IMBUHAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk dapat digunakan didalam perturutan. Imbuhan ini dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya didalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain. Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : 1. Akhiran : -kan, -i, –nya, -in, -at, -is, -isme, -man, -wan, -ah, -us,-wi. 2. Awalan : ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan pe3. Sisipan : -el, -em, dan –er 4. Imbuhan gabung : ber-kan, ber-an, per-kan, per-I, me-kan, me-I, memper-, memper-kan, memper-I, di-kan, di-I, diper-, diper-kan, diper-I, ter-kan, ter-I, ke-an, se-nya, pe-an, per-an Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana cara menggunakan imbuhan tersebut.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari imbuhan (Afiks) ? 2. Apa sajakah syarat-syarat kata untuk dapat menjadi afiksasi ? 3. Apa saja macam-macam imbuhan (Afiks) ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari imbuhan (Afiks). 2. Untuk mengetahui syarat-syarat kata untuk dapat menjadi afiksasi. 3. Untuk mengetahui macam-macam imbuhan (Afiks).



0



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imbuhan (Afiks) Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation). Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata. Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an. Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal. Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya. 1



Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata. Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk. Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks. 2.2 Syarat-Syarat Kata Untuk Dapat Menjadi Afiksasi Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan. Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.



2



Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus. Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar. Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an. 2.3 Macam-Macam Imbuhan (Afiks) a.



Awalan (prefiks/ prefix)



Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh. Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pepada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/ 



Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/







Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/







Contoh: beli – membeli, pembeli Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/ 3







Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/







Contoh: pakai – memakai, pemakai Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.







Contoh: lamar – melamar, pelamar Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.







Contoh: Renang – berenang, perenang Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.







Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif) Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif) Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.







Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).







Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .) Dalam – kedalam (Mereka sedang kedalam.)



Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut: 1. a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’. 2. anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’. 3. bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’. 4. de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’. 4



5. eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’. 6. ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’. 7. hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’. 8. in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’. 9. infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’. 10. intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’. 11. inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-. 12. ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’. 13. kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’. 14. makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’. 15. mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’. 16. multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’. 17. neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’. 18. non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘. b.



Akhiran (sufiks/ sufix) Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses



pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di



5



sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh. Contoh:



-an



+



pikir→pikiran,



-in



+



hadir→hadirin,



-wan



+



karya→karyawan,



-wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda. Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi. Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya. Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut: 1. –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat. 2. –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’. 3. –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda. 4. –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat. 5. –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’. 6. .–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat. 7. –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat. 8. –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’. 9. -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat. 6



10. –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain katakata ini diganti dengan –al. 11. –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat. 12. –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar. 13. –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’. 14. –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’. 15. –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-. 16. –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar. 17. –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku; 18. –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda. c.



Sisipan (infiks /infix) Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak



produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in. Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain: i.



Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat



bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.



7



ii.



Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh:



getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit. iii.



Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya.



Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk. Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terusmenerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier. Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai



kata



dasar



pertama



dalam



pembentukan



kata



jadian.



Contoh:



dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap. Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan. Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam



pembentukan



kata



yang



lebih



guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan.



kompleks.



ingat→ingatkan→



diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya. 8



Contoh:



kata



peringatkan→



Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas. Benda (nomina) →sifat (adjectifa) Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serbak → semerbak .



2.4 Contoh – Contoh Imbuhan 1. Imbuhan Gabung ber-kan Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang secara bersama-sama digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula diberi awalan ber- kemudian diberi akhiran -kan. Fungsi imbuhan BER-kan adalah bentuk kata kerja intasitif yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan itu adalah menyatakan menjadikan yang disebut pelenglkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya. Cntoh: pemuda-pemuda pada waktu itu berani melawan belanda wlaupun hanya bersenjatakan bamboo runcing. Bersenjatakan artinya “menjadiakan bamboo runcing sebagai senjata”



2. Imbuhan gabung BER-AN Yang dimaksud dengan gabungan ini adalah awalan BER akhiran AN yang digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar. Cara mengimbuhkannya dilakukan sekaligus. Umpanya pada kata dasar lari diimbuhkan imbuhan BER-AN sehingga menjadi kata berlarian. Dalam hal ini perlu diingat ada kata-kata yang berimbuhan BER-AN tetapi pengimbuhannya dilakukan tidak sekaligus melainkan bertahap. Umpamanya pada kata atur, mula-mula diimbuhkan akhiran an sehingga menjadi aturan, kemudian diimbuhkan pula awalan BER 9



sehingga menjadi beraturan. Fungsi imbuhan gabung BER-AN adalah membentuk kata kerja intransitive, sedangkan makna yang diperoleh sebagai proses pengimbuhannya adalah: - Banyak serta tidak teratur - Saling atau tidak berbalasan - Saling berada di Aturan pengimbuhan dengan imbuha BER-AN adalah sebagai berikut 1) Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan BER-AN harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan gerak. Contoh: mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri Berlarian artinya “banyak yang berlari dan larinya tidak teratur” 2) Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan” imbuhan gabungan BER-AN harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh: kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu, Berpotongan artinya “ saling memotong” 3) Untuk mendapatkan makna “ saling berada di” imbuhan gabungan BER-AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan letak atau jarak. Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu. Bersebelahan artinya “saling berada disebelahnya. 3. Imbuhan Gabung PER-kan Imbuhan Gabung PER-kanadalah awalan PER dan akhiraan KAN yang digunalkan secara bersama-sama pada sebuah klata dasar. Pengimbuhan dilakukan secara serentak. Imbuhan gabung PER-kan berfungsi membentuk kata kerja yang digunakan: a) Dalam kalimat predikatnya berpola aspek + pelaku + kata kerja. Contoh: masalah itu akan kita berdebatkan lagi minggu depan b) Sebagai keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + kata kerja. Contoh: tarian yang sudah mereka pertunjukan akan di ulangoi lagi. c) Dalam kalimat perintah Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya 10



1) Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” imnbuhan gabungan PER-kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: jangan perdebatkan lagi masalah itu! Perdebatkan artinya “jadikan bahan p[erdebatan” 2) Untuk mendapatkan makana “jadikan supaya” imbuhangabungan PER-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata sifat tertentu Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan Persiapkan artinya “jadilkan supaya siap” 3) Untuk mendapatkan makna lakukan imbuhan gabung PER-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu Contoh: pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian P[ertahankan artinya “lakukan pertahanan” 4) Untuk mendapatkan makna “jadikan me” imbuhan gabung per-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu Contoh: nanti akan kami perlihatkan kepadamu Perlihatkan artinya “jadikan orang lain melihat” 5) Untuk mendapatkan makana “jadikan ber” imbuhan gabung per-kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: akan kita perhubungkan daerah-daerah itu dengan jalan-jalan baru Perhubungkan artinya “jadikan berhubungan” 4. Imbuhan gabung PER-I imbuhan ini dilakukan bersama-sama pada sebuah kata dasar pengimbuhannya dilakukan secara serentak. Mana yang didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan imbuhan per-i antara lain lakukan supaya jadi dan lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya. a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata sifat tertentu Contoh: mereka kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian Perlengkapi artinya “lakukan supaya lengkap” 11



b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya Perturuti artinya “lakukan agar permintaanya terturuti” 24. Imbuhan Gabungan PE-AN Imbuhan gabung PE-AN adalah awalan PE- dan akhiran –AN yangdiimbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Imbuhan gabung PE-AN mempunyai enam macam bentuk, yaitu Pe-an, Pem-an, Pen-an, Penyan, Peng-an, dan Peng-an. (1) Pe-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan l, r, w, y, m, n, ng, dan ny. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata : Pelarian Perawatan Pewarisan Peyakinan (2) Pem-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan b dan p, konsonan b tetap diwujudkan, sedangkan konsonan p tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata berikut : Pembinaan Pembacaan Pemotongan Pemisahan (3) Pen-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan d dan r, konsonan d tidak diwujudkan sedangkan konsonan t tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata : Pendirian Pendapatan Penentuan Penembakan Selain itu, sesuai dengan system ejaan yang berlaku, bentuk Pen-an digunakan juga pada kata12



kata yang mulai dengan konsonan c dan j. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata : Pencarian Pencegahan Penjualan Penjernihan Padahal secara fonetis kata-kata di atas dilafalkan : (penycarian) (penycegahan) (penyjualan) (penyjernihan) (4) Peny-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan s, dan konsonan s itu disenyawakan dengan bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata : Penyaringan Penyetoran Penyusunan (5) Peng-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan k, kh, h, g, serta a, u, I, e, dan o. Konsonan k disenyawakan dengan bunyi nasal dari imbuhan itu. Sedangkan konsonan kh, h, dan g, serta vocal a, I, u, e dan o, tetap diwujudkan. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata berikut : Pengiriman Pengurangan Pengkhianatan Penghabisan (6) Penge-an digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Misalnya terdapat pada katakata : Pengetikan Pengesahan Pengecatan Pengelasan Imbuhan gabung PE-AN berfungsi membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan adalah : 13



(1) menyatakan hal atau peristiwa (2) menyatakan proses (3) menyatakan tempat (4) menyatakan alat Aturan pengimbuhannya adalah : a). Untuk mendapatkan makna ‘hal atau peristiwa’ imbuhan gabung PE-AN harus diimbuhkan pada kata kerja, kata benda, atau kata sifat tertentu Contoh : Pembinaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Pembinaan artinya ‘hal membina’ Pekan penghijauan dipusatkan di Jawa Tengah. Penghijauan artinya ‘hal menghijaukan Pemasaran barang-barang itu tidak lancar. Pemasaran artinya ‘hal memasarkan’ b). untuk mendapatkan makna ‘proses’ imbuhan gabung PE-AN harus diimbuhkan pada kata kerja, kata benda, atau kata sifat tertentu. Contoh : Pembayaran dilakukan bertahapa. Pembayaran artinya ‘proses membayar’ Penulisan buku itu memerlukan waktu dua tahun. Penulisan artinya ‘proses menulis’ Pengadilan terhadao koruptor itusudah berjalan lima tahun. Pengadilan artinya ‘proses mengadili’ c). Untuk mendapatkan makna ‘tempat’ imbuhan gabung PE-AN harus diimbuhkan pada kata kerja, kata benda, dan kata sifat tertentu. Contoh : Ayah bekerja di pelelangan ikan. Peleangan artinya ‘tempat melelang’ Jenazahnya dikuburkan di pemakaman umum. Pemakaman artinya ‘tempat memakamkan’ d). Untuk mendapatkan makna ‘alat’ mbuhan gabung PE-AN harus dibutuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh : Ibu membeli penggorengan baru. Penggorengan artinya ‘alat untuk menggoreng’ Walupun usianya sudah lanjut tetapi penglihatannya masih baik. Penglihatan artinya ‘alat untuk melihat’ Pembakaran arkue ini mmerlukan listrik 200 watt. Pembakaran artinya ‘alat untuk membakar’ Catatan : 14



(1) Imbuhan gabung PE-AN digunakan juga pada kata jadian dan pada kata gabung, dengan arti seperti yang berlaku untuk kata dasar. Contoh : Pemberhentian bis terletak di dekat simpang jalan itu. Pemberhentian artinya ‘tempat memberhentikan’ Penyeragaman pakaian kerja dimulai bulan depan. Penyeragaman artinya ‘proses menyergamkan’ (2) Kata benda berimbuhan gabung PE-AN mempunyai hubungan dengan kata kerja berawalan ME-, kata kerja brimbuhan gabung ME-kan, atau kata kerja berimbuhan gabung ME-I. Oleh karena itu, maka: (a) Kaidah persengauan yang berlaku pada awalan ME- berlaku pula pada imbuhan gabung PEAN. Umpamanya seperti terlihat pada kata-kata berikut : Merawat - perawatan Membaca - pembacaan Memotong - pemotongan (b) Makna yang dimiliki imbuhan gabung PE-AN ada hubungannya dengan makna yang dimilki awalan ME-, imbuhan gabung ME-kan, atau ME-I. Umpamanya: Perawatan berarti ‘hal atau proses merawat’ Penemuan berarti ‘hal atau proses menemukan’ Pemotongan berarti ‘hal atau proses memotong’ (3) Dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia dewasa ini setiap kata benda berimbuhan gabung PE-AN ada pasangannya kata kerja berawalan ME-, berimbuhan gabung ME-kan atau yang berimbuhan gabung ME-I. Tetapi sebaliknya tidak setiap kata kerja berawalan ME-, berimbuhan gabung ME-kan, atau berimbuhan gabung ME-I ada pasangannya kata benda berimbuhan gabung PE-AN. Umpamanya kata-kata berimbuhan gabung PE-AN yang berikut tida ada. Menari - *penarian Mencoba - *pencobaan Membisikkan - *pemisikan (3) Karena ada tiga macam bentuk kata kerja yang mempunyai hubungan dengan kata benda berimbuhan gabung PE-AN, yaitu kata kerja berawalan ME-, kata kerja berimbuhan gabung ME15



kan, dan kata kerja berimbuhan gabung ME-I, maka ada kemungkinan sebuah kata benda berimbuhan gabung PE-AN mempunyai hubungan maka dengan lebih dari sebuah kata kerja itu. Umpamanya seperti yang dipunyai kata benda berikut : Penyamanan dapat berarti (a) ‘hal menyamakan’ atau (b) ‘hal menyamai’ Pencangkolan dapat berarti (a) ‘hal mencangkok’ atau (b) ‘hal mencangkokkan’



16



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penulisan dalam makalah ini maka penulis dapat kemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Macam-macam imbuhan Ditinjau dari posisi bentuk dasarnya, afiks dibedakan atas 4 macam yaitu : (a) Prefiks (awalan) (b) Infiks (sisipan) (c) Sufiks (akhiran) (d) Kunfiks (imbuhan terbagi) 2. Fungsi imbuhan Yang dimaksud dengan fungsi imbuhan adalah peranan imbuhan dalam pembinaan, penentuan, atau perubahan kelas kata . 3. Makna imbuhan Makna imbuhan adalah makna gramatikal yang timbul setelah suatu imbuhan melekat pada suatu bentuk dasar. 3.2 Saran Sebaiknya setiap orang dapat mengetahui apa fungsi dan makna imbuhan yang sebernarnya. Dengan demikian dapat menggunakan imbuhan dengan baik dan benar khususnya dalam penggunaan bahasa indonesia.



17



DAFTAR PUSTAKA Badudu, J.S. 1982. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Karef, Gorys.1969. Tata Bahasa. Jakarta: Nusa Indah. Sugito.1996. Ebtanas dan UMPTN Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.



18