Ilovepdf Merged [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOAL AKUNTANSI MANAJERIAL 1. Untuk unit produksi yang belum selesai di akhir tahun dapat ditentukan apakah produksi tersebut sudah memenuhi equivalen unit of production (EUP). Ada dua metode untuk menghitung EUP a. Weighted average dan FIFO b. FIFO dan LIFO c. Fair value less cost to sell d. Weighted average dan LIFO 2. Untuk mengantisipasi hal hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numeric (analisis kuantitatif). Seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki dan dituangkan dalam bentuk analisis a. Model b. Kualitatif c. Kuantitatif d. Incremental 3. Walaupun secara legal, pengelolaan dana pension harus terpisah dari perusahaan namun perusahaan harus mencatat a. Kewajiban pension yang harus dibayar b. Selisih lebih yang diperoleh pengelola dana pension c. Net asset yang diperoleh oleh dana pension d. Total asset yang dikelola oleh dana pension 4. Saham treasuri adalah saham sendiri yang dibeli oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai kas nganggur, notasi saham treasuri dalam kelompok ekuitas adalah a. Penambah atau plus b. Pengurang atau minus c. Plus atau minus d. Plus dan minus 5. Contoh biaya tetap produksi yang tidak terpengaruh oleh tingkat produksi adalah a. Biaya pemeliharaan rutin mesin-mesin produksi b. Biaya listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin produksi c. Biaya beban pembantu pembuatan barang d. Gaji petugas pengamanan pabrik 6. Laporan laba rugi perusahaan yang menggunakan metode variable costing. Revenue dikurang harga pokok penjualan adalah a. Net profit margin b. Gross profit c. Contribusi margin d. Profit margin 7. Bila perusahaan ingin meningkatkan volume produksi namun masih dibawah kapasitas maksimal produksi, maka dana yang dibutuhkan untuk peningkatan volume hanya terkait dengan biaya a. Semi variable b. Biaya variable c. Biaya tetap per unit d. Biaya tetap



8. Menurut standar akuntansi keuangan, nilai inventory yang tercatat mengandung 4 unsur yaitu ; direct material, direct labor, variable overhead, dan a. Fixed overhead control b. Budgeted overhead c. Applied fix overhead d. Semi variable overhead 9. Rumus mencari Target Laba Bersih adalah: a. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) + (1 + Tarif pajak) b. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) x (1 + Tarif pajak) c. Target Laba Bersih = (Target Laba Bersih) x (1 - Tarif pajak) d. Target Laba Bersih = (Target Laba Operasi) x (1 - Tarif pajak) 10. Metode variable costing hanya menetapkan harga pokok barang berdasarkan biaya variable, diantaranya a. Biaya admin bagian keuangan b. Biaya listrik khusus untuk mesin-mesin produksi c. Biaya sales dan marketing d. Biaya pemeliharaan gedung kantor 11. Metode standar akuntansi keuangan, perusahaan harus menyajikan nilai perolehan maupun harga pokok penjualan berdasarkan model perhitungan tertentu. Model dimaksud a. Variable costing b. Pool costing c. Direct costing d. Absorption costing 12. Persediaan barang jadi di gudang di awal tahun, ditambah barang jadi yang dikirim pabrik disebut a. Harga pokok barang yang dijual b. Persediaan barang akhir tahun c. Barang tersedia untuk dijual d. Barang sudah laku dijual 13. Dalam grafik, biaya tetap digambarkan dengan gambar a. Garis yang membentuk sudut 45 derajat b. Garis yang berflutuasi membentuk ular c. Garis lurus mendatar/horizontal d. Garis lurus vertical 14. Karena indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi, karena digunakan bersama oleh sejumlah produk lainnya, maka digunakan cara untuk memudahkan analisis alokasi biaya, disebut a. Direct costing b. Overhead costing c. Absorption cost d. Cost pool



15. Merupakan model umum yang digunakan dalam pemecahan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal adalah a. Model incremental b. Decision model c. Analisis diferensial d. Linier programming 16. Sistem penganggaran ABC digunakan oleh perusahaan untuk a. Keperluan penetapan keputusan eksternal dan aktivitas manajemen b. Keperluan penetapan keputusan internal dan investasi dalam manajemen c. Keperluan penetapan keputusan internal dan prioritas manajemen d. Keperluan penetapan keputusan internal dan aktivitas manajemen 17. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh perusahaan retailer: Harga beli US $4.95 Beban Penjualan variable US $2.00 Beban admnistrasi variable US $1.00 Biaya tetap US $7.500 Penjualan yang diharapkan/tahun 5000 units Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka pendek? a. $8 b. $9 18. Yang mana dari biaya-biaya ini yang tidak mudah dialokasi ke dalam produk a. Biaya listrik variable b. Biaya listrik tetap c. Upah langsung d. Bahan mentah 19. Salah satu unsur biaya yang tidak relevan dalam menentukan membuat sendiri atau membeli dari pihak lain adalah: a. Sunk cost b. Fixed cost c. Semi variable cost d. Variable cost 20. Salah satu aktivitas dalam sistem penganggaran ABC adalah inspection and Testing. Apa cost driver dari aktivitas ini? a. Number of setup b. Number of product c. Number of order d. Number of units produced



21. Kelemahan dari pusat biaya adalah: a. Adanya potensial pergeseran biaya b. Adanya potensi pengurangan biaya c. Adanya potensi pertambahan biaya d. Adanya penimbunan biaya 22. Bila anda sebagai manajer regional dari suatu produk di argentina, maka organisasi anda adalah: a. Cost center b. Profit center c. Investment center d. Revenue center 23. Scrap adalah sisa bahan baku karena adanya proses produksi, misalnya sisa lempengan alumunium dalam proses pembuatan badan pesawat terbang. Jika scrap ini bisa dijual, maka secara akuntasi, perlakuannya adalah: a. Mengurangi variable cost b. Mengurangi biaya factory overhead c. Mengurangi biaya direct material d. Dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain 24. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini diperlakukan sebagai: a. Masuk biaya sales dan marketing, karena produk di pesan oleh bagian penjualan b. Biaya produk, masuk dalam biaya barang yang dihasilkan c. Masuk biaya lain-lain, karena barang cacat tidak bisa dikendalikan d. Biaya umum, terpisah dari biaya produksi 25. Sebuah perusahaan manufaktur memiliki data biaya sebagai berikut: Direct material…………………………..Rp 8.000.000 Manufacturing overhead……………Rp 12.000.000 Direct labor………………………………..Rp 10.000.000 Peningkatan WIP………………………..Rp 4.000.000 Nilai prime cost perusahaan tersebut adalah: a. Rp 26.000.000 b. Rp 30.000.000 c. Rp d. Rp 26. Contoh-contoh perusahaan yang menggunakan Job Order Costing dan Process Costing adalah: a. Job order costing: lantai kramik; process costing: bengkel pembuat teralis, pagar rumah b. Job order costing: pabrik pembuat spidol; process costing: pembuat kapal pesiar c. Job order costing: pabril pembuat spare part mobil; process costing: kontraktor pembuat rumah d. Job order costing: pabrik pesawat terbang boeing; process costing; pabrik minuman teh botol 27. Anda adalah manajer pemeliharaan suatu perusahaan. Pengukuran Kinerja yang relevan adalah: a. Cost driver b. Fixed cost c. Semi variable cost d. Variable cost 28. Dalam menghitung harga pokok barang yang dijual (HPP). Persediaan akhir adalah sebagai unsur:



a. b. c. d.



Pengurang Penambah Pengkali Pembagi



29. Keputusan divestasi mutlak diambil dalam hal: a. Marginal cost masih diperimbangan akan turun b. Marginal cost melebihi marginal revenue c. Marginal cost sama besar dengan marginal revenue d. Marginal cost lebih kecil dari marginal revenue 30. Untuk menghitung total biaya mixed cost, digunakan rumus: Y = a + bX, dimana: a. \X\ adalah unit aktivitas b. \b\ adalah biaya variable perunit dari aktivitas c. \a\ adalah biaya variable per unit dari aktivitas d. \Y\ adalah total aktivitas dalam satu periode 31. Satu analisis yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai pilihan untuk dipilih yang paling menguntungkan a. Analisa benefit b. Analisa oprtunitas c. Analisa diferensial d. Analisa profit 32. Salah satu manfaat sistem penganggaran ABC adalah: a. Pengukuran cost lebih akurat dan informatif karena profit lebih besar b. Pengukuran likuiditas yang lebih baik karena cost of product lebih akurat dan informatif c. Jumlah profit lebih stabil karena cost of product lebih akurat dan informatif d. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik karena cost of product lebih akurat dan informatif 33. Jika perusahaan ingin menjual sebanyak mungkin produk A namun terbatas dengan sumber daya. Maka keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin \nkontribusi per unit dalam sumber daya yang terbatas. Analisa ini menggunakan a. Relevan cost dan decision making b. Make or buy decision c. Analisa diferensial dan decision model d. Capacity constrain dan product mix 34. Break even point dalam rupiah penjualan sama biaya tetap dibagi a. Average fixed cost b. Biaya variable c. Constribution margin ratio d. Profit margin 35. Biaya yang secara total tetap, tetapi per unitnya berubah, sejalan bertambah atau berkurangnya unit yang diproduksi disebut a. Full cost b. Variable cost c. Indirect cost d. Fixed xost



36. Pemicu pendapatan yang dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja yang relevan adalah a. Biaya pengiriman b. Analisa distribusi barang c. Gaji bagian penjualan d. Customer service 37. Analisa cost volume profit dalam prakteknya sama dengan analisa a. Break through analysis b. Economic value added c. Value added tax d. Break even point 38. Dalam system penganggaran volume-based (tradisional), biaya tidak langsung (overhead) langsung dimasukan dalam satu cost-pool tunggal dan dibebankan a. Keseluruhan produk akhir berdasarkan tipe atau jenis produk b. Keseluruhan produk akhir berdasarkan kualitas produk c. Keseluruhan produk akhir dengan pro rata d. Keseluruhan produk akhir berdasarkan harga produk 39. Ukuran keberhasilan keuangan di investment center berupa a. Internal rate of return b. Return of equity c. Expected return d. Return on assets 40. Analisa cost volume profit adalah analisa yang menghubungkan Antara a. Harga bahan baku, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap b. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan biaya tetap per unit c. Harga, volume produksi, total biaya variable dan total biaya tetap d. Harga, volume produksi, biaya variable per unit dan total biaya tetap 41. Dalam total biaya, biaya apakah yang menjadi bagian dari prime cost maupun conversion cost a. Fixed overhead b. Direct labor c. Variable overhead d. Direct materia 42. Manakah dari pilihan berikut yang merupakan jenis jenis entitas yang sering menggunakan sistem process costing a. Pabrik furniture b. Kantor konsultan hokum c. Galangan kapal d. Produsen peralatan gas alam 43. Gaji dari presiden direktur sebuah perusahaan akan diklasifikasikan dalam laporan laba/rugi (income statement) sebagai a. Biaya tenaga kerja langsung b. Beban penjualan c. Biaya manufacturing overhead d. Beban administrative 44. Indirect labor merupakan a. Prime cost



b. Nonmanufacturing cost c. Conversion cost d. Period cost 45. Dalam laporan laba rugi yang disiapkan menggunakan metode variable-costing, fixed factory overhead akan a. Digunakan dalam perhitungan contribution margin b. Diperlakukan sama dengan variable factory overhead c. Digunakan dalam perhitungan operating income tapi tidak dihitung dalam perhitungan contribution margin d. Tidak digunakan 46. Dua atau lebih barang yang diproduksi dari input yang sama disebut a. Common costs b. Sunk cost c. Join products d. Join costs 47. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu, direct materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead dari produksi mobil adalah a. Biaya dari ban untuk tiap mobil b. BIAYA DARI PERALATAN PERALATAN KECIL DALAM PEMASANGAN BAN TIAP MOBIL 48. Biaya material langsung merupakan a. Prime cost maupun conversion cost b. Bukan merupakan prime cost maupun conversion cost c. Prime cost d. Conversion cost 49. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC) adalah untuk a. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan batasan b. Memaksimalkan biaya material langsung c. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi d. Melancarkan aliran produksi untukmenghapuskan cadangan dalam sistem 50. Biaya tenaga kerja langsung merupakan a. Bagian dari prime cost dan juga conversion cost b. Bukan prime cost maupuan conversion cost c. Prime cost d. Conversion cost 51. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan untuk memnafaatkan kapasitas menggangurnya (idle capacity), manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant a. Overhead manufaktur b. Depresiasi c. Material d. Tenaga kerja langsung 52. Ketika perusahaan multi-product beroperasi penuh, keputusan harus diambil terhadap produk apa saja yang akan dikembangkan. Dalam membuat keputusan semacam itu, produk harus diranking berdasarkan a. Contribution margin per unit b. Contribution margin per unit of the constraining resource



c. Unit sales volume d. Selling price per unit 53. Steve rogers baru-baru ini bekerja sebagai koki penggoreng di Burger Breath drive Thru namun berpikir untuk berhenti dari pekerjaannya untuk kuliah pada semester depan. Pernyataan manakah di bawah ini yang akan dipertimbangkan sebagai opportunity dalam keputusan tersebut a. Gaji rogers di Burger Breath yang akan hilang b. Biaya dari buku kuliah c. Biaya cola yang aka dikonsumsi oleh Rogers selama kuliah d. Jawaban A dan B benar 54. Berikut merupakan langkah-langkah menerapkan ABC kecuali a. MENGUMPULKAN AKTIVITAS DALAM COST DRIVER 55. Menggunakan absorption costing, biaya biaya overhead manufaktur tetap a. Tidak ada jawaban benar b. Selalu diperlakukan sebagai period cost c. Dikeluarkan dari persediaan ketika produksi melebihi penjualan d. Ditangguhkan dalam persediaan ketika produksi melebihi penjualan 56. Pernyataan manakah berikut ini yang berkaitan dengan grafik dari biaya tetap dan varibal yang benar a. Biaya tetap memiliki nilai nol ketika tidak ada proses produksi b. Biaya variable dapat digambarkan dengan garis lurus dimana biaya memiliki nilai sama untuk masing2 data c. Biaya tetap dapat digambarkan dengan garis lurus mulai dari awal dan berlanjut sampai seluru data d. Biaya variable bernilai nol ketika tidak ada proses produksi 57. Pilihan biaya manakah di bawah ini ayng seharusnya tidak dimasukkan dalam product cost untuk laporan internal manajemen yang digunakan dalam pengambilan keputusan a. Biaya biaya organization sustaining activities b. Biaya biaya product level activities c. Biaya biaya batch level activities d. Biaya biaya unit level activities 58. Product costs akan muncul dalam laporan keuangan bagian neraca a. Hanya jika pada akhir periode barang produksi baru setengah jadi WIP atau tidak terjual pada akhir periode b. Hanya jika barang tidak terjual pada akhir periode c. Hanya jika pada akhir periode barang produski baru setengah jadi WIP d. Hanya dalam perusahaan dagang 59. Biaya sekarang dan biaya pada masa depan yang akan berbeda pada tiap alternative dipertimbangkan sebagai … dalam pengambilan keputusan a. Biaya produksi b. Biaya relevan c. Biaya tetap d. Biaya variable 60. Dalam variable costing a. Biaya persediaan akan lebih rendah disbanding dalam absorption costing b. Operating income bersih akan cenderung bervariasi seiring perubahan produksi c. Operating income bersih akan cenderung naik dan turun sebagai tanggapan perubahan level produksi



d. Operating income bersih akan selalu lebih tinggi daripada dalam absorption costing 61. Ketika menerapkan pendekatan cost benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria utama adalah bagaimana tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya dengan biaya. Biaya biaya tersebut termasuk juga a. BIAYA MASA DEPAN YANG BERBEDA ANTAR TINDAKAN DITAMBAH DENGAN FAKTOR FAKTOR KUALITATITF YANG TIDAK TERUKUR SECARA NOMINAL 62. Biaya pembelian pelumas untuk peralatan operasional produksi dalam pabrik termasuk a. Prime cost b. Period cost c. Direct cost d. Indirect cost



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KATA PENGANTAR Kehadiran modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan dan materi pelatihan sertifikasi QIA, dan juga sebagai referensi di bidang pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi auditor internal.



Segala kritikan, masukan, dan saran yang konstruktif terhadap penyempurnaan modul ini tentunya sangat diharapkan dari para pembaca sekalian yang budiman. Tim penyusun telah menyiapkan saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan kritikan, masukan, dan saran tersebut sebagaimana tercantum pada bagian akhir modul ini.



Semoga kehadiran modul ini dapat bermanfaat bagi para peserta pelatihan, instruktur/fasilitator, dan pembaca yang budiman.



Pusat Pengembangan Internal Audit - YPIA Direktur Akademis



Mohamad Hassan



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



1



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



DAFTAR ISI KATAPENGANTAR ............................................................................................................



2



DAFTAR ISI........................................................................................................................



7



DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................



11



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................................................................



12



PETA KONSEP MODUL .....................................................................................................



14



PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1. Deskripsi Singkat .................................................................................................... 2. Prasyarat Kompetensi ............................................................................................ 3. Standar Kompetensi ............................................................................................... 4. Kompetensi Dasar .................................................................................................. 5. Relevansi Modul .....................................................................................................



KEGIATAN BELAJAR 1:Terminologi Manajemen Biaya ...................................................



15



1. Pendahuluan dan Definisi Dasar ..........................................................................



15



2. Definisi Dasar .......................................................................................................



18



3. Manufacturing Vs Non-Manufacturing ...............................................................



19



4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode (Period Cost) ........................................................................................................



20



5. Direct Vs Indirect Cost .........................................................................................



22



6. Rangkuman ..........................................................................................................



22



7. Tes Formatif 1 ......................................................................................................



23



a. Soal pilihan ganda .........................................................................................



23



b. Pertanyaan benar-salah ................................................................................



26



8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ...........................................................................



27



KEGIATAN BELAJAR 2: Absorption vs Variable Costing .................................................



28



1. Pendahuluan ..........................................................................................................



28



2. Absorption Costing .................................................................................................



29



3. Variable Costing .....................................................................................................



32



4. Pengaruhnya terhadap Pendapatan ......................................................................



34



5. Rangkuman.............................................................................................................



35



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



2



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



6. Tes Formatif 2 ........................................................................................................



35



a. Soal pilihan ganda ...........................................................................................



35



b. Pertanyaan benar-salah ..................................................................................



38



7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut..............................................................................



39



KEGIATAN BELAJAR 3: Perilaku Biaya dan Relevan Range ............................................



39



1. Pendahuluan .........................................................................................................



40



2. Variable Cost ..........................................................................................................



40



3. Fixed Cost ..............................................................................................................



42



4. Other Cost Behaviour ............................................................................................



44



5. Relevant Range and Marginal Cost .......................................................................



46



6. Hubungan Marginal Cost dan Average Total Cost ................................................



48



7. Rangkuman.............................................................................................................



48



8. Tes Formatif 3 ........................................................................................................



49



a. Soal pilihan ganda ...........................................................................................



49



b. Pertanyaan benar-salah ..................................................................................



49



9. Umpan Balik dan Tindak Lanjut..............................................................................



50



KEGIATAN BELAJAR 4: COST VOLUME PROFIT ANALYSIS...............................................



52



1. Pendahuluan ..........................................................................................................



52



2. Asumsi ....................................................................................................................



53



3. Penentuan BEP Unit ..............................................................................................



54



4. Penentuan BEP Dollar ...........................................................................................



55



5. Margin of safety .....................................................................................................



56



6. Target Operating Income ......................................................................................



58



7. Target Net Income .................................................................................................



58



8. Rangkuman.............................................................................................................



60



9. Tes Formatif 4 ........................................................................................................



60



a. Soal pilihan ganda ...........................................................................................



60



b. Pertanyaan benar-salah ..................................................................................



63



10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut..............................................................................



64



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



3



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR 5: Relevant Cost .............................................................................



65



1. Pendahuluan ..........................................................................................................



65



2. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model ....................................



65



3. Biaya Relevan (Relevant Cost) ................................................................................



66



4. Model Biaya Relevan Lain ......................................................................................



68



5. Rangkuman.............................................................................................................



72



6. Tes Formatif 5 ........................................................................................................



72



c. Soal Pilihan Ganda ...........................................................................................



72



d. Pertanyaan Benar-Salah ..................................................................................



75



7. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .............................................................................



76



KEGIATAN BELAJAR 6: Process Costing ...........................................................................



78



1. Pendahuluan ..........................................................................................................



78



2. Kegunaan Process Costing .....................................................................................



78



3. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing .................................



79



4. Akumulasi Biaya .....................................................................................................



80



5. Equivalent Unit of Production (EUP) ......................................................................



81



6. Aliran Biaya dalam Process Costing .......................................................................



84



7. Produk Cacat dan Sisa ............................................................................................



86



8. Rangkuman.............................................................................................................



86



9. Tes Formatif 6 ........................................................................................................



87



a. Soal Pilihan Ganda ...........................................................................................



87



b. Pertanyaan Benar-Salah ..................................................................................



90



10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .............................................................................



91



KEGIATAN BELAJAR 7: Activity Based Costing ...............................................................



93



1. Pendahuluan ..........................................................................................................



93



2. Mengembangkan Sistem Penganggaran Berbasis Aktivitas (ABC System) ............



94



3. Manfaat dan Keterbatasan Sistem ABC .................................................................



96



4. Volume-Based vs Activity-Based ............................................................................



98



5. Langkah-Langkah Menerapkan ABC.......................................................................



98



6. Rangkuman.............................................................................................................



101



7. Tes Formatif 7 ........................................................................................................



102



a. Soal pilihan ganda ............................................................................................



102



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



4



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



b. Pertanyaan benar-salah...................................................................................



104



8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut .............................................................................



106



KEGIATAN BELAJAR 8: Responsibility Accounting ..........................................................



107



1. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting) ..........................................................................................................



107



2. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban ....................................................



108



3. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban ...............................................................



109



4. Biaya-Biaya Umum...............................................................................................



110



5. Ukuran Finansial vs Non-Finansial .......................................................................



110



6. Rangkuman ..........................................................................................................



111



7. Tes Formatif 8 ......................................................................................................



111



a. Soal Pilihan Ganda ........................................................................................



111



b. Pertanyaan benar-salah ................................................................................



113



8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ...........................................................................



114



KUNCI JAWABAN ............................................................................................................. DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



5



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1: xxxxxxxxxx ............................................................................................................... Gambar 2.1: xxxxxxxxxx .............................................................................................................. Gambar 3.1: xxxxxxxxxx ..............................................................................................................



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



6



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL A. Langkah-Langkah Pembelajaran Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta diklat harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap Bagian; 2. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan Bagian yang Anda baca; 3. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia; 4. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan pemahaman; 5. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik dan tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki; 6. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Bagian yang bersangkutan sebelum menuju ke Bagian lebih lanjut; 7. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi menjadi lebih baik. 8. Kerjakan tes sumatif untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah Anda miliki secara keseluruhan; 9. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam modul untuk memperkaya pemahaman Anda; 10. Selamat belajar dan semoga sukses.



B. MetodePembelajaran Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan konsep fondasi audit internal, diikuti dengan tanya jawab, diskusi kelompok/studi kasus, dan presentasi studi kasus.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



7



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



C. Waktu Pembelajaran Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat), dengan pembagian waktu sebagai berikut: Pokok Bahasan



Waktu



 Terminologi Manajemen Biaya



1,0 jamlat



 Absorption vs Variable Costing



0,5 jamlat



 Perilaku Biaya dan Relevan Range



0,5 jamlat



 Cost Volume Profit Analysis



0,5 jamlat



 Relevant Costing



0,5 jamlat



 Process Costing



0,5 jamlat



 Activity Based Costing



0,5 jamlat



 Responsibility Accounting



0,5 jamlat



 Diskusi dan Tanya Jawab



0,5 jamlat Jumlah



3,0 jamlat



D. Alat Bantu Ajar Alat bantu ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi keberadaannya diyakini akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:  LCD Projector



 Sound-system



 Komputer/Laptop



 Buku Modul



 Papan Tulis/Whiteboard



 Lembar Praktek



 Pointer/Presenter



 Flipchart



 Printer



 Alat Tulis Kantor Lainnnya (termasuk seminar kit)



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



8



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



PETA KONSEP MODUL



Terminologi Manajemen Biaya Absorption vs Variable Costing Perilaku Biaya dan Relevant Range Cost Volume Profit Analysis Managerial Accounting Relevant Costing Process Costing Activity Based Costing Responsilibity Accounting



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



9



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR I TERMINOLOGI MANAJEMEN BIAYA A. Pendahuluan dan Definisi Dasar Mempelajari biaya (cost) akan memberikan berbagai informasi yang memiliki banyak manfaat dan juga pemanfaatannya bisa juga dipandang dari berbagai sudut. Diperlukan latihan yang memadai dalam melakukan analisis biaya sehingga hasil analisisnya pada akhirnya dapat digunakan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Biaya merupakan salah satu dari fokus dalam akuntansi manajemen karena terdapat berbagai prilaku biaya yang dapat dipandang dari berbagai sisi sesuai dengan kebutuhan manajemen sepanjang relevan dengan keputusan yang akan di ambil. Berbagai keputusan bisnis yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh hasil analisis biaya antara lain: 1. Kebijakan penetapan harga yang akan dikenakan kepada pelanggan dikaitkandengan keinginan perusahaan untuk mempertahankan rasio laba kotor ataupun rata-rata perkembangan harga produk kompetitor 2. Evaluasi



atas



kebijakan



untuk



menaikkan/menurunkan



kegiatan



overtime



perusahaan 3. Evaluasi atas rencana penambahan pegawai terkait dengan kegiatan produksi dan non produksi 4. Keputusan untuk kenaikan gaji pegawai 5. Keputusan untuk pemilihan model pemasaran yang dinilai lebih efektif 6. Dan berbagai keputusan manajemen lainnya.



Berikut ini pembahasan mendasar mengenai biaya. Secara mendasar atas pengertian dan ruang lingkup mengenai biaya terdapat tiga hal yang utama yaitu: Biaya (cost) merupakan sejumlah penggunaan atau pengorbanan sumberdaya yang terukur untuk tujuan tertentu.



Sebagai contoh dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, suatu pengeluaran secara akuntansi dapat dibukukan sebagai aset atau aktiva setelah memenuhi definisi tertentu (dikenal dengan istilah dikapitalisir/capitalized) atau dapat juga dibukukan sebagai beban periode berjalan (dikenal dengan istilah expense).



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



10



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Setiap pengeluaran pada umumnya berbentuk pengorbanan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pengorbanan atas asset berupa uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka untuk memperoleh sesuatu yang dapat berbentuk barang dan jasa. Selain jumlah uang yang dikorbankan, biaya (cost) juga dapat berbentuk selain uang tunai misalkan dalam bentuk inventory pada saat proses penjualan terjadi.



Pada saat penjualan maka perusahaan akan menyerahkan inventory yang dimiliki kepada pembeli sehingga terdapat “pengorbanan” dalam inventory yang bertujuan untuk mendapatkan asset lain dalam bentuk uang tunai ataupun tagihan (klaim) kepada pihak ketiga.



Definisi ini merupakan penjelasan dari sisi pengeluaran atau sisi sumber daya yangdikorbankan. Dari sisi tujuan dapat dijelaskan bahwa atas pengeluaran yang dilakukan padasaat yang sama perusahaan akan memperoleh sesuatu yang menjadi tujuan ataspengeluaran tersebut. Pengeluaran untuk membayar tagihan listrik dan air atas pemakaiandalam periode tertentu akan dibukukan sebagai beban (expense) dan membebanipendapatan periode yang sama. Expense ini telah dinikmati oleh perusahaan dalam jangkawaktu yang pendek (dalam hal utilitas periode penggunaan air dan listrik umumnya untuk 1bulan). Sementara itu pengeluaran lain yang dilakukan untuk memperoleh aset tertentudimana aset ini dapat digunakan oleh perusahaan akan dilaporkan sebagai asset terlebihdahulu baru kemudian dibebankan melalui mekanisme akuntansi yang proper. Pada saatterjadi biaya/pengeluaran maka biaya belum dapat dibukukan untuk menekan laba bersihperusahaan melainkan dapat dikapitalisir menjadi asset terlebih dahulu baru kemudian padaakhirnya juga dibebankan.



Contoh pengeluaran yang tidak langsung menjadi beban: - Pembelian/proses pabrikasi pembuatan inventory. Untuk semua pengeluaran baik pembelian produk jadi, langsung dijual, atau pembelian bahan baku untuk kemudian diproses menjadi produk jadi akan menjadi beban ketika produk tersebut terjual kepada pihak pembeli atau menjadi beban dalam bentuk harga pokok penjualan ketika produk terjual. - Seluruh Pengeluaran untuk produk mesin sampai dengan mesin dapat digunakan dikapitalisir dan kemudian menjadi beban seiring dengan pola depresiasi yang



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



11



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



disepakati oleh perusahaan misalkan seiring dengan masa manfaat pemakaian normal dan dibukukan sebagai Beban Depresiasi.



Pada akhirnya seluruh pengeluaran akan menjadi nol baik dibukukan sebagai expense maupun terkapitalisasi sebagai asset. Pengeluaran ini diharapkan akan diikuti dengan pendapatan yang dihasilkan dari pengeluaran tersebut.



Cost object atau tujuan biaya adalah dimana biaya tersebut relevan untuk dilaporkan atau dikelompokkan. Secara definisi menurut Horngren cost object adalah segala sesuatu dimana pengukuran biaya akan diinginkan (cost object are anything for which a measurement of costs are desired).



Pengelompokan biaya ini akan bermanfaat dalam mendukung interpretasi dan analisis biaya itu sendiri. Pengelompokkan biaya berdasarkan tujuannya secara umum dapat dikelompokkan dalam biaya terkait dengan kegiatan memproduksi suatu produk, biaya terkait dengan sumberdaya manusia, biaya secara departemen, biaya secara periode, dan lain-lain.



Pengelompokkan biaya dalam karakteristik yang sama akan sangat membantu dalam melakukan evaluasi dan analisis atas prilaku biaya baik analisis secara horisontal, vertikal, maupun antar waktu. Biaya yang memiliki karakteristik kelompok yang sama akan dikelompokkan dalam satu kelompok misalkan biaya terkait kegiatan produksi akan dikumpulkan dalam satu kelompok biaya. Setelah biaya terkumpul dalam object yang sama maka analis dapat melakukan evaluasi trend peningkatan/penurunan biaya produksi periode saat ini dibandingkan dengan periode sebelumnya, ataupun dibandingkan dengan produk lainnya, ataupun lebih jauh dapat dianalisis prilaku biaya dalam hal biaya produksi per unit produksi.



Contoh lainnya pengelompokkan biaya secara departemen akan dapat dibandingkan perbandingan antara biaya departemen marketing dibandingkan dengan anggaran biaya marketing dan kemudian dikomparasikan dengan perbandingan antara biaya sumber daya manusia dibandingkan dengan anggarannya yang bertujuan untuk menilai kinerja penyerapan anggaran. Contoh lain adalah pertumbuhan biaya marketing dianalisis



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



12



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



dengan pertumbuhan pendapatan untuk menilai efektifitas program pemasaran yang saat ini sedang dilaksanakan.



Cost driver atau pengacu biaya adalah dasar yang secara rasional dan fair digunakan dalam mengalokasikan suatu biaya yang umum menjadi biaya berdasarkan tujuannya (cost object). Sebagaimana dikemukakan dalam cost object melalui pengelompokkan biaya maka analisis dapat dilakukan namun sering kali terdapat biaya yang tidak unik dan umum serta jika diteliti lebih lanjut merupakan pengorbanan sumber daya untuk berbagai tujuan (cost object). Untuk itu diperlukan cost driver yang fair untuk mengalokasikan biaya bersama ini ke dalam tiap object. Contoh cost driver adalah biaya jam kerja mesin untuk satu pesawat yang melayani lebih dari dua rute dalam satu penerbangan. Biaya untuk tiap rute sebagai cost object akan dapat diukur secara andal khususnya dalam pemakaian bahan bakar dengan menggunakan jam kerja mesin, demikian juga untuk biaya lainnya.



B. Definisi Dasar Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.Biaya adalah ukuran dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan tertentu.Dalam pelaporan keuangan, biaya dapat dikapitalisasi baik sebagai aset maupun beban. Obyek biaya (cost object) adalah segala entitas dimana biaya-biaya dapat dilekatkan.Misalnya, produk-produk, proses, tenaga kerja, departemen, dan fasilitasfasilitas.



Pemicu biaya (cost driver)adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan biaya pada cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja direct labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan timbulnya biaya.Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan jumlah komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya desain produk. Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering menjadi pemicu biaya atas biaya distribusi.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



13



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



C. Manufacturing Vs Non-Manufacturing Biaya dari produk manufaktur dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe: 1. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan kemdia barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis. Biaya



perolehan



bahan



langsung



mencakup



beban



angkut



(pengiriman



masuk/freight-in), pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng kemasan minuman berenergi. 2. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang jadi. 3. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan obyek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak langsung seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik, asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik, serta kompensasi bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini umumnya disebut sebagai biaya overhead manufaktur (manufacturing overhead costs) atau biaya overhead pabrik (factory overhead).



D. Biaya Persediaan (Product/InventoriableCost) Vs Biaya Periode (Period Cost) Biaya persediaan (inventoriable cost) adalah semua biaya produk yang dianggap sebagai aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok penjualan ketika produk itu dijual.Untuk perusahaan sektor manufaktur, semua biaya manufaktur merupakan biaya persediaan. Dalam proses produksi, biaya bahan langsung (direct material) yang masuk ke dalam proses produksi (diambil dari persediaan bahan langsung), biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct labor), dan biaya overhead manufaktur menciptakan aktiva tersebut, dimulai dengan barang dalam proses sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian, biaya manufaktur meliputi persediaan barang



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



14



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



dalam proses dan persediaan barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aktiva tersebut. Ketika produk terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari penjualan tersebut.Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead manufaktur) yang terjadi untuk membuat barang yang dijual.



Untuk perusahaan sektor jasa, tidak adanya persediaan berarti tidak ada biaya persediaan (inventoriable costs). Biaya periode adalah semua biaya yang dicantumkan pada laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan.Biaya periode diperlakukan sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan memberi manfaat lagi pada periode berikutnya.Membebankan jenis biaya ini pada periode terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan.



Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan labarugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan biaya distribusi). Bagi perusahaan sektor perdagangan, biaya periode yang tercantum pada laporan laba-rugi adalah semua biaya yang tidak berkaitan dengan harga pokok pembelian barang yang akan dijual kembali. Karena tidak ada biaya eprsediaan pada perusahaan sektor jasa, maka semua biaya yang dicantumkan dalam laporan laba-rugi merupakan biaya periode.



Untuk dapat memberikan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis terhadap data-data terkait dengan akuntansi manajemen, dinilai perlu penjelasan mengenai biaya persediaan (product cost/inventoriable cost) dan biaya terkait dengan periode waktu (period cost).



Sesuai dengan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen juga memandang suatu cost dapat dikapitalisir menjadi asset atau dibebankan menjadi expense dalam periode berjalan.



Aset terkait dalam hal ini adalah pengeluaran (cost) yang terkait dengan proses pabrikase menjadi produk jadi yang semua biaya (kelompok direct material, direct labor, dan factory overhead) dikapitalisir dalam nilai inventory dan dibukukan sebagai aset sejak proses produksi selesai sampai dengan produk terjual. Ketika produk tersebut



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



15



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



terjual baru kemudian aset ini akan dibukukan sebagai beban (expense) yang secara umum dikenal dengan istilah Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold).



Sementara itu beban lain akan dibukukan ketika terjadi (as incurred) dan tidak akan dikapitalisir dalam nilai persediaan sehingga pada akhirnya tidak akan termasuk dalam cost of goods sold.



Hal ini sejalan dengan penyajian laporan keuangan sebagaimana diatur dalam standar akuntansi keuangan yang membagi dua biaya kegiatan perusahaan manufaktur antara lain: a. Seluruh biaya manufaktur (direct material cost, direct labor cost, overhead variabel dan fixed overhead) harus diperlakukan sebagai Product cost) b. sementara itu biaya pemasaran dan biaya administrasi (baik variabel maupun tetap) dibukukan dalam period cost.



Model pembukuan seperti ini dikenal dengan istilah Absorption costing atau Full Costing method. Absorption costing adalah metode pencatatan persediaan yang membukukan seluruh biaya manufaktur variabel dan biaya manufaktur tetap dalam inventoriable costs.



E. Direct VS Indirect Cost Pembahasan mengenai biaya produksi maupun biaya tetap dan variabel dapat disimpulkan ada dua kelompok biaya ketika di assign ke dalam cost object yaitu Direct Cost dan Indirect Cost. Direct cost adalah biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dengan mudah.



Sementara itu indirect cost tidak mudah karena umumnya digunakan bersama oleh sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah maka digunakan analisis alokasi biaya. Istilah lain terkait dengan hal –hal ini antara lain cost pool dan common cost. Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah biaya yang memiliki kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead manufaktur yang tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan dalam satu kelompok (pool) untuk kemudian dialokasi.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



16



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Bentuk lain adalah common cost. Common cost merupakan biaya dari sebuah aktivitas yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih produk/kegiatan. Common cost juga memerlukan alokasi untuk assignment ke tiap produknya.



F. Rangkuman Direct material adalah input berwujud ke dalam proses manufaktur yang digunakan dalam proses produksi secara langsung. Direct labor adalah biaya tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi barang. Biaya overhead manufaktur terdiri atas biayabiaya manufaktur selain direct material atau direct labor. Sedangkan selling (marketing), yaitu biaya yang muncul dalam rangka mendistribusikan produk ke tangan konsumen dan beban administratif yang muncul sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan namun tidak berkaitan dengan proses produksi, merupakan biaya nonmanufaktur.



Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion costsama dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari overhead manufaktur bisa dibilang mengkonversi raw material menjadi finished good.



Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai kegaitan belajar dari persediaan finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold. Sedangkan period costsmerupakan beban-beban yang timbul dan bukan merupakan bagian dari finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of goods sold.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



17



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



G. Tes Formatif 1 Soal pilihan ganda 1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead dari produksi mobil adalah…. a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil b. Biaya dari ban untuk tiap mobil c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil d. Biaya pengiriman ban tiap mobil 2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi. Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran lembur atas direct labor? a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya sebagai overhead manufaktur (MOH) b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai direct labor. c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor. d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai direct labor. 3. Sebuah pabrik yang memproduksi produk rumah tangga membutuhkan konbinasi dari bermacam jenis part. Pabrik telah mengidentifikasikan beragam cost pools, salah satunya terdiri atas materials handling costs. Cost pool ini mencakup upah dan jaminan keselamatan bagi pegawai yang bertugas menerima material, menginspeksi material, menyimpan material di gudang, dan mengirimkan material ke tempat kerja; depresiasi dan pemeliharaan peralatan untuk materials handling (misalnya forklift); dan biaya perlengkapan yang digunakan sebagai biaya terkait. Di bawah ini yang merupakan cost driver yang paling tepat untuk menetapkan biaya materials handling dalam produk-produk yang dibuat adalah… a. Jam kerja direct labor b. Jumlah unit yang diproduksi



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



18



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



c. Jumlah vendor yang terlibat d. Jumlah part yang digunakan 4. Alokasi dari biaya overhead umum untuk mengoperasikan departemen paling tidak dapat disesuaikan dalam menetapkan…. a. Pendapatan dari sebuah produk atau unit fungsional b. Biaya pengambilan keputusan manajemen c. Biaya untuk kontrak dengan pemerintah dengan biaya tambahan d. Pajak penghasilan 5. Manakah dari pilihan berikut merupakan product cost pada perusahaan manufaktur? a. Asuransi untuk bangunan kantor pusat perusahaan b. Pajak bumi dan bangunan pabrik c. Depresiasi kendaraan pegawai penjualan d. Gaji dari manajer penjualan 6. Dalam operasi manufaktur tradisional, biaya langsung normalnya akan mencakup a. Perbaikan mesin dalam pabrik otomotif b. Listrik dalam instalasi elektronik c. Kayu dalam pabrik furnitur d. Komisi yang dibayarkan kepada personel penjualan 7. Jika sebuah produk membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk proses produksi dan harga minyak mentah meningkat, manakan biaya di bawah ini yang juga ikut meningkat? a. Direct material b. Direct labor c. Prime cost d. Conversion cost 8. Manakah pilihan berikut yang mendeskripsikan direct labor? a. Prime cost b. Period cost c. Product cost d. Product dan period cost 9. Indirect labor merupakan…. a. Prime cost b. Conversion cost



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



19



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



c. Period cost d. Nonmanufacturing cost 10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada Operator



Supervisor



Mesin Pabrik



dalam Pabrik



a.



No



No



b.



No



Yes



c.



Yes



Yes



d.



Yes



No



Pertanyaan benar-salah Pertanyaan



B



S



1. Cost driver berkaitan dengan biaya-biaya yang terakumulasi dalam cost pools. 2. Asuransi atas bangunan kantor pusat perusahaan bukan merupakan biaya produksi sehingga dimasukkan dalam period cost. 3. Product cost seperti material, labor, and overhead melekat pada produk. 4. Komisi penjualan merupakan period cost. Komisi penjualan bukan merupakan biaya langsung maupun biaya tidak langsung dari produk. 5. Direct material merupakan input berwujud dalam proses manufaktur yang dapat ditelusuri ke dalam produk. 6. Prime cost sama dengan direct material ditambah dengan direct labor. 7. Conversion cost terdiri atas direct material dan direct labor. 8. Direct labor merupakan bagian dari product cost dan juga conversion cost. 9. Direct material bukan merupakan elemen dari conversion cost, melainkan bagian dari prime cost. 10. Conversion cost meliputi direct material dan factory overhead.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



20



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



21



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR II ABSORPTION AND VARIABLE COSTING A. Pendahuluan Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat dalam laporan keuangan.Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi perunitnya dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).Sementara itu harga pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah jadi dilaporkan dalam akun persediaan.



Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing.Penyajian berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan oleh standar akuntansi keuangan.Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi persediaan dengan menyimpang dari ketentuan standar.



Sementara itu untuk kepentingan analisis internal penyajian yang paling bermanfaat dalamanalisis adalah membandingkan antara tingkat penjualan yang bersifat variabel (unit terjual x harga jual) dengan biaya produksi yang juga bersifat variabel.Faktor pembaginya dalam hal ini satu yaitu unit yang diproduksi atau unit yang terjual tergantung kasusnya, hal ini disebut dengan Variable Costing.



Sementara itu dalam penyajian yang diperkenankan oleh standar akuntansi memiliki biaya overhead tetap dalam unsur inventory dan selanjutnya dalam harga pokok penjualan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan unit.



Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat karena akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari proses penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap, biaya pemasaran dan biaya administrasi serta biaya lainnya). Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan karena memiliki



hubungan



linier



antara



jumlah



unit



dengan



besaran



nilai



moneternya.Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan karena ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini. ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



22



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Analisis detail mengenai perbandingan antara absorption costing dengan variabel costing terurai dalam bahasan berikut ini.



B. Absorption Costing Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabelataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.



Pencatatan dan pelaporan nilai (cost) persediaan dengan menggunakan metode ini adalah membukukan seluruh biaya yang relevan dengan produk dan kegiatan untuk menghasilkan produksi tersebut dalam satu akun. Unsur-unsur yang terkait erat dengan kegiatan memproduksi produk dari bahan baku sampai dengan produk jadi dan siap untuk diperjualbelikan antara lain: bahan langsung; tenaga kerja manufaktur langsung; manufaktur overhead meliputi overhead variabel dan overhead tetap. Hal ini sejalan dengan pengertian cost untuk aset dalam standar akuntansi keuangan bahwa cost atau nilai perolehan dalam aset adalah tidak hanya nilai perolehan aset itu sendiri melainkan juga harus memperhitungkan segala biaya yang relevan untuk menjadikan aset tersebut bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.



Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki gerak searah dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk yang dihasilkan , antara lain:  Direct material  Direct Labor  Factory overhead – variabel



Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang bersifat tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan produk maka harus dikapitalisir dalam nilai persediaan.



Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka jumlah fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan menggunakan pemicu biaya (cost driver) yang tepat.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



23



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain sesuai dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam perpajakan khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan. Direct Material Variabel



Finished Goods Awal



+ Direct Labor Variabel



Finished Goods yang dihasilkan



Factory Overhead Variabel



Finished Goods Available for Sale



Fixed Overhead Applied



Finished Goods Akhir



Cost of Goods Sold Fixed Overhead Control



Berdasarkan ilustrasi gambar dapat disimpulkan: 



Nilai tercatat inventory sesuai dengan standar akuntansi terdiri dari 4 unsur yaitu Direct Material + Direct Labor + Variabel Overhead + Alokasi dari Fixed Overhead yang dibebankan pada produk tersebut (applied)







Fixed



factory



overhead



applied



diperoleh



dari



fixed



overhead



control



yangmenampung seluruh fixed overhead yang digunakan secara bersama dan kemudian dialokasikan dengan menggunakan cost driver tertentu. 



Pada tahapan selanjutnya, apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan secara periodik (metode pencatatan persediaan dijelaskan dalam sisipan bab ini), maka setelah ditambahkan dengan nilai persediaan inventory awal maka diperoleh Persediaan (Inventory) tersedia untuk dijual. Pencatatan ini berdasarkan alur akuntansi yang menginformasikan menggunakan alur nilai moneternya. Secara fisik setelah barang selesai di produksi maka saat barang tersedia di etalase maka sesungguhnya barang tersebut telah siap untuk dijual.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



24



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL







Kemudian pada setiap akhir periode manajemen melakukan perhitungan ataspersediaan yang belum terjual pada tanggal akhir periode tersebut dan didapatkan nilai persediaan akhir. Secara fisik persediaan akhir adalah persediaan yang belum terjual ketika tanggal laporan keuangan akan disusun.







Selisih antara Persediaan tersedia untuk dijual (cost of finished goods available for sale) dengan persediaan akhir merupakan Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold). COGS adalah nilai (cost) dari seluruh produk yang telah terjual dalam satu periode.



Tahap selanjutnya adalah penentuan Laba Operasi dengan langkah penghitungan sebagai berikut: Penjualan (Sales Revenue) Less: Harga Pokok Penjualan (COGS) Laba Kotor (Gross Profit) Less: Beban Penjualan dan Administrasi



XXX (XXX) XXX (XXX)



(Selling and Administrative Expenses) Laba Operasi (Operating Income)



XXX



Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fix dan variabel. Secara komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga Pokok Penjualan dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi (Income statement). Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok penjualan (atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang terjual dalam periode yang sama) akan menghasilkan laba kotor.



Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban pemasaran (selling expense) dan beban administrasi (administrative expense) maka akan diperoleh laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan beban administrasi secara standar akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi dalam proses pembuatan produk sehingga harus dibebankan ketika terjadi (incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost). Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk tersebutbelum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari inventory.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



25



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



C. Variabel Costing Metode absorption costing atau full costingkurang memberikan manfaat bagi manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik biaya tetap dan biaya variabel.



Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak tergantung pada frekuensi produksi. Perhitungan unsur harga pokok produksi hanya berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan memiliki hubungan linier dengan tingkat produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan, maka secara linier makin tinggi biaya produksinya.



Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya terdiri



atas variable



costs. Variable



costing biasa



disebut direct



costing atau marginal costing.



Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagian dan manufacturing overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost. Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak dimasukkan dalam analysis penetapan nilai persediaan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



26



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan analisis biaya variabel antara lain: Direct Material Variabel



Finished Good awal -Variabel



plus Direct Labor Variabel



Nilai Inventory awal – Variabel (FG)



FOH -Variabel



Finished Good Available for Sale -Variabel



minus



Selling & Adm -Variabel



Finished Good akhir – Variabel



Cost of Good Sold



Finished Good Inventory Awal



XXX



Work In Process Inventory Awal



XXX



Material Inventory Awal



XXX



Purchase of Inventory



XXX



Cost of Material Available for Use



XXX



Less: Material Inventory Akhir



(XXX)



Cost of Direct Material Used



XXX



Direct Labor



XXX



Factory Overhead



XXX



Total Manufacturing Cost Incurred



XXX



Total Manufacturing Cost



XXX



Less: Work In Process Akhir



XXX



Cost of Good Manufactured



XXX



Cost of Finished Available for Sale



XXX



Less: Finished Good Akhir



(XXX)



Cost of Good Sold



XXX



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



27



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Metode ini juga disebut sebagai metode direct karena hanya memasukkan unsur biaya yang secara langsung berkaitan dengan keeratan terhadap produk (biaya variabel). Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada awalnya akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai inventory maupun laba bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian periode tertentu akan mencapai akumulasi nilai yang sama.



Variabel costing merupakan model perhitungan yang digunakan secara internal sehingga tidak terdapat aturan standar yang mencatat mengenai penjurnalannya. Manajemen dapat melakukan pancatatan sebagaimana jurnal akuntansi komersial dapat juga mencatat dalam bentuk lain. Pencatatan ini bersifat internal dan tidak untuk dipublikasikan dan tidak termasuk dalam sistem akuntansi keuangan secara keseluruhan.



Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga fokus pada margin kontribusi yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi kecukupannya dalam membiayai biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode.



D. Pengaruhnya terhadap Pendapatan Perubahan dalam produksi dan penjualan memiliki dampak bervariasi pada operating income. Ketika produksi dan penjualan sama untuk tiap periode maka dua metode (variable costing dan absorption costing) melaporkan nilai operating income yang sama. Total biaya-biaya tetap dalam satu periode dibebankan menggunakan dua metode tersebut dalam periode terkait.



Ketika produksi dan penjualan tidak sama, dua metode tersebut akan melaporkan operating income yang berbeda, sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut:



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



28



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Gambar 2.2



E. Rangkuman Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel ataupun



tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi



seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel.



Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya terdiri



atas variable



costs. Variable



costing biasa



disebut direct



costing atau marginal costing.



Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagain dan manufacturing overhead yang bersifat variable. Sedangkan fixed manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost.



Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



29



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



F. Tes Formatif 2 Soal Pilihan Ganda Data berikut digunakan dalam soal-soal di bawahnya: Januari Biaya direct material per produk



1.000



Biaya direct labor per produk



2.000



Biaya variable manufacturing overhead



3.000



Total biaya fixed manufacturing overhead Total biaya fixed selling and administrative



1.000.000 400.000



Jumlah produk yang diproduksi Jumlah produk yang dijual



1.000 900



Harga jual per produk



8.000



1. Berapa total absorption cost per produk untuk bulan Januari? a. 6.000 b. 7.000 c. 7.111 d. 7.400 2. Berapa total biaya variabel per produk untuk bulan Januari? a. 6.000 b. 7.000 c. 7.111 d. 7.400 3. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan absorption costing? a. 900.000 b. 400.000 c. 500.000 d. 1.800.000 4. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan absorption costing? a. 600.000 b. 700.000 c. 711.100 d. 800.000



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



30



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



5. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan variable costing? a. 900.000 b. 400.000 c. 500.000 d. 2.000 6. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan variable costing? a. 600.000 b. 700.000 c. 711.100 d. 800.000 7. Bonus untuk manajemen seharusnya tidak dimasukkan dalam operating income di bawah metode costing mana? a. Absorption costing b. Variable costing c. Blended costing d. Semua jawaban benar 8. Metode costing mana yang menunjukkan contribution margin tiap produk pada laporan laba/rugi? a. Absorption costing b. Variable costing c. Blended costing d. Semua jawaban benar 9. Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi dan menjual sebuah produk tunggal. Tahun pertama mampu memproduksi 100.000 unit produk dengan rincian biaya sebagai berikut: Manufacturing



Nonmanufacturing



Variable



600.000



500.000



Fixed



400.000



300.000



Perusahaan mampu menjual 85.000 unit produk dengan harga penjualan 30 perunit.Menggunakan absorption costing, berapakah nilai operating profit perusahaan? a. 750.000 b. 900.000



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



31



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



c. 975.000 d. 1.020.000 10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit perusahaan menggunakan variable costing? a. 750.000 b. 840.000 c. 915.000 d. 975.000



Pertanyaan Benar-Salah



Pertanyaan



B



S



1. Menggunakan absorption costing, overhead manufaktur tetap akan menjadi bagian dari product cost. 2. Biaya over head manufaktur tetap tidak dapat ditelusuri secara langsung spesifik pada unit yang diproduksi. 3. Dalam absorption costing, persediaan meliputi seluruh biaya manufaktur dan biaya overhead manufaktur variabel dan tetap. 4. Activity-based costing mengembangan cost pool untuk tiap aktivitas dan mengalokasikan biayanya dalam obyek biaya berdasarkan keputusan manajemen. 5. Variable costing dikeluarkan dari biaya overhead manufaktur tetap dari biaya persediaan dan diperlakukan sebagai period cost. 6. Absorption (full) costing merupakan metode akuntansi yang mempertimbangkan seluruh biaya manufaktur sebagai product cost. 7. Dalam sistem absorption costing ketika volume penjualan melebihi produksi sehingga persediaan menurun, maka beban faktory overhead tetap akan menjadi lebih besar. 8. Factory overhead tetap dikurangkan dari contribution margin untuk menghasilkan operating income. 9. Biaya variabel penjualan dan administrasi merupakan period cost di bawah baik sistem variable dan sistem absorption cost dalam penetapan keuntungan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



32



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



10. Pada metode variable costing, contribution margin sama dengan penjualan dikurangi beban-beban variabel. Biaya penjualan dan administrative tetap (fixed selling and administrative cost) dan factory overhead tetap dikurangkan dari contribution margin sehingga akan menghasilkan operating income.



G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



33



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR III PERILAKU BIAYA DAN RELEVANT RANGE A. Pendahuluan Biaya dapat diklasifikasikan sesuai perilakunya. Perilaku biaya mengacu pada bagaimana sebuah biaya akan berubah seiring dengan perubahan level aktivitas. Manajer yang memahami bagaimana perilaku biaya akan mampu memprediksikan bagaimana biaya akan berubah dalam beragam alternatif. Sebaliknya, mengambil keputusan tanpa melalui pertimbangan dan pemahaman memadai terhadap pola perilaku biaya akan berdampak buruk. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mampu menetapkan pola biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan lebih tepat dibandingkan perusahaan yang hanya menggunakan asumsi atas biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksinya, umumnya terjadi pada perusahaan yang kebingungan menetapkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga memicu penurunan profit. Menghindari hal tersebut, manajer harus mampu memprediksi secara akurat biaya apa saja yang akan timbul dalam tiap level aktivitas.



Bagian ini akan mengulas tentang biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) dan perilaku biaya lainnya.



B. Variable Cost Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total. Biaya variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional.



Biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) biasanya diartikan dalam hubungan bagaimana biaya total berubah karena adanya fluktuasi kuantitas dari suatu aktivitas tertentu. Terdapat beragam dasar aktivitas seperti jumlah order atau pesanan yang akan diproses, jumlah langganan yang ditagih di bagian penagihan, jumlah penonton di bioskop, jumlah kilogram yang dikerjakan di gudang, jumlah jam kerja di bagian perakitan, jumlah tempat duduk di pesawat terbang atau kereta api, atau berbagai indeks volume yang lain. Jika level aktivitas meningkat, maka total biaya



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



34



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



variabel juga meningkat. Misalnya jika level aktivitas meningkat 10% maka total biaya variabel juga meningkat sebesar 10%.



Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam volume produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan konstan dalam jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya. Variable cost dalam short run



Gambar 3.1 Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan jumlah kegiatan atau volume bersangkutan.



Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume aktivitas (aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi penjualan, produksi, dan distribusi.Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk yang terjual, unit yang diproduksi, atau kilometer distribusi. Variable cost daam long run



Gambar 3.2 Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan, bahan baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



35



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



C. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya yang tidak akan berubah secara total selama periode waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Total biaya tetap (fixed cost) selalu konstan dengan kisaran relevan dari aktivitas.



Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total biaya tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti perubahan harga biaya itu sendiri.



Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan sama meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya. Fixed cost dalam short run



Gambar 3.3 Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan level aktivitasnya. Fixed cost dalam activity level beragam



Gambar 3.4



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



36



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Contohnya adalah biaya sewa.Misalnya Laboratorium Produa menyewa mesin penguji sampel senilai Rp20.000.000 perbulan. Biaya sewa yang timbul akan tetap sebesar Rp20.000.000 selama sebulan mengesampingkan frekuensi pengujian sampel yang dilaksanakan.



Karena biaya tetap secara total selalu bernilai konstan, maka rata-rata biaya tetap perunit akan menjadi semakin kecil secara progresif seiring dengan peningkatan level aktivitas. Seperti misalnyasebuah pabrik yang memilikikapasitas produksi 1.000 produk perbulan, dengan biaya tetap senilai Rp100.000.000 maka rata-rata biaya tetap perproduk adalah sebesar Rp100.000. jika tingkat produksi ditingkatkan menjadi 10.000 produk perbulan, maka dengan biaya tetap sebesar Rp100.000.000 akan menghasilkan biaya tetap rata-rata sebesar Rp10.000 perproduk.



Untuk contoh Lab. Produa di atas, asumsi satu mesin memiliki kapasitas maksimal pengujian sebanyak 2.000 kali.Jika Produa hendak meningkatkan kapasitas pengujian menjadi 3.000-4.000 kali perbulan maka dibutuhkan penambahan sewa mesin yang berdampak pada peningkatan biaya tetap. Jadi yang disebut dengan biaya tetap maksudnya adalah biaya tersebut konstan namun dalam batasan kisaran relevan (relevant range) yang akan dijelaskan lebih lanjut.



Biaya tetap dapat menimbulkan kerancuan jika diterapkan pada basis perunit.Hal tersebut diakibatkan oleh peningkatan dan penurunan rata-rata biaya tetap berbanding terbalik dengan perubahan aktivitas. Sebagai ilustrasi, rata-rata biaya tetap per pengujian akan turun seiring dengan peningkatan frekuensi pengujian yang dilakukan. Dan sebaliknya, seiring dengan penurunan frekuensi pengujian, maka rata-rata biaya tetap akan naik karena biaya tetap sebesar Rp20.000.000 tersebut akan tersebar ke seluruh biaya pengujian sampel.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



37



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Ilustrasi tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel berikut: Biaya Sewa Bulanan



Frekuensi Pengujian



Rata-Rata Biaya Tetap



Sampel



(per-pengujian)



Rp20.000.000



100



Rp200.000



Rp20.000.000



1.000



Rp20.000



Rp20.000.000



2.000



Rp10.000



Jika Lab. Produa melaksanakan 100 kali pengujian perbulan, maka biaya sewa peralatan rata-rata Rp200.000 per-pengujian. Namun jika Produa melaksanakan 2.000 kali pengujian, maka rata-rata biaya akan turun menjadi hanya Rp10.000 per-pengujian. Contoh lain dari biaya tetap meliputi depresiasi garis lurus, asuransi, pajak properti (PBB), sewa, gaji supervisor, gaji administrator, dan iklan.



D. Other Cost Behavior Biaya yang memiliki komponen baik variabel maupun tetap disebut sebagai biaya campuran (mixed cost). Sebagai contoh, Perusahaan Telekomunikasi mengenakan biaya sebesar Rp100.000 perbulan atas jasa komunikasi yang disediakan dan Rp1.000 untuk penggunaan per menit.Jika konsumen menggunakan telepon selama 100 menit, Perusahaan Telekomunikasi akan mengenakan biaya sebesar Rp200.000 (Rp100.000 + (100 menit x Rp1.000).



Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan perbulan karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan.Sedangkan biaya sebesar Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan peningkatan proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua kali lipat menjadi 200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi Rp200.000. Sehingga total biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000 (Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000). Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut: Y = a + bX Keterangan: Y = Total mixed cost a = Total biaya tetap b = biaya variabel per unit dari aktivitas X = level aktivitas



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



38



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada kontrak sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan. Dua metode mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah: 1. high-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang observasi. Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan terendah (bukan output) dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk memenuhi porsi variabel dalam biaya. Kritik utama dalam metode high-low adalah bahwa titik high dan low mungkin sebuah kondisi abnormal yang tidak menunjukkan kondisi normal. 2. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas biaya campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah kisaran. Contoh:



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



39



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



E. Relevant Range and Marginal Cost Kisaran relevan merupakan sebuah ikatan volume dimana total biaya tetap bernilai tetap dan biaya variabel perunit juga konstan. Untuk memperkirakan biaya yang timbul, manajer perlu memahami tentang kisaran relevan karena total biaya “tetap” dapat berbeda dari satu kisaran range satu ke kisaran lain dan biaya variabel per unit juga dapat berbeda dalam beragam kisaran relevan.



Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan.Aktivitas perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan mampumempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan. Pelaksanaan produksidalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut produksi dalam fase yang short run.



Penambahan



kapasitas



terpasang



karena



mengantisipasi



peluang



akan



membawakonsekuensi instalasi sarana produksi dan ini umumnya bersifat jangka panjang. Bahkansecara jangka panjang (long run) seluruh biaya (termasuk biaya tetap) akan menjadi biaya variabel.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



40



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas produksi 100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit produksi. Apabila ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus menambah 1 mesin yang sama dengan tambahan investasi Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi Rp2.000.000 yang akan konstan untuk memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per



Biaya tetap



hari sebagai kisaran relevan baru.Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:



Kisaran Relevan



30.000.000 20.000.000



10.000.000



0



50



100



150



200



250



Volume dalam jam Perilaku Biaya (dalam kisaran relevan)



Biaya Biaya Variabel



Dalam Total Total



biaya



Per-Unit



variabel Biaya



variabel



perunit



tetap



perunit



meningkat dan menurun tetap sebanding



dengan



perubahan level aktivitas Biaya Tetap



Total biaya tetap tidak Biaya dipengaruhi perubahan aktivitas



oleh berkurang dalam



dalam



seiring



level peningkatan level aktivitas kisaran dan



range



meningkat



seiring



penurunan level aktivitas



Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan.Biaya marginal merupakan biaya tambahan (incremental) muncul dengan menghasilkan satu tambahan unit output. Dengan demikian, biaya marginal tetap konstan sepanjang kisaran relevan.Namun, kisaran relevan ada hanya untuk masa waktu tertentu.Oleh karena itu, seluruh biaya merupakan variabel dalam jangka panjang.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



41



300



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



F. Hubungan antara Biaya Marginal dan Average Total Cost Biaya total dari produksi (TC) terdiri atas total biaya tetap dan total biaya variabel. TC = FC + VC Average Total Cost (ATC) sama dengan jumlah biaya tetap rata-rata dengan biaya variabel rata-rata. ATC = TC ÷ Q AFC = FC ÷ Q AVC = VC ÷ Q Q adalah kuantitas dari produk yang dihasilkan. Setiap peningkatan dalam kurva biaya marginal (MC) akan selalu bersimpangan dengan kurva ATC dan kurva AVC pada titik terendah (minimum) mereka.



Cost Relationships



Minimum ATC Minimum AVC



Gambar 3.1 G. Rangkuman Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume produksi seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai konstan dalam jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian, biaya variabel secara total bervariasi langsung dan proporsional terhadap perubahan volume.



Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari level produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai sama meskipun produksinya berhenti sama sekali.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



42



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Biaya campuran (mixed cost) mengkombinasikan elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel.Sebagai contoh, beban sewa kendaraan bisa terdiri atas fee tetap bulanan ditambah dengan fee untuk penggunaan perkilometer sebagai biaya variabelnya.



H. Tes Formatif3 Soal Pilihan Ganda 1. Perusahaan menetapkan beban depresiasi (misalnya straight-line method) sebagai.... a. Biaya tetap (fixed cost) b. Biaya campuran (mixed cost) c. Biaya variabel (variable cost) d. Semua jawaban salah 2. Jika perusahaan meningkatkan harga penjualan per-unit atas sebuah produ, maka titik break-even point akan.... a. Meningkat b. Menurun c. Tetap d. Semua jawaban salah Pertanyaan Benar-Salah Pertanyaan



B



S



1. Biaya variabel perunit dan total biaya tetap akan bernilai konstan jika level aktivitas meningkat dalam kisaran relevan. 2. Total biaya variabel berubah ketika terjadi perubahan level aktivitas dalam kisaran relevan. Biaya perunit untuk biaya variabel bernilai konstan untuk seluruh level aktivitas dalam kisaran relevan. Sehingga peningkatan volume aktivitas dalam kisaran relevan akan berdampak peningkatan total variable cost. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



43



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



I.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



44



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR IV COST VOLUME PROFIT ANALYSIS A. Pendahuluan Analisis hubungan antara cost, volume, dan profit (CVP – Cost-Volume-Profit) sering kali jugadisebut sebagai analisis titik impas (breakeven analysis). CVP analisis merupakan alat bantu manajeruntuk memahami hubungan antara biaya (cost), volume, dan profitdengan mengaitkan harga jual produk, volume produk, biaya variabel per unit, biaya tetapdan juga bauran yang mungkin terjadi pada saat penjualan.



Analisis CVP yang tepat mampu membantu manejemen dalam mengambil keputusan antara lain jumlah produksi yang akan dilakukan atau dijual, kebijakanharga jual, strategi pemasaran yang akan digunakan, dan fasilitas-fasilitas produksi yangkemungkinan harus diakuisisi atau dieliminasi. Manajemen juga akan memperoleh informasi mengenai profit/loss yangakan diraih dengan membandingkan harga jual dengan biayanya, juga kuantitas yang akan diproduksi dan dijual.



Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik impas yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami kerugian. Selain itu juga manajemen akanfokus pada bagaimana mensikapi biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode dengan atautanpa adanya penjualan.



Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan antara cost, volume, dan profit. Analisis CVP adalah metode sistematis yang menjelaskan hubungan perubahan antara volume (output), hasil penjualan, biaya dan laba bersih. Sebagai sebuah model dari hubungan-hubungan ini, analisis CVP menyederhanakan kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan dalam dunia usaha.



Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi keruangan perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi. Analisis ini didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba dalam jangka pendek, dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi yang ada pada saat itu. Dalam jangka pendek, beberapa input yang bisa ditingkatkan dengan segera misalnya tambahan bahan baku atau tenaga kerja unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



45



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



berpengalaman, tenaga kerja terampil, perluasan pabrik, penambahan mesin yang sudah ada tidak akan bisa diadakan segera.



B. Asumsi Analisis cost value profit mengasumsikan bahwa manajer dapat mengklasifikasi masingmasing biaya apakah termasuk biaya variabel atau biaya tetap dan mengasumsikan bahwa satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah volume, dengan catatan biaya tetap tidak berubah.



Mayoritas



bisnis



tidak



bisa



secara



sempurna



memenuhi



asumsi



ini



jika



mempertimbangkan mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost) dalam perusahaannya, sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat, namun hanya dalam kisaran perkiraan.



Asumsi-asumsi yang digunakan dalam CVP lainnya adalah: a. Hubungan cost dan revenue dapat diprediksi dan bersifat linier dalam aktivitas range yang relevan. b. Total variabel cost berubah secara proporsional dengan volume dalam range yang relevan. c. Perubahan dalam jumlah inventory misalkan hilang, menyusut, dan lainnya jika ada, secara jumlah tidak signifikan d. Biaya Tetap selalu konstan dalam range yang relevan dengan volume. e. Harga jual dan kondisi pasar konstan f.



Tingkat produksi sama dengan tingkat yang terjual



g. Revenue dari bauran pemasaran konstan h. Semua biaya baik yang tetap maupun yang Variabel dalam jangka waktu yang sesuai akan memiliki sifat yang sama , namun apabila dianalisis dalam jangka waktu yang lebih lama semua biaya sepertinya akan bersifat variabel. i.



Teknologi dan tingkat efisiensi produksi konstan



j.



Pendapatan dan biaya akan bervariasi hanya disebabkan karena perubahan volume. Volume merupakan satu-satunya pemicu (driver).



k. Titik impas berhubungan langsung dengan biaya dan kebalikannya berhubungan dengan anggaran Margin of safety dan contribution margin. l.



Time value of money diabaikan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



46



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Penggunaan asumsi-asumsi ini mengharuskan analisis CVP dilakukan dalam situasi kepastian. Namun dalam pelaksanaannya pengambilan putusan dibuat dalam situasi yang tidak pasti. Dalam hal ini probabilitas mengenai keragaman hasil yang akan diraih dan juga sensitivitasnya sangat perlu dianalisis terutama dalam hal adanya ketidakpastian.



C. Penentuan BEP Unit Titik impas (break even point) adalah tingkatan dari output dimana pada titik tersebut totalpendapatan sama dengan total biaya sehingga profit sama dengan Nol.Setiap penambahan unit yang diproduksi di atas BEP akan menghasilkan operating income. Penghitungan paling sederhana dalam menetapkan breakeven dalam unit adalah dengan membagi biaya tetap dengan unit contribution margin (UCM).UCM sebanding dengan harga penjualan dikurangi biaya variabel unit.



Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode persamaan. Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N ditetapkan sama dengan nol kemudian menghitung nilai Q.



Sebagai permisalan, sebuah perusahaan manufaktur dalam memproduksi barang membutuhkan biaya variabel $120, biaya tetap $2.000, margin kontribusi $80.Barang tersebut dijual senilai $200/unit. Jika perusahaan manufaktur tersebut menjual 5 unit produk, maka dengan persamaan akan ditemukanlaba operasi sebesar:



(



)



(



)



Diketahui: Q = penjualan perunit v = biaya variabel perunit f = total biaya tetap p = harga perunit N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau tidak berulang dan pajak penghasilan) ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



47



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Untuk mendapatkan nilai BEP, maka asumsikan N = 0, sehingga:



(



)



(



)



Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300 unit pertahun).



D. Penentuan BEP Dollar Jumlah unit yang dijual, biaya variabel perunit, dan harga jual terkadang tidak diketahui atau tidak praktis untuk ditentukan.Misalnya sebuah perusahaan memiliki banyak produk dan ingin menentukan titik impas keseluruhan untuk semua produk secara bersama-sama.Untuk itu, tidaklah praktis menentukan titik impas dalam unit setiap produk, tapi dimungkinkan untuk menemukan titik impas dalam satuan dolar penjualan semua produk. Kita menggunakan metode titik impas yang sedikit dimodifikasi, dengan Y adalah titik impas dalam satuan dolar penjualan: ( ⁄ ) Dengan menggunakan prinsip aljabar, dapat kita lihat bahwa persamaan ini ekuivalen dengan persamaan yang digunakan sebelumnya untuk titik impas berdasarkan unit, tetapi Q digantikan oleh Y/p, yaitu jumlah penjualan adalah Y = Q x p. Dengan menggunakan data ilustrasi contoh di atas, kita anggap bahwa kita belum tahu harganya Rp75 dan biaya variabel perunit adalah Rp35, melainkan kita hanya mengetahui biaya variabel total (Rp84.000) dan total penjualan (Rp180.000). kita bisa mendapatkan rasio v/p = 0,4667 (Rp84.000/Rp180.000) dan menghitung titik impas dalam dolar: (



)



Contoh lain, rasio contribution margin perusahaan manufaktur adalah sebesar 66,667% (US $0,40 ÷ US $0,60). Maka nilai breakeven point in dollars = Fixed costs ÷ CMR, yaitu US $10,000 ÷ 0,66667. Perhitungan tersebut menghasilkan BEP in dollar sebesar US $15,000.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



48



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



E. Margin of safety Margin of safetymerupakan kelebihan atas penjualan yang diharapkan dibandingkan penjualan break even.Karena itu Margin of safety menjadi “bantalan” bagi penurunan penjualan yang mampu ditanggung perusahaan tanpa menderita kerugian. Dengan kata lain, Margin of safety menunjukkan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian.



Manager menggunakan Margin of safety untuk mengevaluasi risiko baik operasional perusahaan yang sedang berjalan dan rencana mereka di masa depan. Sebagai permisalan, Lab. Produa memiliki titik break even setelah 100 pengujian sampel. Dengan asumsi bahwa Produa akan mampu melayani 350 pengujian sampel, maka Margin of safety adalah: Expected sales



-



Breakeven sales



=



Margin of safety sales



350 pengujian



-



200 pengujian



=



150 pengujian



Margin of safety sales



X



Sales price



=



Margin of safety in currency



150 pengujian



X



Rp100.000



=



Rp20.000.000



Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian atau sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of safety (150 pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total expected sales (350 pengujian). Dengan cara lain, Margin of safety jika dinyatakan dalam persentase, maka rumusnya:



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



49



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar penjualan tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi perbandingan dua margin safety yang berbeda:



(Dalam Rupiah) Penjualan



1.000.000 100%



Biaya variabel



750.000



CM



250.000



400.000



Biaya Tetap



150.000



300.000



100.000



100.000



BEP Rp150.000 : 25%



75%



1.000.000 100% 600.000



60%



600.000



BEP Rp300.000 : 40%



750.000



MS dalam rupiah 1.000.000 – 600.000



400.000



1.000.000 – 750.000



250.000



MS dalam persentase 400.000 : 1.000.000



40%



250.000 : 1.000.000



25%



Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa Margin of safety opsi B lebih kecil dibandingkan opsi A sehingga jika terjadi resesi maka perusahaan yang menggunakan opsi B akan lebih cepat mengalami kerugian. Tetapi jika terjadi kenaikan penjualan, opsi B lebih baik dibanding opsi A karena memiliki contribution margin yang lebih baik. Perusahaan yang memiliki contribution margin tinggi dan biaya tetap rendah merupakan bentuk usaha yang ideal dalam meraih keuntungan.



F. Target Operating Income Maka perusahaan selain bisa memprediksi Break Even dimana Operating Income = 0, makadapat juga digunakan sebagai sarana untuk menetapkan operating income yang akan diraih.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



50



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Dengan adanya target operating income, maka perusahaan dapat memprediksi padakuantitas berapa penjualan harus dilakukan berikut dengan upaya-upaya yang harus dilakukan.



Ilustrasi: Dengan menggunakan asumsi yang sama Harga Jual Per unit $ 0,60 dan biaya variabel perunit $ 0,20 danbiaya tetap sebesar $ 10,000, apabila perusahaan mentargetkan pendapatansebesar $ 2,000, berapa unit yang harus terjual. Jawaban: 2,000 = 0,6Q – 0,2Q – 10,000 Q = 12,000 / (0,4) = 30,000 unit.



G. Target Net Income Sejauh ini kita telah mengabaikan dampak pajak penghasilan dalam analisis CVP atau biaya-volume-laba.Target laba yang ingin dicapai manajer dinyatakan dalam istilah laba bersih pada rencana strategisnya, yaitu laba operasi dikurangi pajak penghasilan.Karena manajemen puncak ingin agar para manajer di bawahannya memperhitungkan dampak keputusannya terhadap laba operasi setelah pahak penghasilan dibayarkan.Beberapa keputusan mungkin tidak berdampak besar terhadap laba operasi. Namun bisa jadi keputusan itu dapat menurunkan pajak sehingga menarik dari sudut pandang laba bersih sehingga berpengaruh terhadap dividen saham yang akan dibagikan dan meningkatkan kemampuan pengembalian atas investasi.



Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan dalam terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi.Dapat dicontohkan, manajer ingin mengethaui jumlah unit yang harus terjual untuk mendapatkan laba bersih sebesar Rp960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya adalah 40%. Dengan menggunakan metode persamaan: Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak) Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak)



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



51



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh:



Dengan asumsi pendapatan 200.000.000, biaya variabel 120.000.000, dan biaya tetap 1.000.000.000, kita akan memperoleh hasil: ( (



) (



)



) (



) 80.000.000 x Q = 2.600.000.000



Q = 20 per unit Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan sebelumnya: Jumlah unit output yang harus dijual = Target laba operasi



=



Maka: Jumlah unit output yang harus dijual = Dengan menggunakan angka pada contoh di atas, maka diperoleh hasil: Jumlah unit output yang harus dijual =



= 32,5 unit



H. Rangkuman Break even point in sales dollars sama dengan biaya tetap dibagi dengan contributionmargin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap harga jual baik secara total maupun perunit.



Margin of safety adalah sebuah ukuran yang mengantisipasi risiko. Perusahaan menghadapi ketidakpastian pendapatan.Disatu sisi terdapat titik impas sehingga margin of safety merupakan tingkat penjualan yang di anggarkan di atas titik impas. Jika risiko terjadi maka margin of safety adalah titik aman yang kritis dimana setelah titik aman ini terlewati maka secara pasti perusahaan akan mengalami kerugian.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



52



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



I.



Tes Formatif 4 Soal Pilihan Ganda 1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000 dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni sebesar $15 dan harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut, volume BEP dalam penjualan adalah…. a. 18.000 b. 30.000 c. 45.000 d. 60.000 2. Jika pemerintah hendak meningkatkan tarif pajak untuk PPh Badan, hubungan antara biaya setelah pajak dan volume penghasilan untuk perusahaan tunggal akan ikut berubah sebagaimana berikut…. a. BEP akan meningkat b. BEP akan menurun c. Tidak ada perubahan dalam BEP d. Tidak ada perubahan apapun dalam cost-volume-profit relationships 3. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk produksinya sebesar $450.000 dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai.biaya variabel perunit sebesar $15 dan harga penjualan perunit $25. BEP akan tercapai ketika penjualan adalah sebesar…. a. 18.000 unit b. 30.000 unit c. 45.000 unit d. 60.000 unit 4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel. Sebagai tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering diturunkan untuk menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut adala 10%, maka berapa contribution margin ratio perusahaan? a. 27,5% b. 30,6% c. 37,5% d. 41,7%



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



53



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



5. Sebuah perusahaan memiliki penjualan $500.000, biaya variabel $300.000 dan pendapatan sebelum pajak $150.000. Jika perusahaan meningkatkan harga jual perunit sebesar 10%, mengurangi biaya tetap 20%, dan biaya variabel tetap, maka BEP in sales dollar yang baru adalah…. a. $88.000 b. $100.000 c. $110.000 d. $125.000 6. Strategi untuk menurunkan BEP umumnya adalah… a. Meningkatkan baik biaya tetap maupun contribution margin b. Menurunkan baik biaya tetap maupun contribution margin c. Menurunkan baik biaya tetap dan meningkatkan contribution margin d. Meningkatkan baik biaya tetap dan menurunkan contribution margin 7. Pada titik BEP, nilai contribution margin sama dengan… a. Biaya variabel b. Penjualan c. Biaya penjualan dan administrasi d. Biaya tetap 8. Dalam menggunakan CVP untuk menghitung unit yang diharapkan terjual (expected unit sales) , manakah dari pilihan berikut yang sebaiknya ditambahkan pada biaya tetap sebagai pembilang. a. Prediksi kerugian operasional b. Prediksi keuntungan operasional c. Unit contribution margin (UCM) d. Biaya variabel 9. 10. Jika biaya tetap suatu produk meningkat sementara biaya variabel dan harga penjualan tetap, apa yang akan terjadi pada contribution margin dan BEP? CM



BEP



a. Meningkat



Menurun



b. Menurun



Meningkat



c.



Tetap



Increase



d.



Tetap



Tetap



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



54



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Pertanyaan Benar-Salah Pertanyaan



B



S



1. Peningkatan tarif pajak tidak berdampak pada BEP. 2. Perusahaan tidak akan berutang pajak jika tidak memiliki keuntungan. 3. Contribution margin perunit akan lebih rendah jika tarif pajak perusahaan lebih besar (meningkat), kondisi ini berlaku untuk seluruh perusahaan yang operasinya berada di atas level BEP. 4. Break even volume dalam penjualan unit sama dengan biaya tetap dibagi dengan cotribution margin unit. 5. Meningkatkan biaya tetap tidak akan mengubah titik BEP. 6. Menurunkan contribution margin tidak berdampak pada BEP. 7. BEP in dollar sama dengan biaya tetap dibagi dengan rasio contribution margin. 8. Meningkatkan biaya tetap dan menurunkan contribution margin akan berdampak pada peningkatan BEP. 9. Biaya variabel dan penjualan (sales revenue) digunakan untuk menetapkan nilai contribution margin. 10. BEP sama dengan biaya tetap dibagi dengan unit contribution margin (UCM) yang dihasilkan dari harga jual minus biaya variabel perunit. Konsekuensinya, jika ada penambahan biaya tetap tidak akan berdampak pada contribution margin namun mengakibatkan peningkatan BEP.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



55



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



J.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



56



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR V BIAYA RELEVAN A. Pendahuluan Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu saat terdapatkondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena perusahaan beroperasisaat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas yang tersedia. Penyebabperusahaan beroperasi di bawah kapasitas maksimal dapat beragam, seperti kondisi pasarmemang belum sepenuhnya menyerap produksi perusahaan, skala ekonomis perusahaanakan terlewati jika beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan sebab lainnya. Untuk ituperusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess capacity denganmenggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis incremental).



Untuk pemanfaatan kapasitas yang berlebih ini perusahaan menghadapi berbagai pilihanatau alternatif yang masing-masing alternatif memiliki karakteristik potensi pendapatan danjuga cost yang harus ditanggung untuk setiap alternatif.



B. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Dalam bahasa lain disebutkan teknik ini sebagai model pengambilan keputusan (decision model). Decision model adalah metode formal dalam pembuatan keputusan yang sering kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.



Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk angka-angka yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang dapat diterima secara umum.Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model perhitungan yang berbeda. Namun pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau profit yang dapat dihasilkan dari alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi halhal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis kualitatif seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan sejenisnya. ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



57



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Tahapan analisis:



Identifikasi Problem, Ketidakpastian,dan Peluang Memperoleh informasi yang dibutuhkan model



Pembuatan prediksi untuk setiap alternatif



Pengambilan keputusan di antara alternatif Implementasi keputusan, evaluasi, penilaian, dan pembelajaran Gambar 5.1.



C. Biaya Relevan (Relevant Cost) Atas analisis di atas disebutkan bahwa dalam setiap alternatif terdapat potensi pendapatan dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut sebagai biaya relevan (relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan yang diharapkan, dan selain ada biaya, juga mengandung penerimaan relevan (relevant revenue) yaitu pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap alternatif. Revenue atau biaya yang tidak memiliki kaitan atas pelaksanaan satu alternatif disebutkan sebagai sesuatu yang tidak berhubungan (irrelevant).



Prasyarat suatu relevant revenue dan relevant cost antara lain: 1. Terjadi di masa depan (occur in the future) – setiap keputusan akan ditetapkanberdasarkan hasil yang diharapkan terjadi dimasa depan 2. Terdapat perbedaan antara berbagai alternatif yang tersedia (differ among thealternatives course of action) – Jika tidak ada perbedaan antara revenue dan costdari berbagai alternatif maka tidak akan ada pilihan, namun karakteristiknya adalah setiap alternatif membawa konsekuensi pendapatan dan biaya yang berbeda.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



58



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data produksi suatu perusahaan berikut ini:  Direct material



2,00



 Direct labor



3,00



 Variabel overhead



0,50



 Fixed overhead



0,50



 Total cost per unit



6,00



Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga jual 10. Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan) sebesar 5.60 per unit, apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini? 1. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata biayaproduksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan keputusanyang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat kapasitasmaksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari kebutuhanspecial order tersebut. 2. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus menerimaspecial order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60 masih di atas biayaproduksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $ 0.10/unit). 3. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya variabelyang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap menjadi tidakrelevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru. Seluruh biaya tetaptelah diserap oleh produksi normal sehingga produksi special tidak lagimemperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat penambahan alat produksi yangberarti di atas kapasitas normal perhitungannya harus dihitung ulang. 4. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih tersedia danidle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran dari pesaing dimanaharga pesaing akan dapat perusahaan kalahkan jika harga yang ditawarkan masih diatas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50.



D. Model Biaya Relevan Lain 1. Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Perusahaan dalam situasi normal seharusnya memanfaatkan sumber daya yang ada dan tersedia di perusahaan daripada membeli dari luar untuk sebuah kebutuhan



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



59



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



yang secara teknis perusahaan mampu membuat sendiri atau mengerjakan sendiri (untuk jasa).



Namun untuk memberikan dasar yang memadai dalam pengambilan keputusan maka secara internal manajemen harus melakukan analisis membandingkan biaya yang diperlukan jika dikerjakan sendiri dengan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli/mengadakan dari luar perusahaan. Saat ini kecenderungan untuk menyerahkan sebagian urusan kepada pihak ketiga telah menjadi suatu praktek bisnis yang lazim. Sejumlah jasa yang umumnya dioutsorce ke pihak ketiga antara lain penanganan pengelolaan informasi yang terkomputerisasi, layanan jasa hukum, jasa akuntansi, jasa internal audit, ataupun pelatihan. Kecenderungan ini sudah dipastikan telah melalui proses perbandingan antara biaya yang harus dikeluarkan perusahaan lebih tinggi jika dikerjakan sendiri daripada biaya yang harus dikeluarkan ke pihak ketiga.



Beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan kajian perbandingan antara make-or-buy decision antara lain:  Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan tidakseluruh biaya  Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan misalkanbiaya tahun



lalu



tidak



lagi



dapat



dijadikan



sebagai



bahan



pertimbangan



dalammenganalisis make or buy decision tahun ini.  Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena tidakrelevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau alternatif buybiaya ini sudah pasti terjadi  Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak tersedia. Contoh: Perusahaan furniture memiliki kebutuhan untuk furniture internal kantor karena perluasan kantor yang sedang dilakukan. Berikut ini analisis data-data yang relevan jika kebutuhan furniture ini dikerjakan di workshop sendiri atau beli dari supplier lain. Perusahaan memiliki kalkulasi biaya memproduksi sebesar $ 15 dan jika membeli dari luar ada supplier yang menawarkan sebesar $ 13.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



60



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Membuat Total Variable cost



$10



Allocation fix cost



$5



Total unit cost



$15



Membeli



$13



Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari pada memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada memproduksi sendiri.



2. Capacity Constraint dan Product Mix Analisis marginal juga dapat diterapkan pada pengambilan keputusan dalam hal produk dan jasa yang dijual memiliki keterbatasan.Sebagai contoh jika perusahaan dapat menjual sebanyak yang diproduksi namun memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya, maka keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin kontribusi per unit dalam sumber daya yang terbatas. Jika terdapat keterbatasan yang lebih dari satu misalkan dalam kombinasi antara sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi maka hasil optimal akan dapat dinilai dengan menggunakan bantuan teknik linear programming.



Linear programming merupakan suatu model umum yang digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Misalnya, suatu keadaan dimana bagian produksi perusahaan dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masing-masing jenis produk dengan mempehatikan batasan faktor-faktor produksi seperti mesin, tenaga kerja, bahan menta, dan lain sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya minimal.



Fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya – sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



61



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Gambar 5.1. Gambar di atas menunjukkan area daerah penyelesaian (feasible region).



3. Divestasi Keputusan divestasi adalah lawan dari analisis mengenai capital budgeting yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Keputusan divestasi bisa berupa penghentian operasi, penghentian produksi satu atau lebih jenis produk, penghentian atau perubahan segmen bisnis, penutupan cabang, dan lainnya.



Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari proyek yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau dengan kata ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



62



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari pada pendapatan yang berhasil diraih.



Tahapan yang harus diambil dalam proses keputusan divestasi: a. Identifikasi fix cost yang melekat yang akan dihindari pada project tersebut b. Menentukan pendapatan yang dibutuhkan untuk menjustifikasi kelanjutan operasi. Jumlah pendapatan yang harus dihasilkan setidaknya sama dengan dengan biayayang dibutuhkan untuk kelanjutan operasi. c. Menentukan opportunity cost dari dana yang diterima hasil divestasi. d. Menentukan apakah nilai carrying asset sama dengan nilai ekonomisnya.



4. Keputusan Penjualan atau Produksi Perusahaan yang memiliki proses produksi khususnya yang memerlukan sejumlah tahapan memiliki potensi untuk dapat menjual produk di tengah flow process dan market untuk produk yang belum jadi ini tersedia. Dalam situasi ini perusahaan dapat menentukan apakah melanjutkan proses produksi menjadi produk akhir atau menjual di tengah proses.



Dalam proses ini parameter yang digunakan adalah perusahaan memiliki alternatif menguntungkan untuk menjual ditengah proses apabila revenue yang dihasilkan lebih tinggi dari pada cost yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi ditambah dengan laba yang umumnya diterima.



E. Tes Formatif 5 Soal Pilihan Ganda 1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh perusahaan retailer: Harga beli



US $4.95



Beban penjualan variabel



US $2.00



Beban administrasi variabel



US $1.00



Biaya tetap



US $7,500



Penjualan yang diharapkan/tahun



5,000 units



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



63



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka pendek? a. $5 b. $7 c. $8 d. $9 2. Ketika menerapkan pendekatan cost-benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria utama adalah bagaimana tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya dengan biaya. Biaya-biaya tersebut termasuk juga… a. Biaya variabel untuk program tindakan namun tidak diharapkan biaya tetap karena hanya biaya variabel diharapkan yang relevan. b. Biaya incremental out-of-pocket seperti halnya expected continuing cost yang biasa menjadi alternatif program tindakan. c. Biaya masa depan yang berbeda antar tindakan ditambah dengan faktorfaktor kualitatif yang tidak terukur secara nominal. d. Biaya historis dan biaya masa depan yang terkait dengan program tindakan termasuk di dalamnya seluruh faktor kualitatif yang tidak dapat diukur secara nominal. 3. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual 100,000 unit komponen dengan variable cost perunit sebesar $20. Dari proses produksi, diketahui terdapat 1.200 produk tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sehingga muncul biaya tambahan untuk pengulangan sebesar $12 per unit. Produk yang diproses ulang (reworked)tersebut dijual dengan harga $45/unit, sedangkan produk berkualitas prima dijual seharga $50/unit. Jika perusahaan telah menerapkan progran quality assuranceuntuk memastikan seluruh unit diproduksi sesuai spesifikasi, peningkatan dalamcontributionmargin untuk komponen tersebut menjadi… a. $14.400 b. $20.400 c. $21.600 d. $39.600 4. Produksi sebuah entitas tiap tahun telah melampaui batas produksi (kaitannya dengan properti, instalasi, dan peralatan produksi). Jika dalam satu tahun aset-aset tersebut hanya digunakan untuk produksi dengan kapasitas 80% dari seharusnya



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



64



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



dan level penjualan pada tahun tersebut sebesar $2 million. Full capacity sales level adalah sebesar…. a. $1.600.000 b. $2.000.000 c. $2.500.000 d. $10.000.000 5. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan kapasitas menganggurnya (idle capacity), manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant? a. Material b. Depresiasi c. Tenaga kerja langsung d. Overhead manufaktur 6. Sebuah perusahaan membuat dan menjual produk tunggal yang membutuhkan 2 jam mesin/unit. Penjualan tahunan diharapkan sebesar 75.000 unit. Kapasitas produksi tahunan sebear 200.000 jam (machine hour). Harga jual yang diharapkan $10.unit. data biaya untuk proses manufaktur dan penjualan produk adalah sebagai berikut: Biaya variabel (perunit) Direct material



$3,00



Direct labor



$1,00



Variabel manufacturing overhead



$0,80



Variable selling



$2,00



Biaya tetap (pertahun) Fixed manufacturing overhead



$90.000



Fixed selling



$60.000



Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak 10.000 unit dengan harga $7,60/unit. Biaya variable selling sebesar $1,20/unit. Pesanan khusus ini tidak akan mempengaruhi penjualan reguler yang sebesar 75.000 unit. Jika perusahaan menerima pesanan khusus ini, maka profit akan…. a. Meningkat $8.000 b. Meningkat $16.000 c. Menurun $4.000 d. Menurun $12.000



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



65



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



7. Menggunakan data di atas, jika harga penjualan diturunkan menjadi $9,30/unit maka penjualan diharapkan menjadi 90.000 unit pertahun. Jika biaya tetap dan variabel tidak berubah, maka profit akan menjadi…. a. Menurun $5.000 b. Menurun $15.000 c. Menurun $45.000 d. Meningkat $15.000 8. … a. b. c. d. 9. …. Job-order costing



Operation Costing



Process costing



a.



Auto repair



Clothing manufacturer



Oil refining



b.



Loan processing



Drug manufacturing



Custom printing



c.



Custom printing



Paint manufacturing



Paper manufacturing



d.



Engineering design



Auto assembly



Motion picture production



Pertanyaan Benar-Salah Pertanyaan



B



S



1. Perusahaan retailer tidak akan mengalami kerugian tambahan jika harga yang ditetapkan telah menutup biaya incremental, yaitu biaya variabel. 2. Dalam jangka pendek, biaya tetap merupakan sunk cost yang akan tetap muncul meskipun proses produksi tidak berjalan. 3. Historical cost tidak relevan dengan analisis cost-benefit karena merupakan cost. 4. Terdapat asumsi bahwa seluruh biaya tetap dan biaya variabel unit dari direct material, direct labor, dan overhead manufaktur variabel tidak dipengaruhi dengan adanya pesanan khusus. 5. Karena pabrik telah melewati kapasitas produksi dan penjualan tidak terdampak, harga minimum yang ditetapkan di atas variabel cost unit dapat diterima.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



66



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas.Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



67



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR VI PROCESS COSTING Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk mempersiapkan



laporan



biaya



produksi



menggunakan



metode



penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta jurnal entri terkait.



A. Pendahuluan Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan dalam menetapkan biaya produk (unit product cost).Sistem job-order costing digunakan ketika dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas atau memproses produk yang beragam.Contoh adalah industri yang menggunakan penganggaran job-order meliputi pabrik furnitur, percetakan atas pemesanan khusus (special-order), galangan kapal, dan banyak lagi.



Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk sejenis, misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh perusahaan yang menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT. Gula Tani Nirmala, PT. Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan dalam peralatan yang memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air minum (PDAM). Bab ini akan menjelaskan bagaimana penganggaran produk dijalankan dalam sistem process costing.



B. Kegunaan Process Costing Akuntansi biaya proses (process cost) menetapkan biaya-biaya ke barang persediaan atau jasa. Kondisi tersebut diaplikasikan ke produk-produk yang relatif homogen dan diproduksi massal secara berkesinambungan, misalnya produk minyak, benang, dan monitor komputer.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



68



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Daripada menggunakan jurnal pembantu untuk menelusuri pekerjaan spesifik (specific job), proses costing umumnya menggunakan akun work-in process yang menjadi output produksi untuk masing-masing departemen. Process costing menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit sebagai berikut: 1. Biaya diakumulasikan untuk obyek biaya yang terdiri atas sejumlah besar barangbarang/jasa sejenis. 2. Work-in process dinyatakan dalam bentuk unit ekuivalen. 3. Biaya unit ditetapkan.



C. Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing Dalam beberapa hal, process costing memiliki kesamaan dengan job-order costing, dan sebaliknya bisa sangat berbeda. Pada bagian ini, akan dipelajari persamaan dan perbedaan sebagai pondasi pemahaman dan diskusi lebih jauh tentang process costing. 1. Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing dapat dirangkum sebagai berikut: a. Kedua sistem memiliki persamaan tujuan dasar, yaitu menetapkan biaya material, labor, dan manufacturing overhead ke dalam produk dan menyediakan mekanisme untuk menghitung biaya produk unit. b. Kedua sistem menggunakan dasar akun-akun manufaktur yang sama, meliputi Manufacturing Overhead, Raw Material, Work in Process, dan Finished Goods. c. Aliran biaya ke dalam akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem tersebut. 2. Perbedaan antara Job-Order dan Process Costing Terdapat tiga perbedaan antara job-order dan process costing: a. Process



costing



digunakan



ketika



perusahaan



secara



terus menerus



memproduksi barang yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Job-order costing digunakan ketika sebuah perusahaan memproduksi beragam pekerjaan yang memiliki kebutuhan produksi yang unik atau berbeda-beda. b. Dalam process costing, tidak akan bisa dilakukan identifikasi biaya material, labor, maupun overhead dengan permintaan konsumen secara terpisah (sebagaimana dilakukan dalam job-order costing). Dengan demikian, process costing mengakumulasikan biaya dari tiap departemen dan menetapkan biaya tersebut secara seragam pada seluruh unit yang melewati departemen terkait



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



69



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



selama periode produksi. Sedangkan job-order sheet yang digunakan dalam jobprder costing tidak digunakan untuk mengakumulasikan biaya. c. Sistem proces costing menghitung biaya perunit tiap departemen. Hal tersebut berbeda dengan job-order costing yang menghitung berdasarkan job menggunakan job cost sheet. Job-Order Costing



Process Costing



1. Many different jobs are worked on 1. A single product is produced either during each period, with each job



on a continuous basis or for long



having



periods of time. All units of product



different



requirements.



production



are identical.



2. Costs are accumulated by individual 2. Costs job.



are



accumulated



by



department.



3. Unit costs are computed by job on 3. Unit the job cost sheet.



costs



are



computed



by



department.



D. Akumulasi Biaya Akumulasi biaya dalam sistem process costing dihitung berdasarkan departemen daripada proyek.Hal ini merefleksikan proses manufaktur yang secara nature bersifat homogen dan berlangsung terus menerus. Input fisik yang dibutuhkan dalam proses produksi diperoleh dari supplier. Material langsung dimasukkan dalam departemen yang awal melakukan proses produksi. Produk beralih dari satu departemen ke departemen berikutnya.Departemen kedua memasukkan material langsung tambahan dan biayabiaya konversi tambahan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



70



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer ke finished good. Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya ditransfer ke Cost of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut selama periode produksi dapat dirangkum sebagai berikut: Raw Material



Work-in Process



Finished Good



Inventory (RM)



Inventory (WIP)



Inventory (FG)



Beginning RM



Beginning WIP



Beginning FG



Purchase of RM



Convertion Cost



Cost of Good Manufactured



(Ending RM)



Raw Material Used



(Ending FG)



(Ending WIP) Raw Material Used



COGM



COGS



E. Equivalent Unit of Production (EUP) Pada akhir periode umumnya terdapat unit yang belum selesai melalui proses produksi (setengah jadi). Untuk memperhitungkan biaya yang melekat dalam produk setengah jadi tersebut, dilakukan penetapan ulang unit/produk yang sudah memenuhi equivalent unit of production (EUP). EUP adalah jumlah dari barang jadi yang telah diproduksi dari material input dalam satu periode. EUP untuk direct material atau conversion cost adalah jumlah dari direct material atau conversion cost yang dibutuhkan untuk melengkapi satu unit fisik produksi (produk jadi). Contohnya seribu unit WIP, telah dilengkapi



dengan



80%



direct



material



dan



60%



conversion



cost,



akan



merepresentasikan 800 EUP dari direct material (1.000 x 80%) dan 600 EUP dari conversion cost (1.000 x 60%).



EUP conversion membutuhkan penetapan unit ekuivalen dan penghitungan biaya perunit. Dua kalkulasi tersebut dibuat terpisah untuk direct material dan conversion cost. Conversion cost diasumsikan muncul seragam. Biaya masukan dari departemen sebelumnya (transferred-in cost) didefinisikan sebagai barang 100% lengkap dari departemen sebelumnya. Biaya transferred-in dari departemen sebelumnya termasuk dalam penghitungan EUP di departemen kedua. Biaya ini diperlakukan sama dengan direct material yang dimasukkan dalam awal periode.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



71



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Aliran kuantitas aktual dari produksi didasarkan pada formula berikut: Beginning WIP + Units started this period = Unit transferred out (completed) + Ending WIP Dua metode dalam emnghitung EUP adalah metode weighted average dan FIFO. Menggunakan metode weighted-average, unit WIP awal diperlakukan sama dengan unit yang baru mulai diproses sampai dengan lengkap di periode berjalan. Metode ini merata-rata biaya dari WIP awal dengan biaya produksi periode berjalan. Penghitungan EUP dengan weighted-average method adalah: (



)



(



)



biaya EUP menggunakan metode weighted-average dihitung dengan formula:



Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan karena hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan.EUP duhasilkan selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang diselesaikan pada periode berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO adalah sebagai berikut: (



)



(



)



Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan (unit started – WIP akhir) Versi lain dari penghitungan di atas adalah: (



(



))



Biaya per EUP menggunakan FIFO dihitung dengan formula:



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



72



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Setelah unit ekuivalen dihitung, biaya perunit menggunakan masing-masing metode dapat diperoleh. 1. Menggunakan metode weighted-average, seluruh direct material dan conversion cost yang muncul do periode berjalan dan WIP awal dirata-ratakan. Contoh:



Total unit cost menggunakan weighted-average adalah $8,08 + $6,19 = $14,27. 2. Menggunakan metode FIFO, hanya biaya yang timbul di periode berjalan yang dimasukkan dalam perhitungan:



Total unit cost menggunakan FIFO adalah $6,63 + $5,62 = $12,25. Ketika nilai WIP awal sama dengan nol, maka kedua metode akan menunjukkan hasil yang sama.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



73



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



F. Aliran Biaya dalam Process Costing Berikut adalah penjelasan tentang aliran biaya manufaktur menggunakan sistem process costing.



1. Aliran Biaya Material, Labor, dan Overhead Akumulasi biaya lebih sederhana disajikan dalam sistem process costing dibandingkan dengan job-order costing. Berikut diilustrasikan aliran biaya menggunakan T-Account,



Raw Material



Wages Payable



Manufacturing Overhead



Work in ProcessDepartemen A XXX Cost of Goods Sold XXX



Work in ProcessDepartemen B XXX XXX Finished Goods XXX



Terdapat beberapa poin utama antara lain: Pertama, pastikan bahwa akun WIP yang terpisah-pisah pada beberapa departemen tetap dikelola dengan konsisten. Kedua, pastikan bahwa produk yang telah selesai pada pemrosesan awal pada Departemen A ditransfer ke akun WIP pada Departemen B dan selanjutnyaWIP yang diproses di Departemen B akan ditransfer ke Finished Goods.



Pada akhirnya, biaya material, labor, dan overhead akan dapat dimasukkan pada masing-masing departemen, tidak hanya di proses awal saja.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



74



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



2. Jurnal Biaya Material, Labor, dan Overhead Sebagaimana dalam job-order costing, material dambil dari gudang penyimpanan menggunakan form permintaan material. Material dapat dimasukkan di seluruh departemen pemrosesan dengan beberapa departemen menambahkan hanya biaya labor dan biaya overhead sebagai unit yang komplit meskipun prosesnya terpisahpisah.



Berikut akan disajikan penjurnalan yang dilakukan oleh masing-masing departemen, seperti perumusan (RnD), pembotolan. Jurnal penggunaan material yang dibuat pada Departemen perumusan adalah sebagai berikut: Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX Raw Materials .......................................................................................... XXX Jurnal yang dibuat pada departemen pembotolan adalah sebagai berikut: Work in Process—Bottling ................................................................................... XXX Raw Materials .......................................................................................... XXX Sedangkan jurnal untuk mencatat penggunaan biaya labor pada departemen RnD: Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX Salaries and Wages Payable .................................................................... XXX Begitu juga dengan Departemen bottling akan dilaksanakan penjurnalan serupa. Terakhir penjurnalan untuk mencatat penggunaan biaya labor pada departemen RnD: Work in Process—Formulating ............................................................................ XXX Manufacturing Overhead ......................................................................... XXX Begitu juga dengan Departemen bottling akan dilaksanakan penjurnalan serupa.



3. Penyelesaian Aliran Biaya Begitu proses produksi telah diselesaikan dalam departemen, unit produksi ditransfer ke departemen berikutnya untuk proses lanjutan.



G. Produk Cacat dan Sisa 1. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini diperlakukan sebagai biaya produk (cost product), yang tentu saja masuk dalam biaya barang yang dihasilkan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



75



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



2. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost (kerugian). 3. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan ditambahkan dalam biaya barang yang dihasilkan.



H. Rangkuman Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi dimana produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang akan menggunakan penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi perusahaan manufaktur semen, tepung, bensin dan perusahaan yang menghasilkan bahan baku lainnya. Karakteristik industri ini pada dasarnya menghasilkan produk homogen yang mengalir secara merata melalui proses produksi secara terus menerus. Process costing adalah metode yang mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen tertentu selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.



Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara massal dan dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara lain: 1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian secara massal. 2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti ratarata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam tahapan proses produksi. 3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses analisis bisa dilakukan.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



76



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



I.



Tes Formatif 6 Soal Pilihan Ganda 1. Sebuah perusahaan agensi periklanan melayani klien dalam lingkup luas meliputi pabrik, restoran, bisnis jasa, swalayan, dan industri retail. Sistem akuntansi yang cocok untuk diadopsi oleh agensi iklat tersebut terkait pencatatan dan penghitungan biayanya adalah… a. Job-order costing b. Operation costing c. Relevant costing d. Process costing 2. Sebuah perusahaan melakukan sendiri proses panen, pengemasan, dan pengiriman atas produknya. Perusahaan mengoperasikan tiga lini pengemasan yang tidak memiliki persediaan awal dan berikut adalah data persediaan yang telah selesai diproduksi: Beban gaji pegawai pengemasan



$150,000



Beban gaji supervisor pengemasan



90,000



Beban gaji pegawai Quality control



30,000



Beban kotak kemasan



15,000



Beban listrik



3,000



Beban penyusutan



66,000



Biaya akumulasi dalam pengemasan akan diakumulasikan per-bagian dengan a. Mencatat beban gaji per job kategori pegawai. b. Menghitung beban depresiasi. c. Menerbitkan laporan keuangan bulanan. d. Meramalkan kekurangan material bulanan. 3. Menggunakan data di nomor 3 di atas, pada akhir periode pelaporan, 600.000 unit telah dikemas dan dikirimkan. Tidak ada persediaan yang masih tersisa di gudang. Jika perusahaan menggunakan process costing, maka cost per unit menjadi… a. $0,197 b. $0,275 c. $0,315 d. $0,590



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



77



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



4. Sebuah perusahaan jasa peralatan kantor melayani dua jalur, mengirimkan pegawai ke kantor pelanggan untuk memperbaiki peralatan atau pelanggan membawa peralatan yang rusak ke tempat kerja perusahaan tersebut untuk diperbaiki. Metode pembiayaan yang tepat untuk perusahaan tersebut adalah… e. A job-order costing system. f.



An activity-based costing system.



g. A process costing system. h. An operation costing system. 5. Perusahaan yang berkarakter memproduksi produk homogen umumnya akan menggunakan metode berikut dengan tujuan merata-ratakan biaya dan menyediakan data biaya-unit kepada manajemen. Metode yang manakah itu? a. Job-order costing. b. Direct costing. c. Absorption costing. d. Process costing. 6. Sebuah perusahaan memproduksi dua merk produk yang dipasarkan secara grosir dan ke pelanggan besar. Manakah di bawah ini yang merupakan jenis sistem costing terbaik untuk digunakan perusahaan tersebut? a. EOQ system b. Job-order system c. Process system d. Retail inventory system 7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis peminjaman. Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai beberapa ribu dolar. Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon, perjalanan dinas, memiliki perbedaan yang signifikan untuk masing-masing pinjaman. Beberapa pinjaman membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga, misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode akumulasi biaya paling tepat untuk departemen pembiayaan tersebut adalah…. a. Job-order costing. b. Process costing. c. Differential costing. d. Joint product costing.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



78



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



8. Sebuah perusahaan konsultasi menyediakan jasa konsultasi kepada rumah sakit. Penugasan konsultasi berbeda antar rumah sakit, baik jenis konsultasi yang diberikan maupun ruang lingkupnya. Atas hal tersebut, sistem poduct costing yang paling tepat untuk perusahaan tersebut adalah… a. Process costing system. b. Job-order costing system. c. Operation costing system. d. Just-in-time costing system. 9. Unit ekuivalen dari direct material atau conversion cost sebanding dengan… a. Jumlah direct materialatau conversion cost yang diperlukan untuk melengkapi satu unit produksi. b. Sebuah unit persediaan setengah jadi (work-in-process). c. Jumlah direct material atau conversion cost diperlukan dalam memulai produksi unit work-in-process. d. 50% dari direct material atau conversion cost dari sebuah persediaan barang jadi (finished goods). 10. Terdapat tiga sistem yang digunakan dalam product costing, yaitu job-order costing, operation costing, dan process costing. Sesuaikan jenis lingkungan produksi berikut dengan metode costing yang digunakan…. Job-order costing



Operation Costing



Process costing



a.



Auto repair



Clothing manufacturer



Oil refining



b.



Loan processing



Drug manufacturing



Custom printing



c.



Custom printing



Paint manufacturing



Paper manufacturing



d.



Engineering design



Auto assembly



Motion picture production



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



79



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Pertanyaan Benar-Salah Pertanyaan



B



S



1. Job-order costing digunakan oleh perusahaan dimana jasa atau produknya sudah diidentifikasi per unit atau per batch. 2. Operasion costing diterapkan oleh perusahaan yang memproduksi barang yang memiliki karakteristik biasa dan beberapa barang dengan karakter unik. Hal ini cocok digunakan oleh perusahaan jasa dengan basis klien beragam. 3. Process costing diterapkan ketika perusahaan memproduksi produk sejenis (homogen) secara masal dan berkelanjutan melalui tahapan-tahapan produksi secara berurutan. 4. Metode weighted-average membedakan antara pekerjaan yang sudah diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang diselesaikan dalam periode berjalan. 5. Metode FIFO membedakan antara pekerjaan yang sudah diselesaikan periode sebelumnya dan pekerjaan yang diselesaikan dalam periode berjalan. 6. Equivalent units of production (EUP) adalah ukuran pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap produksi dimana setiap fase dikerjakan sampai Work-in process pada periode produksi. 7. Dalam metode weighted-average, persediaan awal diperlakukan sesuai karakternya sebagai persediaan awal produksi dan persediaan barang yang sudah diselesaikan. Sehingga persediaan awal tidak termasuk perhitungan EUP. 8. Menggunakan metode FIFO, persediaan awal dikeluarkan dari bagian penghitungan EUP. 9. Penghitungan EUP akan sama antara dua metode jika terdapat persediaan awal namun persediaan akhir bernilai nol. 10. Unit produk yang ditransfer dari departemen pertama ke departemen kedua diperlakukan sebagai bahan dasar pada awal periode produksi.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



80



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



J.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



81



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR VII ACTIVITY BASED COSTING Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 7, peserta diharapkan mampu memahami activity-based cost (ABC), mengembangkan pengetahuan tentang ABC, dan mengembangkan sistem ABC.



A. Pendahuluan Activity Based Costing (ABC)



adalah metode penganggaran yang didisain untuk



menyediakan informasi biaya strategis dan keputusan-keputusan lain kepada para manajer yang secara potensial akan berdampak pada kapasitas produksi. ABC umumnya digunakan sepagai masukan atau suplemen kepada sistem penganggaran perusahaan yang sudah ada, bukan menggantikannya.Mayoritas perusahaan yang menggunakan metode ABC memiliki dua sistem penganggaran, yaitu sistem penganggaran resmi (official) yang digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan eksternal dan sistem ABC yang digunakan untuk keperluan penetapan keputusan internal dan aktivitas manajemen.



Dalam pasar yang baru-baru ini sangat kompetitif, perusahaan harus mengetahui biayabiaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya. Informasi biaya sangat dibutuhkan dalam menetapkan harga jual dalam rangka menutup biaya produksi dan menghasilkan keuntungan.Supaya mampu bersaing secara lebih kompetitif dengan perusahaan dalam industri sejenis, perusahaan harus mampu menekan biaya.Kita memahami bahwa komponen biaya langsung (baik material maupun labor) mudah untuk dialokasikan ke produk.Namun biaya tidak langsung (indirect cost), seperti utilitas, gaji supervisor, penyusutan pabrik, tidak demikian adanya. Pun demikian, indirect cost harus tetap dialokasikan karena signifikan. Salah satu cara mengelola biaya adalah dengan cara memperbaiki cara pengalokasian indirect cost.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



82



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



B. Mengembangkan Sistem Penganggaran Berbasis Aktivitas (ABC System) ABC merupakan respon terhadap peningkatan signifikan atas timbulnya biaya-biaya tidak langsung yang dihasilkan dari peningkatan teknologi yang pesat.ABC merupakan sistem penyempurnaan dari sistem penganggaran yang ada yaitu job-order atau process costing. Jika dalam sistem penganggaran volume-based (tradisional), overhead langsung dimasukkan dalam satu cost pool tunggal dan menyebarkan ke seluruh produk akhir. Sedangkan dalam ABC, biaya-biaya tidak langsung disisipkan dalam aktivitas-aktivitas yang secara rasional akan dialokasikan dalam produk akhir. ABC memungkinkan untuk digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau retailer.ABC juga memungkinkan untuk digunakan dalam sistem job-order atau sistem process costing.



Ketidakakuratan perataan atau penyebaran biaya-biaya tidak langsung pada unit produk atau jasa yang menggunakan jumlah sumber daya berbeda disebut peanut-butter costing. Peanut-butter costing menghasilkan subsidi silang biaya produk, yaitu kondisi dimana kesalahan penganggaran dari satu produk akan berdampak pada kesalahan penganggaran produk lain. Dampak peanut-butter akibat penggunaan sistem penganggaran tradisional dapat dirangkum sebagai berikut: 4. Direct labor dan direct material ditelusur pada unit produk atau jasa, 5. Kelompok tunggal atas biaya tidak langsung (overhead) diakumulasikan untuk dimasukkan dalam tiap unit. 6. Biaya-biaya tidak langsung dalam kelompok (pool) ditetapkan dengan prosedur alokasi seperti menggunakan tingkat overhead tunggal untuk seluruh departemen. Dampaknya adalah perataan biaya yang mungkin berakibat ketidakakurasian ketika unit produk atau jasa tidak menggunakan jumlah resource yang sama.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



83



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



berikut ini adalah gambaran ilustrasi alur alokasi overhead dalam sistem akumulasi biaya tradisional.



C. Manfaat dan Keterbatasan Sistem ABC Dari tahun ke tahun jumlah perusahaan yang menerapkan sistem ABC terus meningkat.Perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan ABC karena manfaat yang ditawarkannya. ©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



84



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



1. Manfaat Awalnya perusahaan menerapkan ABC untuk mengurangi distorsi dalam biaya produk yang sering ditemukan dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume yang mereka miliki. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan volume, pembuatan banyak prosedur alokasi biaya secara arbitrer sering kali menghasilkan biaya produk atau jasa yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali hubungan dengan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi selama operasi. ABC secara jelas menunjukkan pengaruh perbedaan aktivitas dan perubahan produk atau jasa terhadap biaya. Manfaat utama sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang telah dialami perusahaan antara lain: a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar. b. Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan pengukuran yang ebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai. c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. ABC membantu manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.



2. Keterbatasan Meskipun ABC memberikan informasi tentang biaya produk atau jasa yang lebih baik dibandingkan sistem berdasarkan volume, manajer harus memperhatikan keterbatasan ABC, antara lain: a. Alokasi. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitret sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



85



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pajak bumi bangunan untuk pabrik. b. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. c. Mahal dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah dan membutuhkan banyak waktu untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru ABC cenderung sangat mahal. Lagipula sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangakan dan melaksanakan ABC dengan sukses.



D. Volume-Based vs Activity-Based 1. Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur merupakan biaya langsung. Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu berfluktuasi sesuai volume. ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan keragaman dari biaya-biaya overhead. 2. Sistem activity-based mencakup beberapa tahapan berikut: a. Indentifikasi aktivitas-aktivitas organisasi yang menhadilkan overhead b. Menetapkan biaya-biaya sumber daya yang dikonsusi dalam aktivitas di atas c. Menetapkan biaya-biaya aktivitas menggunakan pemicu biaya yang tepat untuk mendapatkan obyek biaya.



E. Langkah-Langkah Menerapkan ABC 1. Analisis Aktivitas Aktivitas merupakan bentuk tindakan yang dikerjakan dalam entitas dan didukung dengan kelompok biaya (cost pool) untuk masing-masing aktivitas.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



86



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Analisis mengidentifikasi aktivitas yang bernilai tambah (value-added activities) yang berkontribusi memberikan kepuasan pelanggan.Namun perlu diingat bahwa nonvalue-adding activities sebaiknya dikurangi atau dihilangkan.



Aktivitas diklasifikasikan dalam hirarki berdasarkan tingkatan proses produksi dimana mereka timbul. Aktivitas diklasifikasikan dalam satun hirarki sesuai dengan proses produksinya. Contoh aktivitas berikut dengan analisis hirarkinya: a. Unit level activities yaitu aktivitas yang dilaksanakan untuk tiap output yang diproduksi. b. Batch level acitivities berada pada tiap kelompok hasil produksi. c. Product sustaining activities adalah kelompok kegiatan yang mendukung proses produksi satu produk tertentu dan tidak terkait dengan tingatan produksi seperti desain product, dan pengujian produk. d. Facility sustaining activities adalah aktivitas yang concern pada aktivitas seluruh produksi namun tidak dapat ditrace ke salah satu proses produksi seperti bagian akuntansi, bagian personalia, bagian keuangan.



2. Tetapkan biaya sumber daya dalam tiap aktivitas a. Setelah aktivitas di desain dalam proses produksi, tahapan berikutnya adalah meng-assign biaya-biaya dari sumber daya ke aktivitas. Hal ini disebut dengan nama alokasi tahap pertama. b. Identifikasi biaya sumber daya tidak semudah alokasi biaya dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang berbasis volume melainkan harus memperoleh informasi



yang



lengkap



mengenai



biaya-biaya



yang



terjadi



dalam



aktivitastersebut yang bisa saja tersebar dalam sejumlah account dalam sistem akuntansi keuangan. c. Setelah resources teridentifikasi, maka resource driver didesain untuk digunakan sebagai dasar melakukan alokasi resource ke sejumlah aktivitas.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



87



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Penetapan Biaya Tidak Langsung dalam Sistem ABC



Gambar 7.2.



3. Alokasi Biaya Aktivitas kepada Obyek Biaya Langkah akhir dalam sistem ABC adalah mengalokasikan activity cost pool pada obyek biaya final. Ini disebut juga alokasi tahap kedua.Biaya biasanya ditetapkan ulang pada tahap akhir obyek biaya berdasarkan aktivitas pemicu biaya. Aktivitas pemicu biaya (activity cost driver) mengukur permintaan yang dibuat oleh aktivitas pada cost object tahap selanjutnya, seperti jumlah bagian (part) dari produk yang digunakan dalam mengukur aktivitas perakitan. Pemicu merupakan faktor yang mengakibatkan perubahan biaya.Pemicu biaya merupakan dasar penetapan yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead manufaktur pada obyek biaya. Pemicu tersebut harus dipilih berdasarkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya atau activity cost yang dialokasikan, tidak semata-mata berdasarkan korelasi yang positif dan tinggi saja.



Sebagai contoh, akuntan dalam manajemen sebuah pabrik telah mendisain pemicu biaya di bawah ini untuk menghubungkan dengan aktivitas korespondennya: Activity



Cost Driver



Product design



Number of products



Product setup



Number of setups



Machining



Number of units produced



Inspection and testing



Number of units produced



Production orders



Number of orders



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



88



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Sebagai contoh perhitungan, berikut disajikan data sebuah pabrik manufaktur konveksi yang memproduksi celana dan jaket. Informasi-informasi dalam satu bulan aktivitas adalah: Manufacturing overhead costs



US$



Plant utilities and real estate tax



Cost driver



150.000 Square footage



Material handling



40.000 Pounds of direct material used



Inspection and testing



10.000 Number of unit produced 200.000



Level aktivitas bulan berjalan: Pants Direct labor hours



Coats



Total



20.000



5.000



25.000



400



600



1.000



Pounds of direct material used



10.000



6.000



16.000



Number of units produced



15.000



3.000



18.000



Plant square footage



Dengan menggunakan jam kerja tenaga kerja langsung (direct labor hours) berdasarkan alokasi overhead menggunakan sistem alokasi tradisional, biaya overhead manufaktur dialokasikan sebagai berikut: Pants: US$ 200.000 x (20.000 ÷ 25.000) = US$ 160.000 Coats: US$ 200.000 x (5.000 ÷ 25.000) = US$ 40.000



Biaya overhead manufaktur per celana: US$ 160.000 ÷ 15.000 = US$ 10,67 Biaya overhead manufaktur per jaket: US$ 40.000 ÷3.000 = US$13,33 Dengan menggunakan sistem ABC, biaya overhead manufaktur dialokasikan sebagai berikut: Pants Plant utilities and



Coats



150.000 x (400 ÷ 1.000)



60.000



150.000 x (600 ÷ 1.000)



90.000



40.000 x (10.000 ÷



25.000



40.000 x (6.000 ÷



15.000



real estate taxes Material handling



16.000) Inspection testing



and



10.000 x (15.000 ÷



16.000) 8.333



18.000)



10.000 x (3.000 ÷



1.667



18.000) 93.333



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



106.667



89



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Manufacturing overhead costs per pants = 93.333 ÷ 15.000 = US$ 6,22 Manufacturing overhead costs per coat = 106.667 ÷ 3.000 = US$ 35,56



F. Rangkuman Sistem volume-based layak digunakan ketika mayoritas biaya manufaktur merupakan biaya langsung.Bagaimanapun juga, biaya-biaya overhead tidak selalu berfluktuasi sesuai volume.ABC menyikapi peningkatan kompleksitas dan keragaman dari biaya-biaya overhead. Sistem penganggaran volume-based (tradisional) langsung memasukkan overhead dalam satu cost pool tunggal dan menyebarkan ke seluruh produk akhir. Sedangkan dalam ABC, biaya-biaya tidak langsung disisipkan dalam aktivitas-aktivitas yang secara rasional akan dialokasikan dalam produk akhir. ABC memungkinkan untuk digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau retailer.ABC juga memungkinkan untuk digunakan dalam sistem job-order atau sistem process costing.



Sistem activity-based mencakup beberapa tahapan berikut: 1. Indentifikasi aktivitas-aktivitas organisasi yang menhadilkan overhead 2. Menetapkan biaya-biaya sumber daya yang dikonsusi dalam aktivitas di atas 3. Menetapkan biaya-biaya aktivitas menggunakan pemicu biaya yang tepat untuk mendapatkan obyek biaya



Langkah-Langkah Menerapkan ABC 1. Analisis Aktivitas 2. Tetapkan biaya sumber daya dalam tiap aktivitas 3. Alokasi Biaya Aktivitas kepada Obyek Biaya



G. Tes Formatif 7 Soal pilihan ganda: 1. Dasar yang masuk akal untuk mengalokasikan biaya material handling pada unit yang diproduksi berdasarkan sistem ABC adalah…. a. Jumlah produksi yang berlangsung pertahun b. Jumlah komponen per unit yang selesai diproduksi c. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit FG d. Jumlah overhead yang dimasukkan dalam tiap unit FG



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



90



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



2. Sebuah perusahaan dengan tiga produk mengklasifikasikan biayanya menurut fungsi, yaitu disain, produksi, marketing distribusi, dan customer services. Untuk tujuan penetapan harga, seluruh biaya perusahaan dimasukkan dalam tiga produk tersebut. Biaya langsung dari masing-masing fungsi escara lagnsung dimasukkan dalam ketiga produk. Sedangakan biaya tidak langsung dikelompokkan dalam lima cost pools terpisah dan dimasukkan dalam tiga produk emnggunakan dasar alokasi yang tepat. Dasar alokasi yang mungkin terbaik untuk fungsi distribusi adalah… a. Number of customer phone calls. b. Number of shipments. c. Number of sales persons. d. Dollar sales volume. 3. Alokasi biaya adalah proses penetapan indirect costs ke dalam cost object. Indirect costs dikelompokkan dalam cost pools dan kemudia dialokasikan berdasarkan alokasi umum ke cost object. Dasar penetapan alokasi cost pool yang homogen sebaiknya…. a. Memiliki sebab-akibat hubungan dengan butir-butir biaya dalam cost pool. b. Menetapkan biaya dalam pool secara seragam pada cost objects meskipun cost objects menggunakan sumber dengan cara yang tidak seragam. c. Menjadi ukuran nonfinansial karena lebih obyektif. d. Memiliki korelasi tinggi dengan butir-butir biaya dalam cost pool sebagai kriteria yang solid untuk seleksi. 4. Manakah pernyataan tentang activity-based costing (ABC) berikut yang tidak tepat? a. Activity-based costing bermanfaat dalam mengalokasikan biaya marketing dan distribusi. b. Activity-based costing cenderung menghasilkan perbedaan besar dibandingkan sistem penganggaran tradisional jika perusahaan hanya memproduksi satu produk. c. Dalam



activity-based



costing,



cost



driver



merupakan



hal-hal



yang



mengakibatkan biaya timbul. d. Activity-based costing differs from traditional costing systems in that products arenot cross-subsidized. 5. Mana dari pilihan berikut yang merupakan dasar yang masuk akal untuk mengalokasikan biaya material handling pada unit yang diproduksi dalam activitybased costing system?



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



91



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



a. Jumlah produksi yang dijalankan pertahun. b. Jumlah komponen per unit yang selesai diproduksi. c. Jumlah dari waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi satu unit. d. Jumlah overhead yang dimasukkan dalam unit selesai diproduksi. 6. Seluruh pilihan berikut digunakan sebagai dasar alokasi biaya dalam activitybasedcosting kecuali… a. Jumlah



perbedaan



material



yang



digunakan



dalam



memproduksi



barang/produk. b. Unit material yang digunakan dalam memproduksi barang/produk. c. Jumlah vendor yang menyediakan material untuk memproduksi barang/produk. d. Biaya dari material yang digunakan dalam memproduksi barang/produk. 7. Apa dampak normal dari jumlah cost pool dan dasar penetapan biaya ketika activitybased cost (ABC) system menggantikan traditional cost system? Cost Pool



Cost Assignment Bases



a. No effect



No effect



b. Meningkat



No effect



c. No effect



Meningkat



d. Meningkat



Meningkat



Pertanyaan benar-salah Pertanyaan



B



S



1. Activity-based costing memungkinkan untuk digunakan oleh entitas manufaktur, jasa, atau eceran dan dalam sistem job-order atau process costing. 2. Sebuah sistem ABC sebaiknya digunakan ketika perusahaan memiliki level indirect cost yang tinggi. Dalam ABC, indirect costs dimasukkan dalam aktivitas dan dialokasikan pada cost objects final berdasarkan analisis sebab akibat. 3. Jumlah orang dalam penjualan tidak ada kaitannya dengan distribusi, namun lebih berkaitan dengan marketing. Begitu juga dengan volume penjualan dalam uang. 4. Jumlah vendor yang menyediakan material untuk proses produksi



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



S



92



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



tidak dapat menjadi cost driver karena jumlah suplier tidak merefleksikan level aktivitas produksi secara langsung. 5. ABC menetapkan aktivitas yang akan menjadi cost object dan kemudian mengakumulasikan cost pool untuk masing-masing aktivitas dengan menggunakan dasar alokasi yang tepat (cost driver). 6. Salah satu elemen sistem ABC yang esensial adalah analisis pemicu yang mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara aktivitas dengan sumber daya konsumsinya dan untuk aktivitas berikut permintaannya dengan cost object. 7. Jumlah dari penggunaan material yang berbeda-beda untuk proses produksi dapat menjadi cost driver karena membutuhkan pemasangan berbeda sehingga membutuhkan pegawai dengan jumlah yang proporsional.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



93



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



94



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



KEGIATAN BELAJAR VIII RESPONSIBILITY ACCOUNTING Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 8, peserta diharapkan mampu memahami



yang



(responsibility



dimaksud accounting),



pertanggungjawaban akuntansi



dan



dengan



mampu



akuntansi



pertanggungjawaban,



akuntansi



pertanggungjawaban



menggambarkan



pertanggungjawaban,



serta



menjelaskan



pusat



menerapkan



hubungan



antara



kemampuan mengendalikan dengan akuntansi pertanggungjawaban.



A. Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting) Perbedaan utama antara organisasi sentralisasi atau desentralisasi ada di derajat kebebasan pengambilan keputusan oleh manajer di berbagai level. Sentralisasi mengasumsikan pengambilan keputusan harus terkonsolidasi sehingga aktivitas yang dilaksanakan perusahaan lebih terkoordinasi secara lebih efektif. Dalam desentralisasi, pengambilan keputusan muncul pada level serendah mungkin. Desentralisasi khususnya mencerminkan perusahaan besar dibagi dalam beberapa segmen.Pendekatan desentralisasi ini umum terjadi dalam perusahaan-perusahaan.



Organisasi, secara ideal, dibentuk oleh para pimpinan tertinggi yang membagi kegiatan dan menetapkan suatu hierarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang diterapkan lebih dahulu dan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dalam ruang lingkup itu.Beberapa jenis akuntansi pertanggungjawaban biasanya menyertai pendelegasian



pengambilan



keputusan



ini.Akuntansi



keuntungan



(profitability



accounting) dan akuntansi kegiatan (activity costing).



Akuntansi pertanggungjawaban menekankan suatu pelajaran penting para manajer maupun para akuntan, yaitu perilaku para manajer seringkali sangat dipengaruhi oleh bagaimana prestasi kerja (performance) mereka diukur. Jadi akuntansi sama sekali bukan bagian yang kosong dari kehidupan seorang manajer profesional. Sebaliknya sistem akuntansi memainkan peranan kunci dalam memotivasi para manajer ke arah keinginan pimpinan tertinggi atau menjauhkan dari padanya.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



95



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



B. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban Struktur organisasi adalah pengaturan lini pertanggungjawaban dalam organisasi. Perusahaan bisa diorganisir menurut fungsi bisnis antara lain eksplorasi, pemurnian, dan pemasaran, dimana setiap manajer mempunyai wewenang membuat keputusan atas fungsi bisnisnya. Perusahaan juga bisa diorganisasikan menurut lini atau brand produk.Manajer dari setiap divisi memiliki wewenangn untuk membuat keputusan menyangkut semua fungsi bisnis (manufaktur, pemasaran, dan penjualan) pada divisi masing-masing.



Setiap manajer merupakan pusat pertanggungjawaban.Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah bagian, segmen, atau subunit dari organisasi dimana manajernya bertanggung jawab atas segenap aktivitas tertentu.Semakin tinggi tingkatan manajer, semakin luas pusat pertanggungjawabannya dan secara umum semakin banyak jumlah bawahannya.Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana, anggaran, tingakan, dan hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban. Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban; yaitu: a. Pusat biaya, manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. b. Pusat pendapatan, manajer hanya bertanggung jawab atas pendapatan yang diperoleh. c. Pusat laba, manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya. d. Pusat investasi, manajer bertanggung jawab atas investasi, pendapatan, dan biaya.



Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat biaya karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya, sehingga anggarannya juga menekankan pada biaya.Departemen Penjualan adalah pusat pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab terutama atas pendapatan, sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan.Manajer hotel merupakan pusat laba karena bertanggung jawab atas pendapatan maupun biaya, sehingga anggatannya juga menekankan pada pendapatan dan biaya.Manajer regional yang bertanggung jawab atas investasi dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya merupakan pusat investasi, sehingga anggatannya juga menekankan pada pendapatan, biaya, dan investasi.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



96



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Pusat pertanggungjawaban dapat dibentuk untuk menyelaraskan antara tujuan individu dan tujuan perusahaan. Sampai saat ini, OPD



C. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Sebuah sistem pertanggungjawaban akuntansi yang didisain dengan baik akan menciptakan suatu pusat-pusat pertanggungjawaban (disebut juga unit bisnis strategis). Tujuan mereka adalah: 1. Meningkatkan keberanian manajemen untuk berusaha attain tujuan-tujuan organisasi (perusahaan), 2. Memotivasi para manejer untuk membuat keputusan yang konsisten dengan tujuantujuan yang telah ditetapkan, 3. Menyediakan dasar bagi kompensasi manajerial .



Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya. 1. Pemicu biaya merupakan ukuran kinerja yang relevan, 2. Kelemahan dari pusat biaya adalah adanya potensi pergeseran biaya (cost shifting). Misalnya, tanggung jawab manajer untuk penetapan biaya variabel yang mungkin digantikan dengan biaya tetap, padahal bukan tanggung jawabnya. Kelemahan lainnya adalah permasalahan-permasalahan jangka panjang yang mungkin disregarded ketika emphasis in on, misalnya jumlah biaya tahunan. Permasalahan lain adalah alokasi dari biaya departemen jasa dalam pusat biaya.



Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan.Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan persyaratan pengiriman.



Pusat penghasilan, misalnya appliance department di toko eceran, bertanggung jawab atas penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor cabang, bertanggung jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas penggunaan aset.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



97



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



D. Biaya-Biaya Umum Biaya-biaya umum merupakan biaya produk, aktivitas, fasilitas, jasa, atau operasional yang dibagi oleh dua atau lebih obyek biaya. Kata “joint cost” sering kali digunakan dalam menjelaskan biaya umum dari proses individu yang menghasilkan dua atau lebih joint product. Biaya-biaya dari pusat jasa dan kantor pusat merupakan contoh-contoh biaya umum. Karena biaya-biaya umum merupakan biaya tidak langsung (indirect cost), identifikasi hubungan antara sebab dan dampak langsung antara biaya umum dan aksi dari obyek biaya yang mana dialokasikan bisa menjadi sulit.Hubungan di atas mempromosikan penerimaan atas alokasi biaya umum oleh manajer yang melihat keadilan atas prosedur.



Hubungan semacam itu mempromosikan penerimaan alokasi biaya umum oleh manajer yang melihat keadilan prosedur.



E. Ukuran Finansial vs Non-Finansial Masing-masing jenis pusat pertanggungjawaban dijelaskan memiliki ukuran kinerja keuangan sendiri-sendiri, antara lain: 1. Pusat biaya: biaya variabel, total biaya, 2. Pusat pendapatan: penjualan kotor, penjualan bersih, 3. Pusat penghasilan: penjualan, keuntungan bruto, keuntungan operasional 4. Pusat investasi: a. Return of Investment (ROI), sisa pendapatan, b. Return on Asset (ROA), return on common equity, economic rate of return on common stock, economic value added Ukuran kinerja nonkeuangan tidak distandarkan dan oleh karena itu dapat menggunakan bentuk apapun yang sesuai dengan strategic business unit (SBU) di bawah pemantauan.



F. Rangkuman Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya. Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan.Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



98



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



persyaratan pengiriman.Pusat penghasilan, misalnya appliance department di toko eceran, bertanggung jawab atas penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor cabang, bertanggung jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas penggunaan aset.



G. Tes Formatif 8 Soal Pilihan Ganda 1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen dari departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya? a. Return on assets ratio. b. Return on investment ratio. c. Payback method. d. Variance analysis. 2. Membuat pengungkapan segmen merupakan manfaat untuk perusahaan karena hal tersebut…. a. Memfasilitasi evaluasi dari manajemen perusahaan dengan penyediakan data untuk segmen tertentu. b. Mengeliminasi saling ketergantungan antar segmen. c. Menutupi dampak transfer intersegmen. d. Menyediakan informasi perbandingan kepada kompetitor pada kinerja perusahaan. 3. Ketika membandingkan residual income dari beberapa pusat investasi, validitas perbandingan dapat dirusak oleh…. a. Keunikan-keunikan dari tiap pusat investasi. b. Perbedaan dalam jumlah income relatif. c. Penggunaan secara konsisten tingkat bunga yang sudah diperhitungkan. d. Jumlah umum dari kapital investasi tiap pusat investasi. 4. Kondisi lembur dan pembayaran umumnya ditetapkan oleh departemen HRD. Departemen produksi baru saja menerima permintaan pesanan tiba-tiba dari departemen penjualan. Departemen produksi memprotes hal tersebut karena akan muncul biaya tambahan dalam bentuk lembur yang merupakand ampak dari pesanan tiba-tiba tersebut. Departemen penjualan berargumen bahwa pesanan berasal dari pelanggan yang penting. Departemen produksi akhirnya memproses



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



99



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



pesanan. Untuk mengendalikan biaya, departemen manakah yang sebaiknya tidak dibebani biaya lembur akibat pesanan dimaksud? a. Human resources department. b. Production department. c. Sales department. d. Baik production department dan sales department. 5. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), manajer akuntable untuk …. a. Biaya variabel namun bukan untuk biaya tetap. b. Product cost namun bukan untuk period cost. c. Biaya tambahan (incremental cost). d. Biaya lebih yang berdampak signifikan. 6. Berikut



ini



yang



merupakan



pernyataan



tidak



benar



atas



akuntansi



pertanggungjawaban… a. Manajer seharusnya hanya memegang akuntabilitas dari faktor-faktor dimana mereka memiliki pengaruh signifikan. b. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan lebih kecil dibandingkan manajer pusat pendapatan. c. Setiap faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada akhirnya dikendalikan oleh seseorang, meskipun jika seseorang tersebut adalah petinggi perusahaan. d. Ketika sistem akun pertanggungjawaban ada, bisnis operasi diorganisasi ke dalam area-area terpisah yang dikendalikan oleh manajer individu. 7. Return on investment (ROI) merupakan ukuran yang populer yang diterapkan dalam mengevaluasi kinerja dari segmen-segmen perusahaan karena menyatukan seluruh bahan profitabilitas meliputi pendapatan, biaya, dan investasi. Kombinasi aksi antara pendapatan, biaya dan investasi manakah di bawah ini yang mampu membuat ROI selalu meningkat? Pendapatan



Biaya



Investasi



a.



Meningkat



Menurun



Meningkat



b.



Menurun



Menurun



Menurun



c.



Meningkat



Meningkat



Meningkat



d.



Meningkat



Menurun



Menurun



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



100



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Pertanyaan benar-salah Pertanyaan



B



S



1. Ketergantungan segmen dipengaruhi oleh metode pelaporan.



S



2. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan menjadi lebih



S



sempit dibandingkan manajer pusat pendapatan. 3. Return on Asset tidak dapat diperhitungkan dalam pusat biaya B karena manajer dalam pusat biaya tidak bertanggung jawab atas pendapatan (return) dari aset yang dimiliki. 4. Manajer hanya bertanggung jawab atas akuntabilitas faktor-faktor



S



dimana mereka memiliki pengaruh signifikan. 5. Pusat biaya hanya bertanggung jawab atas biaya saja. 6. Setiap faktor yang berdampak pada kinerja finansial perusahaan B akan dikendalikan oleh seseorang meskipun level jabatannya tinggi. 7. Operasi dari bisnis diorganisasikan dalam area-area terpisah yang dikendalikan



oleh



manajer



individu



ketika



sistem



S



akun



pertanggungjawaban ada. 8. Menyediakan informasi kepada kompetitor merupakan kelebihan



S



dari segmen pelaporan. 9. Departemen penjualan tidak bertanggung jawab atas biaya lembur



S



akibat dari pesanan yang bersifat tiba-tiba di luar rencana produksi. 10. Manajer pusat biaya fokus pada biaya saja sedangkan manajer B pusat pendapatan fokus pada biaya dan pendapatan.



H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



101



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



102



MODUL TINGKAT LANJUTAN – AKUNTANSI MANAJERIAL



DAFTAR PUSTAKA Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer.Managerial Accounting.12th Edition.The McGraw-Hill Company.



Gleim, Irvin N. CIA Review. 17th Edition.Gleim Publication. 2013.



Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Edisi Keduabelas. Penerbit Erlangga.



Horngren, Charles T, M. Suzanne Oliver. Managerial Accounting. Pearson Education Inc.2010



Horngren, Charles T, Srikant M Datar, dan Madhan Rajan. Cost Accounting a Managerial Emphasis.14th Edition.Prentice Hall. New Jersey. 2012



©Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA)



103



Modul Tingkat Lanjutan Sertifikasi Qualified Internal Auditor



AKUNTANSI MANAJERIAL



Pusat Pengembangan Internal Audit Yayasan Pendidikan Internal Audit 1 / 82



KATA PENGANTAR



Kata pengantar ini akan isi oleh pak Hasan



Yayasan Pendidikan Internal Audit Direktur Akademis



Muhammad Hasan



2 / 82



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................



2



DAFTAR ISI ............................................................................................................



3



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ......................................................................



6



PETA KONSEP MODUL ..........................................................................................



8



KEGIATAN BELAJAR I: Terminologi Manajemen Biaya .......................................



9



1. Pendahuluan .............................................................................................



9



2. Definisi Dasar ............................................................................................



10



3. Manufacturing Vs Non-manufacturing .....................................................



10



4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode



(Period Cost) ..............................................................................................



11



5. Direct Vs Indirect cost................................................................................



12



6. Rangkuman................................................................................................



12



7. Tes Formatif 1 ...........................................................................................



13



8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ................................................................



15



KEGIATAN BELAJAR II: Absorption vs Variable costing ......................................



16



1. Pendahuluan ...............................................................................................



16



2. Absorption costing ......................................................................................



17



3. Variable costing ..........................................................................................



20



4. Rangkuman ..................................................................................................



22



5. Tes Formatif 2 ..............................................................................................



23



6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...................................................................



24



KEGIATAN BELAJAR III: Perilaku Biaya dan Relevan Range ...............................



26



1. Pendahuluan ...............................................................................................



26



2. Variable Cost ...............................................................................................



26



3. Fixed Cost ....................................................................................................



27



4. Other Cost Behaviour ..................................................................................



29



5. Relevant range and Marginal cost .............................................................



31



6. Rangkuman ..................................................................................................



32



3 / 82



7. Tes Formatif 3 ..............................................................................................



33



8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...................................................................



34



KEGIATAN BELAJAR IV: Cost Volume Profit Analysis .........................................



36



1. Pendahuluan ...............................................................................................



36



Asumsi .........................................................................................................



37



3. Penentuan BEP dalam Unit .........................................................................



38



4. Penentuan BEP dalam Nilai Uang ...............................................................



39



5. Margin of safety .........................................................................................



40



6. Target Operating Income ...........................................................................



42



7. Target Net Income ......................................................................................



42



8. Rangkuman ..................................................................................................



43



9. Tes Formatif 4 ..............................................................................................



44



10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...................................................................



46



KEGIATAN BELAJAR V: Biaya Relevan (Relevant Cost) .......................................



47



1. Pendahuluan ................................................................................................



47



2. Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model ..........................



48



3. Biaya Relevan (Relevant Cost) .....................................................................



48



4. Model Biaya Relevan Lain............................................................................



50



5. Rangkuman ..................................................................................................



55



6. Tes Formatif 5 ..............................................................................................



56



7. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ..................................................................



58



KEGIATAN BELAJAR VI: Job Order Costing dan Process Costing ........................



60



2.



1.



Pendahuluan ................................................................................................



61



2.



Kegunaan Process Costing ...........................................................................



61



3.



Perbandingan antara Job-Order Costing vs Process Costing .......................



61



4.



Akumulasi Biaya...........................................................................................



63



5.



Equivalent Unit of Production (EUP)............................................................



63



7.



Produk Cacat dan Sisa .................................................................................



66



8.



Rangkuman ..................................................................................................



66



9.



Tes Formatif 6 .............................................................................................. 67 4 / 82



10.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ..................................................................



69



KEGIATAN BELAJAR VII: Responsibility Accounting ...........................................



71



1.



Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting)..................................................................................................



71



2.



Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban ............................................



72



3.



Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban .......................................................



74



4.



Ukuran Kinerja dan Motivasi Manajer ……………………………………………………..



75



5.



Biaya-Biaya Umum …………………………………………………………………………………..



76



6.



Ukuran Finansial vs Non-Finansial............................................................ …



76



7.



Rangkuman ..................................................................................................



76



8.



Tes Formatif 8 ..............................................................................................



77



9.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ..................................................................



79



KUNCI JAWABAN ..................................................................................................



81



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 82



5 / 82



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1.



Langkah-Langkah Pembelajaran Untuk dapat memahami isi dari modul Managerial Accounting ini maka peserta diklat harus mempersiapkan dan melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Pahami indikator yang hendak dicapai pada setiap kegiatan belajar; b. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan Kegiatan Belajar yang Anda baca; c. Cobalah kerjakan latihan yang tersedia; d. Baca kembali rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan pemahaman; e. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan selanjunya pergunakan umpan balik dan tindak lanjut yang ada untuk menilai kemampuan yang telah anda miliki; f. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Kegiatan Belajar yang bersangkutan sebelum menuju ke Kegiatan Belajar lebih lanjut; g. Diskusikan secara berkelompok studi kasus agar pemahaman tentang materi menjadi lebih baik. h. Cobalah untuk mencari dan membaca literatur terkait yang disebutkan dalam modul untuk memperkaya pemahaman Anda; i. Selamat belajar dan semoga sukses.



2.



Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan diikuti dengan tanya jawab, diskusi kelompok/studi kasus, dan presentasi studi kasus.



3. Waktu Pembelajaran Waktu Pelaksanaan yang dibutuhkan selama 3 sessi atau 3 jam latihan (jamlat), dengan pembagian waktu sebagai berikut:



6 / 82



Pokok Bahasan



Waktu



 Terminologi Manajemen Biaya



1,0 jamlat



 Absorption vs Variable costing



1,0 jamlat



 Perilaku Biaya dan Relevan Range



1,0 jamlat



 Cost Volume Profit Analysis



1,5 jamlat



 Relevant Costing



2,5 jamlat



 Job Order Costing dan Process Costing



1,0 jamlat



 Responsibility Accounting



1,0 jamlat



 Diskusi dan Tanya Jawab



1,0 jamlat Jumlah



10,0 jamlat



4. Alat Bantu Ajar Alat bantu ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi keberadaannya diyakini akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:  LCD Projector



 Sound-system



 Komputer/Laptop



 Buku Modul



 Papan Tulis/Whiteboard



 Lembar Praktek



 Pointer/Presenter



 Flipchart



 Printer



 Alat Tulis Kantor Lainnnya (termasuk seminar kit)



7 / 82



PETA KONSEP MODUL



Terminologi Manajemen Biaya Absorption vs Variable Costing



Perilaku Biaya dan Relevant Range Managerial Accounting



Cost Volume Profit Analysis Relevant Costing Job Order Costing dan Process Costing Responsilibity Accounting



8 / 82



KEGIATAN BELAJAR I TERMINOLOGI MANAJEMEN BIAYA



Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dasar biaya, definisi biaya manufaktur dan nonmanufaktur serta perbedaannya, memahami dan menjelaskan tentang biaya persediaan, memahami dan menjelaskan tentang biaya langsung dan biaya tidak langsung serta perbedaannya.



1.



Pendahuluan Mempelajari biaya (cost) akan memberikan berbagai informasi yang memiliki banyak manfaat karena biaya merupakan salah satu dari fokus dalam akuntansi manajerial yang dapat dipandang dari berbagai sisi sesuai dengan kebutuhan manajemen sepanjang relevan dengan keputusan yang akan di ambil. Berbagai keputusan bisnis yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh hasil analisis biaya antara lain: a. Kebijakan penetapan harga jual dikaitkan dengan keinginan perusahaan untuk mempertahankan rasio laba kotor ataupun rata-rata perkembangan harga produk kompetitor b. Evaluasi



atas



kebijakan



untuk



menaikkan/menurunkan



kegiatan



overtime



perusahaan c. Evaluasi atas rencana penambahan pegawai terkait dengan kegiatan produksi dan non produksi d. Keputusan untuk kenaikan gaji pegawai e. Keputusan untuk pemilihan model pemasaran yang dinilai lebih efektif; dan f.



Berbagai keputusan manajemen lainnya.



9 / 82



2.



Definisi Dasar Biaya (cost) Akuntan mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya adalah ukuran dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam pelaporan keuangan, biaya dapat dikapitalisasi baik sebagai aset maupun beban. Obyek biaya (cost object) Adalah segala entitas dimana biaya-biaya dapat dilekatkan. Objek biaya tujuannya agar relevan untuk dikelopokkan, dilaporkan dan dianalisa, misalnya, produk-produk, proses, tenaga kerja, departemen, dan fasilitas-fasilitas Pemicu biaya (cost driver) Adalah variabel yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu tertentu. Cost driver adalah dasar yang digunakan untuk menetapkan biaya pada cost object. Cost driver adalah sebuah ukuran aktivitas, seperti jam kerja direct labor atau jam penggunaan mesin, yang merupakan faktor menyebabkan timbulnya biaya. Jika biaya desain produk berubah sejalan dengan perubahan jumlah komponen produk, jumlah komponen adalah pemicu biaya atas biaya desain produk. Contoh lain adalah kilometer perjalanan kendaraan sering menjadi pemicu biaya atas biaya distribusi.



3. Manufacturing Vs Non-manufacturing Biaya dari produk manufaktur dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe: a. Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari obyek biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dan dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara ekonomis. Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman masuk/freight-in), pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium yang digunakan untuk memproduksi kaleng kemasan minuman berenergi. b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labor costs) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke obyek



10 / 82



biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang jadi. c. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) adalah seluruh biaya manufaktur selain dari direct material dan direct labor yang terkait dengan obyek biaya (barang dalam proses dan barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak langsung seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik, asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik, serta kompensasi bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini umumnya disebut sebagai biaya overhead manufaktur (manufacturing overhead costs) atau biaya overhead pabrik (factory overhead).



4. Biaya Persediaan (Product/Inventoriable Cost) Vs Biaya Periode (Period Cost) Biaya persediaan (inventoriable cost) adalah semua biaya produk yang dianggap sebagai aset dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok penjualan ketika produk itu dijual. Untuk perusahaan sektor manufaktur, semua biaya manufaktur merupakan biaya persediaan. Dalam proses produksi, biaya bahan langsung (direct material) yang masuk ke dalam proses produksi (diambil dari persediaan bahan langsung), biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct labor), dan biaya overhead manufaktur menciptakan aktiva tersebut, dimulai dengan barang dalam proses sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian, biaya manufaktur meliputi persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi untuk mengakumulasi biaya penciptaan aset tersebut. Ketika produk terjual, biaya manufaktur dicocokkan dengan pendapatan dari penjualan tersebut. Harga pokok penjualan mencakup semua biaya manufaktur (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, dan biaya overhead manufaktur) yang terjadi untuk memproduksi barang yang dijual. Biaya periode (periode cost) adalah semua biaya yang dicantumkan pada laporan laba-rugi selain harga pokok penjualan. Biaya periode diperlakukan sebagai beban periode akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan memberi manfaat lagi pada periode berikutnya. Membebankan jenis biaya ini pada periode terjadinya berarti menandingkan biaya terhadap pendapatan. 11 / 82



Untuk perusahaan sektor manufaktur, biaya periode yang dicatat dalam laporan laba-rugi merupakan semua biaya nonmanufaktur (misalnya biaya desain dan biaya distribusi). 5. Direct Vs Indirect cost Dalam pembahasan biaya produksi (biaya tetap dan variabel) terdapat dua kelompok biaya ketika di assign ke dalam cost object yaitu Direct cost dan Indirect cost. Direct cost adalah biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dengan mudah. Sementara itu indirect cost tidak mudah untuk diidentifikasi karena umumnya digunakan bersama oleh sejumlah produk. Untuk mendapatkan cara mudah maka digunakan analisis alokasi biaya. Istilah lain terkait dengan pengelompokkan biaya antara lain adalah cost pool dan common cost. Cost pool mengandung pengertian pengumpulan sejumlah biaya yang memiliki kemiripan karakteristrik. Misalkan kelompok biaya overhead manufaktur yang tidak/sulit untuk diidentifikasi secara langsung, dikumpulkan dalam satu kelompok (pool) untuk kemudian dialokasi. Common cost merupakan biaya dari sebuah aktivitas yang digunakan secara bersama oleh dua atau lebih produk/kegiatan. Common cost juga memerlukan alokasi untuk assignment ke tiap produknya. 6. Rangkuman Direct material adalah input berwujud ke dalam proses manufaktur yang digunakan dalam proses produksi secara langsung. Direct labor adalah biaya tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi barang. Biaya overhead manufaktur terdiri atas biaya-biaya manufaktur selain direct material atau direct labor. Sedangkan selling (marketing), yaitu biaya yang muncul dalam rangka mendistribusikan produk ke tangan konsumen dan beban administratif yang muncul sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan namun tidak berkaitan dengan proses produksi, merupakan biaya nonmanufaktur. Prime cost sama dengan direct material ditambah direct labor. Conversion cost sama dengan direct labor ditambah dengan overhead manufaktur. Fungsi dari overhead manufaktur mengkonversi raw material menjadi finished good. 12 / 82



Product cost (inventoriable cost) dikapitalisasi sebagai bagian dari persediaan finished goods yang kemudian akan menjadi komponen cost of goods sold. Sedangkan



period costs merupakan beban-beban yang timbul dan bukan



merupakan bagian dari finished goods inventory sehingga dikeluarkan dari cost of goods sold. 7. Tes Formatif 1 Soal pilihan ganda 1. Ada tiga kategori utama dari biaya untuk memproduksi sebuah produk, yaitu direct materials, direct labor, dan overhead. Di bawah ini yang merupakan biaya overhead dari produksi mobil adalah….



a. Biaya dari peralatan-peralan kecil dalam pemasangan ban tiap mobil b. Biaya dari ban untuk tiap mobil c. Biaya tenaga kerja yang memasang ban pada tiap mobil d. Biaya pengiriman ban tiap mobil 2. Sebuah perusahaan mengalami kerusakan mesin dari salah satu lini produksi. Sebagai konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi dan sebuah keputusan diambil untuk melaksanakan lembur supaya bisa kembali ke jadwal produksi yang direncanakan. Metode mana yang tepat untuk memperhitungkan pembayaran lembur atas direct labor? a. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan seluruhnya sebagai overhead manufaktur (MOH) b. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan upah lembur dibebankan sebagai direct labor. c. Durasi jam lembur dikali jumlah upah dan dibebankan sebagai beban perbaikan dan maintenance, sedangkan upah lembur diperlakukan sebagai direct labor. d. Durasi jam lembur dikali upah lembur akan dibebankan pada manufacturing overhead, sedangkan durasi lembur dikali jumlah upah akan masuk sebagai direct labor.



3. Sebuah pabrik yang memproduksi produk rumah tangga membutuhkan kombinasi dari bermacam jenis part. Pabrik telah mengidentifikasikan beragam cost pools, salah satunya terdiri atas materials handling costs. Cost pool ini mencakup upah dan jaminan keselamatan bagi pegawai yang bertugas menerima material, menginspeksi material, menyimpan material di gudang, dan mengirimkan material ke tempat kerja; depresiasi dan pemeliharaan peralatan untuk materials handling (misalnya forklift); dan biaya perlengkapan yang digunakan sebagai biaya terkait. Di bawah ini yang merupakan cost driver yang paling tepat untuk menetapkan biaya materials handling dalam produk-produk yang dibuat adalah…



13 / 82



a. Jam kerja direct labor b. Jumlah unit yang diproduksi c. Jumlah vendor yang terlibat d. Jumlah part yang digunakan



4. Alokasi dari biaya overhead untuk mengoperasikan departemen paling tidak



dapat disesuaikan dalam menetapkan…. a. Pendapatan dari sebuah produk atau unit fungsional b. Biaya pengambilan keputusan manajemen c. Biaya untuk kontrak dengan pemerintah dengan biaya tambahan d. Pajak penghasilan



5. Manakah dari pilihan berikut merupakan product cost pada perusahaan manufaktur? a. Asuransi untuk bangunan kantor pusat perusahaan b. Pajak bumi dan bangunan pabrik c. Depresiasi kendaraan pegawai penjualan d. Gaji dari manajer penjualan



6. Dalam operasi manufaktur tradisional, biaya langsung normalnya akan mencakup a. Perbaikan mesin dalam pabrik otomotif b. Listrik dalam instalasi elektronik c. Kayu dalam pabrik furnitur d. Komisi yang dibayarkan kepada personel penjualan



7. Jika sebuah produk membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk proses produksi dan harga minyak mentah meningkat, manakan biaya di bawah ini yang juga ikut meningkat? a. Direct material b. Direct labor c. Prime cost d. Conversion cost



8. Manakah pilihan berikut yang mendeskripsikan direct labor? a. Prime cost b. Period cost



14 / 82



c. Product cost d. Product dan period cost



9. Indirect labor merupakan…. a. Prime cost b. Conversion cost c. Period cost d. Nonmanufacturing cost



10. Contoh biaya direct labor adalah upah yang dibayar pada Operator Mesin Pabrik



Supervisor dalam Pabrik



a.



No



No



b.



No



Yes



c.



Yes



Yes



8. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



15 / 82



KEGIATAN BELAJAR II ABSORPTION VS VARIABLE COSTING



Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, peserta diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang absorption costing dan variable costing, memahami dan menjelaskan perbedaan antara



absorption costing dan variable costing, serta



pengaruhnya terhadap pendapatan.



1.



Pendahuluan Penyajian informasi mengenai jumlah biaya produksi secara umum dapat dilihat dalam laporan keuangan. Atas persediaan yang telah terjual maka biaya produksi perunitnya dapat dianalisis dari Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold). Sementara itu harga pokok produksi selanjutnya untuk tiap produk yang telah jadi dilaporkan dalam akun persediaan. Nilai yang dilaporkan dalam persediaan ataupun dalam Harga Pokok Penjualan menggunakan model perhitungan absorption costing atau full costing. Penyajian berdasarkan model absorption costing merupakan penyajian yang ditetapkan oleh standar akuntansi keuangan. Perusahaan tidak dapat menyajikan informasi persediaan dengan menyimpang dari ketentuan standar. Sementara itu untuk kepentingan analisis internal penyajian yang paling bermanfaat dalam analisis adalah membandingkan antara tingkat penjualan yang bersifat variabel (unit terjual x harga jual per unit) dengan biaya produksi yang juga bersifat variabel. Faktor pembaginya dalam hal ini satu yaitu unit yang diproduksi atau unit yang terjual tergantung kasusnya, hal ini disebut dengan Variable costing. Sementara itu dalam penyajian yang diperkenankan oleh standar akuntansi memiliki biaya overhead tetap dalam unsur inventory dan selanjutnya dalam harga pokok penjualan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan unit.



16 / 82



Secara internal untuk kepentingan manajemen variabel costing lebih bermanfaat karena akan memberikan informasi margin kontribusi yang dapat dihasilkan dari proses penjualan untuk membiayai biaya perusahaan selanjutnya (biaya tetap, biaya pemasaran dan biaya administrasi serta biaya lainnya). Di samping itu analisis unsur variabel dalam biaya manufaktur sangat relevan karena memiliki hubungan linier antara jumlah unit dengan besaran nilai moneternya. Sementara itu biaya tetap dalam overhead produksi tidak relevan karena ada tidaknya produksi tidak berdampak pada keberadaan biaya tetap ini. Analisis detail mengenai perbandingan antara absorption costing dengan variabel costing terurai dalam bahasan berikut ini. 2.



Absorption costing Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel. Pencatatan dan pelaporan nilai (cost) persediaan dengan menggunakan metode ini adalah membukukan seluruh biaya yang relevan dengan produk dan kegiatan untuk menghasilkan produksi tersebut dalam satu akun. Unsur-unsur yang terkait erat dengan kegiatan memproduksi produk dari bahan baku sampai dengan produk jadi dan siap untuk diperjualbelikan antara lain: bahan langsung; tenaga kerja manufaktur langsung; manufaktur overhead meliputi overhead variabel dan overhead tetap. Hal ini sejalan dengan pengertian cost untuk aset dalam standar akuntansi keuangan bahwa cost atau nilai perolehan dalam aset adalah tidak hanya nilai perolehan aset itu sendiri melainkan juga harus memperhitungkan segala biaya yang relevan untuk menjadikan aset tersebut bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan. Dalam definisi ini terdapat unsur biaya yang sangat relevan karena memiliki gerak searah dan konstan naik/turunnya seiring dengan naik/turunnya produk yang dihasilkan , antara lain: 



Direct material







Direct labor



17 / 82







Factory overhead – variabel



Sementara itu proses produksi juga didukung oleh kontribusi dari overhead yang bersifat tetap. Karena overhead tetap ini memiliki peran dalam pembentukan produk maka harus dikapitalisasi dalam nilai persediaan. Dalam hal fixed overhead ini menghasilkan lebih dari satu jenis produk maka jumlah fixed overhead ini harus dialokasikan habis ke seluruh produk jadi dengan menggunakan pemicu biaya (cost driver) yang tepat. Penyajian nilai persediaan secara absorption costing atau full costing ini selain sesuai dengan standar akuntansi keuangan juga sesuai dengan ketentuan dalam perpajakan khususnya dalam menghitung pajak penghasilan badan. Direct material Variabel



Finished Goods Awal +



Direct labor Variabel



Finished Goods yang dihasilkan



Factory Overhead - Variabel



Finished Goods Available for Sale -



Fixed Overhead Applied



Fixed Overhead Control



Finished Goods Akhir



Cost of Goods Sold



Berdasarkan ilustrasi gambar dapat disimpulkan: 



Nilai tercatat inventory terdiri dari 4 unsur yaitu Direct material + Direct labor + Variabel Overhead + Alokasi dari Fixed Overhead yang dibebankan pada produk tersebut (applied)



18 / 82







Fixed factory overhead applied diperoleh dari fixed overhead control yang menampung seluruh fixed overhead yang digunakan secara bersama dan kemudian dialokasikan dengan menggunakan cost driver tertentu.







Pada tahapan selanjutnya, apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan secara periodik, maka setelah ditambahkan dengan nilai persediaan inventory awal maka diperoleh Persediaan (Inventory) tersedia untuk dijual. Pencatatan ini berdasarkan alur akuntansi yang menginformasikan menggunakan alur nilai moneternya. Secara fisik setelah barang selesai di produksi maka saat barang tersedia di gudang maka sesungguhnya barang tersebut telah siap untuk dijual.







Kemudian pada setiap akhir periode manajemen melakukan perhitungan atas persediaan yang belum terjual pada tanggal akhir periode tersebut dan didapatkan nilai persediaan akhir. Secara fisik persediaan akhir adalah persediaan yang belum terjual ketika tanggal laporan keuangan akan disusun.







Selisih antara Persediaan tersedia untuk dijual (cost of finished goods available for sale) dengan persediaan akhir merupakan Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold). COGS adalah nilai (cost) dari seluruh produk yang telah terjual dalam satu periode.



Tahap selanjutnya adalah penentuan Laba Operasi dengan langkah penghitungan sebagai berikut: Penjualan (Sales Revenue) Less: Harga Pokok Penjualan (COGS) Laba Kotor (Gross Profit) Less: Beban Penjualan dan Administrasi



XXX (XXX) XXX (XXX)



(Selling and Administrative Expenses) Laba Operasi (Operating Income)



XXX



Beban Penjualan dan Beban Administrasi dilaporkan untuk fixed dan variabel. Secara komersial Standar Akuntansi Keuangan melanjutkan penyajian Harga Pokok Penjualan dengan unsur lain dan dituangkan dalam Laporan Laba Rugi (Income statement).



19 / 82



Nilai penjualan dalam satu periode setelah memperhitungkan harga pokok penjualan (atau dengan istilah lain adalah biaya produksi seluruh unit yang terjual dalam periode yang sama) akan menghasilkan laba kotor. Laba kotor kemudian dikalkulasikan dengan beban periodik yaitu beban pemasaran (selling expense) dan beban administrasi (administrative expense) maka akan diperoleh laba operasi (operating profit). Beban pemasaran dan beban administrasi secara standar akuntansi keuangan tidak memiliki kontribusi dalam proses pembuatan produk sehingga harus dibebankan ketika terjadi (incurred) dan menjadi beban periodik. (Period Cost). Hal ini berbeda treatmentnya dengan unsur biaya produksi yang selama produk tersebut belum terjual maka tetap dilaporkan dalam neraca sebagai unsur dari inventory. 3.



Variabel Costing Metode absorption costing atau full costing kurang memberikan manfaat bagi manajemen karena faktor yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan adalah analisis dalam biaya yang memiliki karakteristik biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu muncul setiap periode dan tidak tergantung pada volume (jumlah unit) produksi. Perhitungan unsur harga pokok produksi hanya berfokus pada yang memiliki sifat variabel dan



memiliki



hubungan linier dengan tingkat produksi. Makin banyak suatu produk dihasilkan, maka secara linier makin tinggi biaya produksinya. Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya



terdiri



atas variable



costs. Variable



costing biasa



disebut direct



costing atau marginal costing. Variable



costs ini



meliputi direct



dan manufacturing



overhead yang



manufacturing



overhead tidak



materials, direct bersifat



diperlakukan



labor,



dan



variable. Sedangkan sebagai product



bagian fixed



cost tetapi



diperlakukan sebagai period cost. Biaya tetap, termasuk biaya tetap dalam kelompok biaya overhead, tidak dimasukkan dalam analysis penetapan nilai persediaan.



20 / 82



Hal-hal yang merupakan unsur dalam penetapan nilai produksi berdasarkan analisis biaya variabel antara lain: Direct material - Variabel



Finished Good awal - Variabel



plus Direct labor Variabel



Nilai Inventory awal – Variabel (FG)



FOH - Variabel



Finished Good Available for Sale - Variabel



minus Selling & Adm - Variabel



Finished Good akhir – Variabel



Cost of Good Sold



Finished Good Inventory Awal



XXX



Work In Process Inventory Awal



XXX



Material Inventory Awal



XXX



Purchase of Inventory



XXX



Cost of Material Available for Use



XXX



Less: Material Inventory Akhir



(XXX)



Cost of Direct material Used



XXX



Direct labor



XXX



Factory Overhead



XXX



Total Manufacturing Cost Incurred



XXX



Total Manufacturing Cost



XXX



Less: Work In Process Akhir



XXX



Cost of Good Manufactured



XXX



Cost of Finished Available for Sale



XXX



Less: Finished Good Akhir Cost of Good Sold



(XXX) XXX



21 / 82



Metode ini juga disebut sebagai metode direct costing karena hanya memasukkan unsur biaya yang secara langsung berkaitan dengan keeratan terhadap produk (biaya variabel). Perbedaan komposisi nilai persediaan dan juga pengelompokkan biaya pada awalnya akan mengakibatkan perbedaan dalam penyajian nilai baik nilai inventory maupun laba bersih. Namun secara akumulasi laba/rugi setelah sekian periode tertentu akan mencapai akumulasi nilai yang sama. Variabel costing merupakan model perhitungan yang digunakan secara internal sehingga



tidak



terdapat



aturan



standar



yang



mencatat



mengenai



penjurnalannya. Manajemen dapat melakukan pancatatan sebagaimana jurnal akuntansi komersial dapat juga mencatat dalam bentuk lain. Pencatatan ini bersifat internal dan tidak untuk dipublikasikan dan tidak termasuk dalam sistem akuntansi keuangan secara keseluruhan. Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi. Selain itu manajemen juga fokus pada margin kontribusi yang dihasilkan untuk kemudian dievaluasi kecukupannya dalam membiayai biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode. 4.



Rangkuman Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai biaya persediaan, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variabel ataupun tetap. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis biaya produksi, baik tetap maupun variabel. Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya



terdiri



atas variable



costs. Variable



costing biasa



disebut direct



costing atau marginal costing. Variable



costs ini



meliputi direct



dan manufacturing



overhead yang



manufacturing



overhead tidak



materials, direct bersifat



diperlakukan



labor,



dan



variable. Sedangkan sebagai product



bagain fixed



cost tetapi



diperlakukan sebagai period cost. 22 / 82



Melalui variabel costing manajemen dapat fokus pada segala resources yang berkaitan erat dengan proses produksi dan juga hal lain yang berkaitan dengan proses produksi seperti upaya penjualan dan administrasi jika ada kenaikan dan penurunannya sangat berkaitan dengan unit produksi. 5.



Tes Formatif 2 Soal Pilihan Ganda Data berikut digunakan dalam soal-soal di bawahnya: Biaya direct material per produk Biaya direct labor per produk Biaya variabel manufacturing overhead Total biaya fixed manufacturing overhead Total biaya fixed selling and administrative Jumlah produk yang diproduksi Jumlah produk yang dijual Harga jual per produk 1. Berapa total absorption cost per produk untuk bulan Januari? a. 6.000 b. 7.000 c. 7.111 d. 7.400



Januari 1.000 2.000 3.000 1.000.000 400.000 1.000 900 8.000



2. Berapa total biaya variabel per produk untuk bulan Januari? a. 6.000 b. 7.000 c. 7.111 d. 7.400 3. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan absorption costing? a. 900.000 b. 400.000 c. 500.000 d. 1.800.000 4. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan absorption costing? a. 600.000 b. 700.000 c. 711.100 d. 800.000 5. Berapa operating income untuk bulan Januari menggunakan variable costing? a. 900.000 b. 400.000 c. 500.000 d. 2.000



23 / 82



6. Berapa ending inventory untuk bulan Januari menggunakan variable costing? a. 600.000 b. 700.000 c. 711.100 d. 800.000 7. Bonus untuk manajemen seharusnya tidak dimasukkan dalam operating income di bawah metode costing mana? a. Absorption costing b. Variable costing c. Blended costing d. Semua jawaban benar 8. Metode costing mana yang menunjukkan contribution margin tiap produk pada laporan laba/rugi? a. Absorption costing b. Variable costing c. Blended costing d. Semua jawaban benar 9. Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi dan menjual sebuah produk tunggal. Tahun pertama mampu memproduksi 100.000 unit produk dengan rincian biaya sebagai berikut: Variable Fixed



Manufacturing 600.000 400.000



Nonmanufacturing 500.000 300.000



Perusahaan mampu menjual 85.000 unit produk dengan harga penjualan 30 perunit. Menggunakan absorption costing, berapakah nilai operating profit perusahaan? a. 750.000 b. 900.000 c. 975.000 d. 1.020.000 10. Menggunakan data pada nomor 9 di atas, berapakah nilai operating profit perusahaan menggunakan variable costing? a. 750.000 b. 840.000 c. 915.000 d. 975.000



6.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: 24 / 82



Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



25 / 82



KEGIATAN BELAJAR III PERILAKU BIAYA DAN RELEVANT RANGE



Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, peserta diharapkan mampu memahami dan menjelaskan variable cost dan fixed cost, mixed cost dan kisaran relevan (relevant range).



1.



Pendahuluan Biaya dapat diklasifikasikan sesuai perilakunya. Perilaku biaya mengacu pada bagaimana sebuah biaya akan berubah seiring dengan perubahan level aktivitas. Manajer



yang



memahami



bagaimana



perilaku



biaya



akan



mampu



memprediksikan bagaimana biaya akan berubah dalam beragam alternatif. Sebaliknya, mengambil keputusan tanpa melalui pertimbangan dan pemahaman memadai terhadap pola perilaku biaya akan berdampak buruk. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mampu menetapkan pola biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan lebih tepat dibandingkan perusahaan yang hanya menggunakan asumsi atas biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksinya, umumnya terjadi pada perusahaan yang kebingungan menetapkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga memicu penurunan profit. Menghindari hal tersebut, manajer harus mampu memprediksi secara akurat biaya apa saja yang akan timbul dalam tiap level aktivitas. Bab ini akan mengulas tentang biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) dan perilaku biaya lainnya. 2.



Variable Cost Biaya variabel (variable cost) adalah sebuah biaya yang bervariasi secara total. Biaya variabel ini nilai totalnya akan berubah secara proporsional sebanding dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional. 26 / 82



Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dan berdampak langsung dalam volume produksi, misalnya direct material. Nilai biaya variabel perunit akan konstan dalam jangka pendek (short run) terlepas dari level produksinya. Variable cost dalam short run



Gambar 3.1 Biaya seragam perunit, tetapi totalnya berfluktuasi, berbanding langsung dengan jumlah kegiatan atau volume bersangkutan. Total biaya variabel berubah seiring dengan perubahan proporsi dari volume aktivitas (aktivitas bisnis yang mempengaruhi biaya). Aktivitas tersebut meliputi penjualan, produksi, dan distribusi. Aktivitas dapat diukur dengan jumlah produk yang terjual, unit yang diproduksi, atau kilometer distribusi. Variable cost dalam long run



Gambar 3.2 Contoh lain dari biaya variabel adalah biaya dari hampir semua barang dagangan, bahan baku, suku cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah.



3.



Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya yang tidak akan berubah secara total selama periode waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Total biaya tetap (fixed cost) selalu konstan dengan kisaran relevan dari aktivitas. 27 / 82



Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam aktivitas. Oleh sebab itu, meskipun level aktivitas meningkat atau menurun, total biaya tetap tidak berubah (konstan) kecuali dipengaruhi oleh unsur lain seperti perubahan harga biaya itu sendiri. Fixed costs secara total nilainya tidak berubah dalam short run terlepas dari level produksinya. Sebagai contoh, jumlah yang dibayarkan untuk divisi perakitan sama meskipun proses produksi dihentikan seluruhnya. Fixed cost dalam short run



Gambar 3.3



Bagaimanapun juga, fixed cost per unit bervariasi secara tidak langsung dengan level aktivitasnya. Fixed cost dalam activity level beragam



Gambar 3.4



Contohnya adalah biaya sewa. Misalnya Laboratorium Produa menyewa mesin penguji sampel senilai Rp20.000.000 perbulan. Biaya sewa yang timbul akan tetap sebesar Rp20.000.000 selama sebulan mengesampingkan frekuensi pengujian sampel yang dilaksanakan. Karena biaya tetap secara total selalu bernilai konstan, maka rata-rata biaya tetap perunit akan menjadi semakin kecil secara progresif seiring dengan peningkatan level aktivitas. Seperti misalnya sebuah pabrik yang memiliki 28 / 82



kapasitas produksi 1.000 produk perbulan, dengan biaya tetap senilai Rp100.000.000 maka rata-rata biaya tetap perproduk adalah sebesar Rp100.000. jika tingkat produksi ditingkatkan menjadi 10.000 produk perbulan, maka dengan biaya tetap sebesar Rp100.000.000 akan menghasilkan biaya tetap rata-rata sebesar Rp10.000 perproduk. Contoh lain dari biaya tetap meliputi depresiasi garis lurus, asuransi, pajak properti (PBB), sewa, gaji supervisor, gaji administrator, dan iklan. 4.



Other Cost Behavior Biaya yang memiliki komponen baik variabel maupun tetap disebut sebagai biaya campuran



(mixed



cost).



Sebagai



contoh,



Perusahaan



Telekomunikasi



mengenakan biaya sebesar Rp100.000 perbulan atas jasa komunikasi yang disediakan dan Rp1.000 untuk penggunaan per menit. Jika konsumen menggunakan telepon selama 100 menit, Perusahaan Telekomunikasi akan mengenakan biaya sebesar Rp200.000 (Rp100.000 + (100 menit x Rp1.000). Biaya sebesar Rp100.000 merupakan biaya tetap yang dikenakan konstan perbulan karena berapa kalipun jasa komunikasi dipergunakan. Sedangkan biaya sebesar Rp1.000/menit merupakan biaya variabel yang meningkat seiring dengan peningkatan proporsi pemakaian permenit. Jika penggunaan jasa meningkat dua kali lipat menjadi 200 menit, maka total biaya variabel juga meningkat menjadi Rp200.000. Sehingga total biaya yang timbul adalah sebesar Rp300.000 (Rp100.000 + (200 menit x Rp1.000). Untuk menghitung total mixed cost bisa menggunakan formula berikut: Y = a + bX Keterangan: Y = Total mixed cost a = Total biaya tetap b = biaya variabel per unit dari aktivitas X = level aktivitas



29 / 82



Kadang porsi fixed dan variable dalam biaya campuran tidak ditetapkan pada kontrak sebagaimana dicontohkan sebelumnya sehingga harus diestimasikan. Dua metode mengestimasikan biaya campuran umumnya adalah: a. High-low method yang digunakan untuk menghasilkan garis regresi dengan mendasarkan formula pada nilai tertinggi dan terendah dalam rentang observasi. Perbedaan dalam biaya antara level aktivitas tertinggi dan terendah (bukan output) dibagi dengan selisih dalam level aktivitas untuk memenuhi porsi variabel dalam biaya. Kritik utama dalam metode high-low adalah bahwa titik high dan low mungkin sebuah kondisi abnormal yang tidak menunjukkan kondisi normal. b. Metode regresi (scattergraph) yang menentukan tingkat rata-rata variabilitas biaya campuran, alih-alih variabilitas antara titik high dan low dalam sebuah kisaran. Contoh:



30 / 82



Relevant range and Marginal cost Kisaran relevan merupakan sebuah ikatan volume dimana total biaya tetap bernilai tetap dan biaya variabel perunit juga konstan. Untuk memperkirakan biaya yang timbul, manajer perlu memahami tentang kisaran relevan karena total biaya “tetap” dapat berbeda dari satu kisaran range satu ke kisaran lain dan biaya variabel per unit juga dapat berbeda dalam beragam kisaran relevan. Relevan range adalah batas normal (limit) dari satu aktivitas atau volume dimana hubungan antara tingkat volume dengan biayanya terdapat keterkaitan. Aktivitas perusahaan dalam scope (range) yang relevan akan membawa perusahaan mampu mempertahankan biaya variabel per unit dan fixed cost yang konstan. Pelaksanaan produksi dalam wilayah yang relevan pada umumnya disebut produksi dalam fase yang short run. Penambahan kapasitas terpasang karena mengantisipasi peluang akan membawa konsekuensi instalasi sarana produksi dan ini umumnya bersifat jangka panjang. Bahkan secara jangka panjang (long run) seluruh biaya (termasuk biaya tetap) akan menjadi biaya variabel. Penjelasan di atas dapat dicontohkan dengan sebuah mesin memiliki kapasitas produksi 100 unit per hari dengan total investasi Rp1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik tersebut perusahaan memiliki kisaran relevan 100 sampai 200 unit produksi. Apabila ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus menambah 1 mesin yang sama dengan tambahan investasi Rp1.000.000 sehingga biaya tetap menjadi Rp2.000.000 yang akan konstan untuk memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per hari sebagai kisaran relevan baru. Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:



Biaya tetap



5.



Kisaran Relevan



30.000.000 20.000.000



10.000.000



0



50



100



150



200



250



Volume dalam jam 31 / 82



300



Biaya Biaya Variabel



Biaya Tetap



Perilaku Biaya (dalam kisaran relevan) Dalam Total Per-Unit Total biaya variabel Biaya variabel perunit meningkat dan menurun tetap sebanding dengan perubahan level aktivitas Total biaya tetap tidak Biaya tetap perunit dipengaruhi oleh berkurang seiring perubahan dalam level peningkatan level aktivitas dalam kisaran aktivitas dan meningkat range seiring penurunan level aktivitas



Kisaran relevan dan biaya marginal merupakan konsep yang berkaitan. Biaya marginal



merupakan



biaya



tambahan



(incremental)



muncul



dengan



menghasilkan satu tambahan unit output. Dengan demikian, biaya marginal tetap konstan sepanjang kisaran relevan. Namun, kisaran relevan ada hanya untuk masa waktu tertentu. Oleh karena itu, seluruh biaya merupakan variabel dalam jangka panjang. 6. Rangkuman Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara langsung terhadap volume produksi seperti material langsung (direct material) dan biaya variabel bernilai konstan dalam jangka pendek terlepas dari level produksi. Meskipun demikian, biaya variabel secara total bervariasi langsung dan proporsional terhadap perubahan volume. Biaya tetap bernilai tetap (tidak berubah) dalam jangka pendek terlepas dari level produksinya. Misalnya, jumlah yang dibayarkan pada lini perakitan bernilai sama meskipun produksinya berhenti sama sekali. Biaya campuran (mixed cost) mengkombinasikan elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel. Sebagai contoh, beban sewa kendaraan bisa terdiri atas fee tetap bulanan ditambah dengan fee untuk penggunaan perkilometer sebagai biaya variabelnya. 32 / 82



7. Tes Formatif 3 Soal Pilihan Ganda 1. Biaya bulanan untuk menyewa pabrik produksi adalah a. prime cost dan inventoriable cost. b. prime cost dan period cost. c. conversion cost dan inventoriable cost. d. conversion cost dan period cost



2. Secara umum, biaya yang paling mudah diprediksi adalah a. fixed cost per unit. b. total cost per unit. c. variable cost per unit. d. total variable costs. 3. Perusahaan menetapkan beban depresiasi (misalnya straight-line method) sebagai.... a. Biaya tetap (fixed cost) b. Biaya campuran (mixed cost) c. Biaya variabel (variable cost) d. Semua jawaban salah 4. Jika perusahaan meningkatkan harga penjualan per-unit atas sebuah produk, maka titik break-even point akan.... a. Meningkat b. Menurun c. Tetap d. Semua jawaban salah 5. Biaya-biaya manakah di bawah ini yang nilainya secara total akan konstan ketika level pemicu aktivitas (activity driver) berubah?



a. b. c. d.



Conversion cost Direct cost Fixed cost Variable cost



6. Pernyataan mana di bawah ini yang menjelaskan perbedaan antara high-low method dan scatterplot method? a. High-low method menggunakan seluruh activity points; scatterplot method hanya menggunakan dua poin. b. High-low method menggunakan poin aktivitas tinggi dan rendah; scatterplot method menggujinkan pengguna untuk memilih dua poin yang lebih baik dalam merepresentasikan hubungan antara aktivitas dengan biaya. c. High-low method menggunakan koefisien korelasi; scatterplot method menggunakan koefisien determinasi. d. High-low method menggunakan biaya dari catatan akuntansi; scatterplot method menggunakan biaya dari catatan operasional.



33 / 82



7. Mengapa managerial judgment terlalu kritis dalam menetapkan perilaku biaya (cost behavior)? a. Seluruh metode statistik terkenal tidak reliable. b. Metode-metode statistik memiliki keakuratan tinggi dalam menggambarkan kondisi lampau namun tidak mampu mereamalkan masa depan. c. Rincian biaya tetap dan variabel dicatat dalam catatan akuntansil manajemen hanya perlu mengetahui akun yang layak untuk dicari. d. Managerial judgment tidak kritis; metode statistik dapat menangkap seluruh keahlian manajer tanpa ada bias. 8. Perusahaan XYZ memiliki biaya variabel sebesar $120.000 jika memproduksi barang sebanyak 15.000 unit. Kisaran relevan adalah 10.000 – 20.000 unit. Jika terjadi produksi barang sebanyak 12.000 unit, maka biaya variabel yang muncul adalah sebesar:



a. b. c. d.



$10 perunit $120.000 secara total $8 perunit $90.000 secara total



9. Perusahaan PRQ memiliki total biaya tetap sebesar $64.000 jika 8.000 unit diproduksi. Kisaran relevan sebesar 8.000 – 16.000 unit. Jika 10.000 unit diproduksi, maka biaya tetap adalah sebesar: a. $80.000 secara total. b. $8 per unit. c. $48.000 secara total. d. $6,40 per unit.



10. Dengan menggunakan klasifikasi manufacturing costs, yaitu prime costs and conversion costs, komponen biaya yang ada di keduanya adalah: a. Biaya material langsung b. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung c. Biaya variable manufacturing overhead d. Biaya fixed manufacturing overhead



8.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini:



34 / 82



Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



35 / 82



KEGIATAN BELAJAR IV COST VOLUME PROFIT ANALYSIS Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, peserta diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang asumsi yang digunakan dalam cost volume profit analysis, memahami dan menjelaskan tentang cara penentuan break-even-point (BEP), penentuan BEP unit dan BEP dollar, memahami dan menjelaskan margin of safety, target operating income, dan target net income.



1.



Pendahuluan Analisis hubungan antara cost, volume, dan profit (CVP – Cost-Volume-Profit) sering kali juga disebut sebagai analisis titik impas (breakeven analysis). CVP analisis merupakan alat bantu manajer untuk memahami hubungan antara biaya (cost), volume, dan profit dengan mengaitkan harga jual produk, volume produk, biaya variabel per unit, biaya tetap dan juga bauran yang mungkin terjadi pada saat penjualan. Analisis CVP yang tepat mampu membantu manejemen dalam mengambil keputusan antara lain jumlah produksi yang akan dilakukan atau dijual, kebijakan harga jual, strategi pemasaran yang akan digunakan, dan fasilitas-fasilitas produksi yang kemungkinan harus diakuisisi atau dieliminasi. Manajemen juga akan memperoleh informasi mengenai profit/loss yang akan diraih dengan membandingkan harga jual dengan biayanya, juga kuantitas yang akan diproduksi dan dijual. Dengan harapan memperoleh profit, manajemen fokus pada titik kritis yaitu titik impas yang merupakan titik penentu dimana perusahaan akan mengalami kerugian. Selain itu juga manajemen akan fokus pada bagaimana menyikapi biaya tetap yang selalu terjadi setiap periode dengan atau tanpa adanya penjualan.



36 / 82



Seluruh informasi dan tantangan ini akan terjawab dengan analisis hubungan antara cost, volume, dan profit. Analisis CVP adalah metode sistematis yang menjelaskan hubungan perubahan antara volume (output), hasil penjualan, biaya dan laba bersih. Sebagai sebuah model dari hubungan-hubungan ini, analisis CVP menyederhanakan kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh perusahaan dalam dunia usaha. Sasaran analisis CVP adalah menetapkan apa yang terjadi terhadap posisi keruangan perusahaan jika tingkat kegiatan atau volume produksi berfluktuasi. Analisis ini didasarkan pada hubungan antara hasil penjualan, biaya dan laba dalam jangka pendek, dimana output perusahaan dibatasi oleh kapasitas operasi yang ada pada saat itu. Dalam jangka pendek, beberapa input yang bisa ditingkatkan dengan segera misalnya tambahan bahan baku atau tenaga kerja unskilled. Sedangkan input berupa tenaga kerja berpengalaman, tenaga kerja terampil, perluasan pabrik, penambahan mesin yang sudah ada tidak akan bisa diadakan segera. 2.



Asumsi Analisis cost value profit mengasumsikan bahwa manajer dapat mengklasifikasi masing-masing biaya ke dalam biaya variabel atau biaya tetap dan mengasumsikan bahwa satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah volume, dengan catatan biaya tetap tidak berubah. Mayoritas bisnis tidak bisa secara sempurna memenuhi asumsi ini jika pertimbangkannya mayoritas bisnis menggunakan biaya campuran (mixed cost), sehingga para manajer tidak menetapkan angka CVP secara tepat, namun hanya dalam kisaran perkiraan. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam CVP lainnya adalah: a. Hubungan cost dan revenue dapat diprediksi dan bersifat linier dalam aktivitas range yang relevan. b. Total variabel cost berubah secara proporsional dengan volume dalam range yang relevan. c. Perubahan dalam jumlah inventory misalkan hilang, menyusut, dan lainnya jika ada, secara jumlah tidak signifikan



37 / 82



d. Biaya Tetap selalu konstan dalam range yang relevan dengan volume. e. Harga jual dan kondisi pasar konstan f.



Tingkat produksi sama dengan tingkat yang terjual



g. Revenue dari bauran pemasaran konstan h. Semua biaya baik yang tetap maupun yang Variabel dalam jangka waktu yang sesuai akan memiliki sifat yang sama , namun apabila dianalisis dalam jangka waktu yang lebih lama semua biaya sepertinya akan bersifat variabel. i.



Teknologi dan tingkat efisiensi produksi konstan



j.



Pendapatan dan biaya akan bervariasi hanya disebabkan karena perubahan volume. Volume merupakan satu-satunya pemicu (driver).



k. Titik impas berhubungan langsung dengan biaya dan kebalikannya berhubungan dengan anggaran Margin of safety dan contribution margin. l.



Time value of money diabaikan.



Penggunaan asumsi-asumsi ini mengharuskan analisis CVP dilakukan dalam situasi kepastian. Namun dalam pelaksanaannya pengambilan putusan dibuat dalam situasi yang tidak pasti. Dalam hal ini probabilitas mengenai keragaman hasil yang akan diraih dan juga sensitivitasnya sangat perlu dianalisis terutama dalam hal adanya ketidakpastian. 3. Penentuan BEP Dalam Unit Titik impas (break even point) adalah tingkatan dari output dimana pada titik tersebut total pendapatan sama dengan total biaya sehingga profit sama dengan Nol. Setiap penambahan unit yang diproduksi di atas BEP akan menghasilkan operating income. Penghitungan paling sederhana dalam menetapkan breakeven dalam unit adalah dengan membagi biaya tetap dengan unit contribution margin (UCM). UCM sebanding dengan harga penjualan dikurangi biaya variabel unit. Titik ini bisa ditentukan dengan menggunakan analisis CVP memakai metode persamaan. Model CVP diselesaikan dengan memasukkan nilai-nilai v, p, dan f. N ditetapkan sama dengan nol kemudian menghitung nilai Q. Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur dalam memproduksi barang membutuhkan biaya variabel $120, biaya tetap $2.000, margin kontribusi $80. 38 / 82



Barang tersebut dijual senilai $200/unit. Jika perusahaan manufaktur tersebut menjual 5 unit produk, maka dengan persamaan akan diperoleh laba operasi sebesar: 𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁 200 × 5 = 2.000 + 120 × 5 + 𝑁 𝑁 = (200 × 5) − 2.000 − (120 × 5) 𝑁 = 1.000 − 2.000 − 600 𝑁 = −1.600 Diketahui: Q = penjualan perunit v = biaya variabel perunit f = total biaya tetap p = harga perunit N = laba operasi (tidak termasuk laba dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau tidak berulang dan pajak penghasilan) Untuk mendapatkan nilai BEP, maka asumsikan N = 0, sehingga: 𝑝×𝑄 = 𝑓+𝑣×𝑄+𝑁 200 × 𝑄 = 2.000 + 120 × 𝑄 + 𝑁 0 = (200 × 𝑄 ) − 2.000 − (120 × 𝑄 ) 80𝑄 = 2.000 𝑄 = 25 𝑢𝑛𝑖𝑡 Dengan mengasumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 25 unit perbulan (300 unit pertahun). 4.



Penentuan BEP dalam Nilai Uang Jumlah unit yang dijual, biaya variabel perunit, dan harga jual terkadang tidak diketahui atau tidak praktis untuk ditentukan. Misalnya sebuah perusahaan memiliki banyak produk dan ingin menentukan titik impas keseluruhan untuk semua produk secara bersama-sama. Untuk itu, tidaklah praktis menentukan titik impas dalam unit setiap produk, tapi dimungkinkan untuk menemukan titik impas dalam satuan nilai penjualan semua produk. Kita menggunakan metode titik impas yang sedikit dimodifikasi, dengan Y adalah titik impas dalam satuan nilai penjualan: 𝑌 = (𝑣⁄𝑝) × 𝑌 + 𝑓 + 𝑁 39 / 82



Dengan menggunakan prinsip aljabar, dapat kita lihat bahwa persamaan ini ekuivalen dengan persamaan yang digunakan sebelumnya untuk titik impas berdasarkan unit, tetapi Q digantikan oleh Y/p, yaitu jumlah penjualan adalah Y = Q x p. Dengan menggunakan data ilustrasi contoh di atas, kita anggap bahwa kita belum tahu harganya Rp 75 dan biaya variabel perunit adalah Rp35, melainkan kita hanya mengetahui biaya variabel total (Rp 84.000) dan total penjualan (Rp180.000). kita bisa mendapatkan rasio v/p = 0,4667 (Rp84.000/Rp180.000) dan menghitung titik impas dalam dolar: 𝑌 = (0,4667) × 𝑌 + 𝑅𝑝5.000 𝑌 = 𝑅𝑝9.375 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛



Contoh lain, rasio contribution margin perusahaan manufaktur adalah sebesar 66,667% (US $0,40 ÷ US $0,60). Maka nilai breakeven point in dollars = Fixed costs ÷ CMR, yaitu US $10,000 ÷ 0,66667. Perhitungan tersebut menghasilkan BEP in dollar sebesar US $15,000. 5.



Margin of safety Margin of safety merupakan kelebihan atas penjualan yang diharapkan dibandingkan penjualan break even. Karena itu Margin of safety menjadi “bantalan” bagi penurunan penjualan yang mampu ditanggung perusahaan tanpa menderita kerugian. Dengan kata lain, Margin of safety menunjukkan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. Manager menggunakan Margin of safety untuk mengevaluasi risiko baik operasional perusahaan yang sedang berjalan dan rencana mereka di masa depan. Sebagai permisalan, Lab. Produa memiliki titik break even setelah 100 pengujian sampel. Dengan asumsi bahwa Produa akan mampu melayani 350 pengujian sampel, maka Margin of safety adalah: Expected sales



-



Breakeven sales



350 pengujian



-



200 pengujian



Margin of safety



X



Sales price



= Margin of safety sales =



=



150 pengujian



Margin of safety in 40 / 82



sales



currency



150 pengujian



X



Rp100.000



=



Rp20.000.000



Kegiatan pengujian (penjualan) Lab. Produa dapat turun sampai 150 pengujian atau sebesar Rp20.000.000 sebelum menderita kerugian. Persentase Margin of safety (150 pengujian) pada Lab. Produa adalah sebesar 42,85% dari total expected sales (350 pengujian). Dengan cara lain,



Margin of safety jika



dinyatakan dalam persentase, maka rumusnya: 𝑀𝑆 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =



𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝐸𝑣𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠



Metode Margin of safety akan berguna bagi perusahaan untuk menjaga agar penjualan tidak turun melampaui titik aman. Berikut disajikan ilustrasi perbandingan dua margin safety yang berbeda: Penjualan Biaya variabel CM Biaya Tetap



BEP Rp150.000 : 25% BEP Rp300.000 : 40% MS dalam rupiah 1.000.000 – 600.000 1.000.000 – 750.000 MS dalam persentase 400.000 : 1.000.000 250.000 : 1.000.000



1.000.000 100% 750.000 75% 250.000 150.000 100.000



(Dalam Rupiah) 1.000.000 100% 600.000 60% 400.000 300.000 100.000



600.000 750.000



400.000 250.000



40% 25%



Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa Margin of safety opsi B lebih kecil dibandingkan opsi A sehingga jika terjadi resesi maka perusahaan yang menggunakan opsi B akan lebih cepat mengalami kerugian. Tetapi jika terjadi kenaikan penjualan, opsi B lebih baik dibanding opsi A karena memiliki contribution margin yang lebih baik. Perusahaan yang memiliki contribution margin tinggi dan biaya tetap rendah merupakan bentuk usaha yang ideal dalam meraih keuntungan. 41 / 82



6.



Target Operating Income Selain bisa memprediksi Break Even dimana Operating Income = 0, mperusahaan dapat juga menggunakan CVP sebagai sarana untuk menetapkan operating income yang akan diraih. Dengan adanya target operating income, maka perusahaan dapat memprediksi pada kuantitas berapa penjualan harus dilakukan berikut dengan upaya-upaya yang harus dilakukan. Ilustrasi: Dengan menggunakan asumsi yang sama Harga Jual Per unit $ 0,60 dan biaya variabel per unit $ 0,20 dan biaya tetap sebesar $ 10,000, apabila perusahaan mentargetkan pendapatan sebesar $ 2,000, berapa unit yang harus terjual. Jawaban: 2,000 = 0,6Q – 0,2Q – 10,000 Q = 12,000 / (0,4) = 30,000 unit.



7.



Target Net Income Sejauh ini kita telah mengabaikan dampak pajak penghasilan dalam analisis CVP atau biaya-volume-laba. Target laba yang ingin dicapai manajer dinyatakan dalam istilah laba bersih pada rencana strategisnya, yaitu laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Karena manajemen puncak ingin agar para manajer di bawahannya memperhitungkan dampak keputusannya terhadap laba operasi setelah pahak penghasilan dibayarkan. Beberapa keputusan mungkin tidak berdampak besar terhadap laba operasi. Namun bisa jadi keputusan itu dapat menurunkan pajak sehingga menarik dari sudut pandang laba bersih sehingga berpengaruh terhadap dividen saham yang akan dibagikan dan meningkatkan kemampuan pengembalian atas investasi. Evaluasi atas laba bersih menggunakan CVP bagi target laba harus ditetapkan dalam terminologi target laba bersih, bukan target laba operasi. Dapat dicontohkan, manajer ingin mengetahaui jumlah unit yang harus terjual untuk mendapatkan laba bersih sebesar Rp 960.000.000 dengan asumsi tarif pajaknya adalah 40%. Dengan menggunakan metode persamaan: Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap = Target laba operasi Target laba bersih = (Target laba operasi) – (Target laba operasi x Tarif pajak) 42 / 82



Target laba bersih = (Target laba operasi) x (1 - Tarif pajak) Target laba operasi =



Target Laba bersih 1 − 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘



Dengan melakukan substitusi atas target laba operasi, kita akan peroleh: Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap =



Target Laba bersih 1 − 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘



Dengan asumsi pendapatan 200.000.000, biaya variabel 120.000.000, dan biaya tetap 1.000.000.000, kita akan memperoleh hasil: (200.000.000 x Q)– (120.000.000x Q) – 1.000.000.000 =



960.000.000 1 − 0,40



(200.000.000 x Q)– (120.000.000x Q) – 1.000.000.000 = 1.600.000.000 80.000.000 x Q = 2.600.000.000 𝑄=



1.600.000.000 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 80.000.000 Q = 20 per unit



Selain itu, kita juga bisa menggunakan metode marjin kontribusi dan persamaan sebelumnya: Jumlah unit output yang harus dijual = Target laba operasi



=



𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡



𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘



Maka: Jumlah unit output yang harus dijual =



𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 +



𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘



𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡



Dengan menggunakan angka pada contoh di atas, maka diperoleh hasil: Jumlah unit output yang harus dijual = 8.



1.000.000.000 +



960.000.000 1−0,4



80.000.000



= 32,5 unit



Rangkuman Break even point nilai penjualan



sama dengan biaya tetap dibagi dengan



contribution margin ratio (CMR). CMR adalah rasio contribution margin terhadap harga jual baik secara total maupun perunit.



43 / 82



Margin of safety adalah sebuah ukuran yang mengantisipasi risiko. Perusahaan menghadapi ketidakpastian pendapatan. Disatu sisi terdapat titik impas sehingga margin of safety merupakan tingkat penjualan yang di anggarkan di atas titik impas. Jika risiko terjadi maka margin of safety adalah titik aman yang kritis dimana setelah titik aman ini terlewati maka secara pasti perusahaan akan mengalami kerugian. 9.



Tes Formatif 4 Soal Pilihan Ganda 1. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap dalam produksi sebesar $450.000 dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai. Biaya variabel per uni sebesar $15 dan harga penjualan perunit sebesar $25. Dari data tersebut, volume BEP dalam penjualan adalah…. a. 18.000 b. 30.000 c. 45.000 d. 60.000 2. Jika pemerintah hendak meningkatkan tarif pajak untuk PPh Badan, hubungan antara biaya setelah pajak dan volume penghasilan untuk perusahaan tunggal akan ikut berubah sebagaimana berikut…. a. BEP akan meningkat b. BEP akan menurun c. Tidak ada perubahan dalam BEP d. Tidak ada perubahan apapun dalam cost-volume-profit relationships 3. Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap untuk produksinya sebesar $450.000 dimana $150.000 merupakan pembiayaan nontunai.biaya variabel perunit sebesar $15 dan harga penjualan perunit $25. BEP akan tercapai ketika penjualan adalah sebesar…. a. 18.000 unit b. 30.000 unit c. 45.000 unit d. 60.000 unit



44 / 82



4. Perusahaan retail menetapkan harga jual sebesar 60% dari biaya variabel. Sebagai tambahan, perusahaan menggunakan harga jual yang sering diturunkan untuk menstimulasi penjualan. Jika rata-rata penurunan tersebut adala 10%, maka berapa contribution margin ratio perusahaan? a. 27,5% b. 30,6% c. 37,5% d. 41,7% 5. Sebuah perusahaan memiliki penjualan $500.000, biaya variabel $300.000 dan pendapatan sebelum pajak $150.000. Jika perusahaan meningkatkan harga jual perunit sebesar 10%, mengurangi biaya tetap 20%, dan biaya variabel tetap, maka BEP in sales dollar yang baru adalah…. a. $88.000 b. $100.000 c. $110.000 d. $125.000 6. Strategi untuk menurunkan BEP umumnya adalah… a. Meningkatkan baik biaya tetap maupun contribution margin b. Menurunkan baik biaya tetap maupun contribution margin c. Menurunkan baik biaya tetap dan meningkatkan contribution margin d. Meningkatkan baik biaya tetap dan menurunkan contribution margin 7. Pada titik BEP, nilai contribution margin sama dengan… a. Biaya variabel b. Penjualan c. Biaya penjualan dan administrasi d. Biaya tetap 8. Dalam menggunakan CVP untuk menghitung unit yang diharapkan terjual (expected unit sales) , manakah dari pilihan berikut yang sebaiknya ditambahkan pada biaya tetap sebagai pembilang. a. Prediksi kerugian operasional b. Prediksi keuntungan operasional c. Unit contribution margin (UCM) d. Biaya variabel 45 / 82



9. Peningkatan pada contribution margin per unit… a. Menurunkan BEP b. Meningkatkan BEP c. Tidak mengubah BEP d. Artinya terdapat perubahan pada fixed cost per unit 10. Jika biaya tetap suatu produk meningkat sementara biaya variabel dan harga penjualan tetap, apa yang akan terjadi pada contribution margin dan BEP? CM



BEP



a. Meningkat



Menurun



b. Menurun



Meningkat



c.



Tetap



Increase



d.



Tetap



Tetap



10. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Jumlah jawaban yang benar x 100% Tingkat Penguasaan = Jumlah Soal Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



46 / 82



KEGIATAN BELAJAR V BIAYA RELEVAN (Relevant Cost) Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 5, peserta diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang analisis differensial/inkremental, memahami dan menjelaskan tentang biaya relevan dan model biaya relevan lain.



1.



Pendahuluan Berkaitan dengan kapasitas atau volume yang dimiliki perusahaan, dalam satu saat terdapat kondisi adanya space atau kapasitas yang tidak tergunakan karena perusahaan beroperasi saat ini belum memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas yang tersedia. Penyebab perusahaan beroperasi di bawah kapasitas maksimal dapat beragam, seperti kondisi pasar memang belum sepenuhnya menyerap produksi perusahaan, skala ekonomis perusahaan akan terlewati jika beroperasi lebih dari kapasitas optimum, dan sebab lainnya. Untuk itu perusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan excess capacity dengan menggunakan analisis marginal (analisis diferensial atau analisis incremental). Untuk pemanfaatan kapasitas yang berlebih ini perusahaan menghadapi berbagai pilihan atau alternative. Masing-masing alternatif memiliki karakteristik potensi pendapatan dan juga cost yang harus ditanggung dalam setiap alternatif. Alternatif pengambilan keputusan dapat berupa: a. Membeli atau memproduksi sendiri b. Produx Mix dengan Batasan Kapasitas c. Divestasi d. Menjual atau memproses lebih lanjut hasil produksi



2.



Analisis Diferensial/Analisis Inkremental/Decision Model Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk 47 / 82



kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Dalam bahasa lain disebutkan teknik ini sebagai model pengambilan keputusan (decision model). Decision model adalah metode formal dalam pembuatan keputusan yang sering kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan asumsi dalam bentuk angka-angka yang kemudian dimasukkan dalam satu model perhitungan yang dapat diterima secara umum. Pada setiap alternatif bisa jadi memiliki model perhitungan yang berbeda. Namun pada akhirnya akan dihasilkan simpulan yang sama tiap alternatif yaitu berapa nilai atau profit yang dapat dihasilkan dari alternatif tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terjangkau dalam asumsi berbentuk numerik dituangkan dalam analisis kualitatif seperti karakteristik pasar, geografis, segmen pasar yang harus dimasuki, dan sejenisnya.



Tahapan analisis:



Identifikasi Problem, Ketidakpastian,dan Peluang Memperoleh informasi yang dibutuhkan model Pembuatan prediksi untuk setiap alternatif



Pengambilan keputusan di antara alternatif



Implementasi keputusan, evaluasi, penilaian, dan pembelajaran Gambar 5.1. 3.



Biaya Relevan (Relevant Cost) Dalam setiap alternatif pengambilan keputusan terdapat potensi pendapatan dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut sebagai biaya relevan (relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan yang diharapkan, dan selain ada biaya, juga mengandung penerimaan relevan (relevant revenue) yaitu 48 / 82



pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap alternatif. Revenue atau biaya yang tidak memiliki kaitan atas pelaksanaan satu alternatif disebutkan sebagai sesuatu yang tidak berhubungan (irrelevant). Prasyarat suatu relevant revenue dan relevant cost antara lain: a.



Terjadi di masa depan (occur in the future) – setiap keputusan akan ditetapkan berdasarkan hasil yang diharapkan terjadi dimasa depan



b. Terdapat perbedaan antara berbagai alternatif yang tersedia (differ among the alternatives course of action) – Jika tidak ada perbedaan antara revenue dan cost dari berbagai alternatif maka tidak akan ada pilihan, namun karakteristiknya adalah setiap alternatif membawa konsekuensi pendapatan dan biaya yang berbeda. Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, akan diilustrasikan dengan data produksi suatu perusahaan berikut ini: 



Direct material



2,00







Direct labor



3,00







Variabel overhead



0,50







Fixed overhead



0,50







Total cost per unit



6,00



Dengan cost per unit 6.00, umumnya perusahaan menjual produk dengan harga jual 10. Jika terdapat special order (order khusus yang bersifat tambahan) sebesar 5.60 per unit, apa yang harus perusahaan sikapi atas order special ini? a. Perusahaan akan menolak karena harga special order di bawah dari rata-rata biaya produksi yang mencapai $ 6.00/unit. Keputusan menolak merupakan keputusan yang tepat jika saat ini perusahaan telah berproduksi pada tingkat kapasitas maksimal, atau jika kapasitas yang idle dan tersedia lebih kecil dari kebutuhan special order tersebut. b. Namun jika masih tersedia kapasitas yang idle maka perusahaan harus menerima special order ini karena dengan tawaran harga sebesar $ 5.60 masih di atas biaya produksi variabel dengan total $ 5.50 (profit special $ 0.10/unit).



49 / 82



c. Biaya yang relevan dalam evaluasi special order adalah fokus pada biaya variabel yang dipastikan akan terjadi karena tambahan produksi. Biaya tetap menjadi tidak relevan selama tidak ada penambahan alat produksi yang baru. Seluruh biaya tetap telah diserap oleh produksi normal sehingga produksi special tidak lagi memperhitungkan biaya tetap. Namun jika terdapat penambahan alat produksi yang berarti di atas kapasitas normal perhitungannya harus dihitung ulang. d. Perhitungan biaya produksi variabel sebesar $ 5.50 dan kapasitas masih tersedia dan idle akan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai tawaran dari pesaing dimana harga pesaing akan dapat dikalahkan jika harga yang ditawarkan masih di atas $ 5.60 atau bahkan $ 5.50. 4.



Model Biaya Relevan Lain a. Keputusan Membeli atau Memproduksi Sendiri Perusahaan dalam situasi normal seharusnya memanfaatkan sumber daya yang ada dan tersedia di perusahaan daripada membeli dari luar untuk sebuah kebutuhan yang secara teknis perusahaan mampu memproduksi sendiri atau mengerjakan sendiri (untuk jasa). Namun untuk memberikan dasar yang memadai dalam pengambilan keputusan maka secara internal manajemen harus melakukan analisis membandingkan biaya yang diperlukan jika dikerjakan sendiri dengan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli/mengadakan dari luar perusahaan. Saat ini kecenderungan untuk menyerahkan sebagian urusan kepada pihak ketiga telah menjadi suatu praktek bisnis yang lazim. Sejumlah jasa yang umumnya dioutsorce ke pihak ketiga antara lain penanganan pengelolaan informasi yang terkomputerisasi, layanan jasa hukum, jasa akuntansi, jasa internal audit, ataupun pelatihan. Kecenderungan ini sudah dipastikan telah melalui proses perbandingan antara biaya yang harus dikeluarkan perusahaan lebih tinggi jika dikerjakan sendiri daripada biaya yang harus dikeluarkan ke pihak ketiga. Beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan kajian perbandingan antara make-or-buy decision antara lain: 50 / 82







Variabel utama dalam analisis ini adalah hanya biaya yang relevan dan tidak seluruh biaya







Sunk cost atau biaya yang sudah tertanam sudah tidak lagi relevan misalkan biaya tahun lalu tidak lagi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis make or buy decision tahun ini.







Biaya yang tidak berbeda dalam dua alternatif harusnya diabaikan karena tidak relevan dalam pengambilan keputusan karena alternatif make atau alternatif buy biaya ini sudah pasti terjadi







Opportunity cost menjadi bahan pertimbangan jika idle capacity tidak tersedia.



Contoh: Perusahaan furniture memiliki kebutuhan untuk furniture internal kantor karena perluasan kantor yang sedang dilakukan. Berikut ini analisis data-data yang relevan jika kebutuhan furniture ini dikerjakan di workshop sendiri atau beli dari supplier lain. Perusahaan memiliki kalkulasi biaya memproduksi sebesar $ 15 dan jika membeli dari luar ada supplier yang menawarkan sebesar $ 13. Memproduksi Total Variable cost



$10



Allocation fix cost



$5



Total unit cost



$15



Membeli



$13



Berdasarkan data di atas maka perusahaan lebih baik membeli dari luar dari pada memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada memproduksi sendiri. b. Product Mix dengan Batasan Kapasitas Dalam menetapkan product mix, manajer memaksimalkan operating income dengan tunduk pada batasan seperti kapasitas dan permintaan (demand). Dalam pembahasan ini diasumsikan ketika perubahan jangka pendek dalam product mix muncul, satu-satunya biaya yang akan berubah adalah biaya yang bervariabel dengan jumlah produksi barang (dijual). Berdasarkan asumsi tersebut, analisis margin kontribusi atas produk individu



51 / 82



memberikan pengetahuan tentang product mix yang memaksimalkan operating income. Analisis margin juga dapat diterapkan pada pengambilan keputusan dalam hal produk dan jasa yang dijual memiliki keterbatasan. Sebagai contoh jika perusahaan dapat menjual sebanyak yang diproduksi namun memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya, maka keputusan yang harus di ambil adalah memaksimalkan margin kontribusi per unit dalam sumber daya yang terbatas. Contoh: Misalnya perusahaan membuat dua macam produk, A dan B dengan data sebagai berikut: Produk A



Produk B



Harga jual per unit



10.000



15.000



Biaya variabel per unit



4.000



7.000



Margin kontribusi per unit



6.000



8.000



Konsumsi jam mesin per unit



3 jam



6 jam



Dengan data di atas dapat dilihat bahwa lebih menguntungkan untuk menjual produk B saja dari pada menjual produk A karena margin kontribusi produk B lebih besar. Bagaimana apabila kapasitas mesin terbatas hanya 24.000 jam? Produk A = 24.000: 3 = 8.000 unit. Maka produk A = 8.000 x Rp 6.000= Rp 48.000.000. Produk B = 24.000: 6 = 4.000 unit. Maka produk B = 4.000 x Rp 8.000 = Rp 32.000.000. Dengan keterbatasan yang dimiliki ternyata lebih menguntungkan menjual produk A saja. Jika perusahaan ingin menjual kedua produk tersebut, maka harus dicari komposisi terbaik kedua produk tersebut dengan mencari keuntungan maksimum. Secara sederhana komposisi tersebut digambarkan : 3XA + 6XB < 24.000; XA = Kuantitas Produk A; XB = Kuantitas Produk B. Jika terdapat keterbatasan yang lebih dari satu misalkan dalam kombinasi antara sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi maka hasil



52 / 82



optimal akan dapat dinilai dengan menggunakan bantuan teknik linear programming. Linear programming (LP) merupakan suatu model umum yang digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Misalnya, suatu keadaan dimana bagian produksi perusahaan dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masingmasing jenis produk dengan mempehatikan batasan faktor-faktor produksi seperti mesin, tenaga kerja, bahan mentah, dan lain sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya minimal. Fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya – sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Contoh: Departement



Jam kerja per unit



Kapasitas



Produk A



Produk B



Departemen 1



5 JKL



2,5 JKL



500 JKL/mg



Departemen 2



3 JKL



5 JKL



600 JKL/mg



Kebijakan Manajemen : Produk A hanya bisa dibuat sebanyak-banyaknya 90 unit per minggu, sedangkan produk B tidak ditentukan. Margin kontribusi per satuan masing-masing produk adalah Produk A Rp 2.000 dan Produk B Rp 2.500. Berapa satuan Produk A dan Produk B yang harus diproduksi agar diperoleh margin kontribusi maksimum? Solusi: a. Fungsi Tujuan Fmax = 2.000A + 2.500B b. Fungsi Batasan - Produk A hanya diproduksi sebanyak-banyaknya 90 unit/mg A < 90 - Departemen 1 memiliki kapasitas 500 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap 53 / 82



unit produk A memerlukan 5 JKL dan produk B 2,5 JKL Persamaan1: 5A + 2,5B < 500 - Departemen 2 memiliki kapasitas 600 Jam kerja Langsung per minggu. Setiap unit produk A memerlukan 3 JKL dan produk B 5 JKL Persamaan2: 3A + 5B < 600 Cara Matematis : 5A + 2,5B = 500 x 2 10A + 5B = 1.000 3A + 5B = 600 x 1



3A + 5B = 600 7A = 400 A = 57,14 = 57



5A + 2,5B = 500 5(57,14) + 2,5B = 500 2,5B = 500 – 285,7 B = 85,72 = 86 kombinasi produk A dan B yang memberikan kontribusi maksimum adalah 57 satuan produk A dan 86 satuan produk B. Kontribusi yang diberikan adalah : Fmax = 2.000A + 2.500B = 2.000(57) + 2.500(86) = Rp 329.000 c. Divestasi Keputusan divestasi adalah lawan dari analisis mengenai capital budgeting. Keputusan divestasi bisa berupa penghentian operasi, penghentian produksi satu atau lebih jenis produk, penghentian atau perubahan segmen bisnis, penutupan cabang, dan lainnya. Keputusan melakukan divestasi mutlak diambil dalam hal marginal cost dari proyek yang akan didivestasi lebih besar daripada marginal revenuenya. Atau dengan kata lain biaya untuk menyelenggarakan lini bisnis ini lebih tinggi dari pada pendapatan yang berhasil diraih. 54 / 82



Tahapan yang harus diambil dalam proses keputusan divestasi: 1) Identifikasi fix cost yang melekat yang akan dihindari pada project tersebut 2) Menentukan



pendapatan



yang



dibutuhkan



untuk



menjustifikasi



kelanjutan operasi. Jumlah pendapatan yang harus dihasilkan setidaknya sama dengan dengan biaya yang dibutuhkan untuk kelanjutan operasi. 3) Menentukan opportunity cost dari dana yang diterima hasil divestasi. 4) Menentukan apakah nilai carrying asset sama dengan nilai ekonomisnya. d. Keputusan Menjual atau Memproses Lebih Lanjut hasil Produksi Perusahaan yang memiliki proses produksi khususnya yang memerlukan sejumlah tahapan memiliki potensi untuk dapat menjual produk di tengah flow process dan market untuk produk yang belum jadi ini tersedia. Dalam situasi ini perusahaan dapat menentukan apakah melanjutkan proses produksi menjadi produk akhir atau menjual di tengah proses. Dalam proses ini parameter yang digunakan adalah perusahaan memiliki alternatif menguntungkan untuk menjual ditengah proses apabila revenue yang dihasilkan lebih tinggi dari pada cost yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi ditambah dengan laba yang umumnya diterima. 5.



Rangkuman Analisis diferensial atau analisis inkremental ini bertujuan untuk melakukan analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan (alternatif) yang tersedia untuk kemudian dipilih satu alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Decision model adalah metode formal dalam pembuatan keputusan yang sering kali menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Setiap alternatif terdapat potensi pendapatan dan juga potensi biaya, secara teoritikal hal ini disebut sebagai biaya relevan (relevant costs). Relevan cost adalah biaya masa depan yang diharapkan, dan selain ada biaya, juga mengandung penerimaan relevan (relevant revenue) yaitu pendapatan yang akan diharapkan diterima di masa



55 / 82



depan. Baik biaya relevan dan juga penerimaan relevan akan berbeda untuk tiap alternatif. 6.



Tes Formatif 5 Soal Pilihan Ganda 1. Data berikut merupakan nilai yang melekat dalam satu produk yang dijual oleh perusahaan retailer: Harga beli US $4.95 Beban penjualan variabel US $2.00 Beban administrasi variabel US $1.00 Biaya tetap US $7,500 Penjualan yang diharapkan/tahun 5,000 units Menggunakan pendekatan kontribusi dalam penetapan harga, manakah harga berikut yang merupakan harga terendah yang dapat dibebankan pada jangka pendek? a. $5 b. $7 c. $8 d. $9 2. Ketika menerapkan pendekatan cost-benefit untuk pengambilan keputusan, kriteria utama adalah bagaimana tujuan manajemen dapat dicapai dalam hubungannya dengan biaya. Biaya-biaya tersebut termasuk juga… a. Biaya variabel untuk program tindakan namun tidak diharapkan biaya tetap karena hanya biaya variabel diharapkan yang relevan. b. Biaya incremental out-of-pocket seperti halnya expected continuing cost yang biasa menjadi alternatif program tindakan. c. Biaya masa depan yang berbeda antar tindakan ditambah dengan faktorfaktor kualitatif yang tidak terukur secara nominal. d. Biaya historis dan biaya masa depan yang terkait dengan program tindakan termasuk di dalamnya seluruh faktor kualitatif yang tidak dapat diukur secara nominal. 3. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual 100,000 unit komponen dengan variable cost perunit sebesar $20. Dari proses produksi, diketahui terdapat 1.200 produk tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sehingga muncul biaya tambahan untuk pengulangan sebesar $12 per unit. Produk yang diproses ulang (reworked) tersebut dijual dengan harga $45/unit, sedangkan produk berkualitas prima dijual seharga $50/unit. Jika perusahaan telah menerapkan progran quality assurance untuk memastikan seluruh unit diproduksi sesuai spesifikasi, peningkatan dalam contribution margin untuk komponen tersebut menjadi… a. $14.400 b. $20.400 c. $21.600 d. $39.600 56 / 82



4. Produksi sebuah entitas tiap tahun telah melampaui batas produksi (kaitannya dengan properti, instalasi, dan peralatan produksi). Jika dalam satu tahun aset-aset tersebut hanya digunakan untuk produksi dengan kapasitas 80% dari seharusnya dan level penjualan pada tahun tersebut sebesar $2 million. Full capacity sales level adalah sebesar…. a. $1.600.000 b. $2.000.000 c. $2.500.000 d. $10.000.000 5. Ketika mempertimbangkan pesanan khusus yang akan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan kapasitas menganggurnya (idle capacity), manakah dari pilihan biaya berikut yang irrelevant? a. Material b. Depresiasi c. Tenaga kerja langsung d. Overhead manufaktur 6. Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual produk tunggal yang membutuhkan 2 jam mesin/unit. Penjualan tahunan diharapkan sebesar 75.000 unit. Kapasitas produksi tahunan sebear 200.000 jam (machine hour). Harga jual yang diharapkan $10.unit. data biaya untuk proses manufaktur dan penjualan produk adalah sebagai berikut: Biaya variabel (perunit) Direct material $3,00 Direct labor $1,00 Variabel manufacturing overhead $0,80 Variable selling $2,00 Biaya tetap (pertahun) Fixed manufacturing overhead $90.000 Fixed selling $60.000 Perusahaan menerima pesanan khusus sebanyak 10.000 unit dengan harga $7,60/unit. Biaya variabel selling sebesar $1,20/unit. Pesanan khusus ini tidak akan mempengaruhi penjualan reguler yang sebesar 75.000 unit. Jika perusahaan menerima pesanan khusus ini, maka profit akan…. a. Meningkat $8.000 b. Meningkat $16.000 c. Menurun $4.000 d. Menurun $12.000 7. Menggunakan data di atas, jika harga penjualan diturunkan menjadi $9,30/unit maka penjualan diharapkan menjadi 90.000 unit pertahun. Jika biaya tetap dan variabel tidak berubah, maka profit akan menjadi…. a. Menurun $5.000 b. Menurun $15.000 c. Menurun $45.000 d. Meningkat $15.000



57 / 82



8. Tujuan paling cepat yang ingin dicapai oleh analisis theory of constraint (TOC) adalah untuk… a. Memaksimalkan efisiensi dari seluruh proses produksi. b. Memaksimalkan biaya material langsung. c. Memaksimalkan contribution margin melalui batasan-batasan. d. Melancarkan aliran produksi untuk menhapuskan cadangan dalam sistem. 9. Dalam laporan laba rugi yang disiapkan menggunakan metode variablecosting, fixed factory overhead akan… a. Tidak digunakan b. Digunakan dalam penghitungan operating income tapi tidak dihitung dalam perhitungan contribution margin. c. Digunakan dalam penghitungan contribution margin. d. Diperlakukan sama dengan variabel factory overhead. 10. Untuk memproduksi satu buah barang, perusahaan mengeluarkan biaya bahan baku Rp 1.000, biaya upah Rp 2.000 dan FOH Rp 3.000. Perusahaan mempertimbangkan untuk meng outsourcing pembuatan barang ke pihak luar dengan harga Rp 4.000. Pertimbangan tersebut: a. Tepat karena total biaya lebih besar dari harga outsourcing b. Tidak tepat karena biaya menjadi lebih mahal, karena perusahaan masih mananggung FOH plus harga outsourcing c. Tidak tepat karena harga menjadi lebih murah d. Tepat karena perusahaan tidak menanggung biaya FOH 7.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Jumlah jawaban yang benar x 100% Tingkat Penguasaan = Jumlah Soal Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun 58 / 82



apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



59 / 82



KEGIATAN BELAJAR VI JOB ORDER COSTING dan PROCESS COSTING Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 6, peserta diharapkan mampu untuk memahami sistem job order costing dan proses costing, perbedaan dengan sistem penganggaran lain, dan mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode penganggaran weighted-average dan mempersiapkan jurnal entri serta mempersiapkan laporan biaya produksi menggunakan metode FIFO serta jurnal entri terkait.



1.



Pendahuluan Job order costing dan process costing adalah dua metode biaya yang digunakan dalam menetapkan biaya produk (unit product cost). Sistem job-order costing digunakan ketika dalam satu periode, perusahaan mengerjakan banyak tugas atau memproses produk yang beragam. Contoh adalah industri yang menggunakan penganggaran job-order meliputi pabrik furnitur, percetakan atas pemesanan khusus (special-order), galangan kapal, dan banyak lagi. Sebaliknya, process costing adalah metode yang umum digunakan dalam industri dimana material mentah (raw material) dikonversi ke dalam produk-produk sejenis, misalnya batu bata, soda, atau kain, secara terus-menerus. Contoh perusahaan yang menggunakan sistem process costing antara lain PT. Timah, PT. Gula Tani Nirmala, PT. Semen Gresik. Process costing mungkin juga digunakan dalam peralatan yang memproduksi gas (contoh: PGN), listrik (PLN), dan air minum (PDAM). Karakteristik process costing antara lain: a. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian pemotongan, bagian finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian secara massal. b.



Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti



60 / 82



rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam tahapan proses produksi. c.



Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses analisis bisa dilakukan.



2.



Kegunaan Process Costing Akuntansi biaya proses (process cost) menetapkan biaya-biaya ke barang persediaan atau jasa. Kondisi tersebut diaplikasikan ke produk-produk yang relatif homogen dan diproduksi massal secara berkesinambungan, misalnya produk minyak, benang, dan monitor komputer. Daripada menggunakan jurnal pembantu untuk menelusuri pekerjaan spesifik (specific job), process costing umumnya menggunakan akun work-in process yang menjadi output produksi untuk masing-masing departemen. Process costing menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit sebagai berikut: a. Biaya diakumulasikan untuk obyek biaya yang terdiri atas sejumlah besar barangbarang/jasa sejenis.



b. Work-in process dinyatakan dalam bentuk unit ekuivalen. c. Biaya unit ditetapkan. 3.



Perbandingan antara Job Order Costing vs Process Costing Dalam beberapa hal, process costing memiliki kesamaan dengan job-order costing, dan sebaliknya bisa sangat berbeda. Pada bagian ini, akan dipelajari persamaan dan perbedaan sebagai pondasi pemahaman dan diskusi lebih jauh tentang process costing. a. Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing



Persamaan antara Job-Order dengan Process Costing dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Kedua sistem memiliki persamaan tujuan dasar, yaitu menetapkan biaya material, labor, dan manufacturing overhead ke dalam produk dan menyediakan mekanisme untuk menghitung biaya produk unit.



61 / 82



2) Kedua sistem menggunakan dasar akun-akun manufaktur yang sama, meliputi Manufacturing Overhead, Raw Material, Work in Process, dan Finished Goods. 3) Aliran biaya ke dalam akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem tersebut. b. Perbedaan antara Job-Order dan Process Costing



Terdapat tiga perbedaan antara job-order dan process costing: 1) Process



costing



digunakan



ketika



perusahaan



secara



terus



menerus



memproduksi barang yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Job-order costing digunakan ketika sebuah perusahaan memproduksi beragam pekerjaan yang memiliki kebutuhan produksi yang unik atau berbeda-beda.



2) Dalam process costing, tidak akan bisa dilakukan identifikasi biaya material, labor, maupun overhead dengan permintaan konsumen secara terpisah (sebagaimana dilakukan dalam job-order costing). Dengan demikian, process costing mengakumulasikan biaya dari tiap departemen dan menetapkan biaya tersebut secara seragam pada seluruh unit yang melewati departemen terkait selama periode produksi. Sedangkan joborder sheet yang digunakan dalam job-prder costing tidak digunakan untuk mengakumulasikan biaya. 3) Sistem proces costing menghitung biaya perunit tiap departemen. Hal tersebut berbeda dengan job-order costing yang menghitung berdasarkan job menggunakan job cost sheet. Job Order Costing



Process Costing



1. Many different jobs are worked 1. A single product is produced on during each period, with each



either on a continuous basis or



job having different production



for long periods of time. All units



requirements.



of product are identical.



2. Costs



are



accumulated



individual job.



by 2. Costs



are



accumulated



by



department.



3. Unit costs are computed by job 3. Unit costs are computed by on the job cost sheet.



department. 62 / 82



4.



Akumulasi Biaya Akumulasi biaya dalam sistem process costing dihitung berdasarkan departemen daripada proyek. Hal ini merefleksikan proses manufaktur yang secara nature bersifat homogen dan berlangsung terus menerus. Input fisik yang dibutuhkan dalam proses produksi diperoleh dari supplier. Material langsung dimasukkan dalam departemen yang awal melakukan proses produksi. Produk beralih dari satu departemen ke departemen berikutnya. Departemen kedua memasukkan material langsung tambahan dan biaya-biaya konversi tambahan. Ketika proses sudah selesai pada departemen terakhir, seluruh biaya ditransfer ke finished good.



Seiring produk dijual, penjualan dicatat dan biaya-biaya



ditransfer ke Cost of Good Sold (COGS). Perubahan atas akun-akun tersebut selama periode produksi dapat dirangkum sebagai berikut: Raw Material Inventory (RM) Beginning RM Purchase of RM



Work-in Process Inventory (WIP) Beginning WIP Convertion Cost



(Ending RM)



Raw Material Used (Ending WIP) COGM



Raw Material Used



Finished Good Inventory (FG) Beginning FG Cost of Good Manufactured (Ending FG) COGS



5. Equivalent Unit of Production (EUP) Pada akhir periode umumnya terdapat unit yang belum selesai melalui proses produksi (setengah jadi). Untuk memperhitungkan biaya yang melekat dalam produk setengah jadi tersebut, dilakukan penetapan ulang unit/produk yang sudah memenuhi equivalent unit of production (EUP). EUP adalah jumlah dari barang jadi yang telah diproduksi dari material input dalam satu periode. EUP untuk direct material atau conversion cost adalah jumlah dari direct material atau conversion cost yang dibutuhkan untuk melengkapi satu unit fisik produksi (produk jadi). Contohnya seribu unit WIP, telah dilengkapi dengan 80% direct material dan 60% conversion cost, akan merepresentasikan 800 EUP dari direct material (1.000 x 80%) dan 600 EUP dari conversion cost (1.000 x 60%). EUP conversion membutuhkan penetapan unit ekuivalen dan penghitungan biaya perunit. Dua kalkulasi tersebut dibuat terpisah untuk direct material dan 63 / 82



conversion cost. Conversion cost diasumsikan muncul seragam. Biaya masukan dari departemen sebelumnya (transferred-in cost) didefinisikan sebagai barang 100% lengkap dari departemen sebelumnya. Biaya transferred-in dari departemen sebelumnya termasuk dalam penghitungan EUP di departemen kedua. Biaya ini diperlakukan sama dengan direct material yang dimasukkan dalam awal periode. Aliran kuantitas aktual dari produksi didasarkan pada formula berikut: Beginning WIP + Units started this period = Unit transferred out (completed) + Ending WIP



Dua metode dalam emnghitung EUP adalah metode weighted average dan FIFO. Menggunakan metode weighted-average, unit WIP awal diperlakukan sama dengan unit yang baru mulai diproses sampai dengan lengkap di periode berjalan. Metode ini merata-rata biaya dari WIP awal dengan biaya produksi periode berjalan. Penghitungan EUP dengan weighted-average method adalah: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑜𝑢𝑡) 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ) 𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 − 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 biaya EUP menggunakan metode weighted-average dihitung dengan formula: 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =



𝑏𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑊𝐼𝑃 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠 + 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 − 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠 𝐸𝑈𝑃



Sedangkan dengan metode First-In First-Out (FIFO), WIP awal harus ditinggalkan karena hanya biaya yang muncul pada periode berjalan yang dipertimbangkan. EUP duhasilkan selama periode berjalan didasarkan pada pekerjaan yang diselesaikan pada periode berjalan. Cara menghitung EUP menggunakan FIFO adalah sebagai berikut: (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑙𝑒𝑓𝑡 𝑡𝑜 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒) + 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑑𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑) 𝐸𝑈𝑃 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐹𝐼𝐹𝑂



Catatan: unit started and completed during current period sebanding dengan (unit started – WIP akhir) Versi lain dari penghitungan di atas adalah: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 + (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 (𝑊𝐼𝑃 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 % 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑)) 𝐸𝑈𝑃 𝐹𝐼𝐹𝑂



Biaya per EUP menggunakan FIFO dihitung dengan formula: 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐸𝑈𝑃 =



𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠 𝐸𝑈𝑃 64 / 82



Setelah unit ekuivalen dihitung, biaya perunit menggunakan masing-masing metode dapat diperoleh. i. Menggunakan metode weighted-average, seluruh direct material dan conversion cost yang muncul do periode berjalan dan WIP awal dirataratakan. Contoh: 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP = Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP =



$80.000 = $8,08 9.900 𝐸𝑈𝑃



$60.000 = $6,19 9.700 𝐸𝑈𝑃



Total unit cost menggunakan weighted-average adalah $8,08 + $6,19 = $14,27. ii. Menggunakan metode FIFO, hanya biaya yang timbul di periode berjalan yang dimasukkan dalam perhitungan: 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP =



$55.000 = $6,63 8.300 𝐸𝑈𝑃



65 / 82



Conversion 𝑐𝑜𝑠𝑡 per EUP =



$50.000 = $5,62 8.900 𝐸𝑈𝑃



Total unit cost menggunakan FIFO adalah $6,63 + $5,62 = $12,25. Ketika nilai WIP awal sama dengan nol, maka kedua metode akan menunjukkan hasil yang sama. 6. Produk Cacat dan Sisa a. Normal spoilage muncul dalam kondisi operasi normal yang tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Dalam rangka efisiensi maka barang cacat normal ini diperlakukan sebagai biaya produk (cost product), yang tentu saja masuk dalam biaya barang yang dihasilkan. b. Abnormal spoilage tidak diharapkan terjadi dalam kondisi normal atau kodisi operasional yang efisien. Barang cacat ini diperlakukan sebagai period cost (kerugian). c. Scrap terdiri atas material sisa dari proses produksi. Jika scrap dijual, akan mengurangi factory overhead. Jika material sisa ini dibuang, maka akan ditambahkan dalam biaya barang yang dihasilkan.



d. Rangkuman Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi dimana produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Beberapa contoh industri yang akan menggunakan penentuan harga pokok proses (process costing) ini meliputi perusahaan manufaktur semen, tepung, bensin dan perusahaan yang menghasilkan bahan baku lainnya. Karakteristik industri ini pada dasarnya menghasilkan produk homogen yang mengalir secara merata melalui proses produksi secara terus menerus. Process costing adalah metode yang mengumpulkan biaya dalam suatu operasi tertentu atau departemen tertentu selama suatu periode penuh dan selanjutnya membagi total dengan jumlah satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan. Sistem ini digunakan untuk proses produksi dengan produk yang sama secara massal dan dilakukan secara terus menerus. Karakteristik process costing antara lain: 1. Biaya melekat pada department atau fase produksi misalkan produsen furniture



massal maka biaya melekat pada bagian bahan baku, bagian 66 / 82



pemotongan, bagian finishing, dan selanjutnya. Contoh lainnya adalah pada perusahaan konveksi yang memproduksi pakaian secara massal. 2. Biaya dalam proses produksi ini pada akhirnya akan dapat dihitung biaya produksi per unitnya. Biasanya untuk penilaian biaya menggunakan dua metode seperti rata-rata tertimbang ataupun FIFO dalam hal terjadi fluktuasi dalam biaya dalam tahapan proses produksi. 3. Jika terdapat proses produksi yang belum selesai pada akhir periode maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan unit ekuivalen yaitu menghitung biaya yang belum selesai menjadi seakan selesai sehingga proses analisis bisa dilakukan.



e. Tes Formatif 6 Soal Pilihan Ganda 1. Sebuah perusahaan agensi periklanan melayani klien dalam lingkup luas meliputi pabrik, restoran, bisnis jasa, swalayan, dan industri retail. Sistem akuntansi yang cocok untuk diadopsi oleh agensi iklat tersebut terkait pencatatan dan penghitungan biayanya adalah… a. Job-order costing b. Operation costing c. Relevant costing d. Process costing 2. Sebuah perusahaan melakukan sendiri proses panen, pengemasan, dan pengiriman atas produknya. Perusahaan mengoperasikan tiga lini pengemasan yang tidak memiliki persediaan awal dan berikut adalah data persediaan yang telah selesai diproduksi: Beban gaji pegawai pengemasan



$150,000



Beban gaji supervisor pengemasan



90,000



Beban gaji pegawai Quality control



30,000



Beban kotak kemasan



15,000



Beban listrik Beban penyusutan



3,000 66,000



Biaya akumulasi dalam pengemasan akan diakumulasikan per bagian dengan e. Mencatat beban gaji per job kategori pegawai. f. Menghitung beban depresiasi. 67 / 82



g. Menerbitkan laporan keuangan bulanan. h. Meramalkan kekurangan material bulanan. 3. Menggunakan data di nomor 3 di atas, pada akhir periode pelaporan, 600.000 unit telah dikemas dan dikirimkan. Tidak ada persediaan yang masih tersisa di gudang. Jika perusahaan menggunakan process costing, maka cost per unit menjadi… a. $0,197 b. $0,275 c. $0,315 d. $0,590 4. Sebuah perusahaan jasa peralatan kantor melayani dua jalur, mengirimkan pegawai ke kantor pelanggan untuk memperbaiki peralatan atau pelanggan membawa peralatan yang rusak ke tempat kerja perusahaan tersebut untuk diperbaiki. Metode pembiayaan yang tepat untuk perusahaan tersebut adalah… a. Job-order costing system. b. Activity-based costing system. c. Process costing system. d. Operation costing system. 5. Perusahaan yang berkarakter memproduksi produk homogen umumnya akan menggunakan metode berikut dengan tujuan merata-ratakan biaya dan menyediakan data biaya-unit kepada manajemen. Metode yang manakah itu? a. Job-order costing. b. Direct costing. c. Absorption costing. d. Process costing. 6. Sebuah perusahaan memproduksi dua merk produk yang dipasarkan secara grosir dan ke pelanggan besar. Manakah di bawah ini yang merupakan jenis sistem costing terbaik untuk digunakan perusahaan tersebut? a. EOQ system b. Job-order system c. Process system d. Retail inventory system



68 / 82



7. Departemen pembiayaan sebuah perusahaan financing memiliki bisnis peminjaman. Biaya dalam memproses pinjaman tersebut seringnya mencapai beberapa ribu dolar. Biaya untuk tiap pinjaman, meliputi labor, telepon, perjalanan dinas, memiliki perbedaan yang signifikan untuk masing-masing pinjaman. Beberapa pinjaman membutuhkan tenaga ahli pihak ketiga, misalnya appraisal, jasa legal, dan jasa konsultasi, dimana pinjaman-pinjaman lain tidak membutuhkan jasa serupa. Metode akumulasi biaya paling tepat untuk departemen pembiayaan tersebut adalah…. a. Job-order costing. b. Process costing. c. Differential costing. d. Joint product costing. 8. Sebuah perusahaan konsultasi menyediakan jasa konsultasi kepada rumah sakit. Penugasan konsultasi berbeda antar rumah sakit, baik jenis konsultasi yang diberikan maupun ruang lingkupnya. Atas hal tersebut, sistem poduct costing yang paling tepat untuk perusahaan tersebut adalah… a. Process costing system. b. Job-order costing system. c. Operation costing system. d. Just-in-time costing system. 9. Unit ekuivalen dari direct material atau conversion cost sebanding dengan… a. Jumlah direct material atau conversion cost yang diperlukan untuk melengkapi satu unit produksi. b. Sebuah unit persediaan setengah jadi (work-in-process). c. Jumlah direct material atau conversion cost diperlukan dalam memulai produksi unit work-in-process. d. 50% dari direct material atau conversion cost dari sebuah persediaan barang jadi (finished goods). f. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal 69 / 82



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang. Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



70 / 82



KEGIATAN BELAJAR VII RESPONSIBILITY ACCOUNTING Indikator: Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 7, peserta diharapkan mampu memahami yang



dimaksud



accounting),



dengan



mampu



akuntansi



pertanggungjawaban



menggambarkan



pusat



(responsibility



pertanggungjawaban



dan



akuntansi pertanggungjawaban, menerapkan akuntansi pertanggungjawaban, serta menjelaskan hubungan antara kemampuan mengendalikan dengan akuntansi pertanggungjawaban.



1.



Gagasan Umum Mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting) Akuntansi



pertanggungjawaban



mencakup



pusat



pertanggungjawaban



manajemen atau area dari organisasi yang diperkuat untuk memproduksi keputusan sendiri namun biaya dan pengeluaran di bawah kendalinya harus dipertanggungjawabankan dan akuntabel. Perbedaan utama antara organisasi sentralisasi atau desentralisasi ada pada derajat kebebasan pengambilan keputusan oleh manajer di berbagai level. Sentralisasi mengasumsikan pengambilan keputusan harus terkonsolidasi sehingga aktivitas yang dilaksanakan perusahaan lebih terkoordinasi secara lebih efektif. Dalam desentralisasi, pengambilan keputusan muncul pada level serendah mungkin. Desentralisasi khususnya mencerminkan perusahaan besar dibagi dalam beberapa segmen. Pendekatan desentralisasi ini umum terjadi dalam perusahaan-perusahaan. Organisasi, secara ideal, dibentuk oleh para pimpinan tertinggi yang membagi kegiatan dan menetapkan suatu hierarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang diterapkan lebih dahulu dan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan



dalam



ruang



lingkup



itu.



Beberapa



jenis



akuntansi



pertanggungjawaban biasanya menyertai pendelegasian pengambilan keputusan ini. Akuntansi keuntungan (profitability accounting) dan akuntansi kegiatan (activity costing). 71 / 82



Akuntansi pertanggungjawaban menekankan suatu pelajaran penting para manajer maupun para akuntan, yaitu perilaku para manajer seringkali sangat dipengaruhi oleh bagaimana prestasi kerja (performance) mereka diukur. Jadi akuntansi sama sekali bukan bagian yang kosong dari kehidupan seorang manajer profesional. Sebaliknya sistem akuntansi memainkan peranan kunci dalam memotivasi para manajer ke arah keinginan pimpinan tertinggi atau menjauhkan dari padanya. Akuntansi pertanggungjawaban: a. Mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban berdasarkan sejauh mana kewenangan masing-masing manajer individu. b. Menghindarkan tanggung jawab manajer dari penyimpangan antara tujuan yang telah dianggarkan dengan hasil aktual. c. Mendorong manajer untuk membenahi perbedaan yang tidak menguntungkan dan mengkomunikasikan feedback kepada manajemen yang lebih tinggi atas sumber-sumber perbedaan yang menguntungkan dan yang tidak. d. Menghubungkan tanggung jawab dan pengetahuan tertentu dengan pengukuran kinerja tertentu. e. Personalisasi informasi akuntansi dengan memperhatikan biaya-biaya dari sudut pandang kendali personal. Seorang



manajer



bertanggung



jawab



menentukan



jenis



pusat



pertanggungjawaban dan jenis ukuran kinerja yang cocok untuknya. Manajer dengan tanggung jawab lebih umumnya memproduksi keputusan yang lebih kompleks dan memiliki kontrol lebih atas faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. 2.



Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban Struktur organisasi adalah pengaturan lini pertanggungjawaban dalam organisasi. Perusahaan bisa diorganisasi menurut fungsi bisnis antara lain eksplorasi, pemurnian, dan pemasaran, dimana setiap manajer mempunyai wewenang memproduksi



keputusan atas fungsi



bisnisnya. Perusahaan



juga bisa



diorganisasikan menurut lini atau brand produk. Manajer dari setiap divisi



72 / 82



memiliki wewenangn untuk memproduksi keputusan menyangkut semua fungsi bisnis (manufaktur, pemasaran, dan penjualan) pada divisi masing-masing. Setiap



manajer



merupakan



pusat



pertanggungjawaban.



Pusat



pertanggungjawaban (responsibility center) adalah bagian, segmen, atau subunit dari organisasi dimana manajernya bertanggung jawab atas segenap aktivitas tertentu.



Semakin



tinggi



tingkatan



manajer,



semakin



luas



pusat



pertanggungjawabannya dan secara umum semakin banyak jumlah bawahannya. Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana, anggaran, tingakan, dan hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban. Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban; yaitu: a. Pusat biaya (Cost Center), manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. b. Pusat pendapatan (Revenue Center), manajer hanya bertanggung jawab atas pendapatan yang diperoleh. c. Pusat laba (Profit Center), manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya. d. Pusat investasi (Investment Center), manajer bertanggung jawab atas investasi, pendapatan, dan biaya. Sebagai ilustrasi, Departemen Pemeliharaan pada hotel JW Marriot adalah pusat biaya karena manajer pemeliharaan hanya bertanggung jawab atas biaya, sehingga anggarannya juga menekankan pada biaya. Departemen Penjualan adalah pusat pendapatan karena manajer penjualan bertanggung jawab terutama atas pendapatan, sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan. Manajer hotel merupakan pusat laba karena bertanggung jawab atas pendapatan maupun biaya, sehingga anggatannya juga menekankan pada pendapatan dan biaya. Manajer regional yang bertanggung jawab atas investasi dalam proyek hotel baru dan pendapatan serta biaya merupakan pusat investasi, sehingga anggarannya juga menekankan pada pendapatan, biaya, dan investasi. Pusat pertanggungjawaban dapat dibentuk untuk menyelaraskan antara tujuan unit dengan tujuan perusahaan.



73 / 82



3.



Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Sebuah sistem pertanggungjawaban akuntansi yang didisain dengan baik akan menciptakan suatu pusat-pusat pertanggungjawaban (disebut juga unit bisnis strategis). Tujuan mereka adalah: a. Meningkatkan keberanian manajemen untuk berusaha mencapai tujuantujuan organisasi (perusahaan), b. Memotivasi para manejer untuk memproduksi keputusan yang konsisten dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, c. Menyediakan dasar bagi kompensasi manajerial. Pusat biaya (Cost Center), misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya. a. Pemicu biaya merupakan ukuran kinerja yang relevan, b. Kelemahan dari pusat biaya adalah adanya potensi pergeseran biaya (cost shifting). Misalnya, tanggung jawab manajer untuk penetapan biaya variabel yang mungkin digantikan dengan biaya tetap, padahal bukan tanggung jawabnya. Kelemahan lainnya adalah permasalahan-permasalahan jangka panjang yang mungkin diabaikan, misalnya jumlah biaya tahunan. Permasalahan lain adalah alokasi dari biaya departemen jasa dalam pusat biaya. Pusat Pendapatan (Revenue Center), misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang relevan. Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan persyaratan pengiriman. Pusat Investasi (Investment Center), misalnya kantor cabang, bertanggung jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas penggunaan aset.



74 / 82



4.



Ukuran Kinerja dan Motivasi Manajer Manajer pusat pertanggungjawaban dievaluasi berdasarkan pengukuran kinerja baik secara keuangan dan non-keuangan. Evaluasi sebaiknya hanya berdasarkan faktor-faktor yang secara khusus berada dalam kendali manajer. Pengukungan kinerja yang efektif akan mengarahkan kepada hasil strategis yang diharapkan dari manajer dan para pegawai terkait untuk mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja yang umum adalah: a.



Return on Investment (ROI). Membagi keuntungan (kecuali beban bunga) yang dihasilkan dari pusat investasi dengan aset total dari pusat investasi.



b. Residual income/Economic Value Added (EVA). Menghitung perbedaan antara keuntungan pusat investasi atau operating income dengan opportunity cost dari penggunaan aset. c. Transfer pricing. Mengenali interaksi dari pusat-pusat pertanggungjawaban yang berbeda terhadap sistem pricing barang atau jasa yang ditransfer dalam organisasi yang sama. d. Produktivitas. Rasio yang mengukur output berbanding input. e. Penghasilan, pasar saham, dan biaya operasional. f. Analisis profitabilitas untuk barang, unit bisnis, dan pelanggan. g. Benchmark values dari manajer atau organisasi lain. h. Critical Success Factor. Faktor keberhasila kunci dalam mencapai tujuan yang



ditetapkan, dapat diukur secara khusus dan haru dipenuhi dalam rangka mencapai strategi organisasi yang meliputi ukuran finansial dan nonfinansial . Setiap pusat pertanggungjawaban disusun sehingga kelompok operasi akan berada di bawah arahan satu manajer. Ukuran didisain untuk setiap pusat pertanggungjawaban untuk memantau kinerja. a.



Pengendalian. Pengukuran kinerja yang menjadi dasar pemberian insentif kepada para manajer, harus berada dibawah kendali manajer secara langsung. Faktor-faktor pengendalian dapat dipertimbangkan sebagai faktor-faktor dimana manajer dapat mempengaruhi dalam periode waktu tertentu. Biaya pengendalian tidak sama dengan biaya variabel. Seringkali pengelompokan ini spesifik pada level organisasi. Singkatnya, biaya tetap dari depresiasi bukan merupakan biaya yang dapat dikendalikan oleh 75 / 82



manajer pusat penerimaan tetapi dapat dikendalikan oleh vice president divisi dimana manajer mempertanggungjawabkan kinerjanynya. b. Penyamaan tujuan. Pengukuran kinerja ini harus didisain sehingga tujuan manajer atas hal tersebut terikat secara langsung dengan keseluruhan tujuan organisasi yang harus dicapai. 5.



Biaya-Biaya Umum Biaya-biaya umum merupakan biaya produk, aktivitas, fasilitas, jasa, atau operasional yang dibagi oleh dua atau lebih obyek biaya. Kata “joint cost” sering kali digunakan dalam menjelaskan biaya umum dari proses individu yang menghasilkan dua atau lebih joint product. Biaya-biaya dari pusat jasa dan kantor pusat merupakan contoh-contoh biaya umum. Karena biaya-biaya umum merupakan biaya tidak langsung (indirect cost), identifikasi hubungan antara sebab dan dampak langsung antara biaya umum dan aksi dari obyek biaya yang mana dialokasikan bisa menjadi sulit.



6.



Ukuran Finansial vs Non-Finansial Masing-masing jenis pusat pertanggungjawaban dijelaskan memiliki ukuran kinerja keuangan sendiri-sendiri, antara lain: a. Pusat biaya: biaya variabel, total biaya, b. Pusat pendapatan: penjualan kotor, penjualan bersih, c. Pusat penghasilan: penjualan, keuntungan bruto, keuntungan operasional d. Pusat investasi: a. Return of Investment (ROI), Residual Income, b. Return on Asset (ROA), return on common equity (ROE), economic rate of return on common stock, economic value added Ukuran kinerja nonkeuangan tidak distandarkan dan oleh karena itu dapat menggunakan bentuk apapun yang sesuai dengan strategic business unit (SBU) di bawah pemantauan.



7.



Rangkuman Pusat biaya, misalnya departemen pemeliharaan, bertanggung jawab hanya atas biaya. Pusat Pendapatan, misalnya departemen penjualan, bertanggung jawab hanya atas pendapatan saja. Pemicu pendapatan merupakan ukuran kinerja yang 76 / 82



relevan. Pemicu pendapatan merupakan hal-hal yang mempengaruhi penjualan unit produk, seperti misalnya perubahan harga dan produk, customer service, usaha-usaha marketing, dan persyaratan pengiriman. Pusat penghasilan, misalnya appliance department di toko eceran, bertanggung jawab atas penerimaan dan beban. Pusat Investasi, misalnya kantor cabang, bertanggung jawab atas pendapatan, beban, dan modal investasi. Kinerja dari pusat investasi dapat dievaluasi berdasarkan return on investment (ROI) seperti pada efektivitas penggunaan aset. 8.



Tes Formatif 6 Soal Pilihan Ganda 1. Di bawah ini manakah teknik terbaik dalam mengevaluasi kinerja manajemen dari departemen yang beroperasi sebagai pusat biaya? a. Return on assets ratio. b. Return on investment ratio. c. Payback method. d. Variance analysis. 2. Memproduksi pengungkapan segmen merupakan manfaat untuk perusahaan karena hal tersebut…. a. Memfasilitasi evaluasi dari manajemen perusahaan dengan penyediakan data untuk segmen tertentu. b. Mengeliminasi saling ketergantungan antar segmen. c. Menutupi dampak transfer intersegmen. d. Menyediakan informasi perbandingan kepada kompetitor pada kinerja perusahaan. 3. Ketika membandingkan residual income dari beberapa pusat investasi, validitas perbandingan dapat dirusak oleh…. a. Keunikan-keunikan dari tiap pusat investasi. b. Perbedaan dalam jumlah income relatif. c. Penggunaan secara konsisten tingkat bunga yang sudah diperhitungkan. d. Jumlah umum dari kapital investasi tiap pusat investasi. 4. Ketentuan lembur dan pembayaran umumnya ditetapkan oleh departemen HRD. Departemen produksi baru saja menerima permintaan pesanan tibatiba dari departemen penjualan. Departemen produksi memprotes hal 77 / 82



tersebut karena akan muncul biaya tambahan dalam bentuk lembur yang merupakan dampak dari pesanan tiba-tiba tersebut. Departemen penjualan berargumen bahwa pesanan berasal dari pelanggan yang penting. Departemen produksi akhirnya memproses pesanan. Untuk mengendalikan biaya, departemen manakah yang sebaiknya tidak dibebani biaya lembur akibat pesanan dimaksud? a. Departemen HRD. b. Departemen Produksi. c. Departemen Penjualan. d. Baik departemen produksi maupun departemen penjualan. 5. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), manajer akuntabel untuk …. a. Biaya variabel namun bukan untuk biaya tetap. b. Product cost namun bukan untuk period cost. c. Biaya tambahan (incremental cost). d. Biaya lebih yang berdampak signifikan. 6. Berikut ini yang merupakan pernyataan tidak benar atas akuntansi pertanggungjawaban… a. Manajer seharusnya hanya memegang akuntabilitas dari faktor-faktor dimana mereka memiliki pengaruh signifikan. b. Fokus dari manajer pusat biaya normalnya akan lebih kecil dibandingkan manajer pusat pendapatan. c. Setiap faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada akhirnya dikendalikan oleh seseorang, meskipun jika seseorang tersebut adalah petinggi perusahaan. d. Ketika sistem akun pertanggungjawaban ada, bisnis operasi diorganisasi ke dalam area-area terpisah yang dikendalikan oleh manajer individu. 7. Perusahaan dengan bentuk desentralisasi dapat mendelegasikan otoritas dan tetap mempertahankan kendali dan pemantauan kinerja manajer dengan penataan organisasi menjadi pusat pertanggungjawaban. Dimanakah segment organisasi berikut yang menyerupai bisnis independen? a. Revenue center b. Profit center c. Cost center d. Investment center



78 / 82



8. Return on investment (ROI) merupakan ukuran yang populer yang diterapkan dalam mengevaluasi kinerja dari segmen-segmen perusahaan karena menyatukan seluruh bahan profitabilitas meliputi pendapatan, biaya, dan investasi. Kombinasi aksi antara pendapatan, biaya dan investasi manakah di bawah ini yang mampu memproduksi ROI selalu meningkat? Pendapatan Biaya Investasi Meningkat Menurun Meningkat a. b.



Menurun



Menurun



Menurun



c.



Meningkat



Meningkat



Meningkat



d.



Meningkat



Menurun



Menurun



9. Item manakah yang paling tidak dimasukkan dalam perhitungan basis investasi divisi ketika menggunakan pendekatan residual income untuk pengukuran dan evaluasi kinerja? a. Aset tetap yang digunakan dalam divisi operasi. b. Tanah yang dikuasai oleh divisi sebagai lokasi pabrik baru. c. Persediaan divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas level persediaan. d. Utang divisi ketika manajemen divisi menguji kendali atas jumlah kredit jangka pendek yang digunakan. 10. Residual income merupakan ukuran yang lebih baik dalam evaluasi kinerja dari manajer investment center dibandingkan ROI karena…. a. Permasalahan-permasalahan yang terhubung dengan pengukuran basis aset dihilangkan. b. Keputusan investasi yang diinginkan tidak akan ditelantarkan oleh divisi yang menginginkan high-return. c. Hanya nilai buku kotor dari aset yang perlu dihitung. d. Argumen tentang biaya implisit dari bunga dihilangkan. 9.



Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Pada bagian akhir modul ini, penyusun memuat kunci jawaban test formatif dan mempersilakan para peserta diklat untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang diterima peserta diklat, yang selanjutnya menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus di bawah ini: 79 / 82



Tingkat Penguasaan =



Jumlah jawaban yang benar x 100% Jumlah Soal



Tingkat Penguasaan yang dicapai akan menghasilkan nilai dengan kriteria:  Prosentase 90% - 100% = baik sekali  Prosentase 80% - 89% = baik  Prosentase 70% - 79% = sedang  Prosentase 40% - 69% = kurang  Prosentase 0% - 39% = sangat kurang.



Tingkat penguasaan materi pelajaran anda dinyatakan berhasil dengan baik, apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Namun apabila ternyata masih di bawah 80%, anda terpaksa harus mengulang mempelajarinya kembali materi yang terkandung dalam modul ini.



80 / 82



KUNCI JAWABAN Test Formatif 1 2 3 4 5 6



S



O



A



L



1 A



2 D



3 D



4 B



5 B



6 C



7 D



8 D



C C C D



C C C



A C B A



B B C A



C A B



B B



B D



C B C



C



D



9 B B D A B B



10 D B B D B



81 / 82



DAFTAR PUSTAKA Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. Managerial Accounting. 12th Edition. The McGraw-Hill Company. Gleim, Irvin N. CIA Review. 17th Edition. Gleim Publication. 2013. Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Edisi Keduabelas. Penerbit Erlangga. Horngren, Charles T, M. Suzanne Oliver. Managerial Accounting. Pearson Education Inc.2010 Horngren, Charles T, Srikant M Datar, dan Madhan Rajan. Cost Accounting a Managerial Emphasis. 14th Edition. Prentice Hall. New Jersey. 2012



82 / 82