Intensive Care Unit Keperawatan Kritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INTENSIVE CARE UNIT KEPERAWATAN KRITIS



MAKALAH



oleh Kelompok 1



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2017



INTENSIVE CARE UNIT KEPERAWATAN KRITIS



MAKALAH disusun sebagai pemenuhan tugas Kep. Maternitas dengan dosen pengampu: Ns.Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep.



oleh Kelompok 10: Sri Ariani



142310101005



Wulan Diaz Tri Kurniawati 142310101034 Linda Ayu Agustin



142310101097



Dinar Izzati Silvia Putri



142310101142



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Intensive Care Unit”dengan tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1



Ns.Lantin Sulistyorini,S.Kep.,M.Kes. selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember,



2



Ns.Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas yang selalu memberikan masukan dalam penulisan makalah ini.



3



teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan makalah, dan



4



semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian Makalah ini. Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak



kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Jember, Oktober 2017 Penulis



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................



i



KATA PENGANTAR.................................................................................



ii



DAFTAR ISI...............................................................................................



iii



BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................



1



1



Latar Belakang...................................................................



1



2



Rumusan Masalah................................................................



1



3



Tujuan....................................................................................



2



BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................



3



DAFTAR PUSTAKA................................................................................



17



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan komprehensif, karena pasien kritis mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif yang bertujuan mengurangi kesakitan, komplikasi dan kematian (Hudak & Gallo, 2010). ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi   dengan   staf   dan   peralatan   khusus   untuk   merawat   dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas  defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ   lainnya   sehingga  merupakan   keadaan   kritis   yang   dapat menyebabkan   kematian.   Tiap   pasien   kritis  erat   kaitannya   dengan perawatan   intensif   oleh   karena   memerlukan   pencatatan  medis   yang berkesinambungan   dan   monitoring   serta   dengan   cepat   dapat   dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ­ organ tubuh lainnya (Rab,2007).  Pentingnya   meningkatkan



 pengetahuan



 perawat   terhadap



kebijakan­kebijakan  seputar  ruang­ruang  disuatu  rumah  sakit  salah  satu nya   adalah     ruang   ICU   sehingga  perawat   dapat     menerapkan   asuhan keperawatan kritis pada pasien yang berada diruang ICU.  1.2.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah: 1.2.1 Apakah pengertian dari keperawatan kritis? 1.2.2 Apa syarat pasien masuk ICU? 1.2.3 Apa syarat­syarat ruang ICU? 1.2.4 Apa syarat­syarat menjadi perawat ruang ICU? 1.2.5 Apa peran perawat ruang ICU? 1.2.6 Bagaimana kewenangan perawat ICU? 1.2.7 Apakah diagnosa keperawatan yang paling sering  terjadi di ruang ICU?



1.3.



1.2.8 Bagaimana proses perawatan pasien di ruang ICU? 1.2.9 Apa masalah yang dapat terjadi pada perawat ICU? Tujuan Adapun tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan terkait keperawatan kritis dan ICU. Selain itu tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah: 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7



Apakah pengertian dari keperawatan kritis? Apa syarat pasien masuk ICU? Apa syarat-syarat ruang ICU? Apa syarat-syarat menjadi perawat ruang ICU? Apa peran perawat ruang ICU? Bagaimana kewenangan perawat ICU? Apakah diagnosa keperawatan yang paling sering



terjadi di ruang ICU? 1.3.8 Bagaimana proses perawatan pasien di ruang ICU? 1.3.9 Apa masalah yang dapat terjadi pada perawat ICU?



BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Definisi Keperawatan Kritis Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan komprehensif, karena pasien kritis mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan pemantauan yang



canggih dan terapi yang intensif yang bertujuan mengurangi kesakitan, komplikasi dan kematian (Hudak & Gallo, 2010). Keperawatan kritis adalah tempat dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan kematian (Hudak & Gallo, 1997). Keperawatan kritis merupakan area spesialistik dari keperawatan yang dikembangkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan klien dengan masalah kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif (Urden et al, 2006 dalam Ibrahim, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa keperawatan kritis merupakan suatu bidang dimana pasien dengan masalah kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan berkualitas tinggi serta intensif dengan bertujuan mengurangi mortalitas sehinggadapat mengurangi kesakitan, komplikasi dan kematian. 2.2 Syarat Pasien Masuk ICU Menurut Urden, Stacy, & Lough, 2006 dalam Ibrahim 2012 Syarat-syarat pasien masuk : a. Ancaman kematian b. Ancaman bisa bertahan hidup namun dengan masalah sisa atau keterbatasan akibat penyakit c. Nyeri atau ketidaknyamanan d. Kurang tidur e. Kehilangan kemampuan untuk mengekpresikan diri secara verbal karena f. g. h. i. j. k. l. m.



terintubasi Keterpisahan dengan keluarga/orang yang dicintai Kehilangan autonomy/kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari Kehilangan control terhadap lingkungan Kehilangan peran yang biasa dijalankan Kehilangan harga diri Kecemasan Bosan, frustasi, dan pikiran-pikiran yang negative Distress spiritual 2.3 Syarat-syarat ruang ICU



Fasilitas dan peralatan yang ada di ruang ICU sesuai dengan kebijakan bagian ICU (2011) adalah: a. Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. b. Alat pengukur tekanan darah monitor c. Pulse oxymetri dewasa, anak, dan bayi d. ECG 12 lead e. Alat pengukur tekanan Vena Central f. Alat Pengukur suhu tubuh pasien. g. Alat penghisap (suction) tidak sentral tetapi tekanannya bisa diatur berdasarkan kebutuhan. h. Alat ventilasi manual dewasa, anak dan bayi dan alat penunjang jalan nafas. i. Peralatan akses vaskuler j. Ventilator k. Oksigen sentral l. Lampu untuk melakukan tindakan m. Defibrilator Biphasic n. Peralatan drain thoraks o. Troley emergency yang berisi alat dan obat – obat untuk emergency



p. Infus pump dan syringe pump q. Peralatan portable untuk transportasi pasien r. Hemodialisa Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya program kalibrasi dan pemeliharaan masing-masing alat. Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing – masing alat ada buku pemakaiannya sendiri-sendiri. SOP penggunaan Alat – alat sudah terpasang pada masing – masing alat tersebut. Pemeliharaan



Peralatan



dilakukan



setiap



selesai



dipergunakan,



dan



pemeliharaan rutin satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar pemeliharaan alat. Masing – masing alat punya catatan pemeliharaan sendiri. Program Perencanaan peralatan dilakukan pada awal tahun dan apabila ada hal – hal yang insidentil dan mendesak bisa dilaksanakan pada saat itu. Peremajaan peralatan dilakukan bekerjasama dengan IPS RS dan Pihak Suplier alat tersebut. 2.4 Syarat yang harus dimiliki perawat diruang ICU Perawat ICU seringkali memantau pasien ICU 24 jam sehari selama 7 hari seminggu. Banyak pusat ICU memiliki staf dengan pengalaman yang tinggi yaitu memiliki lebih dari 15 tahun pengalaman dalam merawat pasien kritis.. Syarat syarat perawat yang dapat menjadi tim ICU adalah minimal memiliki 5 tahun pengalaman dalam perawatan kritis pasien dewasa ( pengalaman disini tidak hanya mencakup perawatan kritis tetapi dapat juga pengalaman dalam perawatan trauma, neurogy/neurosurgical, medical surgical, kardiologi, cardio surgery), memiliki sertifikat CCRN atau CCRN-E, memiliki sertifikat pelatihan basic life support atau cardiac life support, sarjana dibidang ilmu keperawatan sesuai spesialisasi yang dibutuhkan, memiliki keterampilan dalam kepemimpinan, dan kemampuan berkomunikasi massa untuk meningkatklan layanan kepada pengguna jasa.



2.5 Peran Perawat ICU untuk Semua Perawat sebagai advokat pasien bertujuan untuk mengembangkan keamanan pada pasien penyakit kritis meliputi penurunan kerentanan fisiologi dan emosional. Hal ini dapat diakibatkan oleh patologi dan lingkungan. Sehubungan dengan penurunan, perawat melakukan intervensi untuk meningkatakan rasa aman pasien, hal ini diselesaikan dengan menggunakan keterampilan alat- alat, obatobatan dan interkasi. Negosiasi untuk pasien sering tidak tampak berbahaya. Bahaya lain meliputi pembicarakan kepentingan pasien, pasien sering kali sebagai suara minoritas dan dalam menghadapi tekanan dari administrasi dokter atau sesama perawat. Bertindak sebagai advokad pasien berarti mengalami kesenangan pasien yang sembuh juga, kesedihan, kemarahan pasien yang tidak mengalami kesembuhan (Hudak, 1997) 2.6 Kewenangan perawat Intensive Care Unite (ICU) Beberapa wewenang yang dapat perawat ICU lakukan diruangan berdasar Surat Keputusan dari RS Aisyiyyah Muntilan (2015) dan Komite keperawatan RS Dr. Wahidin Sudirahusada Makassar, akan diuraikan dibawah ini. 2.6.1 Tindakan atau kompetensi yang boleh dilakukan oleh perawat 1. Tindakan Mandiri Perawat Klinik I a. Membantu perawat klinik II melakukan pengkajian, analisa data, dan b. c. d. e. f. g. h.



menyusun rencana asuhan keperawatan Membantu PK II melakukan triase Badmaking atau mengganti linen Pencegahan resiko infeksi Menyiapkan alat instrumen dan peralatam intubasi Menyiapkan trolli emergensi Mengukur TB, BB, dan Lila Mengatur posisi tubuh (fowler, semi fowler, sym, trendelenburg,



dorsal recumben, atau litotomi) i. Melakukan rog roll j. Melakukan restrain fisik (non farmakologik) k. Mengukur vital sign l. Pencegahan pasien jatuh m. Memfasilitasi makan dan minum obat pasien n. Membantu pasien berpindah (ambulasi)



o. Pemberian O2 dengan nasal kanule, simple mask, Rebreathing p. q. r. s. t. u. v. w. x.



mask. Bantuan pernafasan dengan Bag valve mask Mengganti botol WSD Melakukan bebat mata Pemberian nutrisi enternal Melakukan BHD Memasang bidai pada tungkai Perawatan luka danggal Transfer pasien pada kondisi stabil level 0 dan 1 Perawatan dan pendampingan pasien menjelang ajal sampai



y. z. aa. ab. ac. ad.



meninggal Perawatan luka emergenci dan luka kronis Menghitung balance cairan Melatih pasien melakukan batuk efektif Melakukan huknah rendah/ tinggi Memfasilitasi pasien dalam eleminasi Memfasilitasi lingkungan yang mendukung keamanan, kenyaman,



dan istrirahat ae. Membantu personal hygine pasien af. Kompres hangat/ dingin ag. Melakukan massage ah. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnosa ai. Melakukan tindakan keperawatan pre dan post operasi aj. Monitoring hemodinamik non invasif ak. Memasang cateter al. Memasang buli-buli panas am.Mengajarkan manejemen nyeri ringan-sedang an. Memasang OPA ao. Suction orofaring ap. Memberikan cairan per parenteral aq. Melkukan sadapan EKG 12 lead ar. Mendokumentasikan TTV pasien pada form kurve harian as. Menyiapkan pasien pulang at. Melaporkan kondisi pasien pada PK II au. Mengkaji respon pasien terhadap terapi/pengobatan av. Mengkaji respon pasien terhadap asuhan keperawatan mandiri dan kolaborasi aw. Mengevaluasi asuhan keperawatan bersama PK II 2.6.2 Kolaborasi Perawat Klinik I a. Memasang infus pada dewasa tanpa penyulit b. Aff infus c. Menyiapkan pemasangan tube feeding d. Aff NGT



e. Memberikan obat oral, sublinguual, IM, IV, IC, SC, tets mata, tets hidung, suppositoria, topikal f. Melakukan nebulizer g. Melakukan irigasi mata h. Mengambil sampel laboratorium (darah rutin, GDS, urine, feses, atau sputum) i. Asistensi kectng luka j. Melakukan persiapan operasi kecil-sedang k. Memasang infus/ syringe punp 2.6.3 Tindakan Mandiri Perawat Klinik II a. Melakukan pengkajian pola fungsional, persistem tubuh dan pemeriksaan fisik b. Melakukan analisis data hasil pengkajian c. Menentukan masalah/diagnosa keperawatan pasien d. Menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada dan membuat perencanaan kebutuhan pelayanan keperawatan saat bertugas (sarana prasarana, SDM) e. Melakukan tindakan keperawatan mandiri PK I f. Menilai GCS g. Melakukan pemasangan dan perawatan IV kateter perifer, down h. i. j. k. l. m. n.



kateter dan NGT Perekaman dan meninterpretasikan EKG Fisioterpi dada Menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan intubasi Memantau Sa02 dalam darah Menyiapkan pasien dan alat untuk ekstubasi (pelepasan tube) Penghisapan sekresi pada pasien yang terpasang ETT atau OTT Melaporkan segala perubahan dan kondisi pasien kepada PK III atau



dokter o. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi p. Mengevaluasi pemahaman pasien terhadap asuhan keperawatan q. Merevisi rencana asuhan keperawatan r. Mengkaji respon pasien terhadap terapi/pengobatan 2.6.4 Tindakan Kolaborasi Perawat Klinik II a. Melakukan intervensi spesifik keperawatan secara kolaborasi PK I



b. Melakukan pemasangan EKG 3 lead dan perekaman EKG 12 lead c. Melakukan RJP d. Memberikan terapi oksigen (nasal kanula, simple mask, non rebreathing mask, rebreathing mask, CPAP mask, nasal CPAP) e. Memberikan terapi inhalasi pada pasien yang tidak menggunakan ventilator 2.6.5 Tindakan Mandiri Perawat Klinik III a. melakukan intervensi keperawatan mandiri PK I dan PK II b. c. d. e. f. g.



Tripel manuver (Head Lift, Chin Lift, dan Jaw Trust) Penilaian status neurologis Menyiapkan alat vena sectie Memandikan pasien yang terpasang ventilator Melakukan persiapan pemasangan tracheostomi tube Melakukan suction pada pasien yang terpasang



ETT



dan



Tracheostomi h. Perawatan balon trakeal tube i. Perawatan cateter vena sentral, arteri line, dan swnganz j. Mempersiapkan pemasangan monitoring invasive (tekanan vena k. l. m. n.



sentral, tekanan vena arteri sistemik, dan tekanan pulmonal) Melakukan konseling pada pasien dan keluarga Memberikan motivasi spiritual pada pasien dan keluarga melakukan pengelolaan terapi trombolitik melaporkan segala perubahan dan kondisi pasien pada PK IV atau



dokter o. mengevaluasi asuhan keperawatan bersama PK IV p. merevisi rencana asuhan keperawatan q. mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi r. mengevaluasi respon pasien terhadap terapi/pengobatan 2.6.6 Tindakan Kolaborasi Perawat Klinik III a. melakukan intervensi spesifikasi perawatan secara kolaboratif PK I dan PK II b. melakukan setting ventilasi mekanik pada mode IPPV, pressure control, assist control, SIMV, PS dan CPAP c. d. e. f.



Perawatan WSD Memberikan therapi Obat Narkotika Melakukan koordinasi dengan penunjang medis Melakukan koordinasi dengan penunjang non-medis



g. Memerikan training, bekersama dengan Diklat Keperawatan h. Memerikan training, bekersama dengan Diklat RS i. Pemberian Oksigen, T-Pice, dan Jacsonrees j. Pemasangan Breathing circulation, ventilator, dan SST k. Pencabutan sheet arteri dan vena l. Pemberian Adrenalin via ETT m. Pemberian obat premidikasi sedasi dan hipnotik n. Pemberian nutrisi pada pasien dengan Gastronomy Feeding Tube o. Persiapan pemasangan chest tube p. Melakukan pengukuran spirometri via ETT 2.6.7 Tindakan Mandiri Perawat Klinik IV a. Melakukan intervensi mandiri PK I, PK II, dan PK III b. Menerima konsultasi pengkajian lanjutan pada kondisi khusus dan kompleks c. Melakukan review data pengkajian lanjutan yang ada dan melengkapi data yang diperlukan d. Menerima konsultasi perumusan masalah/diagnosa keperawatan pasien pada kondisi khusus e. Menerima konsultasi dalam menentukan intervensi mandiri dan kolaboratif khusus f. Melakukan edukasi pada pasien dan keluarga dengan kondisi khusus dan kompleks g. Melakukan konseling pada pasien dan keluarga dengan kondisi khusus dan kompleks 2.6.8 Tindakan Kolaborasi Perawat Klinik IV a. Melakukan intervensi spesifikasi keperawatan secara kolaboratif PK I, PK II, dan PK III b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.



Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanis non invasive Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanis invasive Pengelolaan pasien dengan resusitasi otak Manejemen ventilasi mekanik meliputi modus dan penyapihan Pemberian obat induksi anestesi Melakukan pengelolaan atau perawatan kardioversi dan defibrilasi Melakukan intubasi Pemantauan kapografi Melakukan pemantauan pacu jantung TPM dan PPM Monitor hemodinamik invasif (CVP, Arteri line, Swanganz, AP)



2.6.9 Tindakan Mandiri Perawat Klinik V a. Menerima konsultasi pengkajian spesialistik b. Melakukan review data pengkajian lanjutan yang ada dan melengkapi data yang diperlukan c. Menerima konsultasi analisis data lanjutan spesialistik d. Menerima konsultasi perumusan masalah/diagnosa keperawatan spesialistik e. Menerima konsultasi analisis data lanjutan spesialistik f. Menerima konsultasi perumusan masalah/diagnosa keperawatan spesialistik g. Melakukan



setting



dan



operasional



alat-alat



contines



renal



replacement terapi h. Menerima konsultasi evaluasi asuhan keperawatan spesialistik i. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan spesialistik 2.6.10 Tindakan Kolaborasi Perawat Klinik V a. Melakukan intervensi spesifikasi keperawatan secara kolaboratif PK I, PK II, PK III, dan PK IV b. Melakukan skor analisis tim terhadap prognosis pasien c. Melakukan setting dan operasional alat plasma paresis (RS Aisyiyyah Muntilan, 2015) (Komite keperawatan RS Dr. Wahidin Sudirahusada Makassar) 2.6.11 Tindakan atau kompetensi yang tidak boleh dilakukan oleh perawat a. Melakukan tindakan kolaborasi secara mandiri b. Membahayakan pasien c. Membuat pasien dan keluarga cemas



2.7 Masalah Keperawatan yang sering terjadi di Intensive Care Unite (ICU) 2.7.1 Prioritas 1: penyakit atau masalah organ vital akut yang membutuhkan terapi intensif dan agresif. Seperti gagal nafas akut, gagal sirkulasi, gagal ginjal, atau gangguan syaraf. 2.7.2 Perioritas 2: kondisi yang membutuhkan pemantauan atau observasi secara eksklusif terhadap kondisi yang dapat mengancam terjadinya gangguan pada organ vital. Seperti, observasi pada pasien post



operasi trepanasi, post op open heart, atau post op laparatomy dengan komplikasi. 2.7.3 Prioritas 3: pasien dengan kondisi kritis dan tidak stabil, memiliki prognosis yang jelek. Seperti pasien kanker payudara stadium akhir 2.8 Proses Perawatan Di Ruang ICU ( Kolaborasi Antar Profesi Tenaga Kesehatan) Pasien di ruang Intensive Care Unit merupakan pasien dengan penyakit kritis. Kondisi tersebut membuat pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah fisiologis dan lingkungan. Pasien di ruang ICU mendapatkan pelayanan intensif. dengan bantuan alat yang berteknologi tinggi dan obat-obatan yang memadai. Perawat ICU di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa. Perawat di ruang ICU merupakan perawat terlatih dengan pengetahuan yang komplek. Perawat di ruang ICU memberikan pelayanan antara lain: 1. Diagnosis dan penatalaksanaan speseifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa pasien dan menimbulkan kematian dalam beberapa waktu 2. Pemantauan fungsi vital tubuh pasien setiap waktu 3. Memberi bantuan serta mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus memberikan penatalaksanaan yang di butuhkan 4. Memberikan batuan psikologis pada pasien yang sangat bergantung pada alat bantu dan orang lain. Pasien di ruang ICU mendapatkan perawatan dengan monitoring khusus karena keadaan kesehatannya yang bisa menurun setiap waktu. Pasien memerlukan bantuan alat untuk menunjang kehidupannya. Dalam proses perawatan di ruang ICU, terjalin kerja sama multidisipliner dalam masalah medis kompleks. Tenaga kesehatan termasuk perawat bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim dengan dipimpin dengan seorang intensivist sebagai ketua tim. Intensivist merupakan seorang dokter spesialis yang memenuhi standart tertentu.. Hubungan kolaborasi dalam dunia kesehatan melibatkan sejumlah pihak profesi kesehatan. Kolaborasi antara perawat dan dokter merupakan faktor penentu yang



sangat penting bagi kualitas proses perawatan (menurut Vazirani,2006 dalam Rahaminta,2012). Pada ruang Intensive Care Unit perawat dan dokter bekerja berdekatan satu sama lain dalam sebuh kinerja yang berkesinambungan secara terus menerus tanpa henti. Kolaborasi dan interaksi keduanya di ruang ICU lebih besar di bandingkan di luar area keperawatan kritis. Dalam pemberian perawatan, perawat dan dokter memiliki tanggung jawab bersama dalam pemberian pelayanan kepada pasien di ruang ICU. Selain dokter spesialis, perawat ICU berkolaborasi dengan ahli gizi dan farmasi. Farmasi menyediakan stok obat yang di perlukan untuk pasien di ICU. Ahli gizi menghitung nutrisi yang di butuhkan pasien sesuai dengan penyakit yang di derita. Sehingga dapat disimpulkan proses perawatan pasien di ruang ICU melibatkan perawat terlatih dan dokter spesialis. Dokter dan perawat bekerja secara tim dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan pelayanan intensif. Selain berkolaborasi dengan dokter spesialis perawat ICU juga berkolaborasi dengan Ahli gizi dan Farmasi.



2.9 Masalah yang bisa terjadi pada perawat ICU Perawat yang bekerja di Instalasi Care Unit sangat berisiko mengalami stress kerja. Stress kerja yang dialami berupa kelelahan fisik, emosional dan mental di lingkungan kerjanya. Perawat ICU berbeda dengan perawat lainnya karena perawat ICU harus memiliki pengetahuan yang lebih kompleks serta di tuntut untuk cepat dan tanggap. Perawat ICU bertanggung jawab mempertahankan homeostastis pasien yang berjuang melewati kondisi kritisnya. Perawat ICU rentan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) di bandingkan dengan perawat umum (mealer,2007 dalam Kristanto 2009). Perawat yang mengalami stress di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu konflik



interpersonal, politik interdisiplin pada tingkat manajer keperawatan dan dokter, kurangnya dukungan dari administrator dan manajer keperawatan serta isu etika yang berhubungan dengan pasien-pasien menjelang kematian. Perawat ICU berisiko mengalami burnout. Burnout



merupakan



istilah



psikologi



yang



digunakan



untuk



menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang. Burnout atau kejenuhan adalah hilangnya motivasi untuk keterlibatan yang kreatif karena stress di ICU atau NICU (Pamela, 1998). Perawat yang mengalami burnout akan menunjukkan tanda berupa perasaan kelelahan yang kronis dan keletihan setelah tidur dan istiraht yang adekut. Perawat akan mengalami perubahan emosional akibat kejenuhan dengan gejala depresi. Permusuhan dan negativism yang di tunjukkan kepada kerabat kerja atau pasien serta keluarga nya oleh perawat. Kejenuhan mempengaruhi tingkah laku berupa penurunan tanggung jawab dan kemunduran untuk mengambil waktu libur. Penyebab burnout pada perawat antara lain (Pamela, 1998): 1. Ancaman tetap terhadap ancaman kematian dengan akibat perasaan bersalah. 2. Dilemma etika tentang isu kehidupan kematian. 3. Tuntutan terhadap keluarga pendukung dari pasien ICU 4. Teknologi baru dan perubahan teknologi yang harus di pelajari 5. Kekuarangan tenaga yang menimbulkan keletihan dan frustasi. Sehingga dapat disimpulkan perawat ICU harus memiliki pengetahuan yang komplek serta memiliki kecakapan serta pengalaman yang memadai. Perawat ICU berisiko mengalami stress kerja akibat faktor interpersonal perawat sendiri, maupaun dari external misalnya dari pasien atau keluarga pasien. Perawat ICU yang mengalami stress kerja akan menimbulkan efek negative untuk pekerjaannya. Perawat ICU akan berisiko mengalami burnout atau kejenuhan. Hal ini akibat kondisi pasien ICU yang tidak mengalami perkembangan dan perubahan kondisi pasien.



DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Kusman. 2012. Aplikasi Keperawatan Holistik Di Area Keperawatan Kritis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Hudak & Gallo. 2010. Keperawatan Kritis: Pendekatan holistik,edisi 8. Jakarta: EGC Kebijakan bagian ICU (2011) http://akreditasi.web.id/2012/?p=1687 Hudak, & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: pendekatan holistik volume 1. Jakarta: EGC



Hudak, Corolyn M, dkk.(1997).Keperawatan Kritis: pendekatan holistik. Jakarta:EGC Brink,Pamela J.1998.Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan dari pernyataan sampai proposal.Jakarta:EGC



Kristanto,Andreas.dkk.2009.Faktor-Faktor Penyebab Stress Kerja Pada Perawat ICU Rumah Sakit Tipe C di Kota Semarang.Universitas Diponegoro. [Serial Online] http://eprints.undip.ac.id/10782/1/(jurnal)-andreas_agung_k.pdf di akses pada 14 Februari 2016. Rahaminta, Brita & Sulisno, Madya.2012.Pengalaman Perawat Berkolaborasi dengan Dokter di Ruang ICU.Universitas Diponegoro.[Serial Online] http://download.portalgaruda.org/article.php?article=74184&val=4707 di akses pada 14 Februari 2016 Hanafie, Achsanuddin.2007. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara.[Serial Online] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/745/1/08E00127.pdf diakses pada 14 FEbruari 2016 Kemenkes RI.2011.Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan HCU dan ICU di Rumah Sakit .Jakarta:Kementrian Kesehatan RI RS Aisyiyyah Muntilan. 2015. White Paper Keperawatan Intensive Care Unit. [Serial



On



Line].



https://www.scribd.com/document_downloads/direct/315015618? extension=docx&ft. [13 Februari 2016]. Komite keperawatan RS Dr. Wahidin Sudirahusada Makassar. (Tanpa Tahun). Wewenang



perawat



klinik.



[serial



on



line].



http://download.dokumen.tips/getdownload/document/? id=rgVAecTH9leyEeXIEoQLjO5SPvjUTzfUpqBswC0JtZwSDa6M3q9c0 PRqNY1i9NPOlO%2BWeBvNkNofTxorHrrC9w%3D%3D. [13 Februari 2016]. Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung. PT Alumni