Karya Ilmiah Akhir Ners Keperawatan Gerontik 2022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI YANG MENGALAMI MASALAH ANSIETAS MELALUI INOVASI PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DI PEKON CANGGU LAMPUNG BARAT Karya Ilmiah Akhir Ners



Oleh : Hengky Syaputra, S.Kep NIM. 2021207209100



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2022



KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI YANG MENGALAMI MASALAH ANSIETAS MELALUI INOVASI PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DI PEKON CANGGU LAMPUNG BARAT Karya Ilmiah Akhir Ners Diajukan untuk memenuhi syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Profesi Ners



Oleh : Hengky Syaputra, S.Kep NIM. 2021207209100



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2022



ii



HALAMAN PERSETUJUAN Pembimbing penulisan tugas akhir ners saudari Hengky Syaputra, S.Kep NIM : 2021207209100, mahasiswa program studi profesi ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung, setelah melakukan analisis kasus tugas akhir ners yang berjudul “Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi yang Mengalami Masalah Cemas Melalui Inovasi Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung Barat Tahun 2022” memandang bahwa tugas akhir ners tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diseminarkan. Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut



Telah disetujui Tanggal,



Juni 2022



MENGETAHUI, Pembimbing



Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J NBM. 925 246



Kaprodi Profesi Ners



Ns. Rita Sari, M.Kep NBM. 927 021



iii



HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah



Nama Mahasiswa NIM



: Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi yang Mengalami Masalah Cemas Melalui Inovasi Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung Barat Tahun 2022 : Hengky Syaputra, S.Kep : 2021207209100



Dinyatakan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung Pringsewu ,



Juni 2022



DEWAN PENGUJI Ketua



: …………………………………………………..



(……………………….…)



Sekretaris



: ……………………………………………………



(……………………….…)



Pembimbing



: Ns. Arena Lestari, M.Kep, Sp. Kep. J



(……………………….…)



Diketahui Oleh : Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung



Elmi Nuryati, M.Epid. NBM……………………….



iv



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hengky Syaputra, S.Kep NIM : 2021207209100 Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners Guna mengembangkan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi berupa materi atas karya ilmiah akhir saya yang berjudul : Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi Yang Mengalami Masalah Ansietas Melalui Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung Barat t Dengan pernyataan ini Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik hak atas karya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Pringsewu Pada Tanggal : , Mei 2022 Yang Menyatakan



Hengky Syaputra, S.Kep



v



SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama NIM Program Studi Judul



: : : :



Hengky Syaputra, S.Kep 2021207209100 Profesi Ners Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi Yang Mengalami Masalah Ansietas Melalui Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung Barat.



Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Karya Ilmiah Akhir Ners yang saya buat tidak pernah atau belum pernah dibuat oleh orang lain dan saya menjamin orisinaloitas karya ilmiah yang saya buat 2. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah akhir ners tersebut, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan



Pringsewu, Mei 2022 Penulis



Hengky Syaputra, S.Kep



vi



KATA PENGANTAR



Segala puji syukur kepada Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, karunia, dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul " Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi yang Mengalami Masalah Ansietas Melalui Inovasi Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Lampung Barat Tahun 2022 " Karya Ilmiah Akhir ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoieh gelar Ners di Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Penulis menyadari ketidaksempumaan dan keterbatasan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Dalam hal penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan materil maupun spiritual. 3. Dekan dan staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 4. Ns. Rita Sari, S.Kep sebagai Kaprodi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Pembimbing Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin Lampung Barat,



Juni 2022



Hengky Syaputra



vii



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………………. HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………… KATA PENGANTAR………………………………………………………………. DAFTAR ISI………………………………………………………………………… DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………...



Hal i ii iii iv v vi vii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………... B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. C. Tujuan …………………………………………………………………….. D. Manfaat ……………………………………………………………………



1 9 10 10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia…………………………………………………………….. B. Konsep Hipertensi………………………………………………………. C. Konsep Keperawatan……………………………………………………… D. Evidence Based Nursing (EBN)…………………………………………...



12 23 36 62



BAB III LAPORAN KASUS A. Pengkajian………………………………………………………………… B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………… C. Intervensi Keperawatan………………………………………………….. D. Implementasi Keperawatan……………………………………………... E. Evaluasi ………………………………………………………………….



88 106 107 114 114



BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian…………………………………………….. B. Analisis Asuhan Keperawatan…………………………………………..



126 126



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………... B. Saran……………………………………………………………………….



135 135



DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..



xi



LAMPIRAN



viii



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Hipertensi…………………………………………. Tabel 2.2 Indeks KATZ…………………………………………………………… Tabel 2.3 Short Portable Mental Status Quesioner……………………………….. Tabel 2.4 Skor Norton…………………………………………………………… Tabel 2.5 MMSE………………………………………………………………….



ix



Hal 27 40 40 42 43



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Latihan Otot Progresif Gerakan 1 dan 2……………………………… Gambar 2.2 Latihan Otot Progresif Gerakan 3……………………………………. Gambar 2.3 Latihan Otot Progresif Gerakan 4…………………………………….. Gambar 2.4 Latihan Otot Progresif Gerakan 5……………………………………..



x



Hal 71 72 73 75



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (InfoDatin Kemenkes RI, 2017). Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2012). Seseorang yang telah mencapai umur lebih dari 60 tahun dimana melewati proses penuaan yang mengalami perubahan fisik dan melewati tahapan-tahapan kehidupan. Dari data yang dirilis perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir 2018 jumlah warga yang berusia 65 tahun melebihi jumlah warga berusia dibawah lima tahun, ada sekitar 705 juta orang berusia lebih dari 65 tahun dan yang berusia 0-4 tahun berkisar 680 juta jiwa (SindoNews.com, 2019). Menurut WHO, dikawasan Asia Tenggara Populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Diperkirakan pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat tiga kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5,3 juta (7,4%) dari populasi, pada tahun 2010 jumlah lansia 24 juta (9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta (11,34%) dari total populasi (P2PTM, 2019). Dari data-data



2



menunjukan bahwa jumlah lansia didunia akan terus bertambah seiring waktu dimana peningkatan populasi lansia yang terus menunjukan peningkatan. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta (9,7%) pada tahun 2019 dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%) (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2019). Tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%) (InfoDatin Kemenkes RI, 2017). Kenaikan jumlah lansia di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data rikerdas 2018 penyakit terbanyak pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, maslah mulut, diabetes militus, penyakit jantung dan stroke dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare dan pneumonia (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2019). Untuk masalah ganguan-gangguan kesehatan jiwa yaitu depresi, demensia, gangguan cemas dan sulit tidur (P2PTM, 2019). Pada lansia terdapat beberapa penyakit yang dialami berupa penyakit tidak menular, penyakit menular serta gangguan kesehatan jiwa. Hipertensi



merupakan



penyakit



tidak



menular



yang



menjadi



permasalahan karena merupakan nomor satu kematian di dunia. Hipertensi pada usia lanjut mempunyai presentase yang tinggi, pada usia diatas 65 tahun



3



didapatkan antara 60-80% (Kumalasari, 2016). Menurut Windharto (2007 dalam Raihan & Dewi, (2014) usia lebih dari 45 tahun mempunyai risiko besar terkena hipertensi sekitar 40%, hal ini dikarenakan berkurangnya elastisitas arteri, kekakuan pada pembuluh darah dan adanya pengaruh hormon, penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Akibat berkurangnya elastisitas dan terjadinya kekakuan pada pembuluh darah mengakibatkan tekanan darah sistolik meningkat. Selain itu, tekanan darah diastolik juga akan meningkat karena dinding pembuluh darah yang tidak lagi fleksibel (Kozier et al, 2009). Lansia dengan umur 65 lebih didapatkan 60-80% mengalami hipertensi dimana dikarnakan berkurannya elastisitas/kekakuan pembuluh darah serta pengaruh hormon. Organisasi



kesehatan



dunia



(World



Health



Organization/WHO)



mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Berdasarkan data WHO tahun 2019 angka tertinggi penderita hipertensi terdapat di wilayah Afrika dengan 27%, kedua terdapat di wilayah mediterania Timur dengan 25 % kemudian Asia Tenggara berada diposisi ketiga dengan prevalensi sebesar 25% diikuti oleh Eropa 23%, Pasifik Barat 19% kemudian Amerika dengan 16% (InfoDatin Kemenkes RI, 2019). Indonesia sendiri merupakan urutan dari 10 negara dengan presentase hipertensi tertinggi di dunia, 4 bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan,



4



Thailand, Nepal, Maldives. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di dunia terkena penyakit hipertensi (Widiyani, 2013). Jadi angka tertinggi penderita hipertensi terdapat diwilayah Afrika sedangkan Asia tenggara merupakan urutan ketiga penderita hipertensi sedangkan indonesia merupakan peringkat sepuluh bersama negara-negara lain. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%, prevalensi hipertensi dialami lansia dengan umur lebih dari 75 tahun dengan (69,5), untuk umur 65-74 tahun (63,2) serta 55-64 tahun (55,2) (Riskesdas, 2018). Untuk wilayah dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia adalah wilayah Kalimantan Selatan dengan 44,13%, kemudian Jawa Barat dengan 39,60% dilanjut wilayah Kalimantan Timur dengan 39,30 % sedangkan Sumatera Selatan berada pada urut ke 14 tertinggi dengan prevalensi hipertensi 30,44%, Provinsi Papua memiliki prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2% diikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16% (Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2019). Kalimantan selatan merupakan daerah paling tinggi kejadian hipertensi dimana usia 75 tahun merupakan usia yang paling tinggi mengalami hipertensi. Secara teori hipertensi adalah kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. klasifikasi hipertensi dibagi menjadi dua yaitu, hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder ,Faktor- faktor penyebab hipertensi esensial (primer) adalah faktor genetik , stress dan psikologis. Sementara penyebab



5



terjadinya hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal , kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas dll. (Keperawatan Medikal Bedah, 2013) Secara psikologis penderita hipertensi seringkali mengalami kecemasan. Angka prevalensi kecemasan di negara-negara asia sekitar 100 juta orang penderita hipertensi mengalami kecemasan. Para peneliti melaporkan dalam psychosomatic medicine bahwa secara keseluruhan 16,7 % orang dewasa yang menderita hipertensi sering mengalami kecemasan. Kecemasan terjadi dua kali lebih sering pada wanita dari pada laki-laki (Benard. 2008 Dalam Duryanto, Novendra dkk. 2015) Kecemasan (Ansietas) adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sering didengar dimasyarakat yang menggambarkan seperti keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram dan bisa disetai dengan gangguan fisik. Kecemasan pada para lansia bisa diartikan adanya respon emosional yang penyebabnya



belum



pasti,



dan



menyebakan



gangguan



yang



tidak



menyenangkan dalam dirinya. Dapat tercipta ketika lansia tersebut melihat adanya ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan juga sosial yang dihadapi pada lanjut usia. Para lansia juga sangat rentan terhadap kecemasan karena secara alamiah mereka telah mengalami



penurunan



kemampuan



dalam



mempertahankan



hidup,



6



menyesuaikan diri dengan lingkungannya, fungsi badan, dan kejiwaan secara alami. Berdasarkan penelitian oleh Octavianus Klaudius Laka, dkk (2018) dimana hasil penelitian dari 36 responden lansia dengan hipertensi menunjukan sebagian besar responden (50%) mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 orang sedangkan (36,1%) responden mengalami tingkat kecemasan ringan 13 orang dan sebagian kecil (13,9%) responden mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 8 5 orang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, dkk (2017) sebagian besar lansia dengan hipertensi (73,4%) kecemasan responden masuk kategori ringan sebanyak 28 orang, sebagian kecil (5,3%) kecemasan responden masuk kategori berat sebanyak 2 orang dan hampir sebagian (21%) kecemasan responden masuk kategori sedang sebanyak 8 orang. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Richard Kati (2018) dari 78 responden hipertensi mengalami 29,5% mengalami kecemasan ringan, 26,9% mengalami kecemasan berat dan 25,6 mengalami kecemasan sedang, dimana berdasarkan jenis kelamin wanita paling bayak mengalami kecemasan dengan 32,7%, sedangkan pada usia didapatkan kecemasan berat pada umur 70-79 tahun, untuk kecemasan sedang pada umur 60-64 tahun sedangkan kecemasan riangan pada umur 65-69 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumala (2020) dimana tingkat kecemasan pada lansia penderita hipertensi menunjukan yang paling dominan adalah kecemasan ringan sebanyak 49 responden (51%), sebanyak 38 responden (39,6%) yang masuk dalam kategori



7



tidak cemas, dan sebanyak 9 responden (9,4%) dalam kategori kecemasan sedang dimana sebagian besar klien lansia dengan hipertensi mengalami kecemasan ringan sedang dimana dari 96 responden terdapat 49 responden dengan rentang usia 60-79 tahun mengalami kecemasan ringan. Penyakit hipertensi dengan usia lebih dari 60 tahun banyak yang mengalami kecemasan ringan. Menurut Ana Budi Keliat (dalam Livana PH dkk, 2016) respons dari ansietas tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda dan gejala, dengan meningkatkan kemampuan dan penurunan tanda gejala tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi klien, dimana ansietas dapat dicegah dengan mengenali ansietasnya, meningkatkan kemampuan dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas dalam, distraksi, teknik lima jari dan kegiatan spiritual. Menurut National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) intervensi yang bisa dilakukan perawat untuk mengurangi kecemasan salah satunya dengan intervensi Farmakologi dan nonfarmakologi, dimana perkembangan intervensi non farmakologi saat ini berkembang ke arah terapi komplementer yang harus dipilih berdasarkan pada penelitian ilmiah, mempunyai manfaat untuk meningkatkan kesehatan dan aman atau rendah efek samping terutama pada klien dengan kecemasan. (Weni Widya Shari, Suryani, 2014). Dalam mengatasi kecemasan dapat di dilakukan dengan farmakologi dan nonfarmakologi, non farmakologi dapat diberikan teknik generalis. Berbagai



8



cara non-farmakologi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan kecemasan dan salah satu pengobatan nonfarmakologi sebagai usaha untuk menurunkan kecemasan yang dialami oleh klien dengan kecemasan dan juga untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi yakni melalui teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR) atau teknik relaksasi otot progresif (Srifianti, 2019). Teknik otot progresif dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun secara mandiri, dimana banyak mengatasi masalah kesehatan seperti menurunkan tensi, mengatasi kecemasan, insomnia serta nyeri (Putra, 2020). Banyak tekni dalam menurunkan kecemasan pada seseorang, dimana salah satu tindakan yang dapat diberikan berupa teknik relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif adalah teknik yang memfokuskan relaksasi dan peregangan sekelompok otot dalam keadaan rileks. Teknik ini digunakan berdasarkan suatu rangsangan pemikiran dalam mengurangi kecemasan dengan menegangkan sekelompok otot kemudian rileks (A. Pranata, 2014). Berdasarkan penelitian Gunardi Pome (2019) dengan memberikan terapi relaksasi progresif pada pagi dan sore hari selama 45 menit dimana evaluasi dilakukan setelah 7 hari pelaksanaan terapi, agar pencapaian hasil terapi yang maksimal dilakukan 2 kali sehari secara rutin pagi dan malam hari selama satu minggu, dimana saat pelaksaaan latihan diperhatikan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman dan sikap yang baik didapatkan hasil adanya penurunan tingkat kecemasan pasien hipertensi di Puskesmas Makrayu pada kelompok



9



yang intervensi yang mendapatkan terapi relaksasi otot progresif dari pada kelompok kontrol. Penelitian yang sama dilakukan oleh Endar Sulis Tyani (2015) rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen setelah diberikan relaksasi otot progresif adalah 146,53 mmHg dan 88,20 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol adalah 160,87 mmHg dan 98,87 mmHg. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,000 lebih kecil dari pada nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata tekanan darah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif sangan efektif terhadap penurunan tekanan darah hal ini bisa dilihat dari penurunan tekanan darah sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif. Berdasarkan hasil penelitian oleh Ekaputri & Rochmawati (2018) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 responden skor rata-rata (mean) kecemasan lansia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif adalah 2,43, sedangkan kecemasan lansia sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif adalah 1,70dapat dilihat adanya nilai p 0,000 (p< 0,05) dimana terdapat pengaruh relaksasi otot



progresif terhadap tingkat kecemasan. Jadi



berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan bahwa terdapat pengaruh dari terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kecemasan. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Ansietas Pada



10



Hipertensi Melalui Inovasi Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2022”.



B. Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Ansietas Pada Hipertensi Melalui Inovasi Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif di Pekon Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2022?



C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan cemas pada hipertensi melalui inovasi penerapan teknik relaksasi otot progresif di Pekon Canggu kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam karya ilmiah ini adalah agar mahasiswa mampu : a. Melakukan pengkajian pada pasien ansietas dengan hipertensi dan penerapan teknik relaksasi otot progresif b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien ansietas dengan hipertensi dan penerapan teknik relaksasi otot progresif c. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien ansietas dengan hipertensi dan penerapan teknik relaksasi otot progresif d. Melaksanakan implementasi pada pasien ansietas dengan hipertensi dan penerapan teknik relaksasi otot progresif



11



e. Melaksanakan evaluasi pada pasien dengan ansietas dan penerapan teknik relaksasi otot progresif



D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam praktik keperawatan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan praktik asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami ansietas dengan hipertensi



2. Manfaat Aplikatif Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat digunakan pada lansia yang mengalami ansietas dengan hipertensi melalui penerapan teknik relaksasi otot progresif.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi Lansia Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan. (Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016). Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai



12



13



penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2016). Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan untuk



memperbaiki



diri



secara



perlahan



sehingga



tidak



dapat



mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang



rusak



(Constantinides,



1994



dalam



Sunaryo,



et.al,



2106).



Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda, 2011) menjadi tiga kelompok yakni: a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki lansia. b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas) c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Beberapa pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) tentang batasan-batasan umur pada lansia sebagai berikut: a. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”. b. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun.



14



c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai kematian. d. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-80 tahun dan very old 80 tahun keatas. 2. Proses Penuaan Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi



atau



bahan-bahan



kimiawi.



Kedua



faktor



tersebut



akan



mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et.al, 2016). Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:



15



a. Teori Biologis Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis. b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging) Teori



psikologi



menjelaskan



bagaimana



seorang



merespon



perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima



16



dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil). c. Teori Kultural Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua. d. Teori Sosial Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan). e. Teori Genetika Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.



17



f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965). g. Teori Menua Akibat Metabolisme Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut 16 dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono, 2006). h. Teori Kejiwaan Sosial Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari pergaulan. 3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan a. Hereditas atau ketuaan genetic b. Nutrisi atau makanan c. Status kesehatan d. Pengalamn hidup e. Lingkungan f. Stress



18



4. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016). a. Perubahan Fisik 1) Sistem Indra Sistem pendengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran) disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahuhn. 2) Sistem Intergumen Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. 3) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang



19



tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas. 4) Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. 5) Sistem Respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk



20



mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan perenggangan torak berkurang. 6) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah. 7) Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. 8) Sistem Saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 9) Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat



21



memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. b. Perubahan Kognitif 1) Memory (daya ingat, Ingatan). 2) IQ (Intellegent Quotient). 3) Kemampuan Belajar (Learning). 4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension). 5) Pemecahan Masalah (Problem Solving). 6) Pengambilan Keputusan (Decision Making). 7) Kebijaksanaan (Wisdom). 8) Kinerja (Performance). 9) Motivasi c. Perubahan Mental Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental: 1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. 2) Kesehatan umum. 3) Tingkat pendidikan. 4) Keturunan (hereditas). 5) Lingkungan. 6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan. 8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family.



22



9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan kensep diri. d. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. e. Perubahan Psikososial Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: 1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap sampai sangat tua. 2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi jika pasa masa



23



lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. 3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaanya. 4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehinggal menyebabkan kondisi ekonominya menjadi moratmarit.



B. Konsep Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan persisten pada pembuluh darah arteri, yang tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg (Alhogbi, 2017). Menurut American Heart Association (AHA) hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang tekanan sistoliknya 140 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Association, 2017).



24



Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang sedikitnya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi bukan hanya beresiko tinggi untuk penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lainnya seperti saraf, ginjal, dan pembuluh darah, semakin tinggi tekanan darahnya maka semakin besar resikonya, Menurut Price (Nurarif & Kusuma, 2016). Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018) hipertensi merupakan silent killer yang dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejalanya adalah sakit kepala atau tengkuk terasa berat. Vertigo, jantung berdebar-debar, terasa mudah Lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus) dan mimisan (Nurarif & Kusuma, 2016). 2. Jenis-jenis Hipertensi Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertesi primer dan sekunder, berikut perbedaannya (Basuki, 2019): a. Hipertensi primer Hipertensi primer juga disebut dengan hipertensi ideopatik karena hipertensi



ini



mempunyai



penyebab



yang



belum



diketahui.



Penyebabnya yang belum jelas atau belum diketahui tersebut sering dikaitkan dengan faktor gaya hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang sering terjadi dengan presentase 90% dari kejadian hipertensi (Sumarta, 2020).



25



b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan penyakit lain seperti ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan obat tertentu (Bumi, 2017). Kondisi yang mempengaruhi ginjal, jantung, arteria tau endokrim menyebabkan 5-10% kasus lain (hipertensi sekunder). Ada beberapa tanda dan gejala yang bisa menunjukkan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya jelas seperti penyakit ginjal atau endokrin. Contohnya yaitu obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan, punuk kerbau. Selain itu, penyakt tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi yang memiliki tanda dan gejala yang khas. Perut besar memungkinkan mengidikasikan stenois arteri renalis atau penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke ginjal (Sumarta, 2020). 3. Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 (Nurarif & Kusuma, 2016) yaitu: a. Hipertensi primer (essensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Berikut merupakan beberapa faktor yang dikaitkan dengan berkembaangnya hipertensi primer: 1) Genetik Merupakan individu yang keluarganya memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.



26



2) Jenis kelamin dan usia Untuk laki-laki berusia 35-50 tahun dan untuk wanita yang sudah menopause berisiko tinggi mengalami hipertensi 3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak Mengkonsumsi garam yang tinggi atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak yang tinggi secara langsung dapat menyebabkan penyakit hipertensi. 4) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal bisa menyebabkan penyakit hipertensi. 5) Gaya hidup merokok dan mengkonsumsi alcohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya. b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa faktor peyakit diantaranya yaitu: 1) Coarctatio aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta dapat menghambat aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi. 2) Penyakit parenkim dan veskular ginjal. Merupakan penyakit utama yang menyebabkan penyakit hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.



27



3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi



disebabkan



aterosklerosis



atau



fibrous



dyplasia



(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur dan fungsi ginjal. 4) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen) dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Tekanan darah akan Kembali normal setelah beberapa bulan penghential oral kontrasepsi. 5) Gangguan endokrin. Adrenal mediate hypertension disebabkan karena kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin 6) Obesitas dan malas berolahraga 7) Stress dapat menyebabkan hipertensi untuk sementara waktu 8) Kehamilan 9) Luka bakar 10) Peningkatan tekanan vascular 11) Merokok. 4. Klasifikasi Hipertensi a. Menurut Tambayong (dalam Nurarif H.H., & Kusuma H. 2016), klasifikasi hipertensi yang berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah:



28



Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis No



Kategori



Sistolik (mmHg) < 120 120-129 130-139



Diastolik (mmHg) < 80 80-84 85-89



1 Optimal 2 Normal 3 High Normal 4 Hipertensi 5 Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99 6 Grade 2 (Sedang) 160-179 100-99 7 Grade 3(Berat) 180-209 100-119 8 Grade 4 (Sedang Berat) ≥210 ≥210 Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H (2016)



b. Klasifikasi hipertensi Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S .A. 2016): 1) Tekanan darah yang normal yaitu apabila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang dari atau sama dengan 90 mmHg. 2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu apabila sistolik 141149 mmHg dan diastoliknya 91-94 mmHg. 3) Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu apabila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. 5. Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala hipertensi yaitu: a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan pada tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh



29



dokter yang memeriksa. Hal ini berarti arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah yang tidak teratur. b. Gejala yang lazim Gejala yang biasanya menyertai hipertensi yaitu nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya hal ini merupakan gejala yang lazim mengenai kebanyakan pasien yang meminta pertolongan medis. Beberapa tanda dan gejala pasien yang mengalami hipertensi yaitu : 1) Sakit kepala, pusing 2) Lemas, kelelahan 3) Sesak nafas 4) Gelisah 5) Mual 6) Muntah 7) Epistaktis 8) Kesadaran menurun 6. Faktor resiko hipertensi Menurut Aulia, R. (2017) faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu: a. Faktor yang tidak dapat diubah 1) Riwayat keluarga Seseorang yang memiliki keluarga seperti ayah, ibu, saudara kandung, kakek dan nenek yang menderita hipertensi akan lebih beresiko terkena hipertensi.



30



2) Usia Tekanan darah akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Untuk laki-laki akan meningkat pada usia diatas 45 tahun sedangkan untuk wanita akan meningkat pada saat usia diatas 55 tahun. 3) Jenis kelamin Hipertensi pada orang dewasa biasanya lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada pada wanita. 4) Ras/etnik Hipertensi dapat menyerang semua orang tanpa memandang ras dan etnik. b. Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain: 1) Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, karena rokok mengandung nikotin. Nikotin terserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Didalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempatkan pembuluh darah dan akan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).



31



2) Kurang aktivitas fisik Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Jika kurang melakukan aktivitas fisik maka faktor risiko independent untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017). 3) Konsumsi Alkohol Alkohol mempunyai efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi lebih kental dan jantung dipaksa mempompa darah lebih kuat lagi agar sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan tekanan darah naik. \ 4) Kebiasaan minum kopi Salah satu zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah kafein. Didalam tubuh manusia kafein bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di dalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, setelah mengkonsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).



32



5) Kebiasaan konsumsi makanan yang banyak mengandung garam Konsumsi garam secara berlebihan akan mengakibatkan tekanan darah meningkat. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites dan hipertensi. Kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung lemak Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I., 2016) lemak yang ada didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan untuk meningkatkan kolesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian



dengan



meningkatkan



prevalensi



penderita



penyakit



hipertensi. 7. Komplikasi hipertensi Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi hipertensi yaitu: a. Stroke Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pada pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami



aterosklerosis



terbentuknya aneurisma.



dapat



melemah



dan



meningkatkan



33



b. Infark miokardium Infark miokardium terjadi pada waktu arteri coroner mengalami arterosklerotik tidak bisa menyuplai oksigen yang cukup ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. c. Gagal ginjal Kerusakan ginjal disebabkan karena tingginya tekanan pada kapilerkapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah akan mengalir ke inti fungsional ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urin dan terjadi tekanan osmotik koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik. d. Ensefalopi Kerusakan otak atau ensefalopi terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekana yang tinggi disebabkan karena kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium dieluruh susunan saraf pusat, yang mengakibatkan neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.



34



8. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.



Berbagai



factor,



seperti



kecemasan



dan



ketakutan



dapat



mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan



tambahan



aktivitas



vasokontriksi.



Medula



adrenal



menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada



35



akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016) 9. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium 1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal 2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut. 3) Darah perifer lengkap 4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa) b. EKG 1) Hipertrofi ventrikel kiri 2) Iskemia atau infark miocard 3) Peninggian gelombang P 4) Gangguan konduksi c. Foto Rontgen 1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta. 2) Pembendungan, lebar paru 3) Hipertrofi parenkim ginjal 4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016).



36



10. Penatalaksanaan Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016). Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-farmakologis, antara lain: a. Pengaturan diet Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan: 1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari. 2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.



37



3) Diet kaya buah dan sayur 4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner. b. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. c. Olahraga Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016)



C. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosisal, spiritual lansia. Data pengkajian dapat diperoleh baik



38



dari data subyektif (data yang didapatkan/disampaikan langsung oleh lansia) data obyektif (data yang perawat dapatkan melalui observasi dan hasil pemeriksaan terhadap klien. (Damanik, 2019). Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pengkajian asuhan keperawatan adalah : a. Data Demografi : Pada data demografi, akan didapatkan data-data terkait dengan identitas klien seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, dan alamat klien. Kemudian data jumlah keturunan klien seperti jumlah anak dan cucu klien. Selanjutnya data terkait nama suami/istri dan umurnya. b. Riwayat Keluhan 1) Keluhan utama Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan sindrom imobility



adalah klien mengeluh nyeri pada persendian, adanya



keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas 2) Riwayat penyakit sekarang Adanya keluhan nyeri dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan tidak nyaman dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi. c. Pemeriksaan Fisik Data yang dapat dikaji melalui wawancara yaitu : 1) Pandangan lanjut usia terkait kesehatannya 2) Kegiatan yang masih mampu dilakukan lanjut usia 3) Kebiasaan lansia dalam melakukan perawatan dirinya



39



4) Kemampuan kekuatan fisik lanjut usia 5) Kebiasaan lanjut usia terkait makan, minum. Istirahat/tidur, buang air besar/buang air kecil 6) Kebiasaan lanjut usia dalam melakukan gerak badan/olahraga/senam 7) Perubahan-perubahan pada fungsi tubuh yang paling bermakna pada lanjut usia 8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatannya serta kebiasaanya dalam pengguaan obat-obatan 9) Pengkajian masalah seksual lansia Data yang dapat dikaji melalui pemeriksaan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi yaitu sebagai berikut 1) Pengkajian system persarafan : a) Kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran : apakah lansia mengalami pikun atau terjadi penurunan data ingat. b) Mata : pergerakan, penglihatan, dan penyakit penyerta c) Pupil : kesamaan; isokor/anisokor d) Ketajaman



penglihatan



:



jangan



diuji



didepan



jendela,



penggunaan gambar dan tangan, cek kondisi kacamata e) Mengkaji adanya gangguan sensorik f) Ketajaman pendengaran : apakah menggunakan alat bantu dengar, tunitus, dan serumen g) Mengkaji rasa sakit atau nyeri : Palliatif (P), Quality (Q), Regio



40



(R), Symtom (S), Time (T) 2) System kardiovaskuler : Sirkulasi perifer: warna dan kehangatan, pembengkakan vena jugularis, pusing, edema, denyut nadi apical, nyeri dada 3) System gastrointestinal : Status gizi, inkontinensia alvi, diare, konstipasi, keadaan perut, bising usus, rongga mulut, rahang, keadaan gigi, mengunyah, dan menelan, mual dan muntah, anoreksia, pemasukan diet 4) Sistem genitourinarius : Mengkaji warna dan bau urine, pemasukan cairan, pengeluaran cairan, tekanan/desakan, frekuensi buang air kecil, inkontinensia urine, distensi kandung kemih, mengkaji seksualitas klien terkait minat melakukan hubungan seksual, dan berapa kali frekuensinya. 5) Sistem kulit : Mengkaji keadaan kulit; temperature, pigmen, turgor kulit, kaji ada tidaknya luka terbuka dan luka robekan, tingkat kelembapan kulit. Mengkajia keadaan kuku, adanya tidaknya jaringan parut, keadaan rambut, serta gangguan-gangguan umum yang terjadi d. Psikologis : Mengkaji pengenalan masalah-masalah utama lansia, sikapnya terhadap proses penuaan yang dialami, perasaan dibutuhkan, harapan saat ini dan harapannya yang akan datang, kegagalan lansia yang pernah dialami, penyesuaian diri terhadap perubahan yang dialami,



41



koping stressor, pandangan lansia terhadap kehidupan, serta mengkaji adanya perubahan fungsi kognitif seperti penurunan daya ingat, proses piker, orientasi waktu, alam perasaan yang dirasakan dan kemampuan lansia dalam menyelesaikan masalahnya. e. Sosial Ekonomi : Mengkaji sumber keuangan, hubungan dengan orang lain dilingkungan sekitar, pandang terhadap lingkungannya, kegiatan organisasi, penyaluran hobi/keinginan sesuai fasilitas yang ada, kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang, mengkaji teman tinggal lansia, f. Spiritual : Mengkaji terkait kegiatan ibadah lansia, agama yang dianut, kegiatan keagamaan yang dilakukan, cara lanjut usia dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, serta mengkaji terkait bagiamana penampilan lansia. g. Psikososial : Mengkaji tingkat ketergantungan lansia terhadap orang lain, bagaimana fokus diri, serta perhatian dan rasa kasih kasih saying yang dirasakan. h. Pengkajian status fungsional dengan menggunakan Indeks Katz adalah Pemeriksaan kemandirian lansia



42



Tabel 2.2 Indeks Katz SKORE



KRITERIA



A



Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.



B



Kemandirian dalam semua aktifitas hari, kecuali satu dari fungsi tersebut



hidup



sehari-



C



Kemandirian dalam semua aktifitas hidup hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.



sehari-



D



Kemandirian dalam semua aktifitas hidup seharihari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan



E



Kemandirian dalam semua aktifitas hidup seharihari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan



F



Kemandirian dalam semua aktifitas hidup seharihari, kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan



G



Ketergantungan pada enam fungsi tersebut



Lain-lain



Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.



i. Pengkajian status kognitif dan afektif dengan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) adalah penilaian fungsi intelektual lansia Benar √ √ √ √



Salah



√ √ √ √ √ Jumlah



Jumlah



No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10



Pertanyaan Tanggal berapa hari ini? Hari apa sekarang? Apa nama tempat ini? Dimana alamat anda? Berapa umur anda? Kapan anda lahir? Siapa presiden Indonesia sekarang? Siapa presiden Indonesia sebelumnya? Siapa nama ibu anda? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun



Interpretasi hasil: 1) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh 2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan



43



3) Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang 4) Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat j. Pengkajian skala depresi geriatric (GDS) dengan Short Form k. Pengkajian skala jatuh morse (Morse Fall Scale/MFS) l. Pengkajian status social dengan menggunakan APGAR keluarga m. Pengkajian Barthel Indeks n. Penilaian potensi dekubitus (Skor Norton) Tabel 2.3 Skor Norton Persepsi Sensori Kelembapan Aktifitas Mobilisasi Nutrisi Gerakan/ cubitan Total skor



1 Terbatas penuh Lembab konstan Di tempat tidur Imobil penuh Sangat jelek Masalah



2 Sangat terbatas Sangat lembab Dikursi Sangat terbatas Tidak Adekuat Masalah Resiko



3 Agak Terbatas



4 Tidak terbatas



Kadang lembab



Jarang Lembab



Kadang jalan



Jalan Keluar



Kadang terbatas Adekuat



Tidak Terbatas



Tidak Ada Masalah



Sempurna



Keterangan : Pasien dengan total nilai : a) 1 meter c. Pendengaran : Klien mengatakan pendengaran sudah menurun, klien dapat mendengar suara pelan dengan jelas dari jarak > 1 meter pemeriksa a. Kebiasaan makan : Klien mengatakan makan 3 x/hari, dengan menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan b. Kebiasaan minum : Klien mengatakan minum >6 gelas perhari sehingga sering BAK. c. Kebiasaan BAB/BAK : Klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK >5x/hari Klien mengatakan perubahan pada tubuh yang sangat bermakna dirasakan yaitu pergerakannya karena sebelum sakit klien suka beraktivitas di tempat kerjanya Klien mengatakan tidak ada kebiasaan khusus karena klien lebih sering berbaring Klien mengatakan sekarang tidak meminum obat apapun.



90



Pemeriksaan Fisik 1) Temperatur Tempat Pengukuran



: 37,0oC. : Axilla



2) Pulse (denyut nadi) Kecepatan Irama : Tempat pengukuran



: : : :



80 x/menit Normal Reguler (teratur) Radialis



3) Respirasi (Pernafasan) Kecepatan Irama : Teratur Kedalaman Bunyi



: : : : :



22x/menit Normal Teratur Vesikuler



4) Tekanan darah Posisi pengukuran :



: 160/80 mmHg : Lengan bagian atas kiri diatas arteri brachialis



5) Berat dan tinggi badan terakhir BB TB 6) Tingkat orientasi Waktu



Tempat



7) Memori (Ingatan)



8) Tidur Kuantitas (Lama tidur) Malam



: 40 kg : 146 cm : Klien lupa tahun dan bulan berapa karena tidak ada kalender di kamarnya tetapi klien mengingat tanggal dan hari apa saat dilakukan pengkajian. : Klien mengetahui tempatnya berada sekarang Orang : Klien mampu mengenali orang-orang yang berada disekitarnya : Klien tidak mampu mengingat memori jangka panjang dengan baik, namun masih mampu mengingat memori jangka pendek :



Klien mengatakan sejak 5 bulan terakhir terkadang tidak tidur karena nyeri yang dirasakan pada lututnya. Sebelum sakit klien tidur 4-6 jam Setelah sakit klien tidur 1-2 jam



91



Kualitas Pola 9) Istirahat Kuantitas (Lama tidur) Malam



Kualitas Pola 10) Penyesuaian Psikososial



Sistem Persyarafan 1) Kesemetrisan raut wajah 2) Tingkat kesadaran



Snile (Pikun) Daya Ingat 3) Mata Pergerakan Penglihatan Penyakit penyerta 4) Pupil : Isokor 5) Ketajaman penglihatan



Siang : Klien mengatakan tidur pernah tidur siang semenjak 5 bulan terakhir, namun sebelumnya biasanya klien tidur siang selama ±2 : jam : Kurang Tidak Teratur : Klien mengatakan lama tidur malamnya tidak menentu karena lebih sering tidak tidur, klien mengatakan sudah kebiasaan begadang sejak dulu. Jam tidur klien : 23.00 Malam Bangun tidur : 05.00 Pagi Lama tidur : 4-6 Jam : Siang : Klien mengatakan tidak pernah tidur siang : Klien mengatakan istirahatnya kurang : Tidak teratur Klien mengatakan dulu sering cerita bersama tetangganya, namun sekarang lebih sering menyendiri karena kesulitan untuk bergerak keluar kamar : Simetris kiri dan kanan : Composmentis, GCS : 15 E 4 : klien mampu membuka mata secara spontan V 5 : klien berbicara dengan baik 46 M 6 : klien melakukan gerakan sesuai arahan : Tidak : Menurun : Klien dapat mengerakkan bola mata kiri dan kanan ketika disuruh : Klien tidak dapat melihat dengan baik : : Isokor : Klien tidak mampu melihat dengan



92



6) Ketajaman pendengaran Apakah menggunakan alat bantu dengar Tinitus Serumen 7) Rasa sakit atau nyeri Sistem Kardiovaskuler 1) Sirkulasi perifer : < 2 detik Warna Kehangatan 2) Pembengkakan vena jugularis 3) Pusing 4) Nyeri dada 5) Edema Sistem Gastrointestinal Status gizi Pemasukan diet Anoreksia Mual Muntah



jelas > 1 meter : Pendengaran menurun, klien tidak dapat mendengar suara pelan dari jarak >1 meter dari pemeriksa : Tidak : Tidak ada : Serumen tidak ada : Klien mengatakan terkadang matanya nyeri dan berair : < 2 detik : Merah muda : Hangat : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Lutut kanan dan kiri : : : : :



Bising usus



: : : : : : : :



Keadaan perut :



:



Konstipasi (sembelit) Diare Inkontinesia alvi



: : :



Mengunyah dan menelan Keadaan gigi Rahang : Simetris Rongga mulut



Sistem Genitourinarius Warna dan bau urine Distensi kandung kemih



Cukup Tidak ada Tidak Klien mengatakan tidak mual Klien mengatakan tidak pernah muntah Klien mengatakan tidak mampu mengunyah dan menelan dengan baik karena giginya tidak lengkap Gigi tidak lengkap Simetris Normal dan kurang bersih, klien mengatakan jarang menyikat gigi Tidak terdengar bising usus pada saat dilakukan auskultasi Rata, tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak pernah



: Klien mengatakan urinenya berwarna kekuning-kuningan : Tidak



93



Inkontinensia Frekuensi Pemasukan cairan



Pengeluaran cairan Disuria Seksualitas Sistem Kulit 1) Kulit Temperatur Tingkat kelembaban Keadaan luka Turgor : Keriput Pigmen : 2) Jaringan parut 3) Keadaan kuku 4) Keadaan rambut 5) Gangguan-gangguan umum Sistem Muskuloskeletal 1) Kontraktur Otot Tendon Gerakan sendi



2) Tingkat mobilisasi Ambulasi



Gerakan : Kekuatan otot Kemampuan melangkah



3) Gerakan sendi 4) Paralisis



: Ya, klien mengatakan terkadang tidak mampu menahan BAK : >5 kali dalam sehari. : Klien mengatakan sering minum dengan menghabiskan >6 gelas air putih perhari, dan secangkir kopi susu perhari : Klien mengatakan BAK >5x/hari : Tidak ada : Tidak dikaji : : : : : : : :



36,4⁰C Lembab Tidak ada luka Keriput Terdapat pada bagian tubuh klien Tidak ada Kotor dan tampak panjang Rambut tampak bersih, panjang dan beruban : Tidak ada : Klien mengalami kontraktur pada lutut kirinya : Lemah : Normal : Terbatas, klien mengatakan nyeri ketika bergerak sehingga hanya mampu mengangkat sedikit kedua tangan dan kakinya secara perlahan : Klien mengatakan tidak mampu berdiri, klien merangkak dan menggunakan kursi ketika ingin ke : wc atau berpindah tempat Kesulitan bergerak pada ektremitas : kanan dan kiri 4 2 4 2 : Klien tidak mampu berjalan berdiri, klien berpindah tempat dengan cara merangkak dan berpegangan pada : kursi : Terbatas



a.



94



5) Kifosis 6) Hemiparesis



b. Psikologis  Pengenalan masalahmasalah utama



 Sikap terhadap proses penuaan  Perasaan dibutuhkan  Pandangan terhadap kehidupan  Koping stressor



 Penyesuaian diri



 Kegagalan



 Harapan saat ini dan yang akan datang  Fungsi kognitif Daya ingat Proses piker Alam perasaan Orientasi Waktu



: Tidak : Tidak Klien mengalami kelemahan pada kedua sisi tubuh namun kelemahan yang berat pada sisi kiri tubuh : Klien mengatakan khawatir dengan penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, klien mengatakan ingin sehat dan segera kembali ke rumahnya : Klien mengatakan merasa tidak berdaya karena sudah tidak memiliki keluarga : Klien mengatakan kosong karena telah lama hidup sendiri tanpa keluarga : Klien mengatakan harus tetap menjalani hidupnya walaupun kondisinya seperti sekarang : Klien percaya jika penyakit yang dialami akibat ilmu gaib yang dikirimkan orang yang tidak menyukainya. : Klien mengatakan tidak bersosialisasi dengan tetangga sekitar dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berzikir dikamarnya : Klien merasa sangat sedih ketika mengalami keguguran karena telah lama menanti seorang anak setelah 8 tahun pernikahannya : Klien mengatakan semoga segera diberi kesembuhan dan kesehatan oleh Allah swt : Menurun : Klien mampu berbicara dengan jelas dan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan : Klien merasa sedih karena kondisinya tidak membaik dan tidak ada keluarga yang dimiliki. : Klien lupa bulan dan tahun berapa



95



Tempat Orang Kemampuan dalam penyelesaian masalah



c.Sosial Ekonomi  Sumber keuangan



 Kesibukan dalam mengisi waktu luang  Teman tinggal  Kegiatan organisasi  Pandangan terhadap lingkungannya  Hubungan dengan orang lain di luar rumah  Penyalurkan hobi d.Spiritual  Agama  Kegiatan ibadah  Kegiatan keagamaan  Cara lanjut usia menyelesaikan masalah  Penampilan lansia



e. Psikososial  Tingkat ketergantungan



karena tidak ada jam di kamarnya tetapi klien mengingat tanggal dan hari apa saat dilakukan pengkajian : Klien mengetahui tempatnya berada sekarang : Klien mampu mengenali orang-orang disekitarnya : Klien mengatakan hanya bisa shalat, berdoa, berzikir dan mengaji ketika sedang ada masalah atau banyak pikiran : : Klien mengatakan biasa diberi uang oleh tetangganya : Klien mengatakan mengisi waktu luang dengan shalat, berdoa, berzikir dan membaca Al-Qur’an : Klien sudah lama hidup sendiri : Tidak ada : Walau sering merasa kesepian tapi klien senang tinggal di daerah ini : Klien mengatakan tidak berinteraksi dengan tetangga karena klien kesulitan bergerak untuk keluar kamarnya : Klien mengatakan sekarang lebih suka dikamarnya berzikir : Klien mengatakan beragama islam : Klien mengatakan rajin sholat 5 waktu dengan cara berbaring : Klien mengatakan rutin berzikir dan membaca Al-Qur’an setiap har : Dengan shalat dan bertawakkal kepada Allah swt : Pakaian klien tampak bersih namun berbau pesing karena terkadang ingin BAK namun kesulitan bergerak, klien selalu memakai bedak, tetapi kuku klien tampak kotor dan panjang. Spreiny berbau pesing, dan klien BAK dengan cara bungkuk. : Klien melakukan aktivitas secara mandiri seperti makan, minum,



96



mandi dan berpakaian : Klien memahami kondisi yang dialaminya dan fokus pada kesembuhannya : Klien mengatakan tidak mendapat perhatian dari keluarga



 Fokus diri  Perhatian



f. Status Fungsional 1) Indeks KATZ Skore A B C D E F G



Kriteria Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, ke kamar kecil, kontinen, mandi dan berpindah tempat Kemandirian dalam semua aktifitas hidup seharihari, kecuali satu dari fungsi tersebut Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktifitas dalam hidup seharihari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan Ketergantungan pada enam fungsi tersebut



Analisis hasil :



97



a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB), menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi b) Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas c) Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain d) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain e) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungus yang lain g) Ketergantungan semuafungsi diatas h) Lain-lain (minimal ada 2 ketergantungan yang sesuai dengan kategori diatas Keterangan : Mandiri berarti pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu. 2) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Score + 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



No



Pertanyaan



Jawab



Tanggal berapa hari ini ? 09 Hari apa sekarang ini ? (hari, tanggal, tahun) Senin Apa nama tempat ini ? Gunung Kemala 4aBerapa nomor telpon anda ? Dimana alamat anda (tanyakan hanya bila Mempunyai no. telepon) Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? Siapa presiden sekarang ? Siapa presiden sebelumnya ? Siapa nama kecil ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun Fungsi Intelektual ringan (3)



Pesisir Barat Lupa Lupa Jokowi Soekarno “A” 17



98



Penilaian :  Kesalahan 0 – 2 fungsi intelektual utuh  Kesalahan 3 – 4 fungsi intelektual ringan  Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang  Kesalahan 8 – 10 fungsi intelektual berat 3) Skala Depresi Geriatrik Geriatric Depresion Scale (GDS) No



>10



Pertanyaan



Ya



: Depresi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ? 1 Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan 1 Minat/kesenangan anda? Apakah anda merasa kosong dengan kehidupan yang 1 dijalani Saat ini? Apakah anda sering bosan ? 1 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? 0 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? 0 Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu ? 0 Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam 1 hari, Daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru ? Apakah anda memiliki banyak masalah dengan daya ingat 1 Dibandingkan kebanyakan orang Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup 1 sekarang ini? Apakah anda merasa saya sangat tidak berharga/ berguna? 1 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 Apakah anda merasa tidak memiliki harapan? 1 Apakah anda berpikir keadaan orang lain lebih baik 1 daripada anda? Skor : Depresi 11



SKA Penilaian :  0 – 5 : Normal  6 – 10 : Kemungkinan depresi  >10 : Depresi 4) Skala Jatuh Morse (Morse Fall Scale/ MFS)



0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0



T d k



99



No. 1 2 3



4



5



6



Item



Skala



Riwayat jatuh Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir? Diagnosis sekunder Apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit? Alat bantu pergerakan Bed rest/ dibantu perawat Walker/kruk/tongkat Berpegangan pada benda sekitar (kursi, meja, lemari) Terapi intravena: Apakah saat ini lansia terpasang infus?



Gaya berjalan/cara berpindah Normal Lemah Gangguan/ tidak normal Status mental Lansia menyadari kondisinya Lansia mengalami keterbatasan Daya ingat Total nilai : Resiko tinggi



Keterangan : Tingkat risiko Tidak berisiko Risiko rendah



Nilai mps 0 -24 25 – 50



Risiko tinggi



≥ 51



Tidak Tidak



Skor 0



Y a



Ya



T i d a k Y a



0



2 5



0 25



15



15



0 15 30



30



0



0



20 0 10 20 0



20



15



15 90



Tindakan Perawatan dasar Pelaksanaan intervensi Pencegahan jatuh standar Pelaksanaan intervensi Pencegahan jatuh risiko tinggi



5) Pengkajian Status Sosial (APGAR KELUARGA) No



Fungsi



Uraian



SKadang e l a l u



H a m p i r T i d a k P e



100



1



2



3



4



5



Adaptasi



Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (temanteman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (temanteman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktifitas atau arah baru Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai Pemecahan Saya puas dengan cara temanteman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama Skor : Fungsi sosial baik



2



1 √



0















√ 4



r n a h



101



Penilaian : 0–5



: fungsi sosial kurang



6 – 10



: fungsi sosial baik



6) Barthel Indeks No



Kriteria



Dengan Bantuan Mandiri



Keterangan



1



Makan



5



√10



2



Minum



5



√10



3



Berpindah dari kursi roda ke Tempat tidur dan sebaliknya



√5-10



15



4



0



√5



5



√10



6



Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet (membuka pakaian, menyeka tubuh, menyiram) Mandi



5



√15



7



Jalan di permukaan datar



0



√5



8



Naik turun tangga



5



√10



Mandiri dengan menggunakan tongkat -



9



Mengenakan pakaian



5



√10



Mandiri



10



Kontrol bowel (bab)



5



√10



11



Kontrol bladder (bak)



5



√10



Frekuensi : 1x sehari Konsistensi : Frekuensi : >5x/hari Warna : kekuningan



12



Olahraga/latihan



5



10



-



13



Rekreasi/pemanfaatan waktu Luang



5



10



-



5



Keterangan :



 130 : Mandiri  60-125 : Ketergantungan sebagian (95)  55 : Ketergantungan total



Frekuensi : 3x/hari Jumlah : 1/2 porsi jenis : ikan, sayur dan bubur Frekuensi : sering minum Jumlah : >6 gelas jenis :air putih Klien merangkak dengan berpengangan pada kursi Frekuensi : 5x/sehari Klien mandiri dalam melakukan personal hygiene Frekuensi : 3x/sehari



102



7) Penilaian Potensi Dekubitus (Skor Norton) Kondisi fisik umum : a) Baik b) Lumayan c) Buruk d) Sangat buruk Kesadaran : a) Komposmentis b) Apatis c) Sopor d) Koma Aktifitas : a) Ambulan b) Ambulan dengan bantuan c) Hanya bisa duduk d) Tiduran Mobilitas : a) Bergerak bebas b) Sedikit terbatas c) Sangat terbatas d) Tidak bisa bergerak Inkontine n a) Tidak b) Kadang-kadang c) Sering inkontinesia urine d) Inkontinensia alvi & urin Interpretasi :  15-20 : Kecil sekali/tak terjadi (15)  12-20 : Kemungkinan kecil terjadi  65 tahun, gangguan 1. Jatuh dari tempat tidur keseimbangan, gangguan penglihatan, menurun neuropati, dst) 2. Jatuh saat berdiri menurun 2. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh 3. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala 4. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya Terapeutik 1. Orientasikan ruang pada anggota keluarga 2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci 3. Pasang handrail tempat tidur



117



3. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat/keluarga 4. Gunakan alat bantu berjalan Edukasi 1. Anjurkan memanggil perawat jika dibutuhkan bantuan untuk berpindah 2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin 3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri



118



6. Implementasi dan Evaluasi No 1



Dx. Kep Hari/tangal Ansietas b.d Jumat,22/04/2022 Kondisi 08.00 WIB kesehatan tak kunjung baik 08.30 WIB



11:30 WIB



2



Ansietas Kondisi



b.d



Sabtu, 23/04/2022 08.00 WIB



Implementasi Reduksi Ansietas 1. Memonitor TTV Hasil : TD 160/90 mmHg, 2. Memonitor tanda ansietas verbal dan non verbal Hasil : klien mengeluhkan sedih memikirkan penyakit nya 3. Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah digunakan Hasil : klien hanya menonton tv bila merasa cemas 4. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik relaksasi otot progresif Hasil : Klien paham dan bersedia melakukan teknik relaksasi 5. Melakukan teknik relaksasi otot progresif Hasil ; klien melakukan teknik relaksasi 6. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Hasil : klien merasa tenang setelah terapi relaksasi Reduksi Ansietas 1. Memonitor TTV



Evaluasi Jumat,22/04/2022 S: - Klien mengatakan merasa senang dihargai - Klien merasa sedikit tenang setelah melakukan teknik relaksasi otot progresi O: - Wajah klien tampak lebih tenang - Tekanan Darah : 160/90 mmHg Nadi : 92 x/menit - klien nampak antusias saat melakukan teknik relaksasi otot progresif A: Ansietas teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan - latih tehnik relaksasi otot progresif Sabtu, 23/04/2022S: S:



119



kesehatan tak kunjung baik 08.00 WIB



08.30 WIB



08.40 WIB



Hasil : TD 150/90 mmHg, 2. Memonitor tanda ansietas verbal dan non verbal Hasil : klien tampak lebih tenang 3. Melakukan teknik relaksasi otot progresif Hasil ; klien melakukan teknik relaksasi 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Hasil : klien merasa tenang setelah terapi relaksasi



- Klien mengatakan merasa senang dihargai - Klien merasa sedikit tenang setelah melakukan teknik relaksasi otot progresi O: - Wajah klien tampak lebih tenang - Tekanan Darah : 160/90 mmHg Nadi : 92 x/menit - klien nampak antusias saat melakukan teknik relaksasi otot progresif A: Ansietas teratasi



3



P : Lanjutkan intervensi - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan - latih tehnik relaksasi otot progresif Ansietas b.d Minggu,24/04/2022 Reduksi Ansietas Minggu,24/04/2022 Kondisi 08.00 WIB 1. Memonitor TTV S: kesehatan tak Hasil : TD 140/90 mmHg, - Klien mengatakan merasa senang kunjung baik 2. Memonitor tanda ansietas verbal dihargai 08.00 WIB dan non verbal - Klien merasa sedikit tenang setelah Hasil : klien tampak tenang melakukan teknik relaksasi otot 3. Melakukan teknik relaksasi otot progresi progresif 08.30 WIB



120



08.40 WIB



Hasil ; klien melakukan teknik relaksasi 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Hasil : klien merasa tenang setelah terapi relaksasi



O: - Wajah klien tampak tenang - Tekanan Darah : 150/90 mmHg - klien nampak antusias saat melakukan teknik relaksasi otot progresif A: Ansietas teratasi P : pertahankan intervensi - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan - latih tehnik relaksasi otot progresif



121



No 4



Dx. Kep Gangguan Mobilitas Fisik b/d penurunan fumgsi otot



Hari/tangal Jumat, 22/04/2022 08.00 WIB 08.00 WIB



08.30 WIB



08.40 WIB



09.40 IB



5



Gangguan Mobilitas



Sabtu, 23/04/2022 08.00 WIB



Implementasi



Evaluasi Jum'at 22/04/2022 (12.00 WIB) S: klien mengatakan bahwa kakinya masih sulit digerakkan dan sendinya kaku serta pergerakan tangannya terbatas, O: Klien nampak mengeluh sambilmemijitmijit kakinya. Sendi klien masih terbatas. Ekstremitas bawah klien nampak masih di tekuk dan miring kekuatan otot 3,3,1,1



a. Mengkaji adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya Hasil : klien mengatakan pegalpegal pada ekstremitas atas sebelah kanan b. Mengkaji toleransi fisik melakukan pergerakan Hasil : klien hanya mampu menggerakkan ekstremitas atas c. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai A : gangguan mobilitas fisik belum mobilisasi teratasi Hasil : TD :140/80 mmHg, N : P : lanjutkan intervensi 64x/i a. Pantau adanya nyeri atau keluhan d. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi yang berhubungan dengan fisik. dengan alat bantu b. Kaji aktivitas fisik yang masih bisa Hasil : klien mobilisasi dilakukan menggunakan bantuan pegangan c. Pantau pola jantung dan tekanan bed, handuk dan bantal \ darah sebelum melakukan e. Menganjurkan mobilisasi mobilisasi sederhana yang harus dilakukan d. Berikan aktivitas pemindahan posisi (ROM Aktif) menggunakan peraga bantu Hasil : klien mengerti yang diajarkan dan mempraktikkannya a. Mengkaji



adanya



nyeri



atau S :



122



Fisik b/d penurunan fumgsi otot



08.00 WIB



08.30 WIB



08.40 WIB



6



Gangguan Minggu,24/04/2022 Mobilitas 08.00 WIB Fisik b/d



keluhan fisik lainnya Hasil : klien mengeluh lemah dan sulit bergerak b. Mengkaji toleransi fisik melakukan pergerakan Hasil : klien hanya mampu menggerakkan ekstremitas atas c. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi Hasil : TD :140/80 mmHg, N : 64x/i d. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu Hasil : klien mobilisasi menggunakan bantuan pegangan bed, handuk dan bantal dengan mengeset



a. Mengkaji adanya nyeri keluhan fisik lainnya



Klien mengatakan bahwa kakinya masih sulit digerakkan, O: - Klien nampak mengeluh sambil memijit-mijit kakinya. - Ekstremitas bawah klien nampak masih di tekuk dan miring serta sulit diluruskan K - Kekuatan otot 3,3,1,1 A: - gangguan mobilitas fisik belum teratasi P : lanjutkan intervensi - Kaji adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Kaji toleransi fisik melakukan pergerakan - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu



Minggu,24/04/2022 (12:30) atau S : - Klien mengatakan bahwa kakinya



123



penurunan fumgsi otot



08.00 WIB



08.30 WIB



08.40 WIB



No 4



Dx. Kep Perfusi perifer tidak



Hari/tangal Jumat, 22/04/2022 10.00 WIB



Hasil : klien mengeluh lemah masih sulit digerakkan namun sudah b. Mengkaji toleransi fisik melakukan dapat melakukan pergerakan dan pergerakan kegiatan lebih baik Hasil : klien hanya mampu O: menggerakkan ekstremitas atas - Klien nampak mengeluh c. Memonitor frekuensi jantung dan sambilmemijit-mijit kakinya. tekanan darah sebelum memulai - Ekstremitas bawah klien sudah bisa mobilisasi diluruskan dengan bantuan perawat Hasil : TD :140/80 mmHg, N : 64x/i d. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi A : - Gangguan mobilitas fisik belum dengan alat bantu teratasi Hasil : klien mobilisasi menggunakan bantuan rostur P : lanjutkan intervensi - Kaji adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Kaji toleransi fisik melakukan pergerakan - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu Implementasi a. Memonitor



status



Evaluasi Jum'at 22/04/2022 (12.40 WIB) oksigenasi S :



124



efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena



10.05 WIB



10.10 WIB



10.30 WIB



5



Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena



Sabtu, 23/04/2022 10.00 WIB



10.10 WIB



sebelum dan setelah mengubah posisi Hasil : status oksigenasi klien baik dan tidak sesak b. Menempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan Hasil : objek yang sering digunakan diposisikan di tepi bed c. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat Hasil : bokong klien di topang menggunakan handuk dan ekstremitas bawah ditopang menggunakan bantal d. Memotivasi melakukan ROM aktif dan pasif Hasil : klien melakukan rom aktif pada ekstremitas atas dan diberikan rom pasif pada ekstremitas bawah klien



- Klien mengatakan tangannya agak mudah digerakkan dari pada sebelumnya O: - Ekstremitas bawah klien sudah mulai meningkat pergerakannya, kekuatan otot 4,4,1,1 A: - Perfusi perifer tidak efektif belum teratasi



P : lanjutkan intervensi - Pengaturan posisi - Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan - Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat\ - Motivasi melakukan ROM aktif dan pasif Sabtu, 23/04/2022 (12: 40) a. Menempatkan objek yang sering S : digunakan dalam jangkauan - Klien mengatakan kram pada Hasil : objek yang sering ekstremitas bawah digunakan diposisikan di tepi bed b. Imobilisasi dan topang bagian O : tubuh yang cedera dengan tepat - Ekstremitas bawah klien sudah dapat Hasil : bokong klien di topang di ubah posisi dan diluruskan namun



125



10.30 WIB



6



Resiko Jatuh



Minggu,24/04/2022 09.00 WIB 09.15 WIB



09.30 WIB



menggunakan handuk dan ekstremitas bawah ditopang menggunakan bantal c. Memotivasi melakukan ROM aktif atau pasif Hasil : klien melakukan rom aktif pada ekstremitas atas dan diberikan rom pasif pada ekstremitas bawah klie



masih nampak pucat A: - Perfusi perifer tidak efektif belum teratasi



P : Lanjutkan intervensi Pengaturan posisi - Monitor status oksigenasi sebelum dan setelah mengubah posisi - Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan - Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat - Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif Minggu,24/04/2022 (12:40) a. Mengkaji faktor risiko jatuh S: Hasil : klien berisiko jatuh dari bed - Klien mengatakan mampu berpindah dan rostur dari rostur dan sebaliknya sendiri. b. Menghitung risiko jatuh menggunakan skala O: Hasil : skala jatuh Morse 80 (resiko - Klien nampak menggunakan rostur tinggi) secara mandiri. c. Memonitor kemampuan berpindah - Perpindahan klien ke rostur berisiko dari bed ke rostur jatuh. Klien berpindah tempat masih Hasil : kemampuan klien berpindah lemah dan butuh bantuan. tempat lambat namun cukup - Kekuatan otot klien 4,4,2,2



126



mandiri A : Risiko jatuh belum teratasi d. Menggunakan alat bantu berjalan Hasil : klien berjalan menggunakan P : lanjutkan intervensi bantuan rostur e. Menganjurkan memanggil perawat - Pencegahan Jatuh - Kaji risiko jatuh sekali setiap shift jika butuh bantuan Hasil : klien selalu memanggil - Monitor kemampuan berpindah dari bed ke rostur bantuan f. Menganjurkan konsentrasi untuk - Pastikan roda rostur selalu terkunci - Anjurkan memanggil perawat jika menjaga keseimbangan tubuh butuh bantuan Hasil : klien mendengarkan dan Anjurkan konsentrasi untuk menjaga mengerti keseimbangan tubuh



127



B. Data Senjang Data Subjektif 1. Klien mengeluh lututnya bengkak dan nyeri yang dirasakan sejak Beberapa bulan yang lalu 2. P: Nyeri dirasakan ketika bergerak Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk R : Nyeri pada pinggang dan bahu S : Skala nyeri 6 (Sedang) T : Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 1-3 menit 3. Perjalanan penyakit yang telah berangsung lama 4. Status ekonomi rendah 5. Ketidakmampuan mengatasi masalah 6. Kurang dukungan sosial 7. Penyakit yang melemahkan secara progresif 8. Kurang terpapar informasi 9. Klien mengatakan nyeri pada lutut, pinggang dan bahunya sehingga kesulitan untuk bergerak. 10. Klien juga mengeluh lututnya bengkak dan nyeri. 11. Klien mengatakan tidak mampu berjalan berdiri 12. klien merangkak dan berpegangan pada kursi ketika ingin ke toilet atau berpindah tempat. 13. Klien mengatakan nyeri ketika bergerak sehingga hanya mampu mengangkat sedikit kedua tangan dan kakinya secara perlahan 14. Klien mengatakan mandi 2x sehari 15. Klien mengatakan mampu mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK secara mandiri 16. Klien mengalami kelemahan pada kedua sisi tubuh namun kelemahan yang berat pada sisi kiri tubuh



Data Objektif 1. Klien terlihat gelisah 2. Klien terlihat meringis saat bergerak 3. Klien tampak memegang lututnya 4. Lututsebelah kiri klien tampak bengkak 5. TTV : TD : 160/80 mmhg N : 84 x/I S : 36,4 ̊C P : 22 x/I 6. Kekuatan otot : 4 2 4 2 7. Lutut sebelah kiri klien tampak bengkak 8. Klien mengalami kontraktur pada lutut kirinya 9. Otot lemah 10. Gerakan sendi terbatas 11. Klien nampak ke toilet dengan cara merangkak dengan pelanpelan sambil berpegangan pada kursi 12. Kuku klien tampak panjang dan kotor 13. Pakaian klien berbau pesing 14. Sprei klien berbau pesing 15. Klien BAK dengan cara bungkuk 16. Usia ≥ 65 tahun 17. Riwayat Jatuh 18. Penggunaan alat bantu jalan 19. Lingkungan lantai licin dapat membahayakan klien 20. Gangguan muskuloskeletal Gangguan penglihatan



BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Study kasus terhadap lansia Ny. S ini penulis lakukan pada tanggal 22 April sampai 24 April 2022 di Rumah lansia yang beralamatkan di Pekon Canggu Kabupaten Lampung Barat. Pekon ini masuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat. Puskesmas Liwa terdiri dari poli umum, poli anak, poli KB, poli KIA, poli imunisasi, poli pengobatan dan tindakan, poli gigi, poli gizi, ruang apotik serta ruang laboratorium. Walaupun Poli khusus lansia belum ada di Puskesmas Liwa, akan tetapi posyandu lansia ada di setiap pekon wilayah kerja Puskesmas Liwa.



B. Analisis Asuhan Keperawatan 1. Analisis Pengkajian Setelah



dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengatakan



cemas karena penyakit yang tak kunjung sembuh, TD : 160/90 mmHg, klien tampak gelisah. Ansietas adalah suatu hal yang membuat anda tegang, marah, frustasi atau tidak bahagia. Terlalu banyak kecemasan akan memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita salah satunya penyakit hipertensi. Hubungan antara ansietas dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,



126



129



sehingga tekanan darah meningkat. Apabila stres berlangsung lama, dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap dan tubuh akan berusaha mengadakan penyesuian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis (Sugiyono, 2007 dalam Pramana, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyowati tahun 2020. Hasil uji chi kuadrat diperoleh nilai p value = 0,001 (