Kasus 5 - Septiana Dwi Rubyanti - 22030117120002 - Kasus HIV-AIDS PDF [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Septi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVISI



LAPORAN KASUS DIETETIK 2



Penatalaksanaan Gizi Pada Kasus HIV/AIDS dan Obstruksi Dyspnea, TB Paru, Febris, disertai Pneumonia dan Kandidiasis Oral



Dosen pengampu : Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD



Disusun oleh :



SEPTIANA DWI RUBYANTI



22030117120002



UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU GIZI 2020



STUDI KASUS DIETETIKA 2 KASUS HIV/AIDS



I. LATAR BELAKANG Tn. S berusia 37 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dengan diagnosis awal Obs. Dyspnea dd TB Paru, Febris, dan HIV. Satu tahun sebelumnya, pasien pernah diopname dengan diagnosa HIV. Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya ada batuk sejak 4 bulan yang lalu, lemas, dan demam sudah 3 hari. Pasien mengalami BAB cair sekali. Berdasarkan pemeriksaan fisik, sariawan, stomatitis, dan ulkus dikubitus. Tn. S memiliki riwayat HIV sudah 1 tahun dan dalam terapi ARV. Setelah pemeriksaan ulang, pasien didiagnosa medis pneumonia dan kandidiasis oral. Tn. S mengalami penurunan berat badan sekitar 3 kg dalam 2 bulan dan mengalami penurunan nafsu makan. Tn. S memiliki berat badan 56 kg, TB 168 cm, dan LLA 22 cm. Hasil tanda vital Tn. S, yaitu tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 100 kali/menit, respiratory rate 20 kali/menit, dan suhu 380C. Hasil lab menunjukkan: Hb 9,7 g/dL, leukosit 2,5 ribu/mm3, eritrosit 4 juta/ mm3, hematokrit 28,9%, trombosit 231 ribu/ mm3, MCV 73 µm3, MCH 24,3 pg, RDW 16,2%, dan MPV 7 µm3. Pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit, yaitu kali sehari dengan makanan utama nasi. Biasanya Tn. S dapat menghabiskan 1,5 sampai 2 centong nasi, lauk 1 potong ayam atau ikan, 3-5 potong tempe, serta sayur. Sayur yang paling sering dikonsumsi Tn. S yaitu sayur rawon dan sayur bersantan. Tn. S sering mengonsumsi buah nanas dan semangka. Setiap makan pasien selalu minum air putih dan dapat menghabiskan 6 gelas dalam sehari. Pasien juga sering mengonsumsi teh 1 gelas sehari. Sedangkan sehari sebelum masuk rumah sakit, Tn. S mengonsumsi sarapan hanya nasi 4-5 sdm, asem-asem ikan, dan teh hangat. Pada siang hari, pasien hanya mengonsumsi jagung rebus. Sedangkan malam hari, pasien tidak makan. Tn. S bekerja sebagai sopir setiap harinya. Selama perawatan di rumah sakit, Tn. S mendapatkan infus RL 15 tpm. Melalui intravena, seperti ranitidin 2x50 mg, paracetamol 1 g, dan ceftriaxon 1 g. Secara oral, pasien mendapatkan salbutamol 2x4 mg sehari, cetirizine 10 g, paracetamol 3x500 mg sehari, dan nistatin drop 4x1. Selama perawatan pengobatan ARV dihentikan.



II. SKRINING (DATA UMUM) A. Pemilihan Metode Skrining Berdasarkan kasus Tn. S diektahui bahwa beliau berusia 37 tahun termasuk dalam kelompok dewasa. Sehingga metode skrining yang tepat digunakan dalam kasus ini adalah Simple Nutrition Screening Tool (SNST).1 SNST merupakan metode yang tepat digunakan untuk mengkaji malnutrisi atau berisiko malnutrisi pada usia dewasa. SNST merupakan alat skrining malnutrisi yang memiliki nilai reliabilitas dan validitas yang tinggi dengan gold standart nya SGA jika dibandingkan dengan MST, NRS 2002, dan MUST. Jika dibandingkan dengan alat skrining lain, SNST lebih baik sensitifitas, spesifisitas menunjukkan kelompok berisiko dan tidak berisiko malnutrisi. Alat skrining SNST ini terdiri dari 6 pertanyaan “apakah pasien terlihat kurus ?”, “apakah pakaian terasa lebih longgar ?”, “apakah terjadi penurunan BB secara tidak sengaja 3-6 terakhir ?”, “apakah mengalami penurunan asupan makan 1 minggu terakhir?”, “apakah merasa lemah, loyo, dan tidak bertenaga ?” dan “apakah ada penyakit yang mempengaruhi asupan makanan ?”. Total penjumlahan semua skor akan menentukan seseorang tergolong berstatus tidak berisiko malnutrisi dan berisiko malnutrisi.1 B. Pengisian Kuesioner Formulir Simple Nutrition Screening Tool (SNST) No. 1. 2. 3. 4. 5.



6.



Pertanyaan Apakah pasien terlihat kurus ? Apakah pakaian anda terasa lebih longgar ? Apakah akhir – akhir ini anda kehilangan berat badan secara tidak disengaja (6 bulan terakhir) ? Apakah anda mengalami penurunan asupan makan selama 1 minggu terakhir ? Apakah anda menderita suatu penyakit yang mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau jenis makanan yang anda makan ? Apakah anda merasakan lemah, loyo, dan tidak bertenaga ?



Total Skor Kesimpulan :  Skor 0 – 2 = tidak berisiko malnutrisi  Skor ≥3 = berisiko malnutrisi



Jawaban (skor) a. Ya = 1 b. Tidak = 0 a. Ya = 1 b. Tidak = 0 a. Ya = 1 b. Tidak = 0 a. Ya = 1 b. Tidak = 0 a. Ya = 1



0 0 1 1 1



b. Tidak = 0 a. Ya = 1 b. Tidak = 0



1 4



Berisiko malnutrisi



C. Membuat Keputusan Kuesioner Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan metode Simple Nutrition Screening Tool (SNST) yaitu metode skrining yang digunakan untuk dewasa, secara cepat, mudah, dan akurat memiliki validitas yang baik dan berprdoman dengan gold standar SGA.1 Berdasarkan kuesioner SNST, pada pertanyaan 1 pasien tidak terlihat kurus (0), nomor 2 pakaian tidak terasa longgar (0), nomor 3 terdapat penurunan BB yang tidak diinginkan selama 6 bulan terakhir (1), nomor 4 pasien mengalami penurunan nafsu makan seminggu terakhir (1), nomor 5 menderita suatu penyakit sehingga makan berubah (1), dan nomor 6 pasien merasakan lemah, loyo, tidak bertenaga (1). Sehingga total Skor SNST Tn. S diperoleh skor 4, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tn. S berisiko malnutrisi sehingga perlu diberikan proses asuhan gizi terstandar.



III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI 1. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH) Tabel 1. Data Riwayat Pasien (CH) Domain



Data



CH-1.1.1 Umur CH-1.1.2 Jenis Kelamin CH-2.1.1 Keluhan gizi utama pasien/klien



CH-2.1.13 Respirasi CH-2.1.14 Other CH-2.2.1 Medical therapy



37 tahun Laki – laki Sesak napas sejak 3 hari SMRS, batuk sejak 4 bln yg lalu, lemas, demam sudah 3 hari, nafsu makan menurun, BB menurun BAB cair sekali Sariawan, stomatitis, ulkus dikubitus, HIV/AIDS Sesak napas, batuk Kandidiasis oral Terapi ARV



CH-3.1.6 Pekerjaan CH-3.1.8 Sejarah baru



Supir Opname karena HIV



CH-2.1.5 Gastrointestinal CH-2.1.8 Imunitas



Interpretasi Dewasa Diagnosa awal : obstruksi dyspnea dada, TB paru, febris, dan HIV Diagnosis saat ini : pneumonia dan kandidiasis oral Mudah terkena infeksi Obs. Dyspnea dd TB Paru Terapi antiretroviral (ARV) untuk mengobati HIV dengan beberapa obat, memperlambat tumbuh virus Satu tahun yang lalu



Kesimpulan : Tn. S merupakan seorang supir berusia 37 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk sejak 4 bulan yang lalu, keadaan lemas dan demam sudah 3 hari, nafsu makan menurun, BB



menurun, didiagnosis awal berupa obstruksi Dyspnesa dada TB Paru, Febris/demam, dan HIV/AIDS. Tn. S saluran cernanya bermasalah, sehingga mengalami BAB cair sekali. Berdasarkan pemeriksaan fisik terdapat infeksi berupa sariawan, stomatitis, ulkus dikubitus. Tn. S pernah memiliki riwayat HIV sudah 1 tahun dan saat datang ke RS masih dalam terapi ARV. Ketika Tn. S didiagnosis ulang, ternyata diperoleh diagnosis pneumonia dan kandidiasis oral. 2. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH) Asupan SMRS Tabel 2. FH SMRS Tn. S dibandingkan dengan data Recall dan SQ-FFQ



Domain FH-1.1.1.1 Total Energy Intake FH-1.5.1.1 Total Lemak Intake FH-1.5.2.1 Total Protein Intake FH-1.5.3.1 Total Karbohidrat Intake FH-1.5.4.1 Total Kebuthan Serat FH-1.6.1.1 Vit. A FH-1.6.1.2 Vit. C FH-1.6.1.3 Vit. D FH-1.6.1.4 Vit. E FH-1.6.1.5 Vit. K FH-1.6.2.1 Vit. B12 FH-1.6.2.1 Kalsium FH-1.6.2.3 Zat Besi FH-1.6.2.4 Magnesium FH-1.6.2.5 Kalium FH-1.6.2.7 Natrium FH-1.6.2.8 Zinc



Data Asupan : 295,2 kkal Kebutuhan : 3300 kkal Asupan : 2 gr Kebutuhan : 110 gr Asupan : 16,1 gr Kebutuhan : 123,2 gr Asupan : 56,7 gr Kebutuhan : 454,3 gr Asupan : 3,3 gr Kebutuhan : 36 gr Asupan : 40,7 mcg Kebutuhan : 650 mcg Asupan : 11,4 mg Kebutuhan : 90 mg Asupan : 0,6 mcg Kebutuhan : 15 mcg Asupan : 0 mg Kebutuhan : 15 mcg Asupan : 0 mcg Kebutuhan : 65 mcg Asupan : 0,5 mcg Kebutuhan : 4 mcg Asupan : 13,5 mg Kebutuhan : 1000 mg Asupan : 1,1 mg Kebutuhan : 9 mg Asupan : 65,7 mg Kebutuhan : 360 mg Asupan : 452,5 mg Kebutuhan : 4700 mg Asupan : 57,8 mg Kebutuhan : 1500 mg Asupan : 1,1 mcg



Interpretasi Asupan kurang yaitu sebesar (8,9%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (1,8%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (13,06%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (12,48%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (9,16%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (6,26%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (12,6%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (4%) dari kebutuhan Asupan kurang dari kebutuhan Asupan kurang dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (55%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (1,35%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (12,2%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (18,25%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (9,63%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar (3,85%) dari kebutuhan Asupan kurang yaitu sebesar



FH-1.6.2.13 Selenium FH-1.2.1.1 Oral Fluid FH-1.2.2.3 Meal/Snack pattern



FH-1.2.2.5 Food Variety



Kebutuhan : 11 mcg Asupan : - mcg Kebutuhan : 30 mcg Teh hangat 1 gelas sehari Air putih 6 gelas sehari 3x/hari makanan utama (pagi, siang, dan sore) Kebiasaan SQ-FFQ Nasi : 3xsehari @ 1½-2 centong Lauk hewani : 1 potong ayam, ikan Lauk nabati : 3-5 potong tempe Sayur : rawon, sayur bersantan Buah : nanas dan semangka



(10%) dari kebutuhan Asupan kurang dari kebutuhan Data Recall dan SQ-FFQ Data SQ-FFQ, asupan kurang Kurang bervariasi, asupan masih kurang



Saat Recall - nasi 4-5 sdm - asem asem ikan - teh hangat - jagung rebus



FH-3.1.1 Prescription medication use



ARV



Obat – obatan antiretroviral (ARV) untuk mengobati HIV dengan beberapa obat, memperlambat tumbuh virus, mencegah perkembangan HIV dan memperkuat sistem imunitas memiliki efek smaping mual, sakit kepala, diare



Kesimpulan : Berdasarkan data Tn. S dengan menggunakan SQ-FFQ (variasi dan frekuensi makanan) dan 6 gelas per hari. Untuk variasi makanan ternyata kurang bervariasi, hal ini diketahui food recall (kecukupan asupan), dapat disimpulkan bahwa Tn. S memiliki pola makan 3x sehari dengan kecukupan asupan energi, lemak, protein, dan karbohidrat masih kurang dari kebutuhan. Sedangkan pada asupan mikronutrien juga belum memenuhi asupan berupa serat, vitamin A, C, D, E, K, B12, kalsium, zat besi, magnesium, kalium, natrium, zinc, dan selenium yang bermanfaat terhadap imunitas. Asupan cairan berupa 1 gelas teh hangat per hari dan air putih, berdasarkan dari kualitas konsumsi makanan masih kurang terpenuhi. Selain itu, Tn. S juga melakukan terapi berupa obat ARV atau antiretroviral untuk mencegah dan memperlambat perkembangan HIV.



Asupan MRS Tabel 3. FH MRS Tn. S Domain



Data



Interpretasi



Asupan makan pada MRS tidak dijelaskan secara rinci di dalam kasus ini, namun hanya obat Cairan infus sebagai sumber elektrolit dan air yg menyerupai RL 25 tpm plasma darah normal, untuk www.kalbemed.com mencegah dehidrasi, diberikan sebanyak 25 tetes per menit Obat untuk menurunkan sekresi asam lambung berlebih, pada gastritis, diberikan sebelum Ranitidin 2x50 mg makan untuk menghambat sekresi asam lambung, untuk melindungi FH-3.1.1 Prescription mukosa lambung medication use (intravena) Merupakan obat pereda demam dan nyeri seperti sakit kepala, haid, sakit gigi, nyeri sendi, Paracetamol 1 g mengurangi produksi zat penyebab peradangan/ inflamasi (analgesik dan antipiretik) Obat ini merupakan antibiotik sefalosporin digunakan untuk Ceftriaxone 1 g mengobati infeksi bakteri, bekerja dengan cara membunuhdan mencegah pertumbuhan bakteri. Merupakan obat untuk mengatasi sesak napas akibat penyempitan pada saluran paru – paru. Bekerja Salbutamol 2x4 mg sehari dengan cara melemaskan otot – otot, termasuk obat bronkodilator, mengobati gangguan napas, asma, bronkitis, dan emfisema Merupakan obat generik dengan golongan antihistamin untuk Cetrizine 10 g meredakan alergi seperti pilek, hidung tersumbat, bersin, gatal, FH-3.1.1 Prescription dan efek : mengantuk medication use (oral) Merupakan obat pereda demam dan nyeri seperti sakit kepala, haid, sakit gigi, nyeri sendi, Paracetamol 3x500 mg sehari mengurangi produksi zat penyebab peradangan/ inflamasi (analgesik dan antipiretik) Obat jamur Candida pada rongga mulut, tenggorokan, usus, dan Nistatin drop 4x1 mg sehari vagina, mengatasi Candidiasis, hindari penggunaan dengan ragi Saccharomyces cerevisiae



Kesimpulan : Tidak terdapat data riwayat asupan makanan pada saat masuk RS (MRS) Tn. S, namun terdapat beberapa pemberian pengobatan baik menggunakan injeksi ataupun secara oral. Pemberian obat diantaranya : ranitidin 2x50 mg, paracetamol 1 g, dan ceftriaxon 1 g. Secara oral, pasien mendapatkan salbutamol 2x4 mg sehari, cetirizine 10 g, paracetamol 3x500 mg sehari, dan nistatin drop 4x1. 3. Pengkajian Antropometri (AD) Tabel 4. Antropometri (AD) Domain



Data



Interpretasi



AD-1.1.1 TB AD-1.1.2 BB



168 cm 2 bl yg lalu : 59 kg Saat ini : 56 kg



Mengalami penurunan sebanyak 3 kg dlm 2 bulan atau sebanyak 5,08 %



AD-1.1.5 IMT



2 bl yg lalu : 20,9 kg/m



AD-1.1.7 LILA Persentil



Saat ini : 19,84 kg/m LILA 22 cm Persentil lila 67,5%



2



2



Normal (N = 18,5-25 kg/m )



2



2



Normal (N = 18,5-25 kg/m ) gizi buruk, karena