Intervensi Dini Dan Intervensi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RANGKUMAN MATERI I INTERVENSI DINI DAN INTERVENSI PENDIDIKAN Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak dengan karakteristik unik dan memiliki permasalahan yang berbeda beda baik dalam diri maupun sosialnya. Bagi orangtua yang memiliki anak dengan hambatan khusus tentu ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal layaknya anak sebayanya. Dalam upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus, perlu adanya intervensi khusus yang diberikan berdasarkan kebutuhan anak. Semakin dini intervensi diberikan, maka akan semakin banyak hambatan yang tertangani dan atau kelebihan yang terbimbing. Terdapat beberapa permasalahan dalam intervensi dini, yaitu hambatan belajar, hambatan perkembangan, dan peranan lingkungan. 1. Hambatan Belajar (Learning Barrier) Hambatan belajar merupakan suatu kegagalan dalam memproses informasi atau mencapai prestasi sebagai akibat faktor internal, eksternal, ataupun keduanya. Hambatan belajar ini dapat terjadi karena adanya kesenjangan prestasi dan potensi atau dapat disebut juga under achiever, gangguan pada memori jangka pendek dan panjang, closure dan feedback, kegagalan pemahaman, kegagalan akademik, dan ekspresi.hambatan belajar dapat dipengaruhi factor adanya hambatan khusus yang dimiliki anak, diantaranya hambatan pengelihatan, hambatan pendengaran, retradasi mental, hambatan emosional, dan hambatan sosial. 2. Hambatan Perkembangan Anak berkebutuhan khusus berpotensi memiliki hambatan perkembangan, baik fisik, psikologis,



sosial,



atau



kepribadian.



Hambatan



perkembangan



terjadi



apabila



keseluruhan/ sebagian interaksi individu dengan lingkungan tidak berlangsung secara positif dan fungsional. Tidak fungsional artinya, lingkungan tidak mampu menyediakan layanan intervensi bagi pribadi anak secara bermakna. Sehingga anak tidak dapat mengoptimalkan fungsi psikologis, social, konsep dirinya secara optimal.



3. Peranan Lingkungan Lingkungan sekitar anak berkebutuhan khsuus memiliki peran utama dalam memberikan layanan intervensi dini, terutama lingkungan yang paling dekat dengan anak yaitu keluarga. Keluarga sebgai lingkungan yang paling dekat dengan anak berpengaruh besar dalam memberi dukungan pada anak dan memberikan program intervensi lanjutan. Sehingga program intervensi dapat diberikan secara maksimal baik dirumah maupun di tempat terapi dan atau sekolah. Lingkungan yang harus dibentuk dalam memberikan intervensi pada anak yaitu: a. Kesempatan, Kesempatan merupakan situasi yang diciptakan secara sengaja untuk memberikan keluasan sehingga anak dapat mencoba dan mengeksplor hal baru, serta belajar mengembangkan tingkah laku kearah yang lebih baik. Sehingga dalam memberi kesempatan, bimbingan diperlukan untuk mengarahkan pada hal yang baik dan memberi pelajaran pada hal yang buruk b. Dukungan, Anggota keluarga memiliki peran paling utama dalam mendukung segala kebutuhan anak untuk mengoptimalkan kemampuannya dan meminimalisir hambatan hambatan yang dimiliki anak. c. Reward/ penghargaan, Memberikan penghargaan atas hal baik yang dilakukan anak. Pemberian penghargaan dapat memotivasi anak untuk terus melakukan hal baik dan mengjarkan anak untuk tidak melakukan hal yang kurang baik. 4. Sasaran Intervensi Dini Sasaran intervensi dini adalah anak berkebutuhan khusus yang berusia kurang dari 5 tahun dengan yang memiliki resiko sebagai berikut: a. Anak dengan faktor resiko tinggi, yaitu anak yang lahir premature, malnutrisi atau kurang gizi, dan penderita penyakit kronis) b. Anak dengan hambatan perkembangan, baik mental, fisik, maupun underachiever/ hambatan intelegensi c. Anak dengan kelainan pasti (Anak Berkebutuhan Khusus)



5. Tujuan dan Manfaat Tujuan dilakukannya intervensi adalah, membantu anak tumbuh & berkembang secara optimal sesuai kapabilitasnya, membantu orang tua mengembangkan anaknya, dan mengatasi masalah pikologi sosial yang muncul. Baker & Feinfield menyatakan manfaat intervensi dini yaitu pemberian layanan khsuus agar anak mampu mengembangkan kognitif, emosional, prilaku, komunikasi, dan sosial. Bagi orangtua diharapkan dapat meningkatkan pengajaran dalam pengasuhan dan perawatan kesehatan anak. Sedangkan manfaat intervensi yaitu agar orangtua dapat meningkatkan sikap, baik pada diri maupun pada anak, meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mendidik anak. Dan diharapkan adanya peningkatan pada perkembangan anak, mecegah gangguan yang



berkemungkinan



timbul,



meminimalisir



hambatan



yang



dimiliki,



serta



meningkatkan kemandirian dan konsep diri. Dalam fungsi pencegahan, intervensi memiliki manfaat; mampu menjadi media untuk mencegah problem perkembangan tidak meluas, mendalam, dan berdampak negatif pada aspek lainnya. Bagi anak berkebutuhan khsus temporer, diharap agar hambatan khsusu tersebut tidak berkelanjutan/ permanen. Hambatan yang berkelanjutan akan merugikan berbagai aspek perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan anak selanjutnya. 6. Komponen dalam Intervensi Dini Backer dan Feinfield (2003), berpendapat terdapat beberapa komponen yang harus terpenuhi dalam melaksanakan intervensi dini, yaitu: a.



multidisipliner



b.



Fokus terhadap kebutuhan anak dan keluarga



c.



Individu



d.



Mengikuti sistem layanan



e.



Berbasis pada riset dan desain control



Sedangkan Fallen dan Umamsky (1985), memiliki pendapat beberapa komponen yang sedikit berbeda, yaitu: a.



intervensi



b.



Keterlibatan orang tua



c.



Riset



d.



Interaksi asesmen



e.



Layanan multidisiplin



f.



Latihan profesional



g.



Pengembangan staf



Prosedur pelaksanaan intervensi dini ini, didahului dengan adanya deteksi dini pada gangguan anak, sehingga program intervensi dapat disusun lebih cepat dan pelaksanaan intervensi



dilakukan



sedini



mungkin,



sehingga



penanganan



pengoptimalan perkembangan anak lebih cepat dan mudah.



hambatan



dan



RANGKUMAN MATERI II INTERVENSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN HAMBATAN MOTORIC & KOGNITIF



A. PERKEMBANGAN MOTORIC Perkembangan motoric umumnya dapat diberikan menjadidua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motoric halus. -motorik kasar : kemampuan gerak tubuh yagn menggunakan otot-otot besar. -motorik halus : gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian tubuh tertentu. Prinsip perkembangan Terdapat beberapa prinsip perkembangan motoric menurut fallen dan umasky (1985) prinsip tersebut meliputi. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Berkesinambungan ( contuniunity) Terarah ( direction ) Berurutan (sequence) Kecepatan yang bervariasi (rate variation) Umum ke spesifik ( general to specific ) Kesiapan ( readness )



Tahapan perkembangan Tahapan perkembangan menurut Peaget (Roopnaire dan Johnson, 1993), perkembangan anak berlangsung melalui suatu urutan yang bersifat universl dan masingmasing tahapan perkembangan ditandai oleh karakteristik tertentu dalam cara berfikir dan berbuat Hambatan perkembangan motoric Proses perkembangan seorang anak tidak berarti bertambah besar atau bertambah usia saja akan tetapi juga bertambah berat, pandai, dan terampil. Anak dengan kondisi yang demikian akan menjadi terampil dalam segala hal. 1. Hambatan perkembangan motoric anak tunanetra Secara fisik anak mampu mencapai kematangan sama dengan anak regular, namun dikarenakan fungsi psikisnya seperti pemahaman terhadap realita lingkungan, kemungkinan adanya bahaya, dan cara-cara menghadapi keterampilan serba terbatas. 2. Hambatan perkembangan motoric anak tunarungu Perkembangan fisik atau motoric anak tunarungu tidak jauh berbeda dengan anak regular ada umumnya. Bahkan tidak jarang anak tunarungu baru dapat dikenali ketika berbicara dengan lawan bicara atau berkomunikasi. 3. Hambatan perkembangan motoric pada anak tunalaras



Pada umumnya tunalaras jarang ditemukan yang mengalami kelambatan perkembangan motoric, tetapi bukan berarti tanpa masalah, terutama pada anakanak yang terganggu emosinya. Emosi dan aspek-aspek. 4. Hambatan perkembangan motoric pada anak berkesulitan belajar Menurut hammily dan myers (1976). Terdapat 4 gangguan motoric yang selalu ditekankan dalam hubungannya dengan anak berkesulitan belajar yaitu hiperaktivitas, hipoaktivitas, inkordinasi dan persevarsi. 5. Hambatan perkembangan motoric anak autis Hambatan perkembangan motoric anak autis yang sering ditemukan adalah munculnya perilaku stereotip ( seperti bertepuk tangan dan menggoyang- goyangkan tubuh, impulsivitas, dan hiperaktif atau sebaliknya hipoaktif. Asesmen Asesmen perkembangan motoric dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data atau informasi tentang kemampuan dan ketidakmampuan serta kebutuhan khusus anak secara individual yang mengalami hambatan atau gangguan perkembangan motoric, baik motorik kasar maupun halus guna merancang program bantuan yang dianggap relevan dan tepat. Aspek yang diamati motoric kasar Gerakan kepala 1. 2. 3. 4.



Menegakkan kepala Merunduk Tengadah Menoleh kekiri dan kekanan



Gerakan anggota gerakan atas 1. 2. 3. 4.



Mengangkat lengan keatas, kesamping, kedepan, dan berputar Menekuk dan meluruskan sendi siku Memegang benda benda yang besar Memegang benda-benda yang kecil



Gerakan perut 1. Dari telentang keduduk sendiri 2. Terlentang mengangkat kedua kaki keatas Gerakan punggung dan pinggang 1. Menegakkan badan 2. Membungkuk 3. Memutar pinggang kekanan dan kekiri Gerakan anggota gerak bawah



1. Mengangkat paha kedepan dan kebelakang serta kesamping 2. Menekuk dan meluruskan sendi lutut 3. Menggerakkan pergelangan kaki ke atas, kebawah, kesamping serta berputar Khusus dalam kaitan dengan perkembangan motoric halus adanya keterlambatan harus dipikirkan bila ditemukan hal-hal berikut : 1. 2. 3. 4.



Tidak mau memegang benda yang diletakkan ditangannya pada usia 4 bulan Jari masih mengepal erat sampai usia 4-5 bulan Belum dapat menjangkau mainan sampai usia 7-8 bulan Tidak dapa melakukan gerak menjumput benda kecil denganujung jari sampai 1 tahun 5. Belum dapat melempar bola lurus sasaran, sampai usia 4 bulan 6. Tidak dapat melepaskan benda kecil kedalam gelas pada usia 18 bulan 7. Belum dapat memakai baju sendiri pada usia 43 bulan Program Intervensi 1. Prinsip Tujuan utama intervensi pada anak dengan gangguan motoric adalah agar anak dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk belajar keterampilan yang lain serta hidup mandiri. Fallen dan Umansky mengajukan beberapa prinsip berikut : -Periode kesiapan anak -lingkungan belajar harus menyenangkan -kebutuhan anak untuk mengesplor keterampilan motoric pada fase awal belajar -praktek merupakan hal penting, tapi buan berarti menjamin keberhasilan 2. teknik Untuk membantu anak dengan hambatan perkembangan motoric, teknik intervensi tau terapi yang biasa digunakan adalah terapi fisik dan terapi okupasi 3. intervensi hambatan perkembangan motoric kasar program intervensi melalui terapi fisik untuk anakanak dengan gangguan perkembangan fisik, terutama bagi anak CP dilakukan melalui latihan-latihan secara bertahap : - mengontrol kepala dan tubuh - control kepala dan tubuh ( berguling ) - duduk ( didil bertopang tangan ) - duduk ( persiapan duduk sendiri ) - duduk ( duduk tegak dari posisi bersaing ) - berkeliling ( bergerak dengan tangan dan lutut ) - duduk ( duduk sendiri ) - berkeliling ( beranjak untuk berdiri ) 4. Intervensi hambatan perkembangan motoric halus



Keterampilan motoric halus terkait erat dengan fungsi dan keterampilan tangan yang baik meliputi kemampuan untuk menggunakan tangan secara bersamaan dan mengontrol jarijari tangan baik kehalusan, kelanturan atau keluesan gerak maupun tekanannnya. B. PERKEMBANGAN KOGNITIF Perkembangan kognitif adalah perkembangan anak dalam proses pembentukan konsep dan pengertian. Menurut Suppes menjelaskan bahwa kognisi merupakan bidang yang luas yang meliputi semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi. Hambatan perkembangan kognitif 1. Pada anak tunanetra Indra penglihatan ialah salah satu indra paling penting dalam menerima informasi yang dating dari luar dirinya. Perkembangan kognitif anak ini akan tampak betapa besarnya peranan dan fungsi indra penglihatan sebagai modalitas dalam melaukan pengamatan 2. Pada anak tunarungu Perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sebab bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama untuk berkomunikasi. Untuk menyampaian ide, gagasa, pendapat, konsep, atau perasannya, sera memahami makna yang terjadi di lingkungannya. 3. Pada anak tunagrahita Secara umum perkembangan kognitif yang terjadi pada anak tunagrahita hakekatnya sama seperti yang terjadi pada anak normal. Namun untuk tahapan berfikir yang sifatnya abstrak menjadi wilayah yang sulit dicapai. 4. Pada anak tunadaksa Keadaan tunadaksa menyebabkan gangguan hambatan dalam keterampilan motoric, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan motoric yang lebih kompleks pada tahap berikutnya. 5. Pada anak tunalaras Anak tunalaras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya. Karena itu hambatan perkembangan kognitif anak lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor kematangan emosi dan sosialnya. 6. Pada anak autis Hamatan perkembangan kognitif pada anak autis juga ditunjukkan dengan adanya pemilikan cara berfikir yang berbeda dibandingkan dengan anak pada umumnya, tidak dapat mengikuti jalan fikiran sosial, serta dalam pengendalian diri atau terhadap aktifitas motoriknya. 7. Anak berkesulitan belajar Secara kognitif terdapat perbedaan nyata antara anak berkesulitan belajar dengan anak normal pada umumnya, perbedaan tersebut terletak pada penguasaan perbendaharaan kata, kecepatan mereaksi, dan fleksibilitas berfikir. Asesmen 1. perkembangan kognitif dasar



2.



3.



4.



5.



Perkembangan kognitif sebenarnya belum sepenuhnya baik, akan tetapi dalam batas yang sederhana sudah mampu memahami a. Klasifikasi b. Seriasi c. Korespondensi d. Konservasi kemampuan berbahasa Fungsi berbahasa merupakan proses paling komplek diantara seluruh fase perkembangan . fungsi berbahasa merupakan indikatr paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan kognitif. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan eksresif. kemampuan perhatian Yaitu kemampuan anak dalam memusatkan energy terhadap suatu objek dalam rentang waktu yang lama tanpa mudah teralihkan kemampuan persepsi Yaitu kemampuan terhadap daya mengenal benda,kualitas,atau perbedaan dua hal/lebih yang hadir dalam sifatnya yang kongkret jasmaniah melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indera mendapat rangsangan kemampuan ingatan Termasuk kemampuan ingatan adalah kemampuan untuk mengenal kembali (retrocognition : objek hadir ), serta kemampuan ingatan jangka pendek ( short term memory ).



Program intervensi Penanganan secara terpadu merupakan suatu yang sangat membantu dalam mengatasi berbagai perosalan yang dialami oleh anak dengan hambatan perkembangan kognitif. Dalam program intervensi dini mengharuskan kemampuan guru atau therapis untuk melakukan upaya-upaya yang membantu meminimalisir, mereduksi kendala-kendala tersebut 1. Prinsip Lebih lanjut dikemukakan tentang beberapa prinsip dalam memfasilitasi perkembangan kognitif anak, meliputi : a. Focus kepada proses b. Keterampilan guru 2. Lingkup intervensi dan bentuk latihan a. Pengembangan kemampuan kognitif dasar b. Pengembangan persepsi c. Pengembangan perhatian dan konsentrasi d. Pengembangan bahasa e. Pengembangan ingatan 3. Pengembangan program



Dalam pengembangan program intervensi pada anak degnan hambatan perkembangan kognitif melalui kegiatan pembelajaran paling tidak terdapat 5 hal penting yang harus diperhatikan yaitu: a. Terstruktur b. Terpola c. Terprogram d. Konsisten e. Berkesinambungan 4. Metode dan teknik Terdapat beberapa metode yang dianggap cocok dalam intervensi pada anak dengan hambatan perkembangan kognitif, salah satu yang palin gmudah adalah salah satu dari pemikiran Piaget tentang pembentukan kognitif dasar yang implementasinya melalui latihan-latihan klasifikasi, seriasi, korespondensi, maupun konservasi. Disamping itu ada beberapa metode lain yang digunakan antara lain : a. Metode TEACCH ( Treatment and Edcation of Autistic and Related communication Handicapped Children and Adult) b. Metode Multisensory atau VAKT c. Metode Sensori Integrasi Therapi d. Tekhnik pengalaman langsung



RANGKUMAN MATERI III KOMUNIKASI, SOSIAL, & EMOSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. ANAK TUNANETRA 1. Komunikasi Santin & Simmons (dalam Kofi Marfo, 1988) menyatakan “ Bahasa anak tunanetra pada awalnya bukan mencerminkan perkembangan pengetahuannya tentang dunia tetapi lebih merupakan pengetahuannya tentang bahasa lain”. 2. Sosial Hambatan social pada anak tunanetra antara lain: 



Kurang Motivasi dalam melakukan sesuatu







Adanya rasa tidak percaya diri dan minder







Ketakutan dalam menghadapi lingkungan sosial yang luas atau baru.



3. Emosi Anak tunanetra memiliki luapan emosi berlebihan, utamanya jika sebelumnya anak mampu melihat kemudian menjadi blind (buta total) Hambatan visual pada anak tunanetra menghasilkan Informasi yang diterima sangat terbatas pada indera peraba, pendengaran dan penciuman. Informasi yang terbatas ini kerap kali menimbulkan ketidakstabilan emosi pada anak. B. ANAK TUNARUNGU 1. Komunikasi Komunikasi anak tunarungu dapat terjadi dengan berbagai bentuk Bahasa, seperti 



Bahasa verbal Anak tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran atau telah memakai impla sejak dini serta terapi wicara sejak dini, umumnya memili Bahasa verbal



yang cukup baik sehingga tidak membutuhkan banyak Bahasa isyarat atau Bahasa tubuh yang lain. 



Bahasa isyarat Bahasa isyarat paling umum digunakan oleh anak tunarungu dengan menggerakkan tangannya membentuk symbol symbol untuk mewakili kata atau kalimat tertentu







Bahasa tubuh Selain Bahasa isyarat, Bahasa tubuh dilakukan oleh anak tunanetra untuk emnyampaikan ekspresi atau kegiatan tertentu.



2. Sosial Anak tunarungu memiliki hambatan social diantaranya; 



Hambatan dalam Adaptasi







Memiliki kecemasan berlebih







Memiliki kebingungan & ketakutan pada lingkungan sekitar



3. Emosi 



Sensitif







Menutup diri







Bimbang & ragu







Resah & gelisah







Agresif



C. ANAK TUNAGRAHITA 1. Komunikasi 



Hambatan daya ingat







Hambatan bahasa







Hambatan berbicara



2. Sosial 



Lebih suka menyendiri







Bergaul dengan anak yg lebih muda







Mudah terpengaruh







Kemampuan kepemimpinan rendah



3. Emosi 



kurangnya respon terhadap lingkungan







Rendahnya penghayatan terhadapan perasaan



D. ANAK TUNADAKSA 1. Komunikasi Hambatan motoric dan koordinasi gerak pada anak tunadaksa mengakibatkan anak memiliki hambatan dalam bahasanya, utamanya dalam Artikulasi dan



Sistem



repirasi 2. Sosial  Menarik diri dan lebih suka menyendiri  Minder  berinteraksi dengan orang yg dikenal 3. Emosi 



Pemalu







Merasa tidak percaya diri dan Minder



E. ANAK TUNALARAS 1. Komunikasi 



Nada bicara tinggi







Kalimat cenderung singkat







Kecenderungan tata bahasa kasar



2. Sosial 



The Semi-socialize child; sosial terbatas pada lingkungan tertentu







Children arrested at a primitive level of socialization; Mendapatkan pembelajaran sosial & Pendidikan







Children with minimum socialization capacity; mengenal hubungan kasih sayang, Apatis & egois



3. Emosi 



Mudah sakit hati







Mudah cemas







Lebih cepat marah dan emosi berlebih







Agresif



F. ANAK BERKESULITAN BELAJAR 1. Komunikasi 



Pemilihan kata kurang baik







Pemahaman struktur kalimat yg kompleks







Kurang dalam merespon pertanyaan dengan tepat



2. Sosial 



Senang menyendiri







Menghindari interaksi sosial dengan teman sebaya







Gembira bila berteman dengan anak yang lebih kecil



3. Emosi 



Mudah putus asa bila tidak bisa mengerjakan tugas akademik







Daya konsentrasi rendah (kurang lebih 20 menitan)







Mudah lupa, terutama berkaitan dengan tugas akademik







Fokus perhatian mudah hilang



G. ANAK AUTIS 1. Komunikasi 



Terlambatnya kemampuan berbicara







Minim menerima & memahami bahasa







Kesulitan mengungkapkan keinginan







kualitas suara aneh







Terjadi pengulangan ujaran



2. Sosial 



Kurang tertarik dengan interaksi sosial







Menghindar bermain dengan teman sebaya







Berbicara membeo, sehingga menyulitkan orang lain memahami







Sangat tertarik dengan dunianya sendiri



3. Emosi 



Emosi tidak stabil







Melakukan penyerangan saat diganggu







Tidak dapat merasakan emosi orang lain







Eksoresi muka datar



RANGKUMAN MATER IV INTERVENSI DINI ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN PERILAKU ADAPTIF, DAN PROFEISIONALISASI INTERVENSI DINI PADA ABK



Perilaku adaptif merupakan kemampuan anak dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntunan yang berlaku dalam masyarakat atau lingkungan sosialnya. Dalam memahami perilaku adaptif umumnya disepakati bahwa : 1). Perilau adaptif berfokus pada perilaku sehari-hari 2). Tuntunan dari lingknugan yang bersifat konkret 3). Dalam melakukan asesmen, perilaku adaptif tertuju ada perilaku umum yang dilakukan dalam keseharian. Faktor yang mempengaruhi perkembangan adaptif 1. Internal diri 2. Keluarga 3. Lingkungan Hambatan perkembangan perilaku adaptif Schaloss (1984): 1. Bentuk hambatan perilaku adaptif hambatan perilaku adaptif berkaitan dengan sifat agresif,perilaku suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka menyendiri, perilaku yang depresif, kecemasan, ketakutan dan sikap yang suka bermusuhan. 2. Dampak a. Terhambatnya perkembangan perilaku adaptif, akan menghadapkan individu pada persoalan dan menjalankan perannya sebagai individu dalam keluarga, sekolah dan sebagai anggota masyarakat. b. Anak menjadi kurang mampu bekerjasama, tedensi untuk perilaku menyimpang dari normal sosial, dan kesulitan mengatasi situasi situasi sosial



Asesmen perilaku adaptif Asesmen perilaku adaptif dapat dilakukan melalui 1. 2. 3. 4.



Perilaku ( unjuk kerja ) Pengamatan,dilakukan dengan gambar atau benda asli. Lisan, dilakukan dengan bertanya, bercerita, atau menceritakan kembali. Pemahaman



Pengukuran perilaku adaptif 1. 2. 3. 4.



The adaptive behavior inventory for children The children adaptive behavior scale VABS ( Vineland adaptive behavior scale ) The scale of independent behavior



Program intervensi Fokus permasalahan a. Ketika anak berkebutuhan khusus dinyatakan memerlukan program intervensi terhadap perilaku adaptifnya, hal ini berarti bahwa : 1. Anak menunjukkan ketidakmampuan untuk menangkap dan memahami situasi sosial sehingga memerlukan keterampilan beradaptasi dengan lingkungan. 2. Anak mengalami salah suai, sehingga memerlukan motivasi khusus. Ketidakmampuan anak dalam kegiatan sosial, meningkatnya resiko ke arah berperilaku menyakiti diri sendiri, dan kurangnya kemampuan untuk mencapai kesuksesan. b. Fokus utama intevensi perilaku adaptif Untuk itu dalam menangani anak dengan hambatan perilaku adaptif diperlukan 3 sasaran yang perlu dikembangkan yaitu : 1. Penurunan terhadap perilaku yang menjengkelkan 2. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku emosional yang meledak dan 3. Pengembangan kemampuan interaksi sosial. Ada berbagai bentuk intervensi yang kegiatannya langsung Prinsip program intervensi 1. Program, jenis dan isi intervensi yang harus dirumuskan secara jelas berdasarkan kondisi objektif perkembangan anak 2. Diarahkan kepada terjadinya perubahan langsung pada perilaku anak, baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif. 3. Dilakukan dengan mengikuti pola dasar mental anak 4. Dilakukan secara bertahap dan berjenjang dengan memperhatikan tahap perkembangan dan kapabilitas secara utuh Pedoman program intervensi perilaku adaptif



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Model interaksi orang tua dengan anak Model orang tua sebagai guru Model homestart Model program sesame start Program the yosilanti carniage infant education The home instruction programme for preschool youngster



Aktivitas yang membantu mengembangkan perilaku adaptive 1. Bermain peran atau boneka bersama anak yang melibatkan dialog interaktif. Pura- pura menelepon, atau bermain pasar-pasaran dan melakukan transaksi jual beli, juga bisa menstimulasi anak untuk berbicara dan berkomunikasi dengan baik. 2. Memainkan permainan yang memerlukan banyak kontak mata Kemampuan menjaga kontak mata menunjukkan bahwa anda memperhatikan dan mendengar. Anda bisa memainkan “ mata di jidat “. 3. Dukunglah pertemanan anak. Ajak anak bermain olahraga kelompok. Riset membuktikan bahwa kemampuan sosial penting, seperti kepemimpinan dan empati, dapat dipelajari lewat olahraga kelompok 4. Latihan kehidupan praktis, memberikan latihan bina diri yang sesuai dengan tugas perkembangan Professionalisasi dalam intervensi dini anak berkebutuhan khusus 1. Etika dasar 2. Profesion aliasi 3. Implikasi Etika dasar a. Etika dasar yang dimaksud adalah kumpulan nilai yang dijadikan pedoman moral sekaligus pembimbing perilaku bagi masing-masing anggota tim mutidiscipliner dalam pelaksanaan intervensi anak berkebutuhan khusus. b. Etika dasar tersebut meliputi 1. Kesejawatan 2. Toleransi 3. Kooperasi 4. Akuntabilitas 5. Kemitraan sejajar 6. Semangat pengabdian 7. Transparansi Professionalisasi a. Professionalisasi adalah upaya atau proses menuju professionalism suatu profesi dalam pelaksanaan tugas pokok. b. Profesi pendidik anak berkebutuhan khusus khusus sebagai tenaga intervensi dini dibidang pendidikan terus berkembangan pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran



dan kebutuhan masyarakat terhadap penanganan dini anak berkebutuhan khusus. Pendidik anak berkebutuhan khusus dipandang sebagai kunci konsultan yang membantu perencanaan, implementasi, dan evaluasi intervensi di seluruh rangkaian pendidikan ( cummings et al, 2008) Upaya yang seyogyanya dilakukan dalam rangka memantapkan profesionalisme : 1. 2. 3. 4. 5.



Memahami tuntutan standar profesi yang ada Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan Membangun hubungan kesejawatan dan kemitraan Mengembangkan budaya kerja yang mengutamakan kualitas Mengembangkan kreativitas



Implikasi Pentingnya professionalisasi dalam lapangan intervensi dini telah berimplikasi luas kepada berbagai dimensi. Khusus kaitan dengan professionalisasi tenaga pendidik anak berkebutuhan khusus sebagai tenaga intervensi dini terhadap 3 implikasi 1. Dimensi kelembagaan 2. Dimensi kompetensi 3. Dimensi organisasi profesi Dimensi kelembagaan : Jurusan PLB di LPTK sebagai penyiapan tenaga kependidikan ABK untuk meningkatkan kepekaan akademik dengan : 1. Melakukan perubahan kurikulum secara mendasar dengan memberikan porsi yang lebih kepada kajian yang terkait dengan assesmen dan intervensi dini. 2. Mengembangkan sayap dengan membuka program perluasan dan pendalaman intervensi dini. 3. Mengembangkan dan memantapkan eksistensi labolatorium atau klinik sebagai sarana praktikum mahasiswa. 4. Melakukan pengembangan kerja sama dengan lembaga intervensi dini yang berkembang luas di masyarakat. Dimensi kompetensi Professionalism tenaga intervensi dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki tenaga intervensi dini dibidang pendidikan adalah kompetensi bidang subtansi yaitu bidang perkembangan anak, hambatan belajar, asesmen, perencanaan program pembelajaran, penguasaan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dan evaluasinya, bimbingan orang tua, serta hubungan masyarakat. Dimensi Organisasi Profesi Dalam rangka melaksanakan tugas pokok, peranan organisasi profesi meliputi :



1. Merumuskan kode etik profesi sebagai standar pelayanan profesi untuk dijadikan pedoman dan pembimbing tingkah laku para anggotanya. 2. Melakukan pengawasan terhadap anggotanya. 3. Melakukan pembinaan terhadap anggotanya dalam rangka peningkatan kualitas. 4. Melakukan akdreditasi dan sertifikasi. 5. Melakukan advokasi bagi anggota yang membutuhkan 6. Menerbitkan jurnal sebagai wahana pengembangan wawasan. 7. Melakukan kegiatan penelitian. 8. Menjembatani hubungan antara kepentingan profesi dengan pemerintah terkait.



RANGKUMAN MATERI V PERSPEKTIF HISTORI & PRAKTIK TERKINI SERTA PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI DINI



A. PERSPEKTIF HISTORI ‘Dalam perspektif sejarah ini disebut juga layanan komprehensif yang disebut intervensi dini, tujuannya adalah untuk menguraikan dan membahas pengembangan dan pelaksanaan pada awal sampai akhir penanganan intervensi dini’. Faktor sejarah yang mempengaruhi perkembangan dan peningkatan program intervensi dini ini menggarisbawahi sifat multifaset intervensi awal. Layanan tersebut lahir dari tradisi mendalami layanan berbasis masyarakat , keterlibatan orang tua yang aktif, aktif belajar berpusat pada anak, dan layanan yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran dan potensi perkembangan untuk anak-anak beresikokhusus atau kebutuhan B. PERSPEKTIF SAAT INI (Current Perspectives) 1. Mengembangkan dan menerapkan, komprehensif terkoordinasi, multidisiplin, program seluruh negara bagian antar layanan intervensi dini untuk bayi cacat, balita, dan keluarga mereka 2. Memfasilitasi koordinasi pembayaran jasa intervensi awal dari Federal, Negara, lokal, dan sumber-sumber swasta (termasuk asuransi publik dan swasta) 3. Meningkatkan kapasitasnya untuk memberikan kualitas awal intervensi dini dan memperluas dan meningkatkan layanan intervensi dini yang ada yang disediakan untuk bayi cacat, balita, dan keluarga mereka C. ALASAN UNTUK INTERVENSI DINI



1. Pentingnya interaksi lingkungan awal 2. Pencegahan sekunder cacat/efek 3. Kerbutuhan keluarga anak-anak yang cacat atau berisisko 4. Manfaat dari intervensi awal untuk masyarakat D. MANFAAT UNTUK KELUARGA Penawar, Bryant&Grey, 1975, Hanson&Schwarz, 1978, menyarakan Orang tua menjadi guru yang efektif atau agen perubahan bagi anak-anak mereka, banyak studi ditinjau sebelumnya telah menekankan memfasilitasi perilaku anak melalui model pelatihan orang tua. Baker&Heifetz, 1976, Baker, Heifetz, &Murphy, 1980, Upaya orang tua-pelatihan lain utama yang secara luas didokumentasikan efek positif dari pelatihan orang tua tersebut. Pendekatan kebutuhan dan kehidupan anak secara integral terkait dengan keluarga. E. MENGEMBANGKAN MODEL Merancang program serupa dengan membangun rumah. Berikut komponen model yang optimal: 1. Filosofi program a. Model medis Klaus & Fanaroff, 1979 Intervensi pertama pada bayi yang beresiko mengalami hambatan atau kelainan terjadi saat di rahim, di ruang bersalin atau pasca lahir dengan bantuan medis b. Model pengembangan anak Ackerman & Moore, 1976 Anak-anak akan belajar ketika sudah siap untuk belajar. c. Model motessori Marya Montessori, 1964, Anak-anak belajar secara spontan di lingkungan yang terorganisis dengan baik. Intervensionis berperan sebagai fasilitator dan pengamat d. Model kognitif Linder, 1983 menyatakan  Belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah



 Berfokus juga pada interaksi anak dengan lingkungan e. Model analisis perilaku terapan Pendekatan yang telah terorganisis dimana perilaku spesifik ditargetkan dan diajarkan menggunakan pemodelan, shaping, chaining, dan penguatan berturutturut f. Model pembelajaran perkembangan  Aspek pentingnya : (anak) bermain, berpikir, memecahkan masalah  Terdapat instruksi spesifik sesuai kebutuhan g. Model ekologi Disebut juga model fungsional, menggunakan teknik pembelajaran langsung 2. Pengembangan staf 3. Identifikasi Upaya (menemukenali) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional) dalam pertumbuhan dan perkembangannya dibanding anak-anak lain seusianya (anak-anak normal) 4. Asesmen anak & keluarga Asesmen : upaya untuk menentukan kelayakan untuk layanan terhadap anak. (mencari informasi untuk kepentingan dalam menangani anak untuk selanjutnya) 5. Kurikulum a. Keseluruhan tujuan dan sasaran keterampilan pada anak yang diajarkan. b. Berdasarkan pada perkembangan kognisi, bahasa, motorik, sosial, emosional, bina diri (perawatan diri) anak 6. Keterlibatan keluarga Keluarga sebagai klien, selanjutnya menjadi staff intervensionis 7. Peluang integrase 8. Pelayanan transisi Transisi utama : medis Selanjutnya : (meningkatkan kompetensi) yaitu ke ranah pendidikan. Contoh : anak yang telah diidentifikasi layanan mulai memasuki program prasekolah, anak yang masuk ke sekolah inklusi (melihta potensi anak) 9. Kesehatan & keselamatan



10. Administrasi program & manajemen 11. Program evaluasi 12. Pendekatan yang disintesis & dinamis “ Keluarga perlu menerima terlebih dahulu terkait kondisi anak, hal ini memerlukan staff intervensionis untuk memberikan dukungan moral, dan juga konseling. Selanjutnya intervensionis melakukan pendekatan dengan memberikan pengetahuan layanan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Orang tua dengan mendampingi anak melakukan terapi atau memberikan program untuk perkembangan anak secara dinamis (bertahap dengan menyesuaikan)”



RANGKUMAN MATERI VI KERJA SAMA DENGAN KELUARGA MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KELUARGA A. KERJASAMA ANTAR KELUARGA a. Penyesuain dan Iteraksi keluarga 



Kasih Sayang Sejak Dini Fase kemampuan Fase membedakan Fase karakteristik Fase identifikasi







Interaksi







Sumber Tekanan bagi







Kekuarga



b. Alasan Keterlibatan Keluarga 



Orang Tua dan pengasuh







Hak ortu untuk mengambil keputusan







Ortu memiliki Hak hokum







Masukan ortu







Intervensi dini







Layanan awal







keterlibatan aktif ortu







Keterlibatan ortu



c. Tipe Layanan Keluarga







Informasi Umum







Konseling dan Dukungan







Pendidikan /latihan







Interaksi ortu dan anak







Memanfaatkan sumber daya komunitas



d. Strategi bekerja dengan keluarga 



kesempataan untuk terlibat dalam semua aspek program intervensi.Lihat ortu sebagai ortu







Bersikap penuh perhatian dan menghormati dari gaya yang berbeda







Berikan







Keluarga adalah system yang saling beinteraksi







Bersikap fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan







Sadar dan hormati kebutuhan







Bantu ortu untuk merasa kompeten dalam mengasuh dan diskusi







Sediaakan forum terbuka untuk komikasi



Karakteristik Lingkungan Belajar yang Berkualitas a. Kontingensi dan Daya Tanggap Lingkungan b. Kesehatan Keselamatan dan Kebersihan c. Ketepatan Usia untuk Bayi/ Balita dan Keluarga d. Penyesuaian Lingkungan Fisik Peluang untuk Integrasi Sosial Lingkungan Rumah a. Interaksi Orangtua-Anak b. Moment yang bias diajarkan c. Menjadwalkan dan Melaksanakan Kunjungan Rumah Lingkungan Lembaga a. Memilih situs b. Merancang Ruang Program c. Penjadwalan



d. Rasio Anak Dewasa Kontingensi dan Daya Tanggap Lingkungan Lingkungan fisik atau non social dimodifikasi agar lebih responsive melalui intervensi awal yaitu: a. Lingkungan dan bahan yang dapat dikonstruksi agar lebih responsive b. Adanya permainan yang memberikan umpan balik Kesehatan Keselamatan dan Kebersihan Pertimbangan Keamanan •



Mainan atau fitur tepi yang tajam harus dihapus dan dimodifikasi







Semua cat yang digunakan pada mainan, material, furniture, dinding harus bebas timah







Stop kontak/colokan







Lemari berisi perlengkapan medis atau pembersih harus dikunci







Disekitar lantai bermain hanya struktur berdiri aman dan memanjat disediakan



Standart Kesehatan •



Setiap mainan harus dicuci setiap hari dengan sabun







Semua makanan dan tempat makanan harus dibersihkan







Staf dengan luka atau habis menangis harus menggunakan sarung tangan







Persiapanmakan dan pergantian popok harus berjauhan







Setiap perawatan kemandirian anak harus disimpan terpisah



Ketepatan Usia untuk Bayi/ Balita dan Keluarga Program Intervensi Dini •



Lantai harus nyaman, meja dan kursi harus ringan, kokoh







Mainan harus memberikan umpan balik, mudah dicuci dan aman







Peralatan yang tersedia untuk aktivitas otot besar dan kecil







Area membaca, seni, dan aktivitas bermaina yang imajinatif dan drmatis







Lingkunganyag ceria memungkinkan eksplorasi anak agar belajar secara kondusif