kapur barus atau pada peristiwa berubahnya uap menjadi salju.



C. Mengembun



Mengembun suatu peristiwa perubahan benda gas menjadi air yang merupakan kebalikan dari menguap. Secara sederhana, dapat kita lihat minuman dingin seperti es teh. Kalau kita amati dengan seksama, permukaan luar dari wadah minuan es tersebut menjadi basah. Mengapa? Karena uap air dalam udara yang menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan suhu gelas lebih rendah dari pada suhu uap air di sekitar gelas.



39



Contoh mengembun yang lain adalah ketika kita menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan pada pagi hari menjadi basah walaupun malam harinya tidak hujan.



D. Menyublim



Menyublim merupakan suatu peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi gas atau sebaliknya. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus (kamper) yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan habis. E. Membeku



40



Membeku merupakan perubahan wujud benda atau zat dari cair ke padat. Dalam proses perubahan wujud yang terjadi, zat benda melepaskan energi panas. Contoh dari proses membeku adalah air yang diletakkan di dalam freezer kulkas berubah menjadi es.



VII. Uraian Pembelajaran No 1



Tahapan Pendahuluan



Kegiatan Pembelajaran Fase 1 Konstruktivisme



Waktu (Menit) 10



(Constuctivism) 1. Guru dan siswa menghaturkan panganjali umat dengan penuh rasa religious. 2. Guru memusatkan perhatian siswa, melakukan presensi kelas, dan menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan imdikator pembelajaran.



41



3. Menggali prakonsepsi siswa secara lisan terkait dengan konsep yang akan dipelajari sebagai berikut. “Pernahkah kalian menggosok-gosokkan kedua tangan kalian? Apa yang anda rasakan? Mengapa demikian? Pernahkah kalian minum es teh? Mengapa jika dibiarkan terlalu lama tanpa diminum akan muncul titik-titik air pada permukaan dinding luar gelas?” 4. Siswa menyimak permasalahan yang disampaikan oleh guru yang menunjukkan konsep perubahan wujud zat dengan teliti.



42



5. Berdasarkan apersepsi yang disajikan, guru menggali gagasan awal siswa terkait konsep suhu dan kesetaraan thermometer dengan memberikan pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan perubahan wujud zat? 2



Kegiatan Inti



Fase 2 Pemodelan



50



(Modelling) 1. Siswa memperhatikan demonstrasi percobaan perubahan wujud zat yang diperagakan oleh guru dengan cermat. Berdasarkan demonstrasi, siswa menyampaikan gagasan yang dimilikinya terkait denngan konsep perubahan wujud zat, dengan menjawab



43



pertanyaan-pertanyaan guru selama demonstrasi dengan penuh tanggung jawab. Guru membimbing dan memperjelas esensi konsep kalor yang terkandung dalam demonstrasi. Fase 3 Masyarakat Belajar (Learning Community) 1. Siswa di bawah bimbingan guru membentuk kelompok belajar masing-masing dengan penuh disiplin. 2. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang distribusi siswa dalam kelompok berdasarkam kesenangan berteman/kerjasama.



44



3. Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kontekstual dan lembar kerja pada pada tiap-tiap kelompok. 4. Siswa bersama temanteman dalam kelompoknya mencermati petunjuk kegiatan dalam LKS dengan tekun. 5. Siswa dalam kelompok melakukan kegiatan praktikum untuk memperoleh data-data terkait terkait dengan konsep perubahan wujud zat dengan teliti 6. Guru mengawasi jalannya kegiatan praktikum, membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan



45



belajar dan melakukan penilaian. Fase 4 Menemukan (Inquiry) 1. Siswa berdiskusi secara berkelompok sekaligus mendiskusikan hasil yang diperoleh dari kegiatan praktikum sekaligus mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang disajikan dalam LKS dengan penuh tangung jawab dan saling menghormati pendapar. 2. Siswa mengerjakan LKS dalam sebuah lembar kerja, dan pengerjaan LKS dilakukan secara berkelompok dan kerjasama.



46



3. Guru mengawasi Jalannya diskusi, membimbing kelompok yang mengalamu masalah belajar, dan melakukan penilaian. Fase 5 Bertanya (Question) 1. Siswa menyiapkan lembar kerja yang sudah dikerjakan untuk dipresentasikan dengan tekun. 2. Guru meminta perwakilan masingmasing kelompok untuk mempresentaikan hasil diskusi dan jawaban lembar kerja. 3. Siswa di luar kelompok penyaji berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, ataupun



47



mengajukan pendapat pada kelompok penyaji. Fase 6 Refleksi (Reflection) 1. Guru memberikan penguatan terhadap hasil jawaban atau hasil presentasi siswa, memberikan masukan atau tambahan serta penjelasan jika ada penyampaian presentasi siswa yang mengandung miskonsepsi. 2. Siswa di bawah bimbingan guru menyusun sebuah ringkasan dengan penuh rasa tanggung jawab dan dibuat pada selembar kertas. Ringkasan dibuat berdasarkan



48



pemahaman yang sudah diperoleh siswa dari awal kegiatan pembelajaran hingga usai diskusi. Ringkasan yang telah dibuat dikumpulkan sebelum jam pelajaran berakhir. Fase 7 Penilaian Autentik (Authentic Assessment) 1. Guru dan siswa melakukan refleksi dengan mengecek kembali apakah masih ada hal-hal yang belum dimengerti siswa terkait dengan materi yang sudah dipelajari. 2. Guru meminta beberapa siswa untuk menyimpulkan kembali beberapa hal yang sudah diperoleh dari



49



hasil kegiatan pembelajaran. 3. Guru memberikan PR untuk memperoleh gambaran pemahaman konsep yang sudah diperoleh oleh siswa. 4. Guru memotivasi siswa untuk kembali mempelajari lebih lanjut materi yang telah didiskusikan, dan memberikan pekerjaan rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.



50



LEMBAR KERJA SISWA PERUBAHAN WUJUD ZAT



Kemampuan



dasar



yang



anda



miliki



setelah



mempelajari LKS ini adalah mampu menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Sebagai indicator hasil belajar anda adalah sebagai berikut: 1.



Menjelaskan konsep suhu dan pengukurannya secara ilmiah.



2.



Menjelaskan bahwa indra kulit bukan alat pengukur suhu yang baik dan tepat.



3.



Menyetarakan suhu suatu benda ke dalam berbagai satuan suhu.



4.



Membandingkan beberapa jenis skala thermometer.



5.



Menerapkan konsep kesetaraan beberapa thermometer. Berikut ini disajikan masalah – masalah mengenai



konsep suhu dan kesetaraan thermometer. Semua masalah tersebut akan dapat dipecahkan jika anda telah melakukan percobaan sederhana yang disajikan pada LKS ini dengan seksama dan berdiskusi denga teman anda. Oleh karena itu, lakukanlah percobaan dengan seksama, diskusikan dengan teman anda, dan buat hasil laporan diskusi.



51



Lakukanlah percobaan berikut ini untuk membuktikan pengaruh ketidakmurnian zar/penambahan zat lain ke dalam suatu zat terhadap perubahan wujud zat. 1. Potong es menjadi 2 bongkahan yang ukurannya sama 2. Masukkan masing-masing bongkahan es tersebut ke dalam gelas aqua. 3. Tandai kedua aqua dengan nama A dan B. 4. Masukkan satu sendok garam ke dalam gelas B yang telah diisi es sedangkan di gelas A hanya diisi es saja. Amati perubahan yang terjadi pada kedua gelas sampai seluruh es mencair. 5. Apa yang terjadi? Manakah yang lebih dahulu mencair, es pada gelas A atau B? 6. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, buatlah kesimpulan anda bersama teman kelompokmu! laporkan hasilnya!



52



BAB III KESIMPULAN



3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas maka dapat dibuat sebuah kesimpulan, yaitu: 1. Pembelajaran Kontekstual atau disebut juga Contextual and Teaching Learning (CTL) pada hakikatnya adalah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pembelajaran efektif 2. Model pembelajaran Contextual and Teaching Learning memiliki tujuh sintaks, antara lain konstruktivisme, modelling, questioning, inquiry, reflection, dan authentic assessment.



53



DAFTAR PUSTAKA Sadia, I Wayan. 2014. Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik. Singaraja: Graha Ilmu. Suastra,



I



Wayan.2017.Pembelajaran



Sains



Terkini



Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Surdin.2018. The Effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) Models on learning outcomes of Social Sciences of the material of forms the face of the earth on Class VII of Junior High School. International Journal of Education and Research, Vol 6, No. 3. Yunus.2013. Pengaruh Model Pembelajaran Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Smkn 1 Sidoarjo. JPTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 34 – 43. Terdapat pada: https://media.neliti.com/media/publications/247396-none76e41780.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juni 2019.



54



Lampiran 1 PENILAIAN SIKAP OBSERVASI Mata Pelajaran



: Fisika



Kelas/Semester/Tahun Pel. : X IPA 1/ 2/ 2019-2020



NO



Materi



: Suhu dan Kalor



Sub Materi



: Perubahan Wujud Zat



NAMA SISWA



SKOR UNTUK SIKAP Brtgg Tkn RIT Bkrjs Jjr Kritis jwb m



JML NILAI PRED SKOR



1 2 3 55



Rubrik Penilaian Sikap Aspek



Rasa ingin tahu



Skor



Indikator



4



Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber.



3



Sering bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber.



2



Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber.



1



Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber.



Bekerjasama



4



Selalu bekerjasama dengan teman kelompok.



3



Sering bekerjasama dengan teman kelompok.



2



Kadang-kadang bekerjasama dengan teman kelompok.



1



Tidak pernah bekerjasama dengan teman kelompok.



4



Selalu menyajikan/mengasosiasi/menyimpulkan data/informasi dengan



3 Jujur 2



jujur. Sering menyajikan/mengasosiasi/menyimpulkan data/informasi dengan jujur. Kadang-kadang menyajikan/mengasosiasi/menyimpulkan data/informasi dengan jujur.



1



Tidak pernah menyajikan/mengasosiasi/menyimpulkan data/informasi dengan jujur.



4



Selalu kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan.



3



Sering kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan.



Kritis 2



Kadang-kadang kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan.



1



Tidak pernah kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan.



Bertanggungjawa b



4



Selalu bertanggung jawab dalam merapikan alat pada saat sesudah



56



praktikum 3



Sering bertanggung jawab dalam merapikan alat pada saat sesudah praktikum



2



Kadang-kadang bertanggung jawab dalam merapikan alat pada saat sesudah praktikum



1



Tidak pernah bertanggung jawab dalam merapikan alat pada saat sesudah praktikum



Tekun



4



Selalu tekun dalam melaksanakan praktikum sampai selesai



3



Sering tekun dalam melaksanakan praktikum sampai selesai



2



Kadang-kadang tekun dalam melaksanakan praktikum sampai selesai



1



Tidak pernah tekun dalam melaksanakan praktikum sampai selesai



1. Skor maksimal = 4 x 6 = 24 2.



Nilai 



Jumlahskor



100



8 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik



= 80 – 100



C = Cukup



B



= 70 – 79



K = Kurang = < 60



= Baik



= 60 - 69



57



Lampiran 2 Lembar Pengamatan Sikap Nama Siswa : No. Absen



: Nilai



No.



Aspek yang dinilai



Keterangan 1



1.



2



3



4



Keseriusan dalam proses pembelajaran



2.



Mengemukakan pendapat



3.



Tanggung



jawab



terhadap tugas 4.



Tepat waktu



Keterangan: 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang



58



Lampiran 3 PENILAIAN KETERAMPILAN (OBSERVASI) Mata Pelajaran



: Fisika



Kelas/Semester/Tahun Pel. : X IPA 1/2/ 2019-2020 Materi



: Suhu dan Kalor



Sub Materi



: Perubahan Wujud Zat KINERJA



NO



NAMA SISWA



PRESENTASI Visualisasi



Konten



JML SKOR



NILAI



PRE



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 59



Rubrik Penilaian Keterampilan Presentasi Aspek



Visualisasi



Skor



Indikator



4



Presentasi dengan bahasa yang jelas dan lancar serta menggunakan gestur.



3



Presentasi dengan bahasa yang jelas dan lancar tanpa menggunakan gestur.



2



Presentasi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta menggunakan gestur.



1



Presentasi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta tidak menggunakan gestur.



Konten



4



Tepat, jelas, dan lengkap



3



Tepat, jelas, dan tidak lengkap



2



Tepat, tidak jelas, dan tidak lengkap



1



Salah, tidak jelas, dan tidak lengkap



60



Keterangan: 1. Skor maksimal = 2 x 4 = 8 2.



Nilai 



Jumlahskor



100



8 3. Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik



=



80 – 100



C = Cukup = 60 - 69 B



= Baik



= 70 – 79



K



= Kurang = < 60 *



61



The Effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) Models on learning outcomes of Social Sciences of the material of forms the face of the earth on Class VII of Junior High School Surdin Department of Geography Education Universitas Halu Oleo Jl. Rambutan 2/38 Kendari-Indonesia Email: [email protected]



Abstract. This study discusses the application of Contextual Teaching and Learning (CTL) model to Social Science subjects on the material of Earth Forms of class VII students of Junior High School. The purpose of this research is to see the effect of Contextual Teaching and Learning model to outcome learning Social Science of the material of Earth Forms in class VII students of the Junior High School. This type of research is Classroom Action Research. The subject of this research is the students of class VII.C of the Junior High School of Kartika XX-6



62



Kendari which registered the academic year 2015/2016. This research is planned in 2 cycles with the implementation of action following the class action research with procedure consist of planning, implementation of action, observation and evaluation, and reflection. The result of this research is there is a positive effect of Contextual Teaching and Learning models to outcome learning Social Science of the material of Earth Forms in class VII students of the Junior High School. Keywords: Student Learning Outcomes, Contextual Teaching and Learning, Student and Teacher Activity



Introduction Almost throughout history for hundreds of years it has been believed that the planet's shape (including the planet Earth) is spherical in its poles. It has been taught to people all over the world through formal education bench on geography subjects. It can also be seen as an artificial Earth in the form of globes or globe. However, for some time we have also heard arguments about the shape of the Earth.



63



We as humans, along with animals and plants live on Earth that is on the surface of the earth. The surface of the Earth is also often referred to as the world. In this world, we recognize the various forms of the Earth's surface. Some of the Earth's surface forms are water and land. In miniature globes, we also notice that there are two colors in the Earth's surface, which are blue and brown or yellow. The blue color represents water and brown or yellow symbolizes the land. In this article discusses the ability Students learn the shape of the face of the earth and what methods are suitable for use by teachers to teach the material. Many students may be able to present a good level of memorization of the material it receives, but in reality they often do not deeply understand rote knowledge and do not involve students in following the learning process. Most of the students are unable to relate what they learn to how they can use it. Teachers in addition must be clever in mastering the class also must be skilled in presenting and delivering each subject matter, so that students indirectly in following the learning process feel interested and not quickly feel bored in receiving any learning materials provided by the teacher. In addition to mastering the method of learning, each teacher needs to understand each model of learning to be used in accordance with the type required in each learning activity, so that teachers can design and implement learning well.



64



Based on the results of preliminary observation of the learning process of teachers in Social Science subjects are generally still using the lecture method. Students are only passive in receiving lessons, thus resulting in low student learning activities in the classroom. Similarly, students' learning outcomes in social science lessons are generally still low categories. This can be seen from the results of Student learning on the material forms of the face of the earth that of 38 students there are 78% get a low score. The low learning outcomes of students are caused by several factors, among others, the method of teacher learning is still using lectures and regular questioning without any variation of learning models that foster student learning motivation. The problem faced by students is that they can not connect between what they learn and how the knowledge will be used. This is because the way they gain information and self-motivation has not been touched by methods that can really help them. The students find it difficult to understand academic concepts (the concept of the form of the face of the earth), because the teaching methods used by teachers are limited to lecture methods. Here, of course, students know that what they learn today will be very useful for their future lives, when they are in the community or at work later. Therefore a method that can really give an answer to this problem is needed. One method that can better empower students is the contextual approach (Contextual Teaching and Learning).



65



Contextual Teaching and Learning (CTL) is a learning system that matches the performance of the brain, to construct patterns that embody meaning, by linking the academic content with the context of everyday life of the learners. It is important to apply so that the information received is not only stored in short-term memory, which is easily forgotten, but can be stored in long-term memory so that it will be appreciated and applied in the job task. This is in accordance with Yetti Ellyana [5] that the application of contextual learning will greatly help teachers to relate subject matter with real-world situations and motivate students to form relationships between knowledge and apply them in daily life as family and community members. Then, Selvianiresa and Prabawanto [3] said that the CTL approach is an approach involving active students in the learning process to discover the concepts learned by linking the material with the knowledge they possess and the students experience in daily life. Furthermore, Johnson [2] says that learning with CTL approach, students are invited actively to be able to connect the content of the material to the context of everyday life of the students, so that it can bring understanding and intact meaning. Learning contextual teaching and learning model has advantages such as: (1) learning becomes more meaningful and real, meaning that students are required to be able to capture the relationship between the learning experience in school and real life; (2) learning is more productive and able to cultivate the strengthening of the concept to the students because the contextual teaching and learning model embraces the flow of constructivism, which assumes the students can



66



find and build their own knowledge. Through the philosophical foundation of constructivism students are expected to learn through "experience" rather than "memorize". The weakness of contextual teaching and learning model is the teacher must be able to manage the learning as well as possible so that the learning objectives that have been set can tecapai with a maximum. Based on the description, the question of this research is whether the Learning Contextual Teaching and Learning (CTL) model has a positive influence on the social science learning outcomes on the material of the face of the earth in Class VII of Junior High School?



Method This type of research is Classroom Action Research. The characteristic of this research is the repetitive action to make improvements in the teaching and learning process. Classroom Action



67



Research is done by applying the learning model of contextual teaching and learning as an alternative action to improve learning outcomes students of Social Sciences on the material of forms the face of the earth. The subject of this research is the students of class VII.C of Junior High School Kartika XX-6 Kendari which registered the academic year 2015/2016. Factors investigated in this research are: (1) Student factor, that is seeing the increase of activity and learning result of student in studying IPS specially on the material of earth face forms based on contextual teaching and learning model, and (2) teacher factor: that is seeing activity teaching teachers in preparing and implementing learning based on contextual teaching and learning model. This research is planned in 2 cycles with the implementation of action following class action research procedure consisting of: Planning, Implementation of action, Observation and evaluation, and Reflection. The data in this study were analyzed by using qualitative and quantitative descriptive analysis. Qualitative descriptive analysis is used to explain student's learning activity and teacher's ability during the learning process, while quantitative descriptive analysis is used to present the percentage of teacher's teaching activity in managing learning, the percentage of student learning activity and the percentage of students'.



68



In determining the percentage of teacher learning activities and student learning activities using the formula:



Totalearningsscore Percentageof teacher /studentactivity x100% [3] Maximum score While the value of students' understanding of the concept of the form of the face of the earth using a range of values for the test description is a scale of 0 to 100, by the formula:



Value =



𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒



x 100% [4]



To determine the percentage level of mastery of learning achievement using the formula:



Persentageof mastery =



𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑓 𝑀𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟𝑦 𝑆𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡



x100% [3] 69



The criteria indicator of this research is the learning process of CTL is said to have a positive effect on the learning outcomes of social science on the material of earth face forms if the students' learning mastery has reached at least 75%.



Results and Discussion There are three things that are disclosed in the results of this study are: (1) the results of student activities on CTL learning process, (2) the results of teacher activity on CTL learning process and (3) student learning outcomes on the concept of the form of the earth based on learning CTL.



70



1. Outcomes of Student Activity Based on the observation results can be obtained percentage of student activity results in CTL learning process in the cycle I and cycle II can be seen in Table 1. Table 1: Average Percentage of Student Aktitvitas in CTL Learning Process



No



Aspects Observed



3



A. Preliminary activities Students listen to the motivation of the teacher Students prepare textbooks according to the teacher's direction Students pay attention and respond to apersepsi from teacher



4



B. Core activities Students listen to the topic / material submission



1 2



Percentage of student activity Cycle I Cycle II 57,5 62,5



82,5 80,0



55,0



82,5



70,0



82,5



71



5



8



Students review the material / topics taught by reading textbooks and other reading sources Students join their respective groups Students collect information on the topic / material taught to feed the given model Students ask questions to teachers



9



Students discuss problem solving in groups



65,0



92,5



10



Students present the results of their discussion



72,5



92,5



11



Students reach the contents of other group presentations



62,5



82,5



12



Students ask things that have not been understood



55,0



75,0



62,5



80,0



70,5



82,5



64,3



82,5



6 7



67,5



80,0



70,0



80,0



67,5



75,0



62,5



87,5



C. End activities 13



Students and teachers draw conclusions on learning outcomes



14



Students listen to the next material and the task given by the teacher Mean



72



Based on the result of percentage of student activity in table 1, it can be seen that there is an increase of student activity from cycle I to cycle II, that is the average of percentage activity of cycle I is 64,3% (enough) and cycle II is 82,5% (high). These results show that in the first cycle students are not accustomed to follow the model of Learning CTL so that Student activity is still lacking. While cycle II, generally Students are familiar with the process of Learning CTL so that high student activity. More details can be seen in Figure 1 below.



73



Percentage of Student Activity 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0



Cycle I



Cycle II



Figure 1: Percentage of Student Activity



74



2. Outcomes of Teacher Activity Based on the results of observations can be obtained percentage of teacher activity results in CTL learning process in cycle I and cycle II can be seen in Table 2.



Table 2: Average percentage of teacher activity in CTL learning process



No



Aspek yang Diamati



Percentage of teacher activity Cycle I Cycle II



A. Aspects Observed 1 2 3



4



Motivate students to engage in activities in the learning process Ask students to prepare textbooks Providing apresepsi questions to generate and know the initial knowledge of students B. Core activities The teacher puts forward the topic / material to be taught



62,5



75,0



75,0



75,0



62,5



75,0



75,0



75,0



75



5 6 7 8 9



10



The teacher asks students to review the material / topics taught by reading textbooks and other reading sources The teacher divides the students into discussion groups of 5-6 people in a group The teacher divides the Student Worksheet and and explains to the students how to work on the Student Worksheet Teachers give each group a chance to ask if there is an unintelligible problem relating to a given task Teachers help students to process and analyze information from literature / teaching materials both individually and in groups on the problem-solving process that has been done by showing the props (modeling) in the form of pictures, videos and the environment The teacher asks the students if there is a problem in the group to discuss the settlement with their group mates



62,5



100



75,0



100



62,5



100



75,0



75,0



62,5



75,0



75,0



100



76



11 12 13



14 15



The teacher asks each group to present the results of their discussion Teacher Please invite other groups to disprove the content of the presentation Teachers with students reflect on the knowledge that students have just accepted C. End activities Teachers with students make the conclusions of learning outcomes Teachers assign individual assignments to students Mean



75,0



75,0



50,0



75,0



50,0



75,0



50,0



75,0



62,5



100



65,0



83,3



Based on the percentage of teacher activity in table 2, it can be seen that there is an increase of teacher activity from cycle I to cycle II, that is the average of percentage activity of cycle I is 65% (enough) and cycle II is 83,3% (high). These results indicate that in the first cycle teachers have not been accustomed to apply the model of learning CTL so that teacher activity is still lacking. While



77



cycle II, generally teachers have been able to apply the process of learning CTL so that high teacher activity. More details can be seen in Figure 2 below.



Percentage of Teacher Activity 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Cycle I



Cycle II



78



Figure 2: Percentage of Teacher Activity



3. Outcomes of Student learning Based on the results of Student learning on Social Sciences with the material form of the earth's surface the average, maximum, and minimum value of Students on social science lessons based on CTL Learning can be seen in the following Table 3.



Table 3: Average, maximum, and minimum scores on social science lessons based on CTL Lessons No



Type of Evaluation



Value Cycle I



Cycle II



1.



Value Min



9



43



2.



Value Max



95



100



3.



Mean



65.0



80.8



79



Based on table 3, it can be seen that the average of the students' learning outcomes on the material of the earth surface increased from cycle I to cycle II. This can be seen from the average value of Students in the first cycle is 65 with a minimum value of 9 and a maximum of 95. While the average value of Students in cycle II is 80.8 with a minimum value of 43 and a maximum value of 100. For more details can be seen in Figure 3 below.



80



120 100 80 Cycle I



60



Cycle II



40 20 0 Min



Maks



Mean



Figure 3: Average, maximum, and minimum scores on social science lessons based on CTL Lessons Furthermore, based on the value of Student mastery of Social Science lesson with material form of the earth through CTL Learning can be seen in the following Table 4.



81



Table 4: The value of Student mastery of Social Science lesson with material form of the earth through CTL Learning No



1. 2.



Type of Evaluation Cycle I Cycle II



Complete Frequency 18 28



Percentage 50,0 78,0



Not Complete Frequency 18 8



Percentage 50,0 22,0



Based on table 4, it can be seen that the mastery of the students' learning outcomes in the form of the earth's surface increases from cycle I to cycle II. This can be seen from the percentage value of students' mastery in the first cycle is 50%, while the value of student mastery in cycle II is 78%. For more details can be seen in Figure 4 below.



82



90



80 70 60 50



Cycle I



40



Cycle II



30 20 10 0



Complete



not complete



Figure 4: The value of Student mastery of Social Science lesson with material form of the earth through CTL Learning



83



Based on the result of the research, it can be seen that there is a positive effect of CTL learning model on the learning result of Social Sciences with the material of earth form. It is seen descriptively that the learning activity of students follow the CTL learning process increased from cycle I to cycle II, and teacher activity in applying CTL learning also increased from cycle I to cycle II. Similarly, seen from the mastery of student learning and average student learning outcomes in Social Science lessons with the material form of the earth has increased from cycle I to cycle II.



Conclusion Based on the results of research and discussion can be concluded that: (1) Student learning activity follows CTL learning process increase that is percentage in cycle I: 64.3% and cycle II: 82.5%, (2) teacher activity apply CTL learning process increase that is percentage in cycle I : 65% and cycle II: 83.3%; (3) the average of the students' learning outcomes in Social Science lesson with the material of the form of the earth surface is increased ie the average value in cycle I: 65 and cycle II: 80.8, and (4 ) mastery of learning outcomes Students in the lesson IPS material form the face of the earth is increased the mastery of the cycle I: 50% and cycle II: 78%.



84



Reference [1] Johnson 2002 Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay (California : Corwin Press, Inc) p 12.



[2] Selvianiresa D. & S. Prabawanto, 2017, International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE), IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 895 doi :10.1088/17426596/895/1/012171. [3] Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. [4] Usman & Setiawati. 2001. Statistika. Bandung: Remaja Rosdakarya. [5] Yetti Ellyana, 2009. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA (http://pendekatankontekstual.blogspot.com/2009/08/pendekatankontektual dalam.html, diunduh tanggal 24 April 2015).



85