Imunologi Pada Masa Nifas - Sen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IMUNOLOGI PADA IBU NIFAS MK : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui (Dosen Pengampu : IGAA Novya Dewi, M.Kes)



OLEH : NI KOMANG SENIANI KELAS : A



KEMENTERIAN KESEHATAN R.I POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PRODI D-IV ALIH JENJANG KEBIDANAN 2022



1. Analisis Video “Kesehatan Ibu Hamil dan Nifas” Ibu hamil, nifas serta bayi merupakan seorang yang rentan mengalami suatu infeksi oleh bakteri atau mikroorganisme tertentu. Hal tersebut disebabkan karena ibu hamil dan nifas terjadi perubahan secara fisik maupun psikologis. Pada perubahan fisik terutama sistem imunologi mengalami penurunan. Sistem imun pada ibu hamil menurun, sebagai akibat dari toleransi sistem imun ibu terhadap janin. Pada neonatus kapasitas imunologi aktif lebih lemah dari pada yang dimiliki oleh orang dewasa. Hal tersebut menyebabkan ibu hamil, nifas serta bayi diberikan perhatian khusus. Ibu hamil dan ibu nifas diharuskan untuk memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan. Pada ibu hamil minimal 6 kali selama kehamilan dan pada ibu nifas minimal 4 kali dalam kurun waktu 42 hari. Sedangkan pada bayi baru lahir minimal kunjungan ke pelayanan kesehatan 3 kali dalam kurun waktu 28 hari. Selain hal itu, dukungan dari keluarga, masyarakat sekitar serta tenaga kesehatan juga sangat diperlukan untuk ibu hamil, nifas serta bayi. Pada video “kesehatan ibu hamil dan nifas” sudah dipaparkan dengan jelas mengenai kesehatan ibu. Pada ibu hamil dijelaskan mengenai kunjungan ke pelayanan kesehatan, pola nutrisi, tanda bahaya, serta dukungan dari keluarga. Namun pada video tersebut dijelaskan bahwa pemeriksaan kehamilan hanya 4 kali yaitu pada trimester I satu kali, trimester II satu kali dan trimester III 2 kali. Menurut Kemenkes RI (2020) minimal kunjungan antenatal care yaitu 6 kali, diantaranya dua kali pada trimester I dengan satu kali pemeriksaan di dokter SpOG (satu kali minimal pada usia kehamilan dibawah 8 minggu), satu kali pada trimester II dan tiga kali pada trimester III (satu kali pemeriksaan dengan dokter SpOG). Pada video sudah dijelaskan bahwa tujuan dari pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan adalah untuk menjaga kesehatan serta mengetahui kesejahteraan ibu dan janin. Sesuai dengan tujuan khusus ANC terpadu yaitu terlaksananya pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling, dan gizi ibu hamil, konseling kb dan pemberian ASI, terlaksananya dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan ibu hamil pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik, untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpaduminimal 6 kali selama masa kehamilan, terlaksananya pemantauan tumbuh kembang janin, deteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang



diderita



ibu



hamil,



dilaksanakannya



tatalaksana



terhadap



kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin atau rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada (Kemenkes RI, 2020). Standar pelayanan kehamilan minimal adalah 10T yaitu, timbang berat dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur status gizi (LiLA), tentukan tinggi fundus, tentukan presentasi dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi tetanus dan berikan apabila diperlukan, pemberian tablet tambah darah, tes laboratorium, tata laksanan kasus, dan temu wicara (Kemenkes RI, 2020). Dalam video sudah dengan jelas pada pemeriksaan pertama kali sudah dilakukan pemeriksaan 10T, serta ibu hamil sudah diberikan buku KIA untuk dapat dibaca bersama suami agar menambah pengetahuan mengenai kehamilan. Selain dukungan dari tenaga kesehatan, ibu hamil juga harus mendapatkan dukungan dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Dukungan yang ibu dapatkan dalam video tersebut terlihat dari kakak perempuannya yang selalu memberikan informasi mengenai pemeriksaan, gizi, tanda bahaya, serta tablet tambah darah untuk ibu hamil. Selain itu, ibu juga mendapatkan dukungan dari orangtua dan suami. Dari suami terlihat dengan selalu mengantar ibu periksa dan memberikan makanan yang bergizi, sedangkan dari orangtua ibu sudah mendapatkan dukungan seperti ada sebagai donor darah dan sudah disiapkan ambulance desa untuk digunakan menuju tempat pelayanan kesehatan saat proses persalinan. Persalinan merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh ibu hamil untuk melahirkan janin yang dikandungnya. Menjelang persalinan ibu dan keluarga harus sudah menyiapkan keperluan saat persalinan, seperti penolong persalinan (rencana akan bersalin dimana), dana persalinan, kendaraan, serta calon pendonor darah. Selain itu perlengkapan ibu dan bayi juga perlu disiapkan. Dalam video ibu hamil dan keluarga tersebut sudah menyiapkan keperluan untuk persalinan seperti ibu sudah berencana akan melahirkan dipelayanan kesehatan, dana persalinan ibu dan keluarga sudah menyiapkan BPJS serta tabungan, kendaraan yang disiapkan adalah ambulance desa dan calon pendonor darah adalah ibu kandung dari ibu hamil tersebut serta ibu juga sudah menyiapkan perlengkapan



untuk bayi dan ibu. Sehingga saat ibu sudah merasakan tanda persalinan ibu diajak ke pelayanan kesehatan dengan ambulance desa. Proses persalinan berlangsung dengan tenang dan aman tanpa komplikasi. Ketika bayi lahir dilakukan IMD agar bayi mendapatkan ASI pertama kali dari ibu serta untuk kontak kulit dengan ibu. Setelah IMD selesai bayi dilakukan pemeriksaan fisik serta diberikan injekti vit.K1 serta salep mata antibiotik. Dalam video bidan menjelaskan mengenai kunjungan untuk pemeriksaan bayi baru lahir yaitu pada 6-48 jam setelah lahir, hari ke-3 sampai hari ke-7 dan hari ke-8 sampai hari ke-28, hal tersebut sesuai dengan kunjungan neonatus menurut Kemenkes RI 2020. Adapun fokus asuhan pada masing-masing kunjungan tersebut yaitu : a. Kunjungan Neonatus 1 (KN-1 6 jam – 48 jam) : menyusu, perawatan tali pusat, identifikasi tanda bahaya neonatus. b. Kunjungan Neonatus 2 (KN-2 hari ke-3 sampai ke-7) : menyusu, tali pusat, tanda bahaya neonatus, identifikasi kuning/ikterus. c. Kunjungan Neonatus 3 (KN-3 hari ke-8 sampai ke-28) : menyusu, tali pusat, tanda bahaya neonatus dan identifikai kuning/ikterus. Masa nifas berlangsung setelah lahirnya placenta sampai 42 pasca persalinan untuk memulihkan alat reproduksi seperti sebelum hamil. Agar dapat melakukan pemulihan tanpa komplikasi dan penyulit, ibu memerlukan penjelasan mengenai nifas dari tenaga kesehatan. Dalam video bidan menjelaskan mengenai pemberian vitamin A, masa nifas serta KB, selain bidan ibu juga mendapatkan penjelasan tentang masa nifas dari keluarganya. Mengenai kunjungan nifas dijelaskan pada video sebanyak 3 kali diantara 42 hari masa nifas. Namun menurut Kemenkes RI (2020) kunjungan nifas minimal adalah 4 kali, yaitu 6 jam – 3 hari, hari ke-4 sampai ke-7, hari ke-8 sampai ke-28 serta hari ke-29 sampai ke-42. Kunjungan nifas bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu serta mencegah terjadinya penyulit dan komplikasi selama masa nifas serta untuk ikut dalam program KB (Kemenkes RI, 2020). Adapun fokus asuhan pada setiap kunjungan nifas yaitu : a. Kunjungan Nifas 1 (KF-1 6 jam – 48 jam) : mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri, mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan



konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri, pemberian ASI awal, engajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. b. Kunjungan Nifas 2 ( KF-2 hari ke-3 sampai ke-7) : memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan, memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup, memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui, memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. c. Kunjungan Nifas 3 (KF-3 hari ke-8 sampai ke-28) : memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan, memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup, memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui, memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. d. Kunjungan Nifas 4 (KF-4 hari ke 29 sampai ke-42) : menanyakan penyulitpenyulit yang dialami ibu selama masa nifas dan memberikan konseling KB secara dini. Dari video “kesehatan ibu hamil dan nifas” tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang rutin melakukan pemeriksaan dan mendapatkan informasi yang benar mengenai kehamilan maupun nifas serta mengikuti anjuran yang disarankan oleh tenaga kesehatan maupun keluarga dapat berlangsung secara normal tanpa komplikasi dan penyulit.



2. Contoh Kasus (Topik Imunologi pada Ibu Nifas) Pada umumnya, masa nifas berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ibu seperti kondisi sebelum hamil seperti proses involusi uterus, disertai dengan penyembuhan pada tempat plasenta (luka yang luas) termasuk iskemia dan autolisis serta proses penyembuhan jalan lahir seperti luka pada perineum. Keberhasilan proses penyembuhan tersebut sangat penting untuk kesehatan ibu, sehingga ibu perlu nutrisi yang sesuai pada masa nifas dan saran yang mendasar tentang higiene dan gaya hidup sehat. Ibu nifas rentan mengalami penyulit atau komplikasi pada proses penyembuhan luka perineum. Hal tersebut disebabkan oleh sistem imun pada ibu nifas menurun akibat dari kelelahan saat persalinan maupun kurang istirahat untuk menyusui bayi. Namun kekebalan tubuh ibu nifas tidak menurun akibat menyusui jika ibu dapat istirahat yang cukup dan teratur. Di tempat saya bekerja (Praktik Mandiri Bidan), pada tanggal 14 Juli 2022 datang seorang ibu P1A0 usia 20 tahun nifas hari ke-5 dengan keluhan nyeri pada luka perineum, saat BAK terasa perih dan merasa demam. Setelah dilakukan anamnesis ibu mengatakan sudah melakukan perawatan perineum sesuai anjuran bidan namun setelah dibasuh dan dibersihkan, ibu tidak mengeringkan perineum serta ibu kurang istirahat karena menyusui bayi pada malam hari dan pola nutrisi ibu hanya makan nasi dan bawang goreng saja. Hal tersebut disebabkan oleh kepercayaan ibu dan masyarakat setempat mengenai pola makan ibu nifas hanya bawang goreng saja untuk menghindari penyakit pada bayi karena ibu menyusui. Saat dilakukan pemeriksaan pada tanda vital ibu diantaranya TD 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 37,5°C. Pada pemeriksaan payudara normal tidak ada bengkak dan tidak lecet, pengeluaran ASI lancar, TFU ½ pusat sympisis dan kontraksi baik. Saat pemeriksaan jalan lahir terlihat jahitan perineum utuh, namun sedikit kemerahan dan tidak bernanah, pengeluaran lokhea sanguinolenta dan tidak berbau. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan dapat ditegakkan diagnosis ibu mengalami infeksi pada luka perineum sehingga perlu penanganan segera agar infeksi tidak menyebar. Komplikasi yang dialami ibu disebabkan oleh beberapa hal yaitu cara ibu merawat perineum belum benar, pola nutrisi dan istirahat yang kurang. Penatalaksanaan yang dapat kami lakukan di Praktik Mandiri Bidan (PMB)



adalah mengingatkan mengenai cara merawat luka perineum yang benar, yaitu dengan cara, menjaga perineum tetap bersih dan kering, menghindari penggunaan obat trandisional, menghindari pemakaian air panas untuk berendam dan membasuh luka perineum, mencuci luka perineum dengan air dan sabun 3–4 kali sehari. Selain itu KIE yang dapat diberikan kepada ibu dan keluarga yaitu mengenai pola nutrisi yang benar selama masa nifas dan menyusui. Ibu nifas memerlukan nutrisi yang cukup untuk proses penyembuhan alat reproduksinya menjadi seperti sebelum hamil agar tidak terjadi penyulit ataupun komplikasi. Pola nutrisi yang benar pada ibu nifas adalah karbohidrat yang dapat diperoleh dari nasi, protein hewani seperti ikan, telur, ayam, protein nabati seperti tahu, tempe, sayur-sayurang, buah-buahan, lemak/minyak dan gula. Hal lain yang menjadi penyebab infeksi yang dialami ibu adalah pola istirahat ibu yang kurang akibat dari menyusui bayi saat tengah malam. Jadi sebagai bidan, KIE yang dapat diberikan adalah menjaga pola istirahat ibu, ibu bisa tidur di siang hari saat bayi juga tertidur, begitu pula saat malam hari. Ibu juga diberikan obat untuk mengurangi nyeri dan deman seperti paracetamol (X) 3x500mg dan amoxicilin (X) 3x500mg. Setelah dilakukan penatalaksanaan tersebut, ibu diminta untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk memastikan kondisi luka perineum. Pada tanggal 21 Juli ibu datang kembali untuk memeriksakan kondisi luka perineum. Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan. Demam sudah berkurang sejak 5 hari lalu dan ibu sudah tidak merasa nyeri perineum sejak 4 hari lalu. Kebersihan, pola nutrisi, dan istirahat sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum. Pola kebersihan perineum yang tidak terawat dan lembab, menyebabkan bakteri lebih mudah berkembangbiak. Pengeluaran lokhea pada ibu nifas masih tetap ada sampai hari ke-42, sehingga jika kebersihan alat genetalia tidak dijaga dapat menyebabkan infeksi. Nutrisi yang benar pada ibu nifas mempengaruhi sistem imunitas ibu menjadi lebih kuat sehingga proses penyembuhan luka pada perineum lebih cepat. Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian sel yang rusak, untuk pertumbuhan jaringan sangat dibutuhkan protein (Elly, 2018). Ibu yang kurang istirahat akan merasa lelah dan letih, sehingga menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu menurun. Saat kekebalan tubuh menurun maka proses penyembuhan luka



akan terhambat dan lebih mudah terjadi infeksi. Sehingga sangat penting untuk menjaga pola istirahat. Peran



utama



sistem



kekebalan



adalah



untuk



memantau



dan



mempertahankan integritas organisme. Sel kekebalan bertindak untuk mengenali dan biasanya mengusir mikroorganisme hingga tumor dan jaringan buatan transplantasi, untuk mencegah penyakit dan kontaminasi dari materi genetik inang. Ketika kekebalan tubuh ibu nifas menurun akibat pola istirahan dan nutrisi, saat kebersihan organ perineum ibu tidak terjaga, maka bakteri ataupun mikroorganisme lebih cepat berkembang dan menyebabkan infeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem imunitas ibu nifas dapat ditingkatkan dengan pola nutrisi dan istirahat yang benar. Selain ini kebersihan perineum juga perlu dijaga untuk menghindari terjadinya infeksi yang mengakitbatkan menurunnya kekebalan tubuh ibu.



Referensi 1. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. 2. Elly. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan 3. Kemenkes RI. 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Kemenkes RI 4. Maryunani, A. (2009). Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Jakarta: TIM.