IPB BAB IV Metodologi Sempadan Sungai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

19



METODOLOGI



Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis sempadan sungai (GSS) berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 dimana garis sempadan 15 meter dihitung dari tepi sungai (Gambar 8).



Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian



20



Gambar 8. Garis Sempadan Sungai (GSS) berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005



Untuk pengamatan penelitian, kawasan Sungai Ciliwung dibagi menjadi 11 segmen berdasarkan grid yang berukuran 1.850 m x 925 m. Ukuran grid dibuat berukuran 1.850 m x 925 m karena Sungai Ciliwung melewati Kebun Raya Bogor (KRB) dan Pulau Geulis, daerah yang memiliki ekosistem tersendiri, ini dilakukan agar KRB dan Pulau Geulis dalam analisis terdapat dalam satu segmen tersendiri sehingga memudahkan dalam menganalisis Sungai Ciliwung. Segmen kawasan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Tabel 4 dan secara spasial pada Gambar 9. Tabel 4. Segmen Kawasan Penelitian Segmen Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Kedunghalang, Sukaresmi Sukaresmi, Kedungbadak, Kedunghalang Kedungbadak, Cibuluh Bantarjati, tanah Sareal Bantarjati, Sempur, Tanah Sareal Sempur Paledang Sukasari, Baranangsiang, Babakan Pasar, Paledang Sukasari, Baranangsiang Katulampa, Tajur, Baranangsiang Sindangrasa, Katulampa, Tajur



Jumlah Keterangan : Garis Sempadan Sungai (GSS) + 15 m



Panjang (m)



Luas (Ha)



1240,52 1271,36



3,80 3,84



1028,65 1261,63 1173,29 1086,96 1003,17 1253,57



3,10 3,81 3,53 3,26 3,02 3,71



1678,02 1319,72 2172,32



5,04 3,21 7,33



14.489,21



43,66



21



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Gambar 9. Peta Kawasan Penelitian



Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi sampai terbentuknya sebuah produk arsitektur lanskap berbentuk rencana lanskap sempadan Sungai Ciliwung Kota Bogor guna peningkatan kualitas lingkungan alami. Rencana lanskap ini juga akan dilengkapi dengan rencana perbaikan dan perlindungan sungai untuk meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor.



Metode dan Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dalam menganalisis aspek ekologis dan fisik. Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data, analisis data, sintesis dan perencanaan lanskap. Tahapan perencanaan lanskap dapat dilihat pada Gambar 10.



22



PERSIAPAN



PENGUMPULAN DATA



ANALISIS DATA



SINTESIS



PERENCANAAN LANSKAP



3 minggu



5 minggu



4 minggu



4 minggu



5 minggu



Persiapan administrasi dan persiapan teknis



Data primer : wawancara dengan beberapa stakeholder, Data sekunder : data legal (peraturan dan kebijakan), data ekologis, data fisik



Ruang ekologis Ruang fisik,



Rencana ruang (zonasi kawasan perencanaan) - Ruang konservasi - Ruang semi konservasi - Ruang non konservasi



Rencana Lanskap (fungsionalisassi dan pemanfaatan kawasan untuk meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor)



Gambar 10. Alur dan Tahapan Perencanaan lanskap (Modifikasi dari Nurisjah, 2004)



Persiapan Penelitian Pada tahap ini ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu persiapan administrasi dan persiapan teknis. Persiapan administrasi adalah persiapan yang dilakukan sebelum pengumpulan data yaitu pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan untuk kantor Dinas Kesatuan Bangsa Kota Bogor untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah itu, dari Dinas Kesatuan Bangsa akan merekomendasikan pada dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data sekunder yang diinginkan seperti Bappeda Kota Bogor, Dinas Tata Kota, Dinas Bina Marga dan lain-lain. Persiapan teknis berupa penyediaan peta Kota Bogor, mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada saat turun lapang dan pembagian waktu dalam pengambilan data primer dan sekunder. Tujuan dari persiapan teknis adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum penelitian dilakukan guna memudahkan pengumpulan data di lapangan.



Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang dan wawancara beberapa stakeholder, yaitu staf Bappeda Kota Bogor (1 orang), staf Bina Marga



23



Kota Bogor (2 orang), staf Dinas Tata Kota (1 orang), penjaga pintu air Katulampa (1 orang) dan masyarakat sekitar Sungai Ciliwung (20 orang). Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, yaitu Bappeda Kota Bogor, BPSDA, Dinas Tata Kota, Bina Marga, BMKG Baranagsiang, Balittanah, dan studi pustaka yang berkaitan dengan sempadan Sungai Ciliwung. Tabel 5 memperlihatkan kelompok data yang dikumpulkan, termasuk jenis, sumber dan cara pengambilannya. Tabel 5. Kelompok Data, Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data



1



Kelompok Data Umum



2



Legal



Peraturan dan undang-undang



Bina Marga



Instansi terkait (Sekunder)



3



Ekologis



Peta sinuositas



Bappeda



Survei, Penghitungan (Primer dan Sekunder)



4



Fisik



Peta penutupan lahan



Google Earth



Instansi terkait (Sekunder)



Peta kemiringan lahan, Peta jenis tanah dan Intensitas curah hujan



Lapang, Balittanah, BMKG



Instansi terkait, Perhitungan (Primer dan Sekunder)



No.



Jenis



Sumber Data



Cara Pengambilan



Peta administrasi



Bappeda



Instansi terkait (Sekunder)



Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan perencanaan. Data ekologis (rasio sinuositas) dianalisis untuk menentukan kualitas alami Sungai Ciliwung berdasarkan kepekaannya. Nilai sinuositas diperoleh dengan cara membandingkan antara panjang kelokan sungai yang menghubungkan dua titik yang telah ditentukan pada sungai tersebut dengan panjang garis lurus yang dibentuk oleh dua titik tersebut. Semakin banyak kelokan yang terdapat pada sungai tersebut menandakan nilai sinuositas yang semakin tinggi. Hal ini menandakan bahwa semakin tingginya potensi sungai tersebut untuk dapat berfungsi sebagai kawasan alami yang dapat menjadi habitat bagi biota sungai.



24



Panjang kelokan sungai yang menghubungkan titik A-B Sinuositas =



Panjang garis lurus yang menghubungkan titik A-B Gambar 11. Perhitungan Nilai Sinuositas



Standar penilaian pada nilai sinuositas Sungai Ciliwung diperoleh dengan melakukan perhitungan terhadap sinuositas tiap segmen sungai tersebut. Kemudian dibuat rentangan dari nilai sinousitas yang terendah hingga tertinggi yang diperoleh dari perhitungan untuk semua segmen dalam penelitian, selanjutnya dibagi dengan banyaknya klasifikasi skoring untuk menghasilkan interval. Data fisik, dianalisis dengan kriteria dan tata cara penetapan kawasan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 (Tabel 6). Analisis ini untuk mengetahui peluang bahaya erosi dan longsor (bahaya fisik) pada sempadan Sungai Ciliwung.



25



Tabel 6. Kriteria dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung Faktor Pembentuk Tapak Jenis Tanah



Kemiringan Lahan



Intensitas Curah Hujan (rata-rata curah hujan dalam hari hujan)



Kelas (1) Tidak peka (aluvial, planososl, hidromorf kelabu, laterit air tanah) (2) Agak peka (latosol) (3) Relatif peka (Brown forest soil, non calcic brown, mediteran) (4) Peka (andosol, laterit, grumososl, podsol, podsolik) (5) Sangat peka (regosol, litosol, organosoll, renzina) Untuk tanah campuran ditentukan sesuai dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang ada pada tanah tersebut (1) Datar (0-8%) (2) Landai (8-15%) (3) Agak curam (15-25%) (4) Curam (25-45%) (5) Sangat curam (> 45%) (1) Sangat Rendah (< 13.6 mm/hari) (2) Rendah (13.6-20.7 mm/hari) (3) Sedang (20.7-27.7 mm/hari) (4) Tinggi (27.7-34.8 mm/hari) (5) Sangat tinggi (> 34.8 mm/hari)



Faktor Pembobot 15



20



10



Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 (24 November 1980)



Prosedur dalam menentukan nilai data fisik melalui penjumlahan dari sejumlah faktor setelah masing-masing dikalikan dengan besarnya pengaruh relatif terhadap erosi. Nilai timbangan adalah 20 untuk lereng lapangan, 15 untuk jenis tanah dan 10 untuk intensitas hujan. Formula dalam penetapan kawasan/hutan lindung adalah sebagai berikut :



15 (Jenis tanah) + 20 (Kemiringan Lahan) + 10 (Intensitas curah hujan)



Hasil penjumlahan yang sama dengan atau lebih dari 175 menunjukan bahwa kawasan yang bersangkutan perlu dijadikan sebagai kawasan lindung. Selain itu, terdapat beberapa ketentuan lain didalam menentukan suatu kawasan dijadikan kawasan lindung (Tabel 7).



26



Tabel 7. Ketentuan lain dalam menentukan Kawasan Lindung No Ketentuan Lain dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 1



Mempunyai kemiringan lahan lebih besar dari 40 % (KEPPRES No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung)



2



Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah regosol, litosol, organosol dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari 15 %



3



Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/air, sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sungai/aliran air tersebut dan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut



4



Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut



5



Mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih



6



Guna keperluan/kepentingan khusus, ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai kawasan lindung



*) Suatu kawasan perlu dibina dan dipertahankan sebagai kawasan lindung apabila memenuhi salah satu atau beberapa syarat tersebut



Sintesis Tahap sintesis merupakan lanjutan dari tahap análisis untuk menentukan zona fungsional yang diperoleh dengan meng-overlay data spasial aspek ekologis dan aspek fisik. Síntesis ini diarahkan untuk kegunaan konservasi bagi Sungai Cliwung beserta sempadannya. Nilai interval untuk zona fungsional adalah selisih dari jumlah skor tertinggi (jumlah skor 6) dengan skor terendah (jumlah skor 2) kemudian dibagi dengan banyaknya zona fungsional. Terdapat 3 zona fungsional pada sempadan Sungai Ciliwung yaitu zona konservasi, semi konservasi dan non konservasi. Zona fungsional tersebut dibandingkan dengan data spasial penutupan lahan eksisting disepanjang Sungai Ciliwung untuk menentukan solusi optimal terhadap penggunaan lahan. Data penutupan lahan didapat berdasarkan perbandingan penutupan lahan antara dominasi lahan bervegetasi dengan lahan terbangun yang terdapat pada sempadan Sungai Ciliwung pada batas areal yang legal. Terdapat tiga jenis data penutupan lahan pada sempadan Sungai Ciliwung yaitu zona tidak terbangun, semi terbangun dan terbangun. Penentuan klasifikasi zona penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.



27



Tabel 8. Penentuan Zona berdasarkan luas Penutupan Lahan Klasifikasi Zona Zona Terbangun Zona Semi Terbangun Zona Tidak Terbangun Sumber : Hasil Olahan (2010)



Perbandingan Luas Kawasan (%) Lahan Bervegetasi Lahan terbangun 0 – 40 % 61 – 100 % 41 – 60 % 41 – 60 % 61 – 100 % 0 – 40 %



Perencanaan Lanskap Tahap perencanaan lanskap merupakan tahap yang menentukan dan merupakan lanjutan dari tahap analisis data dan sintesis. Kelompok data yang telah dianalisis selanjutnya dioverlay dan dibandingkan dengan data penutupan lahan eksisting pada tahap sintesis. Peta hasil dari tahap sintesis selanjutnya diintegrasikan dengan konsep yang diinginkan. Perencanaan lanskap diarahkan untuk peningkatan kualitas lingkungan alami dengan mengkonservasi sempadan yang mempunyai kualitas alami tinggi serta memperbaiki sempadan Sungai Ciliwung agar terhindar dan meminimalkan dampak dari bahaya fisik berupa erosi dan longsor pada sempadannya. Digunakan dua metode untuk memperbaiki kondisi dan kualitas sungai dan sempadannya, yaitu metode vegetatif dan metode bio-engineering. Sedangkan mekanisme dalam mengkonservasi sungai dapat dilakukan dengan melindungi kehidupan biota yang ada pada sungai dengan membuat kondisi sungai yang sesuai untuk kehidupan biota air.



Keluaran Hasil dari penelitian ini adalah rencana lanskap sempadan Sungai Ciliwung dalam bentuk rencana tertulis dan grafis. Rencana berbentuk grafis dari keseluruhan tapak disajikan dalam gambar perencanaan lanskap sempadan Sungai Ciliwung. Selain itu disajikan pula gambar rencana detail sub-sub kawasan untuk lebih memperjelas perencanaan lanskapnya.