Japanese Encephalitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hardiono Pusponegoro



Bab VIII.17 Japanese Ensefalitis Hardiono Pusponegoro Virus Japanese encephalitis (JE) termasuk famili Flavivirus yang ditularkan melalui nyamuk, dengan pejamu utama burung dan babi. Virus JE merupakan salah satu penyebab terpenting dari ensefalitis virus di Asia berdasarkan data epidemiologi dan berat penyakit. Virus JE mirip dengan virus West Nile, ensefalitis St. Louis, dan ensefalitis Murray Valley.



Epidemiologi



Imunisasi untuk PD31



Ensefalitis disebabkan JE ditemukan di Asia dan sebagian Pasifik. Ensefalitis JE lebih sering ditemukan di negara beriklim tropis dibanding beriklim dingin, terutama pada musim hujan. Setiap tahun diperkirakan terjadi 35.000-50.000 kasus ensefalitis JE. Sebanyak 2030% pasien meninggal dan 30-50% di antara yang hidup mengalami gejala sisa neurologis. Di Bali, telah dilakukan penelitian prospektif terhadap suatu populasi yang terdiri dari 599.120 anak antara tahun 2001-2003. Kriteria surveilans adalah demam lebih dari 38oC, defisit neurologis termasuk kejang, dan/atau perubahan status mental dan/atau gejala rangsang meningeal. Ditemukan 86 kasus confirmed ditandai dengan ditemukannya IgM JE di dalam cairan serebrospinal dan 4 kasus probable ditandai dengan ditemukannya IgM JE dalam serum. Kejadian ensefalitis JE adalah 7 per 100.000 anak berumur kurang dari 10 tahun, 70% kasus berumur kurang dari 5 tahun, dan hanya 1 kasus berumur lebih dari 10 tahun. Dilaporkan 11% kasus meninggal dunia, dan 36% di antara kasus hidup mengalami gejala sisa neurologis.



362



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Japanese Ensefalitis



Selanjutnya, pada tahun 2005-2006 di Indonesia dilakukan penelitian yang meliputi 15 rumah sakit di 6 provinsi terhadap anak berumur kurang dari 15 tahun. Ditemukan 1496 kasus ensefalitis, 28 di antaranya disebabkan JE. Proporsi JE sebagai penyebab ensefalitis bervariasi antara 2%-18%. Sembilan puluh lima persen kasus ditemukan pada anak berumur kurang dari 10 tahun. Mortalitas dan gejala sisa neurologis terjadi pada 47% kasus. Adanya daerah endemis JE menyebabkan risiko mengalami ensefalitis JE pada wisatawan, sebesar < 1 kasus per juta wisatawan. Risiko tersebut bervariasi berdasar tujuan, lama tinggal, musim, dan aktivitas. Risiko terinfeksi lebih besar pada wisatawan yang tinggal lebih lama dari 1 bulan di daerah pedesaan, dan banyak beraktivitas di luar ruangan. Sejak tahun 1973-2008, hanya 55 kasus ensefalitis JE pada wisatawan yang dilaporkan. Prediksi memperkirakan bahwa ensefalitis JE dapat menjadi masalah di masa depan di negara Bangladesh, Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Korea Utara, dan Pakistan karena bertambahnya populasi, pencetakan sawah baru, dan peternakan babi, tanpa adanya program imunisasi dan surveilans yang baik. Selain itu dikuatirkan terjadi penyebaran ke negara lain disebabkan pergeseran populasi, perubahan iklim, ekologi, pertanian, import hewan, atau migrasi burung.



Transmisi/penyebaran virus



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



363



Imunisasi untuk PD31



Virus JE ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk, terutama spesies Culex tritaeniorrhynchus yang bertelur di air tergenang, misalnya di sawah. Nyamuk ini terutama menggigit manusia setelah matahari terbenam. Banyak binatang yang dapat terinfeksi virus, namun hanya yang mengalami viremia hebat dan cukup lama yang penting dalam siklus kehidupan alamiah. Pejamu virus terpenting adalah burung dan babi. Burung berperan dalam amplifikasi virus dan penyebaran ke daerah yang jauh. Babi merupakan pejamu yang terpenting karena sering berada dekat manusia, mengalami viremia



Hardiono Pusponegoro



yang lama dan hebat. Manusia sendiri disebut sebagai pejamu deadend, karena viremia tidak cukup hebat dan tidak cukup lama untuk menularkan ke nyamuk lagi.



Manifestasi klinis Dilaporkan 1 dari 25 sampai 1 dari 1000 orang yang terinfeksi akan memperlihatkan gejala klinis. Masa inkubasi adalah 5-15 hari. Pada awalnya terlihat sebagai infeksi virus biasa dengan demam beberapa hari, disertai pilek, diare, muntah, dan nyeri kepala. Sebagian pasien dapat sembuh sendiri, sebagian menunjukkan gejala seperti kejang demam, dan sebagian menunjukkan gejala meningitis aseptik tanpa ensefalitis. Paralisis flaksid juga pernah dilaporkan. Perkembangan penyakit yang paling buruk adalah terjadinya ensefalitis. Gejala ensefalitis adalah kejang dan penurunan kesadaran. Kejang terutama kejang umum tonik-klonik, yang dapat berkembang menjadi status epileptikus disertai berbagai komplikasi. Sebagian kecil pasien menunjukkan kejang subtle berupa twitching jari, mata, mulut, nistagmus, salivasi yang sulit dibuktikan sebagai kejang kecuali dengan pemeriksaan elektroensefalografi. Deskripsi klasik ensefalitis JE adalah wajah seperti topeng dengan mata terbuka tanpa mengedip, tremor, hipertonia rigiditas, dan opistotonus. Dapat pula terlihat mioklonus dan koreoatetosis, dan kelumpuhan saraf otak.



Imunisasi untuk PD31



Sekitar 30% pasien meninggal, dan separuh di antara yang selamat menunjukkan gejala sisa neurologis berat berupa kelumpuhan, gejala ekstrapiramidal, ganguan kognitif dan bahasa. Gejala sisa lebih sering ditemukan pada anak. Gejala sisa yang ringan berupa kesulitan belajar, gangguan perilaku dan gejala neurologis minor.



Vaksin JE Vaksin terhadap JE telah dibuat sejak 70 tahun yang lalu, berupa



364



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Japanese Ensefalitis



vaksin formalin-inactivated yang ditumbuhkan dalam otak tikus yang disebut sebagai vaksin JE-MB (JE-mouse brain vaccine). Digunakannya otak tikus menimbulkan kekhawatiran adanya efek samping neurologis dari vaksin ini misalnya acute disseminated encephalomyelitis (ADEM) pada satu di antara 1 juta dosis. Di Amerika terdapat 2 vaksin yang direkomendasikan untuk wisatawan. Pertama adalah JE-VAX (JE-MB) yang ditumbuhkan dalam otak tikus dapat diberikan untuk orang berumur >1 tahun, namun produksinya telah dihentikan. Vaksin lain adalah vaksin mati berasal dari kultur sel vero bernama IXIARO (JE-VC = JE vero cell). Vaksin JE-VC tidak mengandung gelatin dan jaringan saraf seperti JE-MB, sehingga diharapkan tidak menyebabkan efek samping neurologis. Di Cina telah dikembangkan vaksin hidup SA-14-14-2. Vaksin ini telah digunakan di Nepal, India, Cina, Korea dan Sri Lanka. WHO belum memberi izin karena vaksin ini ditumbuhkan dalam sel ginjal hamster. Beberapa vaksin lain yang masih menunggu izin di Amerika adalah IC51, suatu vaksin murn inactivated dengan kultur jaringan dan ChimeriVax-JE, suatu vaksin hidup terhadap yellow fever dan JE dari Sanofi-Aventis. ChimeriVax telah mendapat izin di Thailand, Cina dan India.



Rekomendasi vaksinasi JE untuk pelancong ••



••



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



365



Imunisasi untuk PD31



••



Vaksin JE-MB direkomendasikan untuk wisatawan yang akan tinggal selama lebih dari 1 bulan di daerah endemik selama masa transmisi virus JE. Vaksin JE-MB dipertimbangkan untuk wisatawan yang akan tinggal selama kurang dari 1 bulan di daerah endemis JE bila mempunyai rencana untuk mengunjungi daerah rural, daerah yang sedang mengalami outbreak JE, dan yang mengunjungi daerah endemis JE tanpa kepastian tujuan, aktivitas dan lama kunjungan. Rekomendasi juga diberikan terhadap petugas laboratorium yang dapat terinfeksi virus JE.



Hardiono Pusponegoro



••



Vaksin JE-MB dapat diberikan kepada anak berumur lebih dari 1 tahun. Diberikan 3 dosis hari 0, 7 dan 30 secara subkutan. Dosis terakhir paling lambat 10 hari sebelum keberangkatan. Namun vaksin JE-MB telah dihentikan produksinya.



Dosis Vaksin JE-VC diberikan 2 kali dengan interval 28 hari intramuskular. Kekebalan terbentuk 7 hari setelah dosis kedua dan bertahan sampai 6-12 bulan. Harga vaksin JE-VC adalah $390 untuk 2 dosis. Vaksin telah diuji pada anak di India, namun di Amerika belum mendapat persetujuan untuk orang berumur kurang dari 17 tahun.



Vaksinasi massal Di beberapa negara misalnya Jepang, Taiwan dan Korea, vaksin terhadap JE telah diberikan terhadap semua anak di dalam populasi sebagai bagian dari program imunisasi. Penelitian di Bali menghasilkan rekomendasi untuk memberikan vaksin terhadap JE secara menyeluruh.



Imunisasi untuk PD31



Daftar rujukan 1. Fischer M, Griggs A, Staples EJ. Chapter 2. The pre-travel-consultation. Travel-Related vaccine-preventable diseases. CDC yellow book 2010: Available from: http://wwwnc. cdc.gov/travel/yellowbook/2010/chapter-2/japanese-encephalitis.aspx. 2. Halstead SB, Thomas SJ. New vaccines for japanese encephalitis. Curr Infect Dis Rep 2010, May;12:174-80. 3. Solomon T, Dung NM, Kneen R, gainsborough M, Vaughn DW, Knanh VT. Japanese encephalitis. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2000;68:405-15. 4. Bista MB, Shrestha JM. Epidemiological situation of japanese encephalitis in nepal. JNMA J Nepal Med Assoc 2005;44:51-6. 5. Fischer M, Lindsey N, Staples JE, Hills S, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Japanese encephalitis vaccines: Recommendations of the advisory committee on immunization practices (ACIP). MMWR Recomm Rep 2010, Mar 12;59(RR-1):1-27.



366



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Japanese Ensefalitis



6. Ompusunggu S, Hills SL, Maha MS, Moniaga VA, Susilarini NK, Widjaya A, et al. Confirmation of Japanese encephalitis as an endemic human disease through sentinel surveillance in indonesia. Am J Trop Med Hyg 2008, Dec;79:963-70. 7. Yen NT, Duffy MR, Hong NM, Hien NT, Fischer M, HillsSL. Surveillance for japanese encephalitis in vietnam, 1998-2007. Am J Trop Med Hyg 2010, Oct;83:816-9. 8. Le VT, Phan TQ, Do QH, Nguyen BH, Lam QB, Bach VC, et al. Viral etiology of encephalitis in children in southern Vietnam: Results of a one-year prospective descriptive study. Plos Negl Trop Dis 2010;4:e854. 9. Touch S, Hills S, Sokhal B, Samnang C, Sovann L, Khieu V, et al. Epidemiology and burden of disease from Japanese encephalitis in Cambodia: Results from two years of sentinel surveillance. Trop Med Int Health 2009, Nov;14:1365-73.



367



Imunisasi untuk PD31



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Edisi Kelima Tahun 2014



Pedoman Imunisasi Di Indonesia



Penyunting



IG.N. Gde Ranuh Hariyono Suyitno Sri Rezeki S. Hadinegoro Cissy B. Kartasasmita Ismoedijanto Soedjatmiko



Satgas Imunisasi - Ikatan Dokter Anak Indonesia



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



i



Disclaimer Isi di dalam buku Pedoman Imunisasi di Indonesia ada­lah hasil kesepakatan para penulis dan editor Satgas Imunisasi IDAI yang berasal dari berbagai sumber. Buku ini merupakan pedoman umum dalam melakukan imunisasi di Indonesia dan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. Kemungkinan dapat terjadi perbedaan dengan sumber-sumber lain karena perkembangan ilmu dan kebijakan setempat.



Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang



Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit Diterbitkan pertama kali tahun 2001 Diterbitkan kedua kali tahun 2005 Diterbitkan ketiga kali tahun 2008 Diterbitkan keempat kali tahun 2011 Diterbitkan kelima kali tahun 2014 Koordinator Penerbitan Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K) Art director: J.A. Wempi Type setting: Diyan Dwinandio, Yuni Astria, Unggul Sodjo Sumber foto sampul: Agung Darmanto, JO Octora, Ahmad Fadil, Kusnandi Rusmil Edisi 5, cetakan pertama 2014 Penerbit buku ini dikelola oleh: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia ISBN 978-979-8421-34-1



ii



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Daftar Isi Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI.................................. iii Prakata Tim Penyunting..........................................................................v Daftar Kontributor...................................................................................ix Daftar Singkatan.................................................................................... xiii Bab I



Dasar-Dasar Imunisasi...........................................................1 1 Imunisasi Upaya Pencegahan Primer...........................2 2 The Value of Vaccination...................................................9 3 Basis Imunologi Vaksinasi............................................24



Bab II



Jadwal Imunisasi...................................................................45 1 Program Imunisasi Nasional........................................46 2 Jadwal Imunisasi............................................................54 3 Jadwal Imunisasi Tidak Teratur..................................74 4 Vaksin Kombinasi . .......................................................79 5 Imunisasi Anak Sekolah dan Remaja.........................91



Bab III



Imunisasi Kelompok Berisiko.............................................99 1 Imunisasi pada Bayi dan Anak Berisiko .................100 2 Travel Vaccination.........................................................112 3 Vaksinasi dalam Keadaan Bencana...........................121



Bab IV



Prosedur Imunisasi.............................................................130 1 Jenis Vaksin...................................................................131 2 Tata Cara Pemberian Imunisasi.................................137 3 Penjelasan Kepada Orangtua Mengenai Imunisasi.......................................................................152 4 Pencatatan Imunisasi...................................................161 5 Penyuntikan yang Aman (Safety Injection) dan Penanganan Limbah Imunisasi ........................165



Bab V



Penyimpanan dan Transportasi Vaksin..........................179 1 Rantai Vaksin...............................................................180



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



vii



2 Kualitas Vaksin............................................................190 Bab VI Imunisasi Pasif.....................................................................195 Bab VII Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)..........................211 1 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)/ Adverse Events Following Immunization (AEFI).........212 2 Pelaporan KIPI.............................................................239 Bab VIII Imunisasi untuk PD31........................................................246 1 Hepatitis B.....................................................................247 2 Poliomielitis..................................................................255 3 Tuberkulosis.................................................................266 4 Difteri, Tetanus, Pertusis............................................271 5 Haemophillus Influenza tipe B .....................................284 6 Pneumokokus...............................................................288 7 Rotavirus.......................................................................299 8 Influenza.......................................................................305 9 Campak.........................................................................313 10 Varisela..........................................................................318 11 Campak, Gondongan dan Rubela (Measles, Mumps, Rubella = MMR).............................................322 12 Tifoid.............................................................................330 13 Hepatitis A....................................................................335 14 Human Papilloma Virus................................................342 15 Rabies/Lyssa................................................................347 16 Meningokokus..............................................................355 17 Japanese Ensefalitis.........................................................362 18 Yellow Fever...................................................................368 19 Kolera............................................................................373 Bab IX



Miskonsepsi dan Kontroversi...........................................377 1 Miskonsepsi Imunisasi................................................378 2 Kontroversi dalam Imunisasi.....................................387



Bab X



Tanya Jawab Orang Tua Mengenai Imunisasi...............400



Bab XI



Glossary.................................................................................414



Daftar Vaksin yang Beredar di Indonesia.........................................420



viii



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Daftar Kontributor Achmad Suryono (alm)



UKK Perinatologi IDAI



Agus Firmansyah



UKK Gastrohepatologi IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Anang Endaryanto



UKK Alergi Imunologi IDAI, Bagian IKA FK Universitas Airlangga/RSUP Dr. Soetomo, Surabaya



Alan Roland Tumbelaka (alm)



UKK Infeksi & Pediatri Tropis IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/ RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Arwin A Purbaya Akib



UKK Alergi Imunologi IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Boerhan Hidayat



UKK Gizi IDAI, Bagian IKA FK Universitas Airlangga/ RSUP Dr. Soetomo, Surabaya



Cissy B Kartasasmita



UKK Respirologi IDAI, Bagian IKA, FK Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung



Corry S. Matondang UKK Alergi Imunologi IDAI (alm) Dahlan Ali Musa



UKK Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial IDAI



Fatimah Indarso



UKK Perinatologi IDAI



Gatot Irawan Sarosa UKK Perinatologi IDAI, Bagian IKA, FK Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi, Semarang



Hanifah Oswari



UKK Gastrohepatologi IDAI, Departemen IKA, FK Universitas Indonesia/RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



ix



Hardiono D Poesponegoro



UKK Neurologi IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Hariyono Soeyitno



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI



Harsono Salimo



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Bagian IKA FK Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, Solo



Hartono Gunardi



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Hindra Irawan Satari



UKK Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/ RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Iskandar Syarif



UKK Neurologi IDAI, Bagian IKA FK Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil, Padang



Ismoedijanto P. Moedjito



UKK Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI, Bagian IKA, FK Airlangga/RSUP Dr. Soetomo, Surabaya



IGN Gde Ranuh



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Bagian IKA, FK Airlangga/ RSUP Dr. Soetomo, Surabaya



Jose R L Batubara



UKK Endokrin IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Kusnandi Rusmil



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Bagian IKA, FK Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung



Muhammad Slamet UKK Respirologi IDAI, Bagian IKA FK Chandra Kusuma Universitas Brawijaya/RSUD Saiful Anwar, Malang



x



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



Nastiti N.Rahajoe



UKK Respirologi IDAI



Noenoeng Rahajoe



UKK Respirologi IDAI



Purnamawati S. Pujiarto



UKK Gastrohepatologi IDAI



Soedjatmiko



UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Soegeng Soegijanto



UKK Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI, Bagian IKA, FK Airlangga/RSUP Dr. Soetomo, Surabaya



Sofyan Ismael



UKK Neurologi IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Sri Rezeki S.Hadinegoro



UKK Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI, Departemen IKA FK Universitas Indonesia/ RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta



Sri Suparyati Soenarto



UKK Gastro-Hepatologi IDAI, Bagian IKA FK Universitas Gadjah Mada/RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta



Syahril Pasaribu



UKK Infeksi & Pediatri Tropis IDAI, Bagian IKA, FK Sumatera Utara/ RSUP Dr. H Adam Malik, Medan



Syawitri P Siregar



UKK Alergi Imunologi IDAI



TH Rampengan



UKK Infeksi & Pediatri Tropis IDAI, Bagian IKA, FK Sam Ratulangi/ RSUP Dr. Malalayang, Manado



Titut S. UKK Perinatologi IDAI Poesponegoro (alm)



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014



xi



Toto Wisnu Hendarto



UKK Perinatologi IDAI, Bagian IKA RS Ibu & Anak Harapan Kita, Jakarta



UKK: Unit Kerja Koordinasi



xii



Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014