Instrumen Untuk Mengelola Permintaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Manajemen Rantai Pasokan “Pengelolaan Permintaan dan Perencanaan Produksi”



Kelompok 4:



Ni Putu Monica Jenie Parsadela



(1707521098)



Asyifa Khaerunisa Banjar



(1707521119)



Dian Cahyaning Tyas Agustin



(1707521122)



I Putu Pujanam Surya Buana



(1707521141)



Ni Made Juli Adelia



(1707521143)



Ni Ketut Pega Vidananda



(1707521153)



Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap barang atau jasa adalah awal dari semua kegiatan supply chain. Kegiatan produksi, pengiriman, perancangan produk, dan pembelian material semua mengikuti permintaan yang datang dari pelanggan. Atau jika dibalik, kegiatankegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan terhadap barang atau jasa dari pihak pelanggan. Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan terhadap barang atau jasa tidak mudah diketahui sebelum terjadi. Di sisi lain, banyak aktivitas yang sudah harus dikerjakan sebelum permintaan atau kebutuhan dari pelanggan teridentifikasi dengan pasti. Pada perusahaan-perusahaan yang berproduksi dengan sistem make to stock (MTS), kegiatan produksi, pembelian material, dan pengiriman produk ke took atau tempat penjualan dilakukan sebelum perusahaan tahu berapa produk akan terjual di masing-masing toko atau tempat penjualan. Pada sistem produksi make to order (MTO), beberapa aktivitas seperti perakitan akhir dan pembuatan komponen memang bisa ditunda sampai ada permintaan definitive, namun tetap sebagian aktivitas seperti penyediaan bahan baku dan kapasitas dilakukan atas dasar perkiraan atau ramalan. Dengan demikian, boleh dikatakan tidak ada perusahaan yang bisa menghindar dari kegiatan memperkirakan atau meramalkan permintaan untuk keperluan perencanaan aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan sebelum permintaan definitive datang dari pelanggan. Pada banyak kasus, pola permintaan tidak mudah untuk dipenuhi secara efektif oleh supply chain. Sebagai contoh permintaan yang sifatnya musiman menyebabkan sebagian dari permintaan tersebut terpaksa tidak bisa terpenuhi atau bisa dipenuhi dengan biaya-biaya yang lebih tinggi. Oleh karena itu perusahaan sering kali harus secara proaktif mengelola permintaan sehingga menjadi lebih mudah dipenuhi. Pada paper ini kami akan membahas apa esensi demand management (pengelolan permintaan), apa instrument-instrumen untuk mengelola permintaan yang berbeda pada rencana produksi agregat.



1.2 Rumusan Masalah A. Apa perbandingan keuntungan, tingkat persediaan dan kekurangan B. Apa itu peramalan permintaan dan pengelolaan dalam rantai pasokan? C. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mengelola permintaan? D. Apakah yang dimaksud dengan manajemen permintaan dan ongkos-ongkos dalam supply chain? E. Apakah yang dimaksud dengan efek promosi pada rencana agregat? F. Apa yang dimaksud dengan collaborative planning, forecasting, and replenishment (CPFR)?



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perbandingan Keuntungan, Tingkat Persediaan dan Kekurangan Dua cara promosi yang berbeda akan mengakibatkn variabliitas permintaan yang berbeda secara significan. Promosi pada bulan-bulan dimana permintaan rendah akan membuat pola permintaan menjadi lebih halus, sedangkan promosi pada bulan yang permintaannya memang tinggi akan membuat pola permintaan semakin fluktuatif. Variabilitas permintaan tersebut bisa kita ukur dari koefisien variasi (CV) seperti gambar dibawah Skenario



CV Demand



Inventory



Shortage



Keuntungan



Tanpa promosi



0.30



6117



267



217725



Promosi Januari



0.23



3890



320



221485



Promosi April



0.49



6380



1660



211283



Perbedaan nilai CV memiliki pengaruh besar terhadap jumlah persediaan yang disimpan oleh perusahaan selama 6 bulan keuntungan serta keuntungan yang diperoleh. Semakin tinggi CV, maka jumlah persediaan akan semakin besar. Sebaliknya, semakin tinggi CV jumlah keuntungan yang diperoleh perushaan semakin rendah. Dari segi kekurangan (shortage), hubungan tersebut tidak terlalu kuat, namun bisa kita lihat bahwa promosi pada bulan April membuat terjadi stockout yang jauh lebih besar dibandingkat dengan promosi di bulan Januari. Artinya, fluktuasi permintaan juga punya andil terhadap besarnya kekurangan persediaan yang dialami perusahaan. 2.2 Peramalan Permintaan Vs Pengelolaan Permintaan Peramalan permintaan adalah kegiatan untuk mengestimasi besarnya permintaan terhadap barang atau jasa tertentu pada suatu periode dan wilayah pemasaran tertentu. Peramalan bisa dibuat pada tingkatan yang berbeda-beda. Misalnya sebuah perusahaan yang menjual beberapa kelompok produk dibeberapa wilayah yang berbeda, maka ramalan bisa dibuat secara agregat untuk semua kelompok produk dan semua wilayah atau untuk tiap kelompok produk, tiap wilayah atau level lebih detail yaitu pada level individu produk. Agregasi juga bisa dibuat berdasarkan waktu. Jadi angka ramalan bisa dibuat untuk periode



harian, mingguan, bulanan atau bahka tahunan. Pada Gambar 5.1 mengilustrasikan bahwa ramalan bisa dibuat pada hierarki yang berbeda-beda.



Gambar 5.1 Dimensi produk, dimensi wiayah dan waktu pada permintaan Pada gambar diatas tersebut tiap produk dibuat ramalannya untuk tiap sub wilayah pemasaran dengan satuan periode mingguan selama tiga bulan, maka akan ada sebanyak 960 angka ramalan yang merupakan perkalian dari jumlah produk, jumlah sub wilayah dan jumlah minggu selama 3 bulan tersebut. Angka ini diperlukan untuk mengetahui berapa masing-masing produk yang akan dipasok ke masing-masing wilayah sub pemasaran tiap minggu nya. Dalam kondisi keperluan lain, angka-angka tersebut perlu diagregatkan. Sebagai contoh, untuk keperluan pengiriman dari pabrik ke wilayah pemasaran X (WP X), yang diperlukan adalah total kebutuhan masing-masing produk tiap minggunya untuk keseluruhan wilayah pemasaran X. Jadi, dalam hal ini yang diagregasikan adalah kebutuhan sub wilayah X1, X2, X3 dan X4. Jadi yang diperlukan oleh pabrik adalah jumlah kebutuhan masing-masing produk untuk semua wilayah per minggu nya. Ramalan yang tidak akurat dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada supply chain. Kelebihan pasokan produk ke satu wilayah sementara kekurangan pasokan diwilayah lain, atau kelebihan produksi A sementara kekurangan produksi B, dan sebagainya dapat membuat service level yang rendah maupun ongkos-ongkos persediaan yang tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi maupun efektivitas pada supply chain diperlukan cara-cara yang tepat untuk meningkatkan akurasi ramalan permintaan.



Peningkatan akurasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode peramalan yang lebih baik, mencari data yang lebih komprehensif, melakukan kolaborasi dengan pihakpihak lain pada supply chain, serta memilih tingkat agregasi yang tepat untuk tiga dimensi diatas yaitu produk, wilayah, dan waktu). Tidak perlu disangsikan bahwa kegiatan peramalan memiliki peran yang sangat kritis pada supply chain. Hanya saja, walaupun peramalan dilakukan dengan baik dan hasilnya akurat, supply chain tidak dijamin bisa memenuhinya dengan efektif dan effisien. Hal ini terutama terjadi kalau permintaan memiliki pola yang fluktuasinya tinggi. Disamping upaya untuk secara reaktif meramalkan permintaan dan merespon hasil ramalan apapun polanya, supply chain harus lebih proaktif mencoba membuat pola permintaan tersebut lebih stabil sehingga lebih mudah dipenuhi. Pengelolaan permintaan (Demand Management) adalah upaya untuk membuat permintaan lebih mudah dipenuhi oleh supply chain. Secara lebih spesifik bisa dikatakan bahwa demand management adalah upaya untuk secara aktif meyakinkan bahwa profil permintaan pelanggan memiliki pola yang halus sehingga mudah dan effisien untuk dipenuhi. Dengan kata lain, kalau peramalan hanya melihat permintaan sebagai input, demand management melihat bahwa input tersebut harus diubah polanya terlebih dahulu sebelum masuk ke proses peramalan, perencanaan produksi, pengadaan bahan baku, produksi, dan pengiriman ke pelanggan. Gambar 5.2 meng ilustrasikan bahwa pola permintaan yang asli sangat flutuatif.



Gambar 5.2 Ilustrasi demand management dan order fulfillment



Perusahaan tidak langsung menggunakan permintaan tersebut sebagai input dalam kegiatan pemenuhan pesanan (mulai dari peramalan sampai pengiriman barang), namun terlebih dahulu dipengaruhi sedemikian rupa sehingga lebih stabil polanya. 2.3 Instrumen untuk mengelola permintaan Mengelola permintaan berarti mengubah pola permintaan sehingga memiliki pola yang lebih menguntungkan bagi supply chain. Ada beberapa cara yang bisa digunakan oleh supply chain untuk mempengaruhi pola permintaan, antara lain: a. Promosi Kegiatan promosi bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui iklan di media cetak maupun media elektronik. Kegiatan promosi sendiri biasanya sudah teruji efektivitasnya untuk meningkatkan volume penjualan selama periode tertentu. Promosi pada saat tertentu bisa meningkatkan volume permintaan baik segera setelah promosi dilakukan ataupun secara perlahan dan terjadi beberapa lama setelah periode promosi mulai dilakukan. Bagi supply chain, kegiatan promosi bisa membuat pola permintaan lebih mudah atau lebih sulit untuk dipenuhi. Kalau promosi dilakukan pada saat-saat permintaan lesu dan efek promosi relatif cepat terhadap reaksi pasar maka supply chain akan mendapatkan pola permintaan yang lebih rata. Sebaliknya jika promosi justru dilakukan pada saat-saat permintaan memang tinggi, supply chain justru akan menghadapi permintaan yang lebih fluktuatif. b. Pricing Kebijakan harga sebenarnya juga bisa diklasifikasikan sebagai bagian dari instrument promosi. Namun sebenarnya kebijakan pricing bisa memiliki tujuan yang lebih luas dari sekedar promosi. Contohnya, tarif telepon yang lebih mahal siang hari dibandingkan dengan waktu malam hari adalah cara untuk memindahkan sebagian beban jaringan yang memang sibuk pada siang hari ke malam hari. Ada banyak kegiatan pemakaian telepon, terutama untuk keperluan bisnis/kantor yang tidak bisa dipindahkan ke malam hari, namun bagi mereka yang punya fleksibilats waktu menelpon akan cenderung melakukannya pada akhir musim jual (seperti pakaian, produk-produk elektronik, dan lain-lain) menyebabkan biaya-biaya persediaan menurun, namun terkadang juga membuat orang menunda keputusan pembelian ke akhir musim jual untuk mendapatkan diskon, yang berarti menimbulkan dampak negatif bagi supply chain. Adanya potongan harga pada jam-



jam tertentu di restaurant (misalnya happy hour pada jam 5-6 sore) akan menggeser jam makan sebagaian pelanggan yang biasanya datang jam 7 atau jam 8 sehingga beban restoran tersebar lebih merata ke beberapa jam operasi mereka. c. Shelf management Posisi dan cara penempatan suatu barang di supermarket sering kali berpengaruh terhadap penjualan barang tersebut.



Barang yang letaknya



tersembunyi, walaupun sebenarnya menarik bagi banyak konsumen, tidak akan banyak laku karena tidak terlihat oleh calon-calon pembeli. Oleh karena itu, produk yang baru diluncurkan atau yang sedang punya program peningkatan penjualan, biasanya ditempatkan di tempat-tempat yang terlihat jelas oleh para pengunjung took atau supermarket. d. Deal Structure Deal structure ini meliputi persetujuan jual-beli seperti boleh tidaknya produk dikembalikan, term pembayaran, perlindungan harga, garansi, dan sebagainya. Bisa tidaknya produk dikembalikan apabila tidak sesuai dengan keinginan pembeli ini akan meningkatkan volume penjualan, namun penjual akan menanggung biaya pengembalian yang lebih tinggi. Term pembayaran juga mempengaruhi keputusan pembeli. Pembayaran yang bisa ditunda beberapa lama setelah barang diambil tentu akan lebih menarik dibandingkan dengan persyaratan langsung ketika barang diambil tentu akan lebih menarik dibandingkan dengan persyaratan pembayaran langsung ketika barang diambil oleh pembeli. Instrument permintaan tersebut akan efektif digunakan apabila perusahaan memahami dengan baik perilaku pembeli/pelanggan terhadap pemberlakuan masingmasing instrument tersebut. Misalnya, perusahaan harus memiliki pengetahuan, berdasarkan pengalaman masa lalu, efektivitas suatu promosi dalam menggeser atau menaikkan volume penjualan. Demikian juga, pengaruh deal structure dan instrumentinstrumen lain terhadap perilaku calon-calon pembeli mestinya diketahui dengan baik. Di samping itu yang juga perlu diketahui adalah pengaruh reaksi pelanggan yang berbeda terhadap ongkos-ongkos yang terjadi pda supply chain. Misalnya, apabila promosi ternyata justru meningkatkan variabilitas permintaan dari waktu ke waktu maka pengaruhnya terhadap biaya-biaya persediaan dan biaya-biaya kekurangan stok (stockout costs) harus dievaluasi. Pada bagian di bawah ini akan ditunjukkan contoh bagaimana cara mengevaluasi pengaruh kegiatan promosi terhadap ongkos-ongkos supply chain.



2.4 Demand Management dan Ongkos-Ongkos dalam Supply Chain Program promosi atau diskon pada periode-periode tertentu bisa membuat pekerjaan supply chain lebih sulit atau lebih mudah. Supply chain akan menjadi mudah ketika promosi bisa meningkatkan volume penjualan pada periode-periode dimana permintaan rendah sedangkan sewaktu permintaan sedang tinggi seperti dekat dengan hari raya permintaan justru menjadi lebih fluktuatif sehingga supply chain lebih sulit. Dalam memenuhi permintaan yang fluktuatif, perusahaan bisa menggunakan beberapa strategi yang umumnya diputuskan pada tingkat perencanaan jangka menengah yang sering disebut sebagai Agregate planning atau Sales and Operation Planning (SOP). Keputusan dasar yang dibuat pada tingkatan perencanaan aggregate atau SOP antara lain: -



Apa yang akan di produksi, berapa banyak, dan kapan (dalam satuan aggregate)



-



Jumlah pekerja yang perlu ditambah atau dikurangi



-



Banyaknya jam lembur yang akan digunakan



-



Banyaknya produk yang akan diperoleh melalui sub kontrak



Untuk membuat keputusan tersebut dibutuhkan berbagai parameter input seperti biaya produksi untuk jam regular maupun jam lembur, biaya produksi sub kontrak, kapasitas produksi regular, kapasitas produksi sub kontrak,, biaya untuk merekrut pekerja baru, biaya untuk melepaskan seorang pekerja, biaya untuk menyimpan barang dalam suatu periode tertentu dan biaya kalau perusahaan tidak memenuhi permintaan, (biaya kekurangan). Secara umum, apabila permintaan berfluktuasi maka perusahaan bisa memilih apakah mau menggunakan kapasitas, inventory, atau backlog sebagai cara untuk mengatasinya. Permintaan yang tidak terpenuhi bisa dibayar pada periode berikutnya atau kalau pelanggan tidak mau menunggu maka akan berakibat pada kehilangan kesempatan menjual(lost sales). Gambar 5.3 menunjukan 3 cara yang bisa ditempuh perusahaan untuk menangani permintaan yang fluktuatif.



Tentu perusahan tidak harus menggunakan 3 cara tersebut secara terpisah, namun bisa menggabungkan satu atau lebih secara bersamaan. Pada umumnya sebuah model rencana aggregate akan memiliki parameter, variable, fungsi tujuan, dan kendala: -



Parameter mencakup antara lain harga jual produk, biaya-biaya satuan, nilai parameter awal satuan,kecepatan produksi, dan jumlah hari kerja dalam satu periode.



-



Variable yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang akan direkrut atau dilepaskan tiap periode, jumlah produksi tiap periode, jumlah jam lembur yang digunakan, jumlah produk yang disubkontrakan, jumlah persediaan tiap periode, dan jumlah permintaan yang tidak permintaan yang tidak dipenuhi tiap periode(backlog).



-



Fungsi tujuan apabila ada scenario yang mengubah harga jual produk, maka fungsi tujuan haruslah memaksimumkan profit dan bukan meminimumkan biaya.



-



Kendala yang terkait dengan kapasitas produksi, permintaan, keseimbangan, jumlah tenaga kerja, dan kendala lainnya yang relevan.



Buku ini mengasumsikan bahwa pembaca memahami proses pembuatan rencana aggregate sehingga tidak akan membahasnya detil. Pada bagian ini akan dibahas contoh bagaimana program promosi mempengaruhi biaya-biaya supply chain. Contoh ini diambil dari buku Chopra & Meindl (2001). Misalkan sebuah produk memiliki harga jual 40 dollar per unit. Untuk membuat produk tersebut dibutuhkan material dengan harga per unit 10 dollar. Biaya penyimpanan per unit produk yang tersisa adalah 2 dollar per bulan. Apabila perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan, ada biaya kekurangan sebesar 5 dollar per unit per bulan. Data-data lain ada pada Gambar 5.4 Permintaan suatu produk pada bulan-bulan Januari – Juni tahun yang lalu diketahui sebagai berikut: Januari



1600



Februari



3000



Maret



3200



April



3800



Mei



2200



Juni



2200



Dengan menggunakan model linear programming, data-data tersebut bisa diolah untuk menghasilkan rencana produksi aggregate yang optimal. Hasil rencana produksi aggregate tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1. Beberapa variable yang digunakan dalam model linear programming ini adalah t



bulan



Ht



Jumlah tenaga kerja yang direkrut pada bulan t



Lt



Jumlah tenaga kerja yang dilepas pada bulan t



Wt



Jumlah tenaga kerja dipekerjakan pada bulan t



Ot



Jumlah jam kerja lembur yang digunakan pada bulan t



It



Jumlah persediaan yang tersisa pada akhir bulan t



St



Jumlah permintaan yang tidak terpenuhi pada bulan t



Ct



Jumlah produk yang disubkontakkan pada bulan t



Pt



Jumlah unit yang diproduksi pada bulan t



Tabel 5.1 menunjukan bahwa perusahaan optimal memproduksi 2583 unit perbulan dan semua diproduksi dengan jam regular. Jumlah tenaga kerja yang awalnya 80 orang dikurangi 15 orang pada awal periode sehingga selama 6 bulan tersebut perusahaan cukup menggunakan 65 pekerja. Pada bulan 4 terjadi kekurangan produk sebanyak 267 unit.



Biaya-biaya yang terlibat pada rencana produksi ini adalah $422.275 yang terdiri dari biaya material, biaya tenaga kerja, biaya penyimpanan persediaan, biaya kekurangan dan biaya pelepasan tenaga kerja. Sedangkan biaya perekrutan,biaya lembur, dan biaya subkontrak tidak terjadi pada rencana aggregate tersebut. Total penghasilan yang diperoleh dari penjualan adalah $640.000 sehingga selama 6 bulan tersebut dihasilkan keuntungan sebesar $217.725



2.5 Efek Promosi pada Rencana Agregat Misalkan perusahaan merencanakan untuk melakukan promosi pada bulan Januari dengan menurunkan harga jual menjadi $39 perunit. Dengan rencana promosi ini perusahaan mengantisipasi adanya peningkatan permintaan 10% pada bulan januari dan terjadi perpindahan permintaan akibat terjadi forward buying sebesar 20% dari permintaan pada dua bulan berikutnya. Jadi dengan adanya potongan harga pada bulan januari, permintaan perbulan diperkirakan berubah menjadi sebagai berikut: Januari



3000



Februari



2400



Maret



2560



April



3800



Mei



2200



Juni



2200



Ramalan permintaan ini kemudian dimasukkan ke dalam model linear program yang sama dan menggunakan parameter-parameter yang sama seperti hasil diatas. Hasilnya adalah seperti yang ditampilkan pada tabel. Yang tampak berubah dari rencana sebelumnya adalah tingkat produksi yang lebih tinggi, dari 2583 perbulan menjadi 2610 unit perbulan. Besarnya persediaan di akhir tiap periode otomatis berubah karena baik permintaan maupun produksi tidak sama antara rencana pertama tadi dengan rencana ini. Sedangkan jumlah tenaga kerja, lembur dan subkontrak tidak berubah. Biaya yang timbul dari rencana ini adalah $421.915, sedangkan pendapatannya adalah sebesar $643.400 sehingga terdapat perolehan keuntungan sebesar $221.485.



TABEL T



Ht



Lt



Wt



Ot



It



St



Ct



Pt



0



0



0



80



0



1000



0



0



0



1



0



15



65



0



610



0



0



2610



2



0



0



65



0



820



0



0



2610



3



0



0



65



0



870



0



0



2610



4



0



0



65



0



0



320



0



2610



5



0



0



65



0



90



0



0



2610



6



0



0



65



0



500



0



0



2610



Promosi atau potongan harga mungkin dilakukan pada saat permintaan tinggi. Misalnya, perusahaan memberikan diskon pada produk-produk yang memang banyak dibutuhkan pada hari raya keagamaan atau tahun baru sehingga kemungkinan akan terjadi peningkatan permintaan yang cukup besar. Pada contoh di atas, kalau promosi dilakukan pada bulan Januari, permintaan menjadi relative lebih stabil karena permintaan aslinya relative rendah pada bulan januari. Apabila perusahaan melakukan promosi pada bulann April yang memang merupakan musim orang membeli produkproduk tersebut dengan menurunkan harga jual menjadi $39 perunit, kemungkinan akan terjadi kenaikan permintaan yang lebih besar. Misalkan peningkatan permintaan pada bulan April adalah 20% dari permintaan semula dan terjadi forward buying dari permintaan dua bulan berikutnya masing-masing 20% maka permintaan perbulan akan menjadi sebagai berikut: Januari



1600



Februari



3000



Maret



3200



April



5060



Mei



1760



Juni



1760



Dari profil permintaan diatas, kita bisa melihat bahwa promosi pada bulan april, yang permintaan aslinya memang tinggi, akan membuat permintaan menjadi semakin fluktuatif. Seperti halnya di atas, permintaan tersebut juga diolah ke dalam model linear programming sehingga diperoleh rencana produksi agregat seperti pada tabel. Pada tabel tersebut bisa kita amati bahwa besarnya unit yang diproduksi tiap bulan



meningkat menjadi 2647 dan jumlah tenaga kerja yang optimal adalah 66 orang sehingga yang dikurangi pada awal periode 1 adalah 14 orang. Kekurangan persediaan juga meningkat, yaitu terjadi pada akhir bulan 4 dan 5. Perusahaan masih tetap bisa memenuhi semua permintaan dengan kapasitas regular sehingga tidak ada jam lembur maupun subkontrak yang digunakan. Biaya yang terjadi dari scenario ini adalah $438857 dengan penghasilan kotor (revenue) sebesar $650140 sehingga diperoleh keuntungan sebesar $211283 Tabel T



Ht



Lt



Wt



Ot



It



St



Ct



Pt



0



0



0



80



0



1000



0



0



0



1



0



14



66



0



2047



0



0



2647



2



0



0



66



0



1603



0



0



2647



3



0



0



66



0



1140



0



0



2647



4



0



0



66



0



0



1273



0



2647



5



0



0



66



0



0



387



0



2647



6



0



0



66



0



500



0



0



2647



2.6 Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR) CPFR merupakan model pelaksanaan bisnis untuk meningkatkan integritas anggota supply chain dengan berkolaborasi dalam perencanaan dan peramalan yang bertujuan untuk mengurangi permasalahan perbedaan peramalan yang besar antara dua atau lebih anggota



supply



chain,



kemudian



secara



bersama-sama



menentukan



kebijakan



replenishment (penambahan atau pengisian kembali). Misalnya ritel meramalkan penjualan suatu produk pada suatu periode sebesar 5000 unit, sedangkan distributor untuk produk dan wilayah yang sama meramalkan 8000 unit. Apabila ramalan tersebut dijadikan dasar bagi mereka untuk menentukan kebijakan pemesanan dan persediaan, padahal yang sebenarnya lebih akurat adalah ramalan ritel, maka akan terjadi ketimpangan yang besar yang bisa jadi berakibat pada kelebihan produk di distributor. Begitu pula sebaliknya apabila sebenarnya ramalan yang lebih akurat adalah ramalan distributor, maka akan terjadi kekurangan produk pada ritel. Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment adalah inisiatif dari semua partisipan di supply chain yang ingin meningkakan hubungan antar partisipan melalui



proses perencanaan bersama dan berbagi informasi. Ciri utama dari CPFR adalah memiliki hubungan yang kuat pada perhitungan sisi demand. Komponen perencanaan dan peramalan membutuhkan pertukaran informasi secara intensif, bukan hanya pada level logistik, tetapi juga pada perencanaan manajemen, keuangan, dan pemasaran. Asal-usul model CPFR pada tahun 1990an diprakarsai oleh Wal-Mart, setelah itu oleh Komite Voluntary Interindustry Commerce Standard (VICS) menjadi standar nasional karena setelah diuji penerapan CPFR oleh dua perusahaan (Wal-Mart dan WarnerLambert) menghasilkan penghematan dalam tingkat inventory dan berkurangnya out of stock di tingkat Point of Sales (POS). Oleh karena itu, CPFR ini terus dikembangkan dan digunakan sebagai alat untuk meningkatkan tingkat optimalisasi rantai pasok dengan efisiensi mengurangi pengeluaran untuk perdagangan, inventaris, logistik, dan transportasi di semua mitra dagang. Pada prakteknya, masing-masing pelaku rantai pasok misalnya ritel dan distributor dimana ritel sebagai pembeli dan distributor atau pabrik sebagai penjual akan melalui empat proses yang masuk pada CPFR, yaitu 1. Strategy & Planning 2. Demand & Supply management 3. Execution 4. Analysis Strategy & Planning, yaitu menciptakan aturan dasar untuk hubungan kolaboratif. Pada tingkat ini, pembeli maupun penjual menentukan keputusan product mix and placement, kemudian membuat perencanaan event. Demand & Supply management, yaitu membuat proyeksi permintaan pelanggan, order, dan kebutuhan pengiriman selama horizon perencanaan. Execution, melakukan pemesanan, menyiapkan dan melakukan pengiriman, menerima, dan menyimpan produk di rak ritel, mencatat transaksi penjualan, serta melakukan pembayaran. Analysis, yaitu memonitor perencanaan dan eksekusi, terutama kalau ada hal-hal yang terjadi di luar rencana. Hasilnya digunakan untuk menghitung kinerja dan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.



Pada masing-masing dari empat proses yang masuk pada CPFR tersebut, ada 2 aktivitas kolaboratif yang dilakukan oleh kedua belah pihak (pembeli dan penjual). Retailer Tasks



Collaboration Tasks



Manufacturer Tasks



Vendor Management



Collaboration Arrangement



Account Planning



Category Management



Joint Business Plan



Market Planning



Strategy & Planning



Demand & Supply Management POS Forecasting



Sales Forecasting



Market Data Analysis



Replenishment Planning



Order Planning / Forecasting



Demand Planning



Buying / Re-buying



Order Generation



Production & Supply Planning



Logistics / Distribution



Order Fulfillment



Logistics / Distribution



Store Execution



Exception Management



Execution Monitoring



Supplier Scorecard



Performance Assessment



Customer Scorecard



Execution



Analysis



Pada fase Strategy & Planning -



Aktivitas collaborative menentukan sasaran kolaborasi, mendefinisikan ruang lingkup, dan tanggung jawab masing-masing pihak.



-



Sedangkan aktivitas joint business plan pada intinya adalah mengidentifikasikan event yang mempengaruhi penjualan seperti promosi, pembukaan / penutupan toko, perubahan kebijakan persediaan, dan pengenalan produk baru.



Pada fase Demand & Supply Management -



Aktivitas peramalan permintaan, dimana penjual dan pembeli bekerjasama untuk menentukan perkiraan permintaan yang akan diterima selama periode tertentu dengan mempertimbangkan aspek-aspek terjadinya sebuah permintaan produk yang diproduksi.



-



Aktivitas peramalan / perencanaan order, berdasarkan hasil peramalan permintaan maka diperkuan order untuk memenuhi jumlah permintaan tersebut, maka perencanaan order akan menyesuaikan permintaan.



Pada fase Eksekusi



-



Order generation adalah aktivitas mengubah ramalan menjadi pesanan yang definitive



-



Sedangkan order fulfillment mencakup produksi, pengiriman, dan display produk di rak toko/ritel sehingga bisa dibelli oleh pelanggan akhir.



Pada fase analisis -



Exception management adalah mengidentifikasi dan memonitor proses peramalan hingga terjadinya order dan barang didistribusikan



-



Performance assessment adalah penilaian kinerja apakah telah memenuhi kebutuhan masing-masing supply chain hingga customers.



Aktivitas-aktivitas kolaboratif tidak harus dikerjakan secara bersama-sama oleh kedua belah pihak. Ada beberapa scenario yang bisa terjadi di sini.



Order



Alternatives



Sales Forecasting



Option A



RETAILER



RETAILER



RETAILER



Option B



RETAILER



MANUFACTURER



MANUFACTURER



Option C



RETAILER



RETAILER



MANUFACTURER



Option D



MANUFACTURER



MANUFACTURER



MANUFACTURER



Planning/Forecasting



Order Generation



Tabel memperlihatkan 4 skenario yang berbeda dalam kaitannya dengan siapa melakukan apa. Pada skenario 1, dinamakan Conevntional Order Management, mempresentasikan model konvensional,



ritel



melakukan



ketiga



aktivitas



(peramalan



penjualan,



peramalan/perencanaan order, dan order generation). Pada skenario 2, yang dinamakan Supplier-Managed Inventory, ritel melakukan peramalan penjualan sedangkan dua aktivitas lainnya dilakukan oleh pabrik.



Pada skenario 3, yang dinakan Co-Managed Inventory, dimana dua aktivitas pertama dikerjakan ritel dan aktivitas ketiga dikerjakan pabrik. Model terakhir, yaitu Vendor Management Inventory, semua aktivitas dilakukan oleh pabrik.



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Perusahaan sebaiknya tidak hanya pasif dalam meramalkan permintaan, tetapi juga secara proaktif mengelola permintaan agar pola permintaan yang terjadi lebih mudah dipenuhi dan menimbulkan biaya-biaya yang lebih rendah. Adapun beberapa cara/instrumen yang bisa digunakan untuk mengelola permintaan yaitu promosi, potongan harga, term pembayaran, dan sebagainya. Perbedaan cara melakukan promosi atau bentuk demand management lainnya bisa membuat permintaan lebih stabil atau sebaliknya. Hal ini tergantung pada kapan kegiatan tersebut dilakukan dan seberapa reaktif pasar terhadap kegiatan tersebut. Fluktuasi permintaan yang tinggi mengakibatkan biaya-biaya persediaan maupun kekurangan yang tinggi juga, sehingga berpotensi untuk mengurangi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Untuk mengurangi ketidaksinkronan aktivitas antar pelaku pada suatu supply chain, banyak perusahaan mengimplementasikan konsep CPFR (collaborative planning, forecasting, and replenishment). Pada modal ini, mulai dari peramalan penjualan, pengiriman, dan penentuan order dilakukan dengan kolaborasi antara penjual dan pembeli pada supply chain.



DAFTAR PUSTAKA Pujawan, I Nyoman dan ER, Mahendrawathi.2010. Supply Chain Management. Surabaya:Guna Widya Wikipedia.2018.Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment di https://en.wikipedia.org/wiki/Collaborative_planning,_forecasting,_and_replenishment (diakses pada 13 Maret 2019) Ardy.2016.Definisi, Sejarah Singkat CPFR (Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment) di http://ardy-web.blogspot.com/2016/01/definisi-sejarah-singkatcpfr.html (diakses pada 13 Maret 2019) Vanguard Software.2017.Collaborative, Planning, Forecasting, and Replenishment di http://www.vanguardsw.com/2017/09/collaborative-planning-forecasting-andreplenishment-cpfr/ (diakses pada 13 Maret 2019)