Instek Platting Maksila Dan Mandibula [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Sdr.R DENGAN TINDAKAN PLATING MAKSILA DAN MANDIBULA ATAS INDIKASI FRAKTUR MAKSILA LEFORT II DAN FRAKTUR MANDIBULA DI KAMAR OPERASI RS LAVALETTE MALANG



I.



PENGERTIAN Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur maxila adalah rusaknya kontinuitas tulang maxilar yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. (http://www.slideshare.net/yheenie/trauma-maksilofasial). Fraktur mandibula adalah



putusnya kontinuitas tulang mandibula.



Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. (http://www.academia.edu/6538627/Makalah_fraktur_mandibula). Teknik Instrumentasi Platting pada fraktur maksila dan mandibula adalah pemasangan mini plate pada fraktur maksila dan mandibular yang bertujuan untuk menyatukan tulang yang fraktur sehingga penyembuhan tulang sesuai dengan garis fraktur atau bentuk asli tersebut untuk menentukan oklusi. II.



ETIOLOGI Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian skeleton muka lainnya. Faktor etiologi utama bervariasi berdasarkan lokasi geografis. Pada beberapa investigasi seperti Jordan, Singapore, Nigeria, New Zealand, Denmark, Yunani, dan Japan dilaporkan kecelakaan akibat kendaraan bermotor paling sering di jumpai. Peneliti di Negara-negara seperti Yordania, Singapura, Nigeria, Selandia Baru, Denmark, Yunani, dan Jepang melaporkan kecelakaan kendaraan bermotor menjadi



penyebab paling umum. Fraktur mandibula dapat terjadi



karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industry atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69% kasus terjadi



akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4% karena sebab patologi. Untuk fraktur maksila sendiri, kejadiannya lebih rendah dibandingkan dengan fraktur midface lainnya. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rowe dan Killey pada tahun 1995, rasio antara fraktur mandibula dan maksila melebihi 4:1. Beberapa studi terakhir yang dilakukan pada unit trauma rumah sakit-rumah sakit di beberapa negara menunjukkan bahwa insiden fraktur maksila lebih banyak III.



terkait dengan fraktur mandibula. DASAR ANATOMI Maksila terbentuk dari dua bagian komponen piramidal iregular yang berkontribusi terhadap pembentukan bagian tengah wajah dan bagian orbit, hidung, dan palatum. Maksila berlubang pada aspek anteriornya untuk menyediakan celah bagi sinus maksila sehingga membentuk bagian besar dari orbit, nasal fossa, oral cavity, dan sebagian besar palatum, nasal cavity, serta apertura piriformis. Maksila terdiri dari badan dan empat prosesus, frontal, zygomatic, palatina, adan alveolar. Badan maksila mengandung sinus maksila yang besar. Pada masa anak-anak, ukuran sinus ini masih kecil, tapi pada saat dewasa ukuran akan mebesar dan menembus sebagian besar struktur sentral pada wajah. Maksila dirancang untuk menyerap gaya yang timbul saat mengunyah dan menyediakan buttress (daerah tulang yang lebih tebal yang menyokong unit fungsional wajah (otot, mata, oklusi dental, airway) dalam relasi yang optimal dan menentukan bentuk wajah dengan cara memproyeksikan selubung soft tissue diatasnya) vertikal oklusi gigi.



Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan



tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus.



IV.



KLASIFIKASI Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort, terdapat tiga pola fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III. Selain fraktur Le Fort, terdapat pula fraktur alveolar, dan vertikal atau sagital maupun parasagittal.



a. Fraktur Le Fort I Fraktur Le Fort I dikenal juga dengan fraktur Guerin yang terjadi di atas level gigi yang menyentuh palatum, meliputi keseluruhan prosesus alveolar dari maksila, kubah palatum, dan prosesus pterigoid dalam blok tunggal. Fraktur membentang secara horizontal menyeberangi basis sinus maksila. Dengan demikian buttress maksilari transversal bawah akan bergeser terhadap tulang wajah lainnya maupun cranium. b. Fraktur Le Fort II Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari arah frontal menimbulkan fraktur dengan segmen maksilari sentral yang berbentuk piramida. Karena sutura zygomaticomaxillary dan frontomaxillary (buttress) mengalami fraktur maka keseluruhan maksila akan bergeser terhadap basis kranium. c. Fraktur Le Fort III Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada zygomatic arch berjalan ke sutura zygomaticofrontal membelah lantai orbital sampai ke sutura nasofrontal. Garis fraktur seperti itu akan memisahkan struktur midfasial dari kranium sehingga fraktur ini juga disebut dengan craniofacial dysjunction. Maksila tidak terpisah dari zygoma ataupun dari struktur nasal. Keseluruhan rangka wajah tengah lepas dari basis kranium dan hanya disuspensi oleh soft tissue. d. Fraktur Alveolar Bagian dentoalveolar dari maksila dapat mengalami fraktur akibat pukulan langsung maupun secara tidak tidak langsung pada mandibula. Sebagian dari prosesus alveolar dapat mengalami fraktur. e. Fraktur Maksila Sagital atau Vertikal



Fraktur sagital biasanya dihubungkan dengan fraktur maksila lainnya. Fraktur seperti ini dapat meningkatkan lebar arkus denta dan wajah, dimana cukup sulit untuk ditangani. Sedangkan klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah : 1. Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu: korpus, simfisis, angulus, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondiloid, prosesus alveolar. Fraktur yang terjadi dapat pada satu, dua atau lebih pada region mandibula ini. 2. Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Berikut derajat fraktur mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi:  Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi).  Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur.  Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation. Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan menjadi: 1. Fraktur Unilateral Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula unilateral sering terjadi. 2. Fraktur Bilateral Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang



menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kaninus dan angulus yang berlawanan. 3. Fraktur Multipel Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur simfisis dan kedua kondilus. 4. Fraktur Berkeping-keping (comminuted) Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi karena adanya kontraksi reflex yang datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya fraktur pada leher kondilar. V.



TANDA DAN GEJALA  Fraktur Maksila 



Nyeri hebat di tempat fraktur







Tak mampu menggerakkan dagu bawah







Fungsi berubah







Bengkak







Kripitasi







Sepsis pada fraktur terbuka







Deformitas muka







Diplopia







Gangguan sensibilitas pipi dan bibir atas







Mal occlusi gigi



 Fraktur Mandibula



Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang. Pembengkakan pada posisi fraktur juga dapat menentukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan, terjadi pula gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalivasi dan haloitosis, akibat berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan. Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematom, edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obstruksi hebat saluran nafas harus segera dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi anastesi pada satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi kerusakan pada nervus alveolaris inferior. VI.



PENATALAKSANAAN  Maksila 1. Fiksasi Maksilomandibular Teknik ini merupakan langkah pertama dalam treatment fraktur maksila untuk memungkinkan restorasi hubungan oklusal yang tepat dengan aplikasi arch bars serta kawat interdental pada arkus dental atas dan bawah. Prosedur ini memerlukan anestesi umum yang diberikan melalui nasotracheal tube. 2. Akses Fiksasi Akses untuk mencapai rangka wajah dilakukan pada tempat-tempat tertentu dengan pertimbangan nilai estetika selain kemudahan untuk mencapainya. Untuk



mencapai



maksila



anterior



dilakukan



insisi



pada



sulkus



gingivobuccal, rima infraorbital, lantai orbital, dan maksila atas melalui blepharoplasty (insisi subsiliari). Daerah zygomaticofrontal dicapai melalui batas lateral insisi blepharoplasty. Untuk daerah frontal, nasoethmoidal,



orbita lateral, arkus zygomatic dilakukan melalui insisi koronal bila diperlukan. 3. Reduksi Fraktur Segmen-segmen fraktur ditempatkan kembali secara anatomis. Tergantung pada kompleksitas fraktur, stabilisasi awal sering dilakukan dengan kawat interosseous. 4. Stabilisasi Plat dan Sekrup Fiksasi dengan plat kecil dan sekrup lebih disukai. Pada Le Fort I, plat mini ditempatkan pada tiap buttress nasomaxillary dan zygomaticomaxillary. Pada Le Fort II, fiksasi tambahan dilakukan pada nasofrontal junction dan rima infraorbital. Pada Le Fort III, plat mini ditempatkan pada artikulasi zygomaticofrontal untuk stabilisasi. 5. Cangkok Tulang Primer Tulang yang rusak parah atau hilang saat fraktur harus diganti saat rekonstruksi



awal.



Cangkok



tulang



diambil



dari



kranium



karena



aksesibilitasnya (terutama jika diakukan insisi koronal), morbiditas tempat donor diambil minimal, dan memiliki densitas kortikal tinggi dengan volum yang berlimpah. Pemasangan cangkokan juga dilakukan dengan plat mini dan sekrup.



 Mandibular Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah sebagai berikut. Evaluasi klinis secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur dilakukan secara benar, kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula, mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan fraktur mandibula. Apabila terjadi fraktur mulitple di wajah, fraktur mandibula lebih baik dilakukan perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam keluar, dari bawah keatas. Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler dapat bervariasi tergantung tipe, lokasi, jumlah dan derajat keparahan fraktur mandibula serta usia dan kesehatan pasien maupun metode yang



akan digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Penggunaan antibiotik untuk kasus compound fractures, monitor pemberian nutrisi pasca operasi. Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi 2 metode yaitu reposisi tertutup dan terbuka.



Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang



bawah ; penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa operasi langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan interdental wiring atau eksternal pin fixation. Reposisi terbuka (open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan koreksi defromitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah dengan melakukan fiksasi dengan interosseus wiring serta imobilisasi dengan menggunakan interdental wiring atau dengan mini plat+skrup. Indikasi untuk closed reduction antara lain ; a. Fraktur komunitif, selama periosteum masih intak masih dapat diharapkan kesembuhan tulang b. Fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat, dimana rekonstruksi soft tissue dapat digunakan rotation flap, free flap atau pun granulasi persecundum bila luka tersebut tidak terlalu besar c. Edentulous mandibula ; closed reduction dengan menggunakan protese mandibula “gunning splint” dan sebaiknya dikombinasikan dengan kawat circum mandibula- circumzygomaticum d. Fraktur pada anak-anak ; karena open reduction dapat menyebabkan kerusakan gigi yang sedang tumbuh. Apabila diperlukan open reduction dengan fiksasi internal, maka digunakan kawat yang halus dan diletakkan pada bagian paling inferior dari mandibula. Closed reduction dilakukan dengan splint acrylic dan kawat circum-mandibular dan circumzygomaticum bila memungkinkan e. Fraktur condylus ; mobilisasi rahang bawah diperlukan untuk menghindari ankylosis dari TMJ. Pada anak, moblisasi ini harus dilakukan tiap minggu, sedangkan dewasa setiap 2 minggu. Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction) : a. Displaced unfavourable fracture melalui angulus b. Displaced unfavourable fracture dari corpus atau parasymphysis. Bila dikerjakan dengan reposisi tertutup, fraktur jenis ini cenderung untuk terbuka pada batas inferior sehingg mengakibatkan maloklusi



c. Multiple fraktur tulang wajah ; tulang mandibula harus difiksasi terlebih dahulu sehingga menghasilkan patokan yang stabil dan akurat untuk rekonstruksi d. Fraktur midface disertai displaced fraktur condylus bilateral. Salah satu condylus harus di buka untuk menghasilkan dimensi vertical yang akurat dari wajah e. Malunions → diperlukan osteotomie Tehnik operasi open reduction ; merupakan jenis operasi bersih kontaminasi, memerlukan pembiusan umum dengan intubasi nasotrakeal, usahakan fiksasi pipa nasotrakeal ke dahi. Posisi penderita telentang, kepala hiperekstensi denga meletakkan bantal dibawah pundak penderita, meja operasi diatur head up 20-25 derajat. Desinfeksi dengan batas atas garis rambut pada dahi, bawah pada klavikula,lateral tragus ke bawah menyusur tepi anterior m. trapesius kanan kiri. VII.



KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adanya infeksi, dengan kuman patogen



yang umum adalah staphylococcus, streptococcus dan bacterioides. Terjadi malunion dan delayed healing, biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat, nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris inferior, lesi r marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatan terlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat membantu untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena genangan darah yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa terjadi pada kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang sehingga penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi luka.



LAPORAN KASUS I.



Tujuan 1. Mengatur alat secara sistematis di meja mayo 2. Mempertahankan kesterilan alat – alat sebelum operasi. 3. Memperlancar handling instrument. II. Persiapan Pasien 1. Persetujuan tindakan operasi, anestesi, lembar penandaan dan lembar serah terima pasien. 2. Pasien puasa 6-8 jam sebelum operasi 3. Pasien disiapkan dalam kondisi bersih dan memakai pakaian khusus untuk masuk kamar operasi. 4. Pasien diposisikan pada posisi supinasi di meja operasi.



5. Dilakukan tindakan pembiusan dengan GA. 6. Dokumentasi identitas pasien di buku register dan membuat asuhan keperawatan pasien oleh perawat sirkuler. III.



Persiapan Lingkungan 1. Mengatur dan mengecek fungsi dan letak mesin suction, mesin couter, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, meja instrument, troley, waskom besar, dan penempatan kursi. 2. Memberi perlak dan duk pada meja operasi dan meMberi under pad pada meja operasi.. 3. Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau. 4. Menyiapkan linen dan instrumen yang akan digunakan. 5. Menyiapkan bahan habis pakai.



IV.



Persiapan Alat  Instrumen Operasi a. Instrumen dasar No.



Nama instrument



Jumlah



1.



Duk klem



8



2.



Desinfeksi klem



1



3.



Pinset chirurgis



1



4.



Pinset anatomis



1



5.



Pinset bebek chirurgis



2



6.



Pinset bebek anatomis



2



7.



Gunting kasar lurus mini (Surgical scissor )



1



8.



Gunting metzemboum (Metzemboum scissor)



1



9.



Hanvat mess no.3



1



10.



Musquito klem



2



11.



Klem pean bengkok (Forcep pean curve)



2



12.



Klem Kockher



2



13.



Nald volder sedang/ kecil (Needle holder)



1/1



14



Klem pean manis



1



b. Instrumen tambahan No.



Nama Instrumen



Jumlah



1.



Langen back/ dobel langen back



1/1



2.



Sen Miller



3.



Timan / Maliable



4.



Spatel lidah



2



5.



Gunting wire



2



6.



Mouth guard



1



7.



Twister



1



8.



Ding Man



2



9.



Knife tang



1



10.



Binder



2



11.



Gillis



1



12.



Tang hidung



1



13.



Bine hack



2



14.



Curet (scalpel aple)



1



15.



Raspatorium sedang/ keecil



16.



Elevatorium



1



17.



Knable tang



1



18.



Bor, kepala bor dan mata bor no 1,6



19.



Screw driver dan plate



2 1/1



1/1



1/1 Sesuai kebutuhan



20.



Bayonet



c. Instrumen penunjang 



instrumen penunjang steril



1



No



Nama instrument



Jumlah



1



Canula suction



2



2



Kabel couter



1



3



Kotak implan (mini plate uk. 2.0+ screw no. 12, 10, 8, 6 dan 5)



Sesuai kebutuhan



4



Bengkok



1



5



Cucing kecil/ kom



6



Pegangan lampu operasi



1



7



Tempat cairan untuk gosok gigi



1



8



Kawat wire



2/1



Sesuai kebutuhan



9



Kotak implant (mini plate + screw)



 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



1 set



Instrumen Penunjang Non Steril Nama Alat Mesin Couter Mesin Suction Lampu Operasi Meja Operasi Meja Instrument Meja Mayo Standar Infus Troli Waskom Tempat Sampah Tempat handuk



Jumlah 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1



 Set Linen



No 1 2 3 4 5 6



Nama Alat Duk Besar Duk Sedang Duk Kecil Sarung Meja Mayo Handuk Tangan Scort/ Gaun Operasi



Jumlah 4 4 4 1 6 6



 Bahan habis pakai No



V.



Nama Bahan



Jumlah



1



Handscoen steril no 6,5/7/7,5/8



Sesuai kebutuhan



2



Mess no. 15



2



3



NaCl 0,9 % twist1 liter



1



4



Povidon Iodine / savlon / pehidrol



5



Spuit 10 cc / 3cc / 1cc / 20 cc



6



Mersilk no.2-0 c / premiline 6 – 0



7



Vicryl no.4-0



2



8



Deepers /Kasa



Sesuai kebutuhan



9



Salep mata



Sesuai kebutuhan



10



Cateter no 14



1



11



Urobag



1



12



Underpad on/ steril



½



13



Pehacain



Sesuai kebuthan



14



Methilen blue



Sesuai kebutuhan



15



Tusuk gigi steril



16



Antibiotic (Ceftriaxon)



21



Sikat gigi



1



22



Selang suction



1



23



Towel



1



24



Sufratule



15



Gypsona 10 cm / softband 10 cm



Sesuai kebutuhan 4/1/1/1 1/1



1 2 vial



Sesuai kebutuhan



Teknik Instrumentasi 1. Serah terima pasien dari premedikasi ke perawat sirkuler.



1/1



1. Melakukan Sign in yang dihadiri oleh, dokter operator, dokter anestesi dan perawat sirkuler :  Apakah pasien telah dikonfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar persetujuan : sudah  Apakah area operasi sudah ditandai : sudah (lembar penandaan sudah ada)  Apakah mesin anestesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya : sudah  Apakah pulse oksimeter pada pasien telah berfungsi baik : sudah  Apakah pasien mempunyai riwayat alergi : tidak  Penyulit airway atau resiko aspirasi : ada  Resiko kehilangan darah lebih 500ml : ya 2. Bantu pasien memindahkan di meja operasi yang sudah diberi under pad on dibawah kepala. 3. Berikan gunting wire on kepada dokter untuk melepas ikatan pada achbar di gigi pasien. 4. Posisikan pasien supine (kepala ekstensi), Tim anasthesi melakukan induksi (general anesthesi). 5. Selanjutnya petugas anestesi memasang roll tampon / packing. 6. Perawat sirkuler



membantu dokter memasang kateter two way no 14,



sambungkan dengan urobag, kemudian memaasang arde di tungkai kaki sebelah kanan pasien. 7. Perawat sirkuler membersihkan gigi dan mulut dengan menggosok menggunakan sikat gigi dan cairan (NS 0,9% + iodine povidon+ pehidrol 1: 1 : 1), dengan menggunakan spatula dan mensuction cairan yang ada di dalam mulut. Lalu perawat sirkuler melakukan pencucian area operasi dan dikeringkan dengan kasa kering.



8. Perawat instrumen melakukan scrubing, gowning, gloving, Kemudian membantu gowning dan gloving pada operator dan asisten operator. 9. Berikan desinfeksi klem dan deppers dalam cucing yang berisi bethadine 10% kepada operator atau asisten untuk mendesinfeksi area operasi. Lalu dibersihkan dengan savlon 4 menggunakan deppers dalam bengkok kecil→ sampai semua wajah di tampakkan. 10. Draping: a) Berikan 1 underpad steril + 2 duk kecil dibawah kepala untuk dibulatkan ke kepala lalu difiksasi dengan duk klem (1). b) Tambahkan (1) duk kecil segitiga di bawah dagu menutupi leher dan membungkus ETT, lalu digabung dengan duk dibawah kepala dan difiksasi dengan duk klem. c) Kemudian berikan duk besar dibawah dagu menutupi sampai kaki, (kalau kurang, bisa ditambah dengan duk sedang. Kemudian duk besar untuk dilingkarkan dari bagian kepala sampai bahu kanan dan kiri difiksasi dengan duk klem agar lebih rapi. 11. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, pasang selang couter, selang suction dan difiksasi dengan kasa dan duk klem. Cek kelayakan alat. 2. Perawat sirkuler membacakan Time out :  Konfirmasi semua tim operasi telah memperkenalkan nama dan tugas masing-masing : sudah  Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan di operasi: sudah  Antibiotik profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit sebelum operasi : sudah, ceftriaxone 1 gr  Untuk operator:  Apakah ada tindakan darurat atau prosedur diluar standart operasi yang akan dilakukan : tidak  Berapa lama operasi : kurang lebih 2-3 jam  Antisipasi kehilangan darah : sedia darah prc 2 labu  Untuk anestesi : apakah ada perhatian khusus mengenai pembiusan pada pasien ini ? airway  Untuk instrument :  Apakah peralatan sudah di sterilisasi : sudah



 Apakah ada perhatian khusus pada peralatan : jumlah alat, kassa, bekhas dan deppers, benda tajam  Apakah diperlukan radiologi : tidak  Operator memimpin berdoa 12. Berikan kasa basah untuk membersihkan area desinfeksi lalu dikeringkan dengan kasa kering. 13. Berikan suntikan spuit 10cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada operator untuk dilakukan injeksi diarea mandibula bagian dalam untuk mengurangi hemostasis + mengembangkan area oprasi karena



ETT akan



dikeluarkan di bagian bawah mandibular untuk sementara. (lapor pada anestesi sebelum tindakan). Tuggu 5- 15 menit hingga efek injeksi bekerja. 14. Dokter anesthesia, dokte operator dan asisten siap untuk mengeluarkan ETT pada bagian bawah mandibular, berikan hanvat mess no 3 dengan mess no 15 pada operator untuk melakukan insisi intra oral dan ekstra oral pada mandibular dan berikan pean manis+kassa kepada asisten. ETT di masukkan pada area insisi kemudian dikeluarkan di bawah mandibular. 15. Berikan nald voeder, benang mersilk 2-0 cutting dan pinset chirurgis pada operator untuk fiksasi



ETT dan berikan gunting benang pada aisten untuk



memotong benang. Berikan kassa untuk membersihkan darah. 16. Berikan methilen blue dan tusuk gigi kepada operator untuk menandai area insisi. 17. Berikan spuit 10 cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada operator untuk dilakukan injeksi diarea mandibula untuk mengurangi hemostasis + mengembangkan area oprasi (lapor pada anestesi sebelum tindakan). Tuggu 515 menit hingga efek injeksi bekerja. 18. Berikan operator hanvat mess no 3 dengan mess no 15 untuk melakukan insisi ekstra oral pada mandibular. 19. Berikan kasa kering dan mosquito klem pada asisten untuk rawat perdarahan. 20. Kemudian insisi diperdalam sampai bagian tulang yang mengalami fraktur terlihat, instrumentator memberikan spuit 20 cc dengan jarum yang sudah dipotong berisi NS 0.9% dan suction pada asisten untuk melakukan spoeling.



21. Kemudian berikan langenback kepada asisten untuk memperlebar lapang pandang operasi. 22. Setelah tampak tulang berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan sisa muskulus yang menempel di tulang. 23. Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine hack + spuit 10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk melakukan spoeling dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan menerima jaringan yg dibuang. 24. Berikan ding man (2) kepada operator untuk memfiksasi tulang yang fraktur bagian mandibular tengan agar simetris dan berikan dobel san miller pada asisten agar membuka lapang pandang operasi. 25. Berikan mini plate 5 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk mengukur fraktur pada mandibula (bila terlalu panjang bisa dipotong menggunakan knife tang). 26. Berikan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm pada operator untuk membuat lubang 2 korteks sesuai dengan hole pada plate. 27. Berikan pada asisten spoeling NS 0,9% dengan spuit 10cc, sambil disuction. 28. Berikan screw no 12 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini plate pada tulang yang fraktur. 29. Lakukan langkah 26-28 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci kembali dengan screw driver. 30. Selanjutnya bagiang mandibular anterior lakukan langkah no. 22 - 29 dengan menggunakan mini plate 5 hole ukuran 2.0 dan screw no 8 dan10. 31. Berikan kassa basah untuk menutup lubang mandibular sementara karena akan mengerjakan bagian maksila. 32. Berikan kawat wire yang sudah di potong dengan knif tang sesuai ukuran untuk memfiksasi gigi bagian atas dan berikan twister kepada operator untuk mengikat kawat wire dan berikan tongue spatel pada asisten. 33. Berikan methilen blue dan tusuk gigi kepada operator untuk menandai area insisi. 34. Berikan spuit 10 cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada operator untuk dilakukan injeksi intra oral bagian maksila untuk mengurangi hemostasis + mengembangkan area oprasi (lapor pada anestesi sebelum tindakan). Tuggu 515 menit hingga efek injeksi bekerja.



35. Berikan operator hanvat mess no 3 dengan mess no 15 untuk melakukan insisi intra oral pada maksila bagian kanan dan kiri. 36. Kemudian insisi diperdalam sampai bagian tulang yang mengalami fraktur terlihat, instrumentator memberikan spuit 20 cc dengan jarum yang sudah dipotong berisi NS 0.9% dan suction pada asisten untuk melakukan spoeling. 37. Kemudian berikan langenback kepada asisten untuk memperlebar lapang pandang operasi. 38. Setelah tampak tulang berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan sisa muskulus yang menempel di tulang. 39. Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine hack atau gillis + spuit 10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk melakukan spoeling dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan menerima jaringan yg dibuang. 40. Berikan mini plate 3 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk mengukur fraktur pada maksila kiri lateral (bila terlalu panjang bisa dipotong menggunakan knife tang). 41. Berikan screw no 5 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini plate pada tulang yang fraktur. 42. Lakukan langkah 40 - 41 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci kembali dengan screw driver. 43. Selanjutnya bagiang maksila kiri kontra lateral lakukan langkah no.40 - 42 dengan menggunakan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm untuk melubangi 1 korteks, mini plate 5 hole ukuran 2.0 dan screw no 5. 44. Berikan kassa basah untuk menutup lubang sementara karenan akan mengerjakan bagian maksila kanan. 45. Berikan Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine hack + spuit 10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk melakukan spoeling dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan menerima jaringan yg dibuang. 46. Berikan mini plate 5 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk mengukur fraktur pada maksila kanan (bila terlalu panjang bisa dipotong menggunakan knife tang). 47. Berikan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm pada operator untuk membuat lubang 1 korteks sesuai dengan hole pada plate. 48. Berikan pada asisten spoeling NS 0,9% dengan spuit 10cc, sambil disuction.



49. Berikan screw no 5,6, dan 8 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini plate pada tulang yang fraktur. 50. Lakukan langkah 47-49 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci kembali dengan screw driver. 51. Setelah semua selesai, luka dicuci dengan NS 0,9% untuk membersihkan luka operasi dan asisten melakukan suctioning sampai bersih dan dikeringkan dengan menggunakan kasa kering. 52. Berikan serbuk antibiotikpada operator, untuk ditaburkan pada luka operasi 53. Kemudian berikan nald voeder dan vicryl 4-0 dan pinset chirurgis pada operator untuk menjahit bagian maksila dan berikan gunting benang+ kasa kepada asisten. 54. Berikan nald voeder dan vicryl 4-0 dan pinset chirurgis pada operator untuk menjahit bagian ekstra oral mandibula dan berikan gunting benang+ kasa kepada asisten. 55. Berikan kepada operator naldfoeder + benang premilen 6-0 untuk menjahit kulit dan gunting benang + kasa kepada asisten. 56. Berikan gunting wire kepada operator untuk merapikan kawat wire. 57. Berikan sufratul yang sudah dijahit masing-masing 3 sufratule untuk masingmasing lubang hidung, kemudian berikan pinset anatomi pada operator untuk memasukkan sufratule ke lubang hidung. 58. Operator dibantu dokter anesthesia akan memasukkan kemabali ETT, berikan gunting benang untuk menggunting ikatan ETT dan berikan pean panjang untuk membantu menarik ETT. 59. Berikan kepada operator naldfoeder + benang premilen 6-0 untuk menjahit kulit bekas lubang ETT dan gunting benang + kasa kepada asisten. 60. Bersihkan luka operasi dengan kasa basah dan dikeringkan dengan kasa kering lalu berikan sufratule untuk bagian mandibular. Tutup luka dengan kassa basah yang diperas kemudian lapisi lagi dengan kassa kering dan fiksasi dengan hipafik. 61. Membantu operator memasang gyps pada hidung. 62. Rapikan dan decontaminasi alat/ instrument ,lalu mencuci , mengeringkan dan diset kembali untuk dilakukan sterilisasi. 63. Cek bahan habis pakai ( lembar depo ) untuk diserahkan keruang depo farmasi. Melengkapi ssc dan pasien dikirim ke RR 64. Bersihkan ruangan dan operasi selesai.



DAFTAR PUSTAKA A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC. Artawijaya,



Ajung.



2013.



Anatomi



Tulang



Mandibula.



http://catatanradiograf.blogspot.com/2011/07/anatomi-tulang-mandibula.html Doenges M.E, 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer, suzanene C,2001. Buku ajar keperawatan medikal bedal brunner and suddarth. Alih bahasa :agung waluyo (et al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC Virgiyanti, Sinta. 2015. Makalah Fraktur Mandibula. Makalah fraktur mandibula _ sinta virgiyanti - Academia.edu.html



LEMBAR PENGESAHAN RESUME



PEMBIMBING OK 7 (BEDAH PLASTIK)



( Sri Suprapti )



LEMBAR PENGESAHAN RESUME



PEMBIMBING OK 7 (BEDAH PLASTIK)



( Devi Fatmawati, Amd. Kep )